1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur‟an adalah firman Allah yang bersifat mu‟jizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang tertulis di dalam mushaf, di nukil dari padanya secara mutawatir dan dipandang beribadah dengan semata membacanya, yang mana didalamnya terdapat firman-firmanNya1. Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang dijadikan sebagai pegangan oleh umat Islam diseluruh muka bumi ini. Ia mengajarkan kepada umat Islam mengenai apa itu aqidah dan tauhid, mengajarkan bagaimana manusia beribadah kepada penciptaNya. Selain dari pada itu, al-Qur‟an juga sebagai petunjuk bagi manusia dan membaca al-Qur‟an itu adalah perintah dari Allah Swt. Sebagaimana yang ditegaskan dalam Q.S al-„Alaq: 1-3
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah2”.
1
Sudaryo el-Kamali, Pengantar Studi al-Qur‟an (Pekalongan: STAIN Press, 2006), hlm.
3. 2
Al-Qur‟an dan terjemahnya (Saudi Arabia: Mujamma‟ al-Malik Faz li thiba‟at alMuşhaf ażarif, 1423), hlm. 1079.
2
Ayat ini menyiratkan bahwa al-Qur‟an diturunkan ke muka bumi ini salah satunya adalah untuk dibaca oleh umatnya. Dan sebagaimana dijelaskan pula dalam Q.S al-Muzzammil : 4
“Atau
lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan3” Ayat ini menjelaskan bahwa bacalah al-Qur‟an dengan lafadz yang tartil yaitu dengan sebaik-baik bacaan dengan suara yang merdu. Mannā‟ al-Qatthān di dalam bukunya yang berjudul Mabahiś Fī „Ulūm al-Qur‟an menyebutkan bahwa tujuan seseorang membaca al-Qur‟an dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu : a. Membaca al-Qur‟an dengan tujuan sebagai ibadah b. Membaca al-Qur‟an untuk mencari petunjuk c. Membaca al-Qur‟an untuk dijadikan sebagai alat justifikasi4 (penilaian terhadap suatu keadaan) Manusia yang dalam hal ini berposisi sebagai reader mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda antar yang satu dengan yang lainnya dalam hal berinteraksi dengan al-Qur‟an. Jadi tidak hanya dengan membacanya saja, kemudian seseorang merasa sudah cukup, karena pada dasarnya berinteraksi dan merespon al-Qur‟an adalah sebagai bentuk
3
Ibid., hlm. 27. Mannā‟ al-Qatthān, Mabahiś Fī „Ulūm al-Qur‟an (Kairo : Mansyurat al-Ash al-Hadiś, 1973), hlm. 21. 4
3
visualisasi dari pada ayat-ayat Allah itu. Karena dengan begitu sebagai pembaca, manusia bisa menangkap sinyal-sinyal Allah Swt melalui pemahaman al-Qur‟an5. Tidak dapat dipungkiri pula, bahwasanya obat yang paling ampuh untuk menyembuhkan jiwa yang galau adalah dengan membaca al-Qur‟an. Hal ini juga dibenarkan oleh beberapa pakar keIslaman yang menyebutkan bahwasanya al-Qur‟an merupakan obat penawar yang mujarab6. Tingkat kemampuan seorang reader yang berbeda-beda tersebut, kemudian menimbulkan pula perilaku yang berbeda atas setiap pembacaan alQur‟an itu sendiri. Baik pembacaan yang dilakukan secara individu atau perorangan, maupun pembacaan yang dilakukan secara berkelompok atau yang biasa disebut dengan nama semaan. Sebagaimana yang terjadi di Kelurahan Banyurip, Kecamatan Pekalongan selatan, Kota Pekalongan. Sekian banyak orang-orang yang membaca al-Qur‟an, hanya terdapat beberapa orang saja yang menekuni terhadap al-Qur‟an, sampai-sampai ada sebuah kebiasaan atau rutinitas yang dilakukan oleh masyarakatnya, baik itu yang dilakukan setiap seminggu sekali maupun yang sebulan sekali yaitu kegiatan semaan al-Qur‟an. Pengertian semaan al-Qur‟an secara umum mempunyai arti yaitu: tradisi membaca dan mendegarkan al-Qur‟an di kalangan masyarakat dan pesantrean umumnya. Kata semaan berasal dari bahasa Arab Sami‟a-Yasma‟u yang 5 6
Rusdin S Rauf, Smart Heart (Yogyakarta : Diva Press, 2008), hlm. 228 Ibid., hlm. 206.
