BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Seksio Sesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat diatas 500 gram (Wiknjosastro, 2005). Seksio Sasarea merupakan salah satu tindakan untuk menyelamatkan ibu dan janin yang mengalami kendala dalam persalinan. Namun, tidak semua persalinan yang memiliki kendala dengan penyulit persalinan dapat dilakukan dengan operasi Seksio Sesarea. Ada indikasi-indikasi tertentu yang menjadi penentu dalam pengambilan keputusan dilakukannya operasi Seksio Sesarea. Indikasi-indikasi yang dilakukan dalam tindakan Seksio Sesarea antara lain kondisi gawat janin, presentasi bokong, penyakit dan kelainan berat pada janin serta riwayat Seksio Sesarea sebelumnya (Mitayani, 2009). Indikasi-indikasi tersebut tentunya dapat terlihat dari besarnya jumlah angka kejadian Seksio Sesarea saat ini. Persentase angka kejadian persalinan sesarea di Indonesia yaitu 15,3% dan 84,7% bukan persalinan sesarea
(Riskesdas,
2010,http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KESEHATA 1
N_INDONESIA_2010.pdf) diunduh pada tanggal 16 November 2011). Dari angka kejadian Seksio Sesarea tersebut yang perlu diperhatikan pula bagaimana perawatan pasca pemulihan dari operasi Seksio Sesarea. Kondisi ibu pasca operasi Seksio Saserea umumnya akan melemah setelah melalui proses persalinan yang cukup panjang dan tentunya akan muncul sensasi-sensasi nyeri akibat hilangnya efek anastesi. Setelah efek anastesi mulai menghilang disarankan agar ibu mampu menggerakan anggota tubuh dengan melakukan mobilisasi dini. Mobilisasi
dini
ini
dilakukan
agar
mempercepat
proses
pemulihan ibu pasca persalinan. Mobilisasi/ambulasi dini adalah suatu keadaan dimana setelah pasien operasi seyogyanya dapat turun sebentar dari tempat
tidur
dengan
bantuan,
paling
sedikit
dua
kali
(Cunningham.,dkk, 2006). Menurut penelitian sebelumnya mobilisasi dini ini selain mudah dilakukan juga memiliki banyak manfaat. Selain bertujuan untuk mengurangi trombosis vena dan emboli paru, mobilisasi dini juga dapat memperlancar sirkulasi
darah
dan
mengeluarkan
cairan
(lochea)
(Cunningham.,dkk,2006; Purwanti & Kristanti, 2011, http://static.schoolrack.com/files/100398/295422/volume2_nomo r_1.pdf#page=59 diunduh pada tanggal 27 September 2011). Jika, mobilisasi dini dilakukan secara rutin maka pemulihan ibu 2
juga lebih cepat dari yang diperkirakan. Normalnya di RS. Dr. Cipto − Semarang sekitar
± 3 hari ibu yang dalam pasca
operasi Seksio Sesarea diperbolehkan pulang. Hari pertama hingga hari berikutnya pasien yang tengah berada di rumah sakit biasanya membutuhkan keluarga untuk pendampingan dan membantunya dalam proses mobilisasi dini. Keluarga merupakan orang-orang dengan berbagai tingkat usia atau jenis kelamin yang diikat oleh hubungan darah atau
kasih
(Bobak.,dkk,
2005).
Sedangkan,
menurut
Departemen Kesehatan (1988) yang dikutip oleh Sudiharto (2007), mengemukakan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga memiliki peran yang besar dalam memberikan dukungan terhadap pasien pasca Seksio Sesarea. Hal ini dikarenakan, keluarga merupakan orang-orang yang dekat dengan pasien dan hampir dari seluruh kehidupan pasien bersama-sama dan selalu terhubung dengan keluarga. Menurut Sudiharto (2007), keluarga besar (Extended family) merupakan keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah) misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu, termasuk keluarga modern, seperti keluarga tunggal, keluarga
tanpa
anak,
serta
keluarga
pasangan
sejenis 3
(guy/lesbian families). Sedangkan, keluarga yang dimiliki bersama suami dan anak-anaknya (natural ataupun adopsi) disebut dengan keluarga inti. Di rumah sakit tidak jarang kita melihat
keluarga
besar
datang
untuk
menjenguk
dan
mengucapkan selamat atas kelahiran seorang bayi. Dukungan dari keluarga besar akan sangat bermakna jika ibu pasca operasi Seksio Sesarea masih dalam kondisi terbaring lemah. Pasca menjalani operasi Seksio Sesarea ibu memiliki sifat ketergantungan yang cukup besar. Sehingga dukungan sosial dari lingkungan terdekatnya (keluarga) masih menjadi prioritas atau kebutuhan utamanya yaitu dicintai dan dihargai. Dukungan sosial merupakan sebuah dukungan yang terdiri dari informasi atau nasihat verbal maupun nonverbal, bantuan nyata, atau bantuan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran orang yang mendukung serta hal ini mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku penerima (Gottlieb, 1983 dikutip Smet, 1994). Arti kata “Mendukung” sendiri berati bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung (Pastuty, 2010). Bentukbentuk dukungan tersebut sangat diharapkan oleh pasien yaitu seperti adanya motivasi, ucapan selamat, pendampingan, bahkan pemberian asuhan.
