BAB I PENDAHULUAN
I. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Istilah “jurnalistik” berasal dari kata “journalistiek” dalam bahasa Belanda atau “journalism” dalam bahasa Inggris. Keduanya bersumber dari bahasa Latin “diurna” yang berarti harian atau setiap hari. Jurnalistik sendiri berarti kegiatan mengumpulkan bahan berita, mengolahnya sampai menyebarluaskannya kepada khalayak. Jurnalistik sendiri didefenisikan sebagai seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya (Kustadi Suhandang, 2004: 23). Jurnalistik sendiri memiliki fungsi untuk memberitahukan sesuatu kejadian atau menyampaikan informasi yang perlu diperhatikan semua atau segolongan orang, opinionatif, tidak biasa, dan dapat juga mempengaruhi pemerintah dan masyarakat, informasinya juga dapat berisi tentang hiburan (Sudirman Tebba, 2005: 21-22). Di Indonesia sendiri, istilah jurnalistik mulai dikenal pada abad ke-18, tepatnya pada tahun 1774 ketika sebuah surat kabar bernama Bataviasche Nouvelles terbit dengan pengusaha orang-orang Belanda. Idealnya, pada saat sekarang ini dunia jurnalistik berpedoman kepada fakta yang terjadi. Para jurnalis memiliki kewajiban untuk menginformasikan serta melaporkan sebuah peristiwa ataupun fenomena-fenomena di tengah masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Peristiwa yang berdasarkan realitas tadi kemudian dikemas dalam berbagai bentuk tayangan sehingga lebih menarik dan beragam. Jurnalistik ini sendiri dapat disajikan melalui berbagai macam media, baik itu media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid ataupun media elektronik seperti radio, televisi, ataupun internet. Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disamakan dengan penemuan roda, karena mampu merubah peradaban dunia. Berita televisi sendiri merujuk pada praktek penyebaran informasi mengenai peristiwa terbaru melalui media televisi. Acara berita bisa berlangsung dari beberapa detik hingga beberapa jam dengan menyajikan perkembangan terbaru peristiwa-peristiwa lokal/ regional maupun internasional. Stasiun televisi biasanya menyajikan program berita sebagai bagian dari acara berkalanya, dan disiarkan setiap hari pada waktu-waktu tertentu. Kadang-kadang acara televisi juga bisa diselipi dengan ‘berita sekilas’ untuk memberikan laporan mutakhir mengenai suatu peristiwa yang sedang terjadi atau berita dadakan lain yang penting (Sudirman Tebba, 2005: 66). Program berita atau acara berita sendiri biasanya berisi liputan berbagai peristiwa berita dan informasi lainnya, liputan olahraga, prakiraan cuaca, laporan lalu lintas, ataupun berita-berita yang bersifat feature dan soft news. Trans TV (PT Televisi Transformasi Indonesia) adalah sebuah stasiun televisi swasta ke-8 yang memperoleh izin mengudara secara nasional di
Universitas Sumatera Utara
Indonesia. Memperoleh izin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim antardepartemen pemerintah, maka sejak tanggal 15 Desember 2001, Trans TV memulai siaran secara resmi. Trans TV adalah stasiun televisi yang makin hari makin dewasa dan makin komunikatif serta variatif. Trans TV membuat suatu gebrakan dengan membuat acara film-film produksi luar negeri, acara talk show yang menarik, variety show yang atraktif, serta liputan-liputan berita yang dikemas dalam bentuk feature yang disajikan dengan santai dan menarik seperti good morning, jelang siang, dan sebagainya. Trans TV jugalah yang berperan dalam mengenalkan program liputan berita kuliner sekaligus pariwisata yang berhasil menarik minat penonton. Salah satunya adalah program Termehek-Mehek. Trans TV telah menyiarkan sebuah