4
artinya mendengar7. Kata tersebut diserap dalam bahasa Indonesia menjadi “Simaan” atau “Simak”, dalam bahasa Jawa disebut “Semaan”. Dalam pengguanaannya, kata ini tidak diterapkan secara umum sesuai asal maknanya, tetapi digunakan secara khusus kepada suatu aktivitas tertentu para santri atau masyarakat umum yang membaca dan mendengarkan lantunan ayat suci alQur‟an yang didalamnya terdapat dua orang atau lebih. Semaan adalah kegiatan membaca dan mendengarkan al-Qur‟an secara berjamaah atau bersama-sama, dimana dalam semaan itu juga selain mendengarkan al-Qur‟an yang hadir (Sami‟in) juga bersama-sama melakukan ibadah salat sunah secara berjamaah. Kelurahan Banyurip adalah sebuah Kelurahan yang berada di Kecamatan Pekalongan selatan, Kota Pekalongan. Dengan 3 pondok pesantren al-Qur‟an nya yang terdiri dari 2 unit pondok pesantren untuk santri putri, dan 1 unit pondok pesantren untuk santri putra, selain itu terdapat majelis-majelis ta‟lim. Sehingga tidak mengherankan jika di Kelurahan Banyurip berhasil dalam melestarikan al-Qur‟an di dalam kehidupan masyarakatnya. Dari sinilah kemudian lahir pula tradisi semaan al-Qur‟an,dari yang tadinya hanya dilakukan oleh para santri, kemudian berlanjut menjadi tradisi untuk mengisi kegiatan peringatan hari besar Islam (PHBI) saperti acara Maulid dan Rajaban. Bahkan kemudian berkembang dalam majelis-majelis
7
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi.IV (Jakarta: PT Gramedia, 2008), hlm. 1066.
5
pengajian, baik yang dilakukan di rumah-rumah warga maupun yang dilakukan di musala-musala, baik acara mingguan maupun acara bulanan. Adanya tradisi semaan al-Qur‟an ini juga disambut antusias oleh masyarakat di Kelurahan Banyurip, hal ini bisa dilihat, dimana ketika semaan al-Qur‟an diadakan, banyak masyarakat yang ikut didalamnya. Kegiatan semaan yang tadinya hanya sedikit jamaah saja yang ikut, kini kegiatan semaan al-Qur‟an banyak jamaahnya, dari yang kecil, muda sampai tua, baik laki-laki mapun perempuan. Tradisi semaan di Kelurahan Banyurip, Kecamatan Pekalongan selatan, Kota Pekalongan tidak hanya membaca al-Qur‟an saja, akan tetapi juga ada ritual-ritual didalamnya seperti adanya salat berjamaah, tahlilan, yasinan, manaqib, dan juga makan bersama dengan tujuan “Ngalap berkah8” dari pembacaan al-Qur‟an9. Berangkat dari fenomena yang terjadi di dalam masyarakat di Kelurahan Banyurip, Kecamatan Pekalongan selatan, Kota Pekalongan ini, penulis merasa tertarik untuk meneliti atas fenomena yang terjadi dalam tradisi semaan al-Qur‟an yang dilakukan secara berjamaah, maka dari itu penulis mengangkat tema tersebut ke dalam judul penelitian yang akan dilakukan yaitu: TRADISI SEMAAN AL-QUR’AN DI KELURAHAN BANYURIP,
8
Mengharapkan manfaat atau keberkahan. Ibu Khusnul Khotimah dan Ibu Fatanah, Salah satu jamaah semaan al-Qur‟an, wawancara pribadi, Banyurip, 2 Oktober 2014. 9
6
KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN, KOTA PEKALONGA (STUDI LIVING QUR’AN). B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diangkat antara lain: 1. Bagaimana praktik semaan al-Qur‟an di Kelurahan Banyurip, Kecamatan Pekalongan selatan, Kota Pekalongan? 2. Apa yang menjadi dasar dalam tradisi semaan al-Qura‟an dan bagaimana masyarakat memahami dasar kegiatan semaan al-Qur‟an? 3. Apa makna dan pengaruh kegiatan semaan al-Qur‟an bagi masyarakat di Kelurahan Banyurip, Kecamatan Pekalongan selatan, Kota Pekalongan?
