BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pelajaran Al-Qur’an merupakan salah satu dari mata pelajaran agama Islam, yang mana telah diketahui bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah (Firman Allah) baik huruf-huruf maupun maknanya yang diturunkan kepada Rasul-Nya yang terakhir Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam (Al-Fauzan, 2006: 4). Al-Qur’an merupakan sumber ajaran agama Islam yang utama dan pertama, maka dari itu sangatlah penting bagi umat Islam untuk mempelajari dan memahami kandungan isi Al-Qur’an. Dalam perkembangannya, pembelajaran Al-Qur’an tidak lepas dari pengaruh keluarga dan lingkungan masyarakat, sebab keluarga dan lingkungan masyarakat memberikan pengaruh yang kuat terhadap pendidikan anak. Dengan demikian, keberhasilan dalam pembelajaran Al-Qur’an tidak cukup hanya diberikan di sekolah saja, akan tetapi orang tua dan masyarakat juga berperan dalam pendidikan tersebut. Ada beberapa keluhan yang muncul berkaitan dengan proses pembelajaran Al-Qur’an, baik itu di Madrasah Ibtidaiyah, maupun kalangan masyarakat umum. Mereka merasa membutuhkan waktu yang lama untuk dapat membaca Al-Qur’an. Realitasnya, secara umum kebanyakan anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) belum dapat membaca Al-Qur’an dengan baik. Namun di Sekolah Dasar
1
2
Islam Terpadu (SDIT) Taruna Al-Qur’an, peserta didiknya sudah mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan lancar, bahkan mayoritas siswa kelas 4 di SDIT Taruna Al-Qur’an sudah mampu menghafal 3 Juz dari Al-Qur’an ( Hasil wawancara dengan ustadzah Ummi Lathifah, pada 28 Mei 2011). Pembelajaran Al-Qur’an adalah bagian dari belajar bahasa Arab, karena Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab. Oleh karena itu, dalam pembelajaran Al-Qur’an juga harus menggunakan metode pembelajaran bahasa Arab. Namun selama ini, pembelajaran Al-Qur’an seolah-olah terpisahkan dari bahasa Arab, sehingga banyak buku yang terbit tentang pembelajaran AlQur’an yang mengabaikan metode yang lazim digunakan untuk pembelajaran bahasa Arab. Untuk mengatasi permasalahan siswa yang belum dapat membaca AlQur’an, guru Pendidikan Agama Islam dituntut untuk mencari solusi yang tepat agar pembelajaran Pendidikan Agama Islam, khususnya pada pembelajaran AlQur’an lebih diminati oleh peserta didik, yakni dengan mengunakan metode yang tepat dalam pembelajaran tersebut. Dengan demikian, akan menumbukan minat dan perhatian peserta didik sehingga proses belajar mengajar akan dapat berhasil secara lebih maksimal. Metode pembelajaran Al-Qur’an yang diterapkan di SDIT Taruna AlQur’an saat ini adalah Metode 10 Jam. Metode ini disusun secara praktis untuk belajar cepat dalam membaca Al-Qur’an. Pelajar yang bersungguh-sungguh akan dapat segera bisa membaca Al-Qur’an setelah mempelajari kandungan
3
buku tersebut. Jika ia mempelajarinya dua jam sehari, maka kurang dari seminggu akan mampu membaca Al-Qur’an (Chirzin, 2007: 3). Berdasarkan dari latar belakang tesebut, peneliti ingin meneliti bagaimana penerapan metode 10 jam pembelajararan Al-Qur’an tersebut. Oleh karena itu penulis mengambil judul PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012. B. Penegasan Istilah Skripsi ini berjudul “Penerapan Metode 10 Jam Pembelajaran AlQur’an di SDIT Taruna Al-Qur’an Sleman, Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”. Judul yang sederhana ini perlu penegasan judul, untuk menghindari terjadinya kesalah-pahaman dalam mengartikan dan akan lebih mudah dipahami setelah dijelaskan lebih lanjut, secara terperinci sebagai berikut: 1.
Penerapan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono dkk,
2005:
180), penerapan artinya proses, cara, perbuatan menerapkan. Di sini penulis ingin menguraikan sebuah tinjauan mengenai metode yang diterapkan dalam pembelajaran Al-Qur’an di SDIT Taruna Al-Qur’an. 2.
Metode 10 Jam Pembelajaran Al-Qur’an Metode 10 Jam Pembelajaran Al-Qur’an adalah Metode yang digunakan sebagai nama dari metode pembelajaran Al-Qur’an yang
4
diterapkan di SDIT Taruna Sleman, Yogyakarta dan cara membacanya langsung tanpa dieja terlebih dahulu. 3.
SDIT Taruna Al-Qur’an Sekolah Dasar Islam Terpadu Taruna Al-Qur’an merupakan sebuah lembaga pendidikan swasta yang berbadan hukum dan bernaung di bawah Yayasan Lembaga Pendidikan Taruna Al-Qur’an. SDIT Taruna AlQur’an terletak di Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta ini memiliki konsep pembelajaran yaitu memadukan antara Kurikulum Departemen Agama (Depag), Pendidikan Nasional (Diknas), di samping memiliki program belajar membaca Al-Qur’an, perbaikan bacaan (tahsin) sampai pada program menghafal Al-Qur’an (tahfidz). Berpijak pada beberapa penegasan istilah dalam judul di atas, peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana penerapan metode 10 jam pembelajaran Al-Qur’an di SDIT Taruna Al-Qur’an, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana penerapan metode 10 jam pembelajaran Al-Qur’an di SDIT Taruna Al-Qur’an Yogyakarta?