program reality show baru sejak tanggal 3 Mei 2008 lalu. Program yang diberi tajuk Termehek-Mehek ( sebuah istilah baru yang bahasa bakunya terisak-isak ) ini disiarkan setiap hari Sabtu pukul 18.00 WIB, dan juga hari Minggu pada pukul 18.30 WIB. Dalam program ini seorang client diceritakan sedang mencari seseorang yang telah hilang entah kemana setelah suatu perjumpaan atau pertemanan yang cukup lama. Dalam upaya pencariannya inilah si client meminta bantuan tim acara Termehek-Mehek untuk mencarikan si orang hilang dimaksud. Sebuah perjalanan yang terkadang dibikin sedramatis mungkin akhirnya berujung pada sebuah pertemuan dengan si orang yang dicari. Dan terkadang pencarian berakhir pada sebuah cerita duka, misalnya si orang yang dicari ternyata sudah meninggal. Kali ini Trans TV patut diacungi jempol karena acara reality show yang berdurasi kurang lebih satu jam ini sudah menampilkan suatu acara yang bernilai
Universitas Sumatera Utara
pendidikan, yaitu mendidik kita bahwa kasih sayang antar sesama manusia itu ternyata sangat indah. Peneliti memilih mahasiswa FISIP USU sebagai subjek penelitian karena berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, acara ini cukup digemari oleh mahasiswa yang notabene cukup menyentuh hati dan menimbulkan rasa penasaran mengenai ending dari sebuah kasus.
I. 2. PERUMUSAN MASALAH Perumusan masalah mempunyai konsekuensi terhadap relevansi maksud dan tujuan, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, dan metode penelitian. Pentingnya perumusan masalah dalam penelitian adalah karena hasilnya akan menjadi penuntun dalam mengkonstruksikan suatu hipotesis. Dalam merumuskan masalah, berarti peneliti merumuskan secara tegas masalah yang terkandung dalam suatu fenomena. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka, peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut : “Apakah terdapat hubungan antara Program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa di kalangan Mahasiswa FISIP USU Medan”?
Universitas Sumatera Utara
I. 3. PEMBATASAN MASALAH Sesuai dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan, berikut ini peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksudnya agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah, dan tidak terlalu luas, sehingga dapat dihindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Maka peneliti menetapkan pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Obyek penelitian terbatas pada mahasiswa FISIP USU yang pernah menonton tayangan program Termehek-Mehek di Trans TV. 2. Penelitian ini hanya terbatas pada isi program Termehek-Mehek yang menayangkan tentang pencarian teman ataupun anggota keluarga yang hilang yang ditayangkan di Trans TV setiap Sabtu pukul 18.00 WIB, dan hari Minggu pada pukul 18.30 WIB. 3. Penelitian dilakukan pada bulan April – Mei 2009.
I. 4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I. 4. 1. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui efektivitas program Termehek-Mehek di Trans TV. 2. Untuk mengetahui sejauhmana ketertarikan (antusiasme) pemirsa yang menonton program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan yang diperoleh pemirsa.
Universitas Sumatera Utara
I. 4. 2. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan tentang pendekatan Uses and Gratifications Theory, terutama dalam hal konsumsi media. 2. Secara akademis, penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka menambah dan memperkaya bahan penelitian serta referensi bahan bacaan. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pihakpihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.