C. Tujuan dan Manfaat Dari rumusan masalah diatas, tujuan penulis meneliti hal tersebut antara lain: 1. Untuk mendeskripsikan bagaimana praktik kegiatan semaan al-Qur‟an di Kelurahan Banyurip, Kecamatan Pekalongan selatan, Kota Pekalongan. 2. Untuk mengetahui dasar dan pemahaman masyarakat tentang kegiatan semaan al-Qur‟an di masyarakat Kelurahan Banyurip, Kecamatan Pekalongan selatan, Kota Pekalongan
7
3. Untuk mendeskripsikan bagaimana makna dan pengaruh kegiatan semaan al-Qur‟an bagi masyarakat Kelurahan Banyurip, Kecamatan Pekalongan selatan, Kota Pekalongan. Sedangkan manfaatnya adalah: 1. Untuk memberikan informasi baik pihak-pihak terkait yang terjun dalam pengembangan pemahaman dan penafsiran al-Qur‟an yang berada di Kelurahan Banyurip, Kecamatan Pekalongan selatan, Kota Pekalongan. 2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi khazanah ilmu pengetahuna terutama pengetahuna tentang al-Qur‟an.
D. Tinjauan Pustaka Sepanjang penelurusan penulis, telah ada penelitian yang berkaitan dengan Study Living Qur‟an. Dalam tinjauan pustaka ini penulis membaginya menjadi dua variabel, pertama, karya yang membahas tentang living Qur‟an, kedua: karya yang membahas tentang tradisi pembacaan al-Qur‟an diantaranya: 1. Skripsi Khoirul Ulum “Pembacaan al-Qur‟an di Lingkungan Jawa Timur (studi masyarakat Grujugan Bondowoso) UIN SUKA Yogyakarta, 2009. Hasil penelitiannya dijelaskan bahwa pembacaan al-Qur‟an di masyarakat Grujugan terdapat dua kategori yaitu (1) rutinan, biasanya sesuai kesepakatan ketika awal pembentukan, seperti yasinan, tahlilan dan khatmil Qur‟an. (2) Insidental, pelaksanaannya
8
disesuaikan dengan permintaan shohibul hajah. Sedang makna dari pembacaan al-Qur‟an bagi masyarakat Grujugan antara lain sebagai kitab bacaan mulia, obat hati, dan sebagai sarana perlindungan dari bahaya di hari akhir. Tujuannya sendiri terdapat tiga aspek yaitu : spiritual, ekonomi, dan sosial10. Sedang dalam penelitian yang akan penulis teliti, lebih pada kegiatan pembacaan al-Qur‟an yang dilakukan secara bersama-sama dan juga yang menjadi tempat untuk penelitian berbeda. 2. Skripsi Aida Hidayah : Penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an sebagai metode pengobatan bagi jasmani (studi living Qur‟an di Kabupaten Demak Jawa Tengah), UIN SUKA, Yogyakarta, 2011. Skripsi ini meneliti tentang penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an yang digunakan sebagai pengobatan jasmani oleh masyarakat Demak, skripsi ini juga mengungkap tentang kemanjuran ayat-ayat al-Qur‟an yang digunakan sebagai obat yang terkandung dalam bacaannya11. 3. Skripsi Siti Fauziyah: Pembacaan al-Qur‟an surat-surat pilihan di Pondok Pesantren Daar al-Furqan Janggalan Kudus (studi living Qur‟an), UIN SUKA Yogyakarta, 2014. Hasil penelitianya (1) praktik pembacaan al-Qur‟an surat-surat pilihan dilaksanakan setelah salat berjamaah fardhu. (2) surat-surat yang biasa dibaca adalah bacaan
10
Skirpsi Khoirul Ulum,”Pembacaan al-Qur‟an di Lingkungan Jawa Timur (studi masyarakat Grujugan Bondowoso)”, Skripsi Sarjana Tafsir Hadits dan dakwah, (Yogyakarta: Perpustakaan UIN SUKA, 2009) 11 Aida Hidayah,”Penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an sebagai metode pengobatan bagi jasmani (studi living Qur‟an di Kabupaten Demak Jawa Tengah)”, Skripsi Sarjana Tafsir Hadits dan dakwah, (Yogyakarta: Perpustakaan UIN SUKA, 2011), hlm. 46.