2.
Faktor apa yang mendukung dan menghambat penerapan metode 10 jam pembelajaran Al-Qur’an?
5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: a. Untuk mendeskripsikan penerapan metode 10 jam pembelajaran AlQu’ran di SDIT Taruna Al-Qur’an Yogyakarta. b. Untuk
mendeskripsikan
faktor-faktor
yang
mendukung
dan
menghambat dalam penerapan metode 10 jam pembelajaran Al-Qur’an. 2. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu: a. Teoritis: Memperkaya dan menambah teori-teori dalam dunia pendidikan Al-Qur’an. b. Praktis: Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas layanan pembelajaran Al-Qur’an. E. Kajian Pustaka Sejauh pengetahuan penulis, bahwa penelitian tentang Penerapan Metode 10 Jam Pembelajaran Al-Qur’an di SDIT Taruna Al-Qur’an belum pernah dilakukan. Namun, penelitian-penelitian mengenai metode pengajaran membaca Al-Qur’an pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, di antaranya adalah: 1. Qoyyumamin Aqtoris (UIN Malang, 2008), dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Metode Pengajaran Qiroati dalam Meningkatkan
6
Baca Al-Qur’an di TPQ Wardatul Ishlah Lowokmaru Malang”, menyimpulkan bahwa penggunaan metode Qiroati dilaksanakan dengan cara menggunakan metode klasikal dan individual. Akan tetapi dalam hal ini belum terlaksana secara baik, sehingga dalam proses belajar mengajar dengan metode Qiroati dapat dilaksanakan dengan cara mengelompokkan santri sesuai dengan tingkatan jilidnya, karena penerapan metode Qiroati ini tidak melihat usia anak akan tetapi disesuaikan dengan kemampuan anak. Adapun dalam kegiatan belajar mengajar di TPQ Wardatul Ishlah dibedakan sesuai dengan tingkatan antara lain: jenjang pendidikan, kategori umur dan kelas, materi pelajaran, alokasi waktu, dan kurikulum. faktor pendukung dan penghambat metode pengajaran Qiroati di TPQ Wardatul Ishlah Merjosari adalah sebagai berikut: a) Faktor pendukung: 1) Santri, 2) Ustadz/ustadzah, 3) Alokasi waktu dan, 4) Adanya media pembelajaran yang disediakan TPQ seperti adanya alat peraga jilid Pra TK sampai jilid enam; b) Faktor penghambat: Kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki TPQ dalam menunjang kegiatan belajar mengajar metode pengajaran Qiroati. Adapun usaha yang dilakukan oleh ustadz/ustadzah dalam meningkatkan baca Al-Qur’an adalah menggunakan metode Qiroati klasikal, individual, dan memahami perbedaan setiap individu santri. 2. Saprun (UMS, 2009) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Metode Al-Barqy dalam Pembelajaran Al-Qur’an bagi Siswa Kelas III, IV dan V
7
Sekolah Dasar Muhammadiyah Kayen, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009”, menyimpulkan bahwa metode AlBarqy memberikan pengaruh terhadap kemampuan baca siswa. Metode ini menggunakan otak kanan, artinya dalam proses pembelajaran anak lebih diajak untuk berpikir menggunakan otak kanan dengan cara menalar materi yang disampaikan ke dalam kehidupan seharihari, karena memudahkan bagi anak didik untuk mengingat-ingat pelajaran dengan mudah, serta diajar sambil bernyanyi karena dalam tinjauan psikologi konvergensi anak yang sebelumnya memiliki bakat dan minat serta
didukung
oleh
lingkungan
yang
nyaman
seperti
di
SD
Muhammadiyah Kayen Condongcatur yang lokasinya berdekatan dengan masjid dan tidak jauh dari area persawahan akan membuat anak semakin mudah untuk menerima. Hasil yang dicapai setelah menerapkan metode Al-Barqy dalam pembelajaran Al-Qur’an di SD Muhammadiyah Kayen Condoncatur adalah mayoritas siswa mampu membaca dengan baik dan lancar. 3. Ning Hartini (STAIN Surakarta, 2010) dalam skripsinya yang berjudul “Motivasi Belajar Al-Qur’an Peserta Didik Pusat Pendidikan Al-Qur’an Al-Mahir (PPQ Al-Mahir) di Gawanan, Colomadu, Karanganyar”, diperoleh kesimpulan, bahwa motivasi belajar Al-Qur’an peserta PPQ AlMahir ada pada kategori sedang yaitu sebanyak 50 responden atau 54,35% dengan interval (79-89).