4
Bentuk-bentuk dukungan tersebut dapat dilihat oleh peneliti saat praktik klinik di Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto dan Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum. Saat ditanya ibu-ibu pasca operasi Seksio Saserea tersebut mengaku bahwa ada beberapa faktor penghalang keluarga besarnya tidak dapat memberikan dukungan sosial, hal itu dikarenakan: 1) Kurangnya pengetahuan keluarga dalam membantu ibu pasca operasi Seksio Saserea, 2) Merasa bukan tanggungjawab keluarga karena berada di bawah pengawasan pihak rumah sakit, 3)Terbatasnya jumlah waktu yang diluangkan bersama-sama ibu pasca operasi di RS karena kesibukan kerja dan lain sebagainya, 4) Tidak diberikannya banyak waktu/kesempatan untuk bersama ibu karena berada di ruang High Care Unit. Faktor-faktor
penghalang
seperti
diatas
dapat
menyebabkan ibu pasca melahirkan kurang mendapatkan hiburan, perhatian, motivasi, dan informasi-informasi lainnya. Depresi ataupun stres pada ibu pasca persalinan kerap terjadi sehingga kondisi psikologis ibu harus diperhatikan. Peran perawat disini tentunya harus memberikan kondisi yang nyaman bagi pasien. Namun pada kenyataannya perawat juga tidak selamanya dapat memenuhi kebutuhan personal ibu secara maksimal. Butuh bantuan dari pihak keluarga untuk datang menemani pasien saat di rumah sakit. Dengan dukungan dan 5
bantuan dari keluarga mungkin lebih diharapkan beliau ketimbang dilakukan oleh perawat. Dari beberapa penelitian yang dikutip oleh Wade & Tavris (2007), mengemukakan bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan kesehatan sebagian karena memiliki locus of control internal dan perasaan optimisme. Hal tersebut dapat meningkatkan sistem kekebalan. Orang-orang yang merasa kesepian
memiliki
dibandingkan
fungsi
orang
kekebalan
yang
tidak
yang
kesepian;
lebih
buruk
pelajar
atau
mahasiswa yang memiliki jejaring pertemanan memiliki fungsi kekebalan yang lebih baik sebelum, selama dan setelah masa ujian dibandingkan dengan pelajar atau mahasiswa yang penyendiri; dan pasangan dari pasien kanker walaupun juga mengalami
stres
tidak
menunjukkan
penurunan
fungsi
kekebalan jika mereka memiliki dukungan sosial (Hawkley dkk.,2003; Uchino, Cacioppo & Kiecolt-Glaser, 1996). Dalam penelitian lain tentang seorang lansia yang pernah mengalami serangan jantung, mereka yang tidak memiliki orang terdekat memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk meninggal dunia dalam waktu dekat jika dibandingkan mereka yang memiliki dua atau lebih orang yang mereka andalkan (Berkman, Leo-Summers, & Horwitz, 1992). Selain itu, dalam sebuah jurnal yang dituliskan oleh Hung & Chung (2000) dituliskan bahwa 6
kurangnya dukungan sosial merupakan satu dari tiga faktor yang mempengaruhi stres post partum, selain pencapaian menjadi seorang ibu dan perubahan tubuh. Dengan demikian, peneliti melihat bahwa fenomena ini sangat menarik untuk diangkat. Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga besar terhadap mobilisasi dini pada ibu dengan seksio sesarea. Apakah mungkin dukungan sosial dari keluarga besar memberikan kontribusi
yang
besar bagi
pemulihan ibu selama di ruang perawatan di empat Rumah Sakit di Semarang − Jawa Tengah.