9
surat-surat tertentu yang terdiri dari 5 macam surat yaitu: Yāsīn, alMulk, al-Wāqi‟ah, ad-Dukhān dan ar-Rahmān. (3) Adanya bacaan alQur‟an lain, seperti bacaan al-Qur‟an 3 ayat terakhir dari surat alHasyr, salawat nariyah, doa sayyid al-Istighfār dan asmā al-Husna. Adapun fungsinya aadalah sebagai bentuk solidaritas sosial, baik organik maupun sosial mekanik. Sedagkan maknanya adalah makna obyektif, makna ekspresif dan makna dokumenter12. 4. Skripsi Ujang Yana: Pembacaan 3 surat al-Qur‟an dalam tradisi tujuh bulanan (di masyarakat Selandaka, Sumpiuh, Banyumas), UIN SUKA Yogyakarta, 2014. Hasil penelitiannya, makna pembacaan 3 surat dalam tradisi tujuh bulanan bagi masyarakat Selandaka merupakan bagian dari rasa syukur kepada Allah atas kehamilan yang telah memasuki usia tujuh bulan, selain itu sebagai bentuk permohonan doa kepada Allah agar Ibu yang sedang hamil diberi kesehatan sampai kelak melahirkan, dan anak yang dikandung kelak menjadi anak yang shaleh dan taat kepada agama serta berbakti kepada kedua orangtua13. 5. Skripsi Rafi‟udin: Pembacaan ayat-ayat al-Qur‟an dalam upaca peret kandungan, UIN SUKA Yogyakarta, 2013. Peret kandungan adalah suatu tradisi yang sering dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Madura. Hal ini dilakukan ketika ada orang yang hamil dan kemudian
12
Siti Fauziyah,”Pembacaan al-Qur‟an surat-surat pilihan di Pondok Pesantren Daar alFurqan Janggalan Kudus (studi living Qur‟an)”, Skripsi Sarjana Tafsir Hadits dan dakwah, (Yogyakarta: Perpustakaan UIN SUKA, 2011). 13 Ujang Yana,”Pembacaan 3 surat al-Qur‟an dalam tradisi tujuh bulanan (di masyarakat Selandaka, Sumpiuh, Banyumas)”, Skripsi Sarjana Tafsir Hadits dan dakwah,, (Yogyakarta: Perpustakaan UIN SUKA, 2014).