I. 5. KERANGKA TEORI Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001: 39). Teori menurut Kerlinger adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2001: 6). Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan untuk digunakan adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
I. 5. 1. Komunikasi Pada abad ke-5 Sebelum Masehi di Yunani, berkembang suatu ilmu yang mengkaji proses pernyataan antar manusia, namanya retorika, kemudian muncul istilah-istilah baru seperti dialog atau meieutic, dan orasi. Pada perkembangan awal ini batasan komunikasi yang dapat kita terapkan adalah percakapan atau penyampaian gagasan antar manusia secara lisan dan bertatap muka baik berupa pidato maupun diskusi. Penyampaian gagasan ini bukannya tanpa tujuan, melainkan demi mendidik, membangkitkan kepercayaan, dan menggerakkan perasaan orang lain atau masyarakat. Komunikasi terus berkembang tidak hanya menyampaikan gagasan melalui lisan. Pada zaman kekaisaran Romawi, salah seorang kaisarnya yang bernama Julius Caesar membuat papan pengumuman yang disebut Acta Diurna. Hal ini terus berkembang lagi setelah ditemukannya kertas, penemuan mesin cetak oleh Johannes Guttenberg, dan terbitnya surat kabar pertama Avisa Relation Older Zeitung di Jerman dan Weekly News di Inggris pada tahun 1622. Setelah surat kabar, peradaban manusia juga lebih berkembang dan ditemukanlah radio, film, televisi, dan sejumlah media lain seperti yang kita miliki saat ini. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris ”communication” berasal dari kata Latin ”communicatio”, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, sama disini maksudnya adalah sama makna, maksudnya bila seseorang mengadakan kegiatan komunikasi dengan suatu pihak, maka orang tersebut cenderung berusaha untuk mengadakan persamaan arti dengan pihak lain yang menjadi lawan komunikasinya. Joseph A. Devito (1978) dalam bukunya “Communicology: An Introduction to the study of communication” menjelaskan
Universitas Sumatera Utara
komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau lebih dari kegiatan menyampaikan dan menerima pesan komunikasi yang terganggu keributan, dalam suatu konteks, bersama dengan beberapa efek yang timbul dari kesempatan arus balik. Sedangkan Howard Stephenson (1971) dalam bukunya “Handbook of Public Relations” menjelaskan komunikasi merupakan proses penyampaian pesan komunikasi dan juga efek komunikasi dari seseorang atau kelompok, kepada orang atau kelompok lainnya (Lubis, 2005: 10). Berikut beberapa defenisi yang dapat dirinci : 1. Carl Hovland (1953) dalam karyanya “Social Communication” menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses seseorang menyampaikan rangsangan biasanya dengan lambang kata/ gambar, guna mengubah tingkah laku orang lain. 2. Andersen (1959) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana kita mengerti orang lain dan kemudian berusaha untuk dimengerti oleh mereka. Hal ini dinamis, berubah secara konstan dan membagi respon untuk situasi yang total. 3. Lewis (1963) menyatakan bahwa komunikasi merupakan proses dimana seseorang mengurangi ketidakpastian mengenai penyimpangan dengan mendeteksi syarat yang diberikan padanya agar menjadi relevan terhadap penyimpangan itu. 4. Berelson dan Steiner (1964) mengungkapkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi, ide, emosi, kemampuan, dan lain-lain dengan menggunakan simbol, kata-kata, gambar, bilangan, grafik, dan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
5. Miller (1966) menyebutkan komunikasi sebagai suatu hal yang mempunyai pusat perhatian dalam situasi perilaku dimana sumber menyampaikan pesan kepada penerima secara sadar untuk memengaruhi perilaku. 6. Gerbner (1966) menyebutkan komunikasi adalah interaksi sosial melalui simbol dan sistem pesan. 7. Emery, Ault, dan Agee (1963) menyampaikan bahwa komunikasi diantara manusia merupakan seni menyampaikan informasi, ide, dan tingkah laku dari satu orang ke orang lain (Ardianto, 2004: 18-19).