B. Identifikasi Masalah Apakah ada hubungan antara dukungan sosial keluarga besar (Extended family) dengan mobilisasi dini ibu pasca operasi Seksio Saserea.
C. Batasan Masalah Pembatasan masalah diberikan agar penelitian ini dapat terarah pada pokok penelitian, sehingga tidak keluar dari konteks yang ingin dicapai. Batasan-batasan masalah tersebut dapat dibagi menjadi : 1. Mobilisasi dini hanya dilakukan oleh ibu pasca operasi Seksio Saserea saja. 7
2. Dukungan sosial hanya diberikan oleh keluarga besar (Extended family).
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pengamatan dan penuturan langsung dari beberapa pasien selama peneliti selama berada di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum dan Dr. Cipto − Semarang saat praktik klinik, menguatkan pemikiran peneliti bahwa ada beberapa keluarga besar yang kurang memiliki kesadaran yang tinggi untuk menemani ibu pada masa pemulihan Seksio Sesarea. Adanya faktor-faktor penghalang atau keterbatasan keluarga dalam memberikan dukungan sosial pada ibu pasca operasi Seksio Sesarea dikarenakan kurang pengetahuan, merasa pasien berada dibawah pengawasan rumah sakit, adanya kepentingan-kepentingan pribadi (seperti : kesibukan kerja), ibu pasca operasi seksio sesarea berada di ruang High Care Unit dimana waktu untuk menjenguk ditentukan oleh pihak rumah sakit (waktu terbatas) dan mungkin masih ada faktor-faktor lainnya. Beberapa alasan-alasan utama tersebut dapat menjadi acuan bagi peneliti untuk terus menggali informasi, bagaimana mobilisasi
dini
diterapkan
jika
klien
tidak
mendapatkan
dukungan sosial dengan baik dari keluarga? Kemudian, 8
bagaimana gambaran mobilisasi dini yang dilakukan oleh ibu pasca partus tersebut? Apa saja bentuk dukungan sosial yang diberikan keluarga besar pada ibu pasca operasi Seksio Sesarea? Adakah hubungan antara dukungan sosial dari keluarga besar terhadap mobilisasi dini ibu pasca operasi Seksio Sesarea?
E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial keluarga besar (Extended family) dengan mobilisasi dini pada ibu pasca operasi Seksio Sesarea di empat rumah sakit di Semarang − Jawa Tengah.
2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi mobilisasi dini yang dilakukan oleh ibu pasca operasi Seksio Sesarea. b. Mengidentikasi
jenis-jenis
dukungan
sosial
yang
diberikan oleh keluarga besar dalam mendukung ibu pasca Seksio Sesarea melakukan mobilisasi dini. c. Mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial keluarga besar dengan mobilisasi dini pada klien pasca operasi Seksio Sesarea. 9
F.
Manfaat Penelitian 1. Secara Praktis a. Bagi Klien di Rumah Sakit Bagi pasien di rumah sakit, penelitian ini dapat digunakan kebersamaan
sebagai dengan
landasan keluarga,
untuk dapat
menjalin menunjang
kesembuhan, dapat mencegah stres atau depresi pasca persalinan serta tidak memakan banyak biaya.
b. Bagi Rumah Sakit Bagi rumah sakit manfaat penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi klien serta dapat memberdayagunakan dukungan keluarga besar bagi kesehatan klien.
c. Bagi Perawat Bagi perawat, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai landasan untuk mengembangkan asuhan keperawatan yang ada, sehingga dukungan keluarga besar nantinya dapat menjadi model terapan yang dapat bermanfaat bagi mobilisasi ibu pasca operasi Seksio Sesarea.
10
d. Bagi Peneliti Bagi peneliti, jika penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sebuah pembelajaran dalam melakukan sebuah penelitian dalam pencapaian proses pemulihan pasien pasca operasi Seksio Sesarea.
e. Bagi Peneliti Lain Bagi dimanfaatkan
peneliti sebagai
lain,
penelitian
landasan
ini
penelitian
dapat tentang
hubungan dukungan sosial keluarga besar dengan mobilisasi dini pada ibu pasca operasi Seksio Sesarea di rumah sakit.
2. Secara Teoritis Selain itu, bila dukungan sosial keluarga besar dapat diberdayagunakan, maka penelitian ini diharapkan mampu memperluas ilmu pengetahuan dan memberikan kontribusi yang positif bagi ilmu keperawatan. 11