10
upacara peret kandungan ini dilakukan. Peret artinya memijat, jadi mereka sering memijat kandungan ketika usia kandungan mulai memasuki masa-masa janin sudah siap dan dibarengi dengan bacaan ayat-ayat al-Qur‟an14. 6. Skripsi Didik Andriawan: Penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an sebagai pengobatan (studi living al-Qur‟an pada praktik pengobatan Dr.KH.Komari Saifulloh, pesantren Sunan Kalijaga, Desa Pakuncen, Kecamatan
Patianrowo,
Kabupaten
Nganjuk),
UIN
SUKA
Yogyakarta, 2013. Skripsi ini menjelaskan bagaimana cara pengobatan dan ayat-ayat yang digunakan oleh Tabib Komari Saifulloh yang berjumlah kurang dari 11 ayat15. 7. Skripsi
Fathurrohim:
Tradisi
membaca
surat
al-Jin
sebelum
menempati rumah baru pada masyarakat Margasari kecamatan Sidereja Kabupaten Cilacap, UIN SUKA Yogyakarta, 2010. Skripsi ini menjelaskan suatu tradisi yang dilakukan orang Margasari ketika akan menempati rumah yang baru selesai dibuat. Dalam tradisi ini terdapat pengamalan salah satu surat yang diyakini oleh pihak
14
Rafi‟udin,”Pembacaan ayat-ayat al-Qur‟an dalam upaca peret kandungan”, Skripsi Sarjana Tafsir Hadits dan dakwah, (Yogyakarta: Perpustakaan UIN SUKA, 2013), hlm. 124. 15
Didik Andriawan,”Penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an sebagai pengobatan (studi living alQur‟an pada praktik pengobatan Dr.KH.Komari Saifulloh, pesantren Sunan Kalijaga, Desa Pakuncen, Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk)” , Skripsi Sarjana Tafsir Hadits dan dakwah, (Yogyakarta: Perpustakaan UIN SUKA, 2013).
11
setempat bisa menjaga yang menempatirumah dari gangguan makhluk halus16. 8. Skripsi Uswatun Hasanah: Studi terhadap tujuan mambaca al-Qur‟an di Dusun Sukorejo Desa Kenteng Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Jawa tengah, UIN SUKA Yogyakarta, 2008. Hasil penelitiannya menunjukkan fenomena mambaca al-Qur‟an diterima di kehidupan sehari-hari di Dusun Sukorejo, cara merespon dan pengapresiaannya beragam antara lain: pembacaan al-Qur‟an sebagai ritual ibadah, sebagi seni kaligrafi, dan ada pula sebagai media pengobatan, dan ada pula yang menjadikan ayat-0ayat al-Qur‟an sebagai wirid dalam rangka kecintaannya terhadap firman Allah. Sedangkan tujuannya adalah dengan membaca al-Qur‟an mereka ingin mendapat pahala, memperoleh ketenangan hati, sebagai psikoterapi untuk penyembuhan penyakit jasmani. 9. Skripsi Moh. Wasi‟ yang mengangkat judul “Fenomena pembacaan al-Qur‟an dalam masyarakat (studi fenomenologis atas masyarakat pedukuhan Srumbung, Kelurahan Segoroyoso, Pleret, Bantul), UIN SUKA Yogyakarta, 2005. 10. Skripsi Taufik Akbar : Tradisi mambaca dan menghafal al-Qur‟an (studi atas resepsi masyarakat Desa Bulu Pitu, Kecamatan Gondang Legi,
Kabupaten
Malang
terhadap
al-Qur‟an),
UIN
SUKA
Yogyakarta, 2014. Penelitian di lapangan menunjukkan ragam 16
Fathurrohim,”Tradisi membaca surat al-Jin sebelum menempati rumah baru pada masyarakat Margasari kecamatan Sidereja Kabupaten Cilacap”, Skripsi Sarjana Tafsir Hadits dan dakwah, (Yogyakarta: Perpustakaan UIN SUKA, 2010).