8
Sedangkan bila ditinjau dari masing-masing indikator yang merupakan faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik yang dapat mempengaruhi motivasi belajar Al-Qur’an terlihat bahwa enam indikator motivasi belajar Al-Qur’an memiliki motivasi sedang, yaitu dari motivasi intrinsik di antara: adanya hasrat dan keinginan berhasil dalam belajar Al-Qur’an (63,04%), adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar (65,22%), adanya harapan dan cita-cita masa depan (45,65%). Sedangkan dari motivasi ekstrinsik di antaranya: adanya penghargaan dalam belajar (67,39%), adanya kegiatan menarik dalam belajar (53,26%), adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik (59,78%). Dari ketiga hasil penelitian tersebut jelaslah bahwa permasalahan metode pembelajaran Al-Qur’an sangat menarik untuk diteliti. Untuk melengkapi penelitian-penelitian tentang metode pembelajaran Al-Qur’an yang pernah dilakukan sebelumnya, maka penulis mencoba untuk melakukan
penelitian
tentang
pembelajaran
Al-Qur’an
dengan
menggunakan metode 10 jam pembelajaran Al-Qur’an di SDIT Taruna Al-Qur’an Sleman, Yogyakarta serta faktor pendukung dan penghambat. Penelitian mengenai hal tersebut, sepanjang penelusuran peneliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain. Oleh karena itu, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini memenuhi kriteria kebaruan. F. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
9
Jenis penelitian yang digunakan ini adalah penelitian lapangan, karena penelitian ini berusaha menelaah kejadian sosial dalam suasana yang berlangsung secara alamiah. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah kualitatif. Robert Begdan dan Steven J yang dikutip Moleong (2005: 3) mengatakan pendekatan kualitatif yaitu
“penelitian yang
prosedurnya menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati”. 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu: a. Kepala Sekolah SDIT Taruna Al-Qur’an Sleman Yogyakarta, adalah sebagai sumber data dalam mengungkap data tentang sejarah perkembangan, struktur organisasi, kondisi dan situasi sekolah secara umum serta sarana dan prasarana yang tersedia. b. Guru pengajar Al-Qur’an, untuk menggali data tentang metode yang digunakan dalam pengajaran Al-Qur’an di SDIT Taruna Al-Qur’an, Sleman Yogyakarta, faktor pendukung dan penghambat. 3. Metode Pengumpulan Data Adapun beberapa metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah: a. Metode observasi Observasi dilakukan peneliti masuk ke dalam lembaga dan menjadi bagian tim kerja. Dalam hal ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-
10
hari orang yang diamati yang digunakan sebagai sumber data penelitian (Sugiyono, 2007: 64). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data secara langsung tentang kegiatan yang terkait dengan proses belajar mengajar, khususnya metode pembelajaran Al-Qur’an, keadaan lingkungan dan letak geografis. b. Metode interview Esterberg (dalam Sugiyono, 2007: 72) mendefinisikan wawancara dengan pertemuan dua orang bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini, wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur, yaitu pewancara memiliki daftar pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya untuk ditanyakan kepada nara sumber (Sugiyono, 2007: 73). Adapun kegunaan metode ini untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an serta faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an. c. Metode dokumentasi Metode dokumentasi atau pengumpulan dokumen adalah “cara pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatancatatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan lain sebagainya” (Arikunto, 2002:149).
11
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang pengelolaan materi, metode pengajaran yang diterapkan, struktur kepengurusan, serta komponen pelaksana pendidikan di SDIT Taruna Al-Qur’an, yaitu data tentang nama guru dan karyawan, siswa, sarana dan prasarana, serta profil lain tentang lembaga. 3. Metode Analisis Data Analisis data adalah proses pencarian dan penyusunan secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Bogdan dalam Sugiono, 2007: 88). Adapun metode yang digunakan dalam menganalisis data yaitu deskriptif kualitatif dengan konsep yang diberikan Miles dan Hubermen. Miles dan Hubermen (dalam Sugiono, 2007: 91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi). G. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memudahkan dalam penulisan dalam pembahasan skripsi, maka penulis menggunakan sistematika sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan
12
penelitian,
kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan
skripsi. Bab II : Landasan Teori tentang Metode Pembelajaran Al-Qur’an, meliputi pengertian metode pembelajaran Al-Qur’an, faktor pembelajaran AlQur’an, macam-macam metode pembelajaran Al-Qur’an dan metode 10 jam pembelajaran Al-Qur’an. Bab III : Deskripsi data yang berisi tentang gambaran umum SDIT Taruna Al-Qur’an, Ngaglik Sleman, Yogyakarta, meliputi: letak dan keadaan geografis, sejarah singkat berdirinya, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, visi dan misi, tujuan pendidikan, karakteristik kurikulum, sarana dan prasarana, selanjutnya dipaparkan penerapan metode 10 jam pembelajaran Al-Qur’an dan faktor pendukung dan penghambatnya. Bab IV : Analisis data yang berisi tentang analisis penerapan metode 10 jam pembelajaran Al-Qur’an, faktor yang mendukung dan menghambat dalam penerapan metode 10 jam pembelajaran Al-Quran. Bab V : Penutup, berisi kesimpulan, saran dan kata penutup sebagai akhir dari pembahasan skripsi.