I. 5. 2. Televisi Hadirnya media televisi mau tidak mau harus dapat diterima karena sudah merupakan suatu kebutuhan informasi bagi masyarakat agar kita tidak tertinggal oleh kemajuan peradaban teknologi sekaligus mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi di belahan dunia lain. Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Fungsi televisi hampir sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni sebagai alat informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Media televisi memiliki karakteristik yang membedakannya dengan media massa lainnya, yaitu : 1. Audiovisual 2. Berpikir dalam gambar 3. Pengoperasian lebih kompleks
Universitas Sumatera Utara
Ada tiga dampak yang ditimbulkan dalam acara televisi terhadap pemirsanya, yaitu : 1. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. 2. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan di televisi yang mempengaruhi pemirsa untuk menirunya. 3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa seharihari. Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbedabeda menurut visi pemirsa serta efek yang ditimbulkan juga beraneka macam. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa saat menonton televisi (Kuswandi, 1996: 99). Tayangan televisi dapat diartikan sebagai adanya suatu pertunjukan acara yang ditampilkan atau disiarkan melalui media massa televisi. Tayangan tersebut bisa bersifat hiburan, informasi, ataupun edukasi seperti tayangan mengenai pendidikan. Dalam
kehidupan
sehari-hari
kita
sering
memperoleh
berbagai
pengalaman. Hal ini dikarenakan terintegrasinya kelima indera yang dimiliki, tetapi dengan menonton audiovisual, akan mendapatkan 10% dari informasi yang
Universitas Sumatera Utara
diperoleh sebelumnya. Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan (Stimulated Experience) dari media audiovisual tadi (Darwanto, 2007: 119). Darwanto juga mengemukakan, dalam kaitannya terhadap peningkatan pengetahuan, suatu tayangan televisi hendaknya memperhatikan beberapa hal, antara lain : 1. Frekuensi menonton. Melalui frekuensi menonton komunikan, dapat dilihat pengaruh tayangan terhadap pengetahuan komunikan. 2. Waktu penayangan. Apakah waktu penayangan suatu acara sudah tepat atau sesuai dengan sasaran komunikan yang dituju. Misalnya tayangan yang dikhususkan bagi pelajar, hendaknya ditayangkan pada jam setelah kegiatan belajar di sekolah usai. 3. Kemasan acara. Agar mampu menarik perhatian pemirsa yang menjadi sasaran komunikannya, suatu tayangan harus dikemas atau ditampilkan secara menarik. 4. Gaya penampilan pesan. Dalam menyampaikan pesan dari suatu tayangan, apakah host atau pembawa acara sudah cukup komunikatif dan menarik, sehingga dapat menghindari rasa jenuh pemirsanya dan juga memahami pesan yang disampaikan. 5. Pemahaman pesan. Apakah komunikan dapat mengerti dan memahami setiap materi atau pesan yang disampaikan oleh suatu tayangan.
Universitas Sumatera Utara
I. 5. 3. Uses and Gratifications Theory Elihu Katz-lah yang pertama sekali memperkenalkan pendekatan Uses & Gratifications dengan menyebutkan bahwasannya khalayak menggunakan media demi keuntungan mereka. Teori ini melihat bahwa khalayak adalah kelompok aktif yang mampu dengan jeli melihat jenis media mana yang dapat dianggap tepat dan isi media tersebut dapat memenuhi kebutuhan dalam mencapai kepuasan pribadi. Teori ini juga mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada media, yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Penganut teori ini meyakini bahwa individu sebagai makhluk supra-rasional dan sangat selektif. Menurut para pendirinya, Elihu Katz; Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain. Perkembangan teori Uses and Gratifications Media dibedakan dalam tiga fase yaitu : •
Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler (1974) memberikan deskripsi tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan konseptual dalam meneliti orientasi audiens.
•
Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi variabelvariabel sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi pengaruh terhadap
Universitas Sumatera Utara
perbedaan pola-pola konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media. •
Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif audiens mungkin berhubungan. Kristalisasi dari gagasan, anggapan, temuan penelitian tentang Uses and
Gratifications Media mengatakan, bahwa kebutuhan sosial dan psikologis menggerakkan harapan pada media massa atau sumber lain yang membimbing pada perbedaan pola-pola terpaan media dalam menghasilkan pemuasan kebutuhan dan konsekuensi lain yang sebagian besar mungkin tidak sengaja. Elihu Katz; Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (dalam Baran dan Davis, 2003) menguraikan lima elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and Gratifications Media sebagai berikut : 1. Audiens adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan. 2. Inisiatif yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan media spesifik terletak di tangan audiens. 3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan kebutuhan audiens. 4. Orang-orang mempunyai kesadaran diri yang memadai berkenaan penggunaan media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi peneliti tentang gambaran keakuratan penggunaan itu. 5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media spesifik atau isi harus dibentuk.