12
membaca al-Qur‟an yang dilakukan oleh masyarakat Desa Bulu Pitu ada 2 yaitu: secara individual dan secara kolektiv, sedangkan menghafal dengan metode hafalan dan mengulang-ulang. Adapun faktor dari kegemaran masyarakat Desa Bulu Pitu untuk membaca dan menghafal al-Qur‟an antara lain: Faktor agam,a, faktor sosio-kultural, dan faktor psikologis17 . 11. Penelitian Howard M.Federspiel yang berjudul Popular Indonesian Literature of the Qur‟an yang diterjemahkan oleh Tajul Arifin dengan judul “Kajian al-Qur‟an di Indonesia dari Mahmud Yunus hingga Quraish Shihab” penelitiannya lebih fokus pada studi literatur dan sosiologisnya yang mana di dalamnua juga dijelaskan bahwa di sebagian daearah di Indonesia memiliki tradisi membaca al-Qur‟an bersama-sama, baik dengan keluarganya atau yang dilakukan di majelis-majelis18. Semua penelitian yang ada di atas, kesemuanya merupakan jenis penelitian kualitatif, dan terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan, diantaranya: lokasi penelitian, fokus penelitian serta teori yang digunakan. Selain karya-karya di atas, masih banyak lagi karya yang membahas mengenai Study Living Qur‟an, akan tetapi karya yang lebih 17
Taufik Akbar,”Tradisi mambaca dan menghafal al-Qur‟an (studi atas resepsi masyarakat Desa Bulu Pitu, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang terhadap al-Qur‟an)”, Skripsi Sarjana Tafsir Hadits dan dakwah, (Yogyakarta: Perpustakaan UIN SUKA, 2014). 18 Howard M.Federspiel, Kajian al-Qur‟an di Indonesia dari Mahmud Yunus hingga Quraish shihab (Bandung: Al-Mizan, 1996), hlm. 27.
13
menspesifikasikan pada tradisi semaan al-Qur‟an, penulis belum menemukannya secara langsung. Untuk itu penulis mencoba merangkai data yang ada dalam karya-karya tersebut dengan tradisi semaan al-Qur‟an yang akan penulis teliti. E. Kerangka Teori Menurut Sahiron Syamsuddin, genre dan objek penelitian alQur‟an terdapat beberapa bagian19 antara lain: Pertama, Penelitian yang menempatkan teks al-Qur‟an sebagai objek kajian. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Amin al-Khulli. Kedua, Penelitian yang menempatkan hal-hal diluar teks al-Qur‟an, namun berkaitan erat dengan kemunculannya sebagai objek kajian atau yang biasa disebut dengan Dirasat mā haul al-Qur‟an. Ketiga, Penelitian yang menjadikan pemahaman terhadap teks al-Qur‟an sebagai objek penelitian sejak masa Nabi hingga sekarang, al-Qur‟an difahami dan ditafsirkan oleh umat Islam, baik secara keseluruhan atau hanya sebagian, baik secara mushafi maupun secara tematik. Keempat, Penelitian yang memberikan perhatian terhadap respon masyarakat terhadap teks al-Qur‟an hasil penafsiran seseorang. Termasuk dalam pengertian respon masyarakat adalah bagaimana respon sosial mereka terhadap teks tertentu dan hasil penafsiran tertentu. Sosial terhadap al-Qur‟an dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti pentradisian bacaan surat atau ayat tertentu 19
Sahiron Syamsuddin, Ranah-ranah Penelitian dalam Studi al-Qur‟an dan Hadits dalam Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadits (Yogyakarta: TH Press, 2007), hlm. Xixiv.
14
pada acara dan seremoni sosial keagamaan tertentu. Sementara itu, sosila terhadap penafsiran terjelma degan dilembagakannya bentuk penafsiran tertentu dalam masyarakat, baik dalam skala besar maupun skala kecil. Teks al-Qur‟an yang hidup di msayarakat itulah yang disebut dengan Living Qur‟an. Sehubungan dengan pembagian objek penelitian al-Qur‟an, maka penelitian ini masuk dalam pembagian yang ke empat yaitu penelitian yang memberikan perhatian terhadap respon masyarakat terhadap teks alQur‟an
atau
apresiasi
dan
respon
masyarakat
muslim
dalam
memperlakukan al-Qur‟an. Dengan demikian, teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah apa yang diutarakan oleh Mannā‟ Khalil Qatthān dan Ahmad Rafiq, mereka berdua berpendapat bahwa tujuan seseorang dalam membaca alQur‟an dapat diklasifikasikan menjadi 3 klasifikasi, antara lain: Pertama, Membaca al-Qur‟an dengan tujuan sebagai ibadah20. Tujuan ini berhubungan dengan definisi al-Qur‟an yang selama ini lazim dipegangi kaum muslimin, bahwa al-Qur‟an adalah Kitab Allah yang diturunkan secara mutawatir dan membacanya dianggap ibadah. Ini adalah salah satu pendorong kaum muslimin untuk membaca al-Qur‟an sebanyak mungkin dan biasanya dibaca secara berurutan sesuai dengan urutan
20
Mannā Khalil ql-Qatthān, Mabāhiś Fī Ulum al-Qur‟an (Kairo: Manżurat al-Aş alHadits. 1973), hlm. 21.
15
mushaf, terlepas dari ada apa tidak adanya pemahaman teks yang sedang dibaca21. Kedua, Membaca al-Qur‟an untuk mencari petunjuk. Untuk mencapai tujuan ini seorang muslim atau non muslim yang menjadi pengkaji al-Qur‟an, akan membacanya sebagian atau keseluruhan dari alQur‟an sehingga menangkap dengan jelas makna yang dimaksud oleh lafal al-Qur‟an. Apapun bentuk disini, ia bisa diterima secara positif dalam pengertian untuk menguatkan keyakinan si pembaca akan kebesaran alQur‟an dan pesan-pesan yang dibawanya. Petunjuk disini bisa pula menjadi paradoks, artinya dicari dan untuk menegaskan atau melemahkan kebenaran al-Qur‟an22 . Ketiga, Membaca al-Qur‟an untuk dijadikan sebagai alat justifikasi. Dalam hal ini pembaca mengemukakan bagian tertentu dari alQur‟an untuk mendukung pikiran ataupun keadaan pada saat tertentu. Pada kategori ketiga ini yang terjadi adalah orang terlebih dahulu berhadapan dengan sebuah persoalan, maka dicarilah bagian-bagian dari al-Qur‟an untuk kemudian memberikan penilaian terhadap keadaan tersebut. Penilaian tersebut bisa untuk mendukung ataupun untuk menolaknya, tergantung dari tujuan si pembacanya23.
21
Ahmad Rafiq, Pembacaan Atomistk Terhadap Al-Qur‟an dalam Jurnal Ilmu-ilmu alQur‟an dan Hadits (Vol. 5 No. 1, Januari 2004), hlm.3. 22 Ibid,. Hlm. 3. 23 Ibid,. Hlm. 3.
16
F. Metode Penelitian Penelitian mengenai tradisi semaan al-Qur‟an di Kelurahan Banyurip, Kecamatan Pekalongan selatan, Kota Pekalongan penulis memilih menggunakan metode sebagai berikut: 1. Jenis penelitian Penelitian ini termasuk penelitian lapangan atau field research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti secara langsung kelapangan yang telah ditentukan sebagi tempat dari penelitian yang akan dilakukan24. 2. Pendekatan Ada tiga varian dari Living Qur‟an yaitu: tradisi tulis, lisan dan praktik. Objek penelitian ini adalah termasuk dalam varian tradisi praktik, yaitu kegiatan yang sudah menjadi tradisi yang dipraktikkan di dalam masyarakat Islam yang dilakukan atas dasar pemahaman masyarakat terhadap al-Qur‟an25. Menurut Abdul Mustaqim, pendekatan yang sesuai untuk meneliti kajian Living Qur‟an adalah penelitian fenomenologi. Karena
24
Djam‟an Satori dan Aan Komariah, Metode Penlitian Kualitatif (BandungL Alfabeta Cv, 2010), hlm. 27. 25 M. Alfatih Suyradilaga, Model-model Living Hadits dalam Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadits cet. I (Yogyakarta: TH Press, 2007), hlm. 128-130.