Universitas Sumatera Utara
I. 5. 4. Kepuasan Para khalayak menjadi perhatian baik dari perilaku, kebutuhan, sistem nilai, dan gaya hidupnya. London dan Della Bitta (1993) menjelaskan kepuasan sebagai hasil proses kognitif yang berbentuk disonansi postif atau negatif (Brotoharsojo, 2005: 167). Khalayak merasa puas bila nilai harapannya sama dengan kenyataan yang didapatkan dari mengkonsumsi suatu produk media massa. Harapan ini merupakan perpanjangan dari kebutuhan khalayak. Khalayak selalu mencari media massa yang mampu memenuhi kebutuhannya. Namun tidak semua media massa, khususnya televisi, mampu memenuhinya karena televisi memiliki kelebihan tersendiri yang membuat khalayak betah untuk berlama-lama di depan televisi. Untuk itu, khalayak akan menilai harapannya akan produk media massa itu. Apabila sesuai (positif) maka kebutuhan dapat terpenuhi dan khalayak dapat merasa puas, begitu juga sebaliknya. Maka dapat disimpulkan kebutuhan merupakan faktor yang menentukan kepuasan seseorang. Katz, Gurevitch, dan Haas membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil dari literatur tentang fungsi-fungsi sosial dan psikologis media massa, kemudian menggolongkan ke dalam 5 (lima) kategori yaitu : • Kebutuhan kognitif • Kebutuhan afektif • Kebutuhan integratif personal • Kebutuhan integratif sosial • Kebutuhan pelepasan ketegangan (Severin, 2005: 357)
Universitas Sumatera Utara
I. 5. 5. Reality Show Reality
Show
adalah
jenis
program
acara
televisi
dimana
pendokumentasiannya berlangsung tanpa dilengkapi skenario dan menggunakan pemain dari khalayak umum biasa. Reality Show berarti pertunjukan yang asli (real), faktual, yang merujuk pada program siaran yang menyajikan fakta non fiksi. Kejadiannya diambil dari keseharian, kehidupan masyarakat apa adanya, yaitu realita dari masyarakat (Pedoman Perilaku Penyiaran Indonesia, 2004, Bab II, pasal 8, ayat 1-2). Keunggulan dalam reality show adalah unsur kedekatannya dengan kehidupan masyarakat, dan didukung oleh pesertanya yang berasal dari khalayak biasa. Berbagai tema yang biasa diangkat dalam reality show diantaranya permasalahan sosial, kompetisi, kemanusiaan, pencarian bakat, mengekspose kehidupan sehari-hari, percintaan, bahkan menjahili orang (www.wikipedia.com). Secara umum terdapat beberapa penggolongan dari reality show, yakni : 1. Program yang berisi rekaman kehidupan seseorang atau sekelompok orang dengan sepengetahuan objek yang direkam. Seperti tayangan Minta Tolong, Tantangan, Dunia Lain, Ekspedisi Alam Gaib, dan sebagainya. 2. Program yang berisi rekaman tersembunyi atas perilaku orang yang mengejutkan, atau dalam kondisi yang direkayasa. Seperti tayangan Jail, Paranoid, Harap-Harap Cemas, Playboy Kabel, Termehek-Mehek, Orang Ketiga, dan sebagainya. 3. Program pencarian bakat melalui kompetisi tertentu. Seperti AFI, Indonesian Idol, KDI, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
4. Program Amal (Charity), konsep yang disampaikan adalah menolong orang lain. Seperti Rezeki Nomplok, Bedah Rumah, Nikah Gratis, Uang Kaget, dan sebagainya (http://www.gumilarcenter.com/RealityShow).
I. 6. KERANGKA KONSEP Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi, 2001: 40). Kerangka konsep juga merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesa penelitian. Kerangka konsep dari satu gejala sosial yang memadai diperlukan untuk menyajikan masalah penelitian dengan cara yang jelas dan dapat diuji, karena itu variabel-variabel yang penting harus didefenisikan dengan jelas, setidaknya beberapa
variabel
yang
harus
didefenisikan
secara
operasional
untuk
memungkinkan dalil-dalil yang dapat diuji. Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel-variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas/ Independent Variabel (x) Merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel lain (Rakhmat, 2001: 12). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah program Termehek-Mehek di Trans TV.
Universitas Sumatera Utara
2. Variabel Terikat/ Dependent Variabel (y) Merupakan variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2001: 12). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepuasan pemirsa/ khalayak yakni mahasiswa FISIP USU. 3. Variabel Anteseden/ Karakteristik Responden Merupakan
karakteristik
yang
dimiliki
oleh
individu
yang
membedakannya dengan individu yang lain. Variabel anteseden dalam penelitian ini adalah: usia, jenis kelamin, agama, program studi, dan domisili.
I. 7. MODEL TEORITIS Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :
Variabel X
Variabel Y
Program Termehek-
Kepuasan Pemirsa
Mehek di Trans TV
Karakteristik Responden
Universitas Sumatera Utara
I. 8. DEFENISI OPERASIONAL Dalam penelitian lapangan, konsep yang relevan dan berkedudukan sentral dalam penelitian terlebih dahulu harus dibuat operasional. Pengarahan yang tepat atas prosedur penelitian, menuntut ketegasan apakah gugus realita yang akan diteliti, sebagaimana digambarkan menurut konsepnya memang benar-benar ada. Defenisi operasional tidaklah mungkin ditetapkan jika konsep itu tidak merujuk sama sekali pada suatu realitas tertentu. Sebuah konsep baru akan disebut konsep yang operasional, jika konsep itu sudah menyatakan secara eksplisit konsekuensi metode operasinya. Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut mengenai konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995: 46). Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Program Termehek-Mehek di Trans TV, terdiri atas : a. Frekuensi menonton acara Termehek-Mehek. b. Kemasan program acara Termehek-Mehek. c. Kejelasan isi program Termehek-Mehek. d. Proximity (kedekatan sumber berita) program Termehek-Mehek. e. Kemenonjolan berita ataupun informasi dari program Termehek-Mehek. 2. Kepuasan pemirsa, terdiri atas : a. Pemahaman terhadap program Termehek-Mehek di Trans TV.
Universitas Sumatera Utara
b. Kebutuhan terhadap acara demi pemenuhan kualitas hidup. c. Kepuasan terhadap kualitas program Termehek-Mehek di Trans TV. 3. Karakteristik responden, terdiri atas : a. Usia, yakni berapa usia dari responden. b. Jenis Kelamin yakni: Pria/ wanita. c. Agama yakni jenis agama responden yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha, atau Konghucu. d. Program Studi yakni program pendidikan responden di lokasi penelitian. e. Domisili, yakni lokasi responden menetap yakni: tinggal bersama orang tua, tinggal sendiri (kos), tinggal dengan kerabat lainnya, dan sebagainya.
I. 9. OPERASIONAL VARIABEL Operasional variabel digunakan untuk lebih memudahkan kesamaan dan kesesuaian penelitian berdasarkan kerangka konsep di atas, yakni: Variabel Teoritis
Variabel Operasional
Variabel Bebas Program Termehek-Mehek di Trans TV
• • • • •
Frekuensi Menonton Kemasan Program Acara Kejelasan Isi Program Proximity Kemenonjolan kasus
Variabel Terikat Kepuasan Pemirsa
• • •
Pemahaman terhadap acara Kebutuhan terhadap acara Kepuasan kualitas acara
Variabel Anteseden Karakteristik Responden
• • • • •
Usia Jenis Kelamin Agama Program Studi Domisili
Universitas Sumatera Utara
I. 10. HIPOTESIS Hipotesis adalah generalisasi atau rumusan kesimpulan yang bersifat tentaif (sementara), yang hanya akan berlaku apabila setelah terbukti kebenarannya (Nawawi, 2001: 161). Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho : Tidak terdapat hubungan antara Program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa di kalangan mahasiswa FISIP USU Medan. Ha : Terdapat hubungan antara Program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa di kalangan mahasiswa FISIP USU Medan.
Universitas Sumatera Utara