17
pendekatan
ini
bertugas
mencari
atau
mengamati
fenomena
sebagaimana yang tampak26. Penulis akan mengumpulkan informasi mengenai tradisi semaan al-Qur‟an yang ada di Kelurahan Banyurip. Penulis akan menelitinya dan kemudian penulis akan menyimpulkan hasil dari penelitiannya. 3. Objek penelitian Objek dari penelitian dalam hal ini adalah tradisi semaan alQur‟an yang ada di Kelurahan Banyurip, Kecamatan Pekalongan selatan, Kota Pekalongan. 4. Subjek penelitian Subjek penelitian sekaligus sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Banyurip, karena menurut pengamatan sementara penulis, masyarakat tersebut memiliki keunikan tersendiri. Keunikan yang dimaksud adalah adanya kegiatan semaan al-Qur‟an yang dilakukan di masjid, musala maupun ang dilakukan di rumah-rumah penduduk. 5. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan penulis
dalam
melakukan penelitian ini adlah: a. Observasi langsung
26
Abdul Mustaqim, Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Tafsir cet. I (Yogyakarta: Idea Press, 2014), hlm. 109.
18
Penelitian mengenai tradisi semaan al-Qur‟an ini penulis menggunakan metode observasi terlibat. Tehnik ini digunakan untuk melakukan pengamatan langsung terhadap lingkungan masyarakat Kelurahan Banyurip, sehingga menghasilkan data yang lebih rinci. Penulis dengan berpedoman kepada desain penelitiannya akan mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati secara langsung berbagai hal dan kondisi yang ada dilapangan. Jadi disini penulis akan melakukan pengamatan dengan terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang akan penulis teliti seperti acara pengajian tiap hari Jumat manis, Selasa sore, dan acara yang lainnya, seperti acara Maulid Nabi yang didalamnya terdapat acara semaan al-Qur‟an. b. Interview (wawancara) Penulis melakukan wawancara dengan informan pangkal, seperti:
tokoh
masyarakat,
maupun
pengurus
yang dapat
memberikan kepada penulis keterangan maupun petunjuk lebih lanjut yang diperlukan, dan tentunya dengan masyarakatnya sebagai jamaah dari semaan al-Qur‟an27. Sehingga diperoleh data mengenai seputar permasalahan penelitian secara lengkap. Metode ini akan digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai tradisi semaan al-Qur‟an yang ada di Kelurahan Banyurip. 27
Djam‟an Satori dan Aan Komariah, Metode Penlitian Kualitatif (BandungL Alfabeta Cv, 2010), hlm. 132.
19
c. Tehnik dokumentasi Tehnik dokumentasi yaitu pencarian data-data berupa kumpulan data verbal yang berbentuk tulisan yang dianggap relevan untuk pembahasan penulis28. Jadi penulis disini mencari data mengenai hal-hal baik berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda, foto-foto dan lain sebagainya. Ini merupakan sebagi penyempurna dari observasi langsung dan interview atau wawancara. Melalui metode pengumpulan data ini, maka data yang dapat diperoleh adalah berupa data primer dan data sekunder29. a. Data primer, merupakan data pokok dalam penelitian ini, yang termasuk data-data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil observasi, dokumentasi dan dari hasil wawancara. b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli memuat informasi atau data tersebut. Data sekunder diperoleh lewat pihak-pihak lain, tidak langsung diperoleh penulis dari subjek penelitian. 6. Analisis data Analisis data merupakan bentuk penyederhanaan ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk difahami dan di interpretasikan yang 28 29
Ibid,. hlm. 58 Azwar Saifuddin, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 6.
20
nantinya dapat memudahkan penulis dalam mengadakan penelitian, setelah data yang diperlukan terkumpul, kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode analisis interaktif. Model analisis ini oleh Miles dan Huberman menurut mereka bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus samapi tuntas sehingga datanya menjadi jenuh30. Aktivitas dalam analisis data kualitatif ini ada tiga yaitu31: 1) Tahap reduksi data Data yang diperoleh dari lapangan dicatat secara teliti dan rinci, kemudian dirangkum dengan cara memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya sehingga memudahkan untuk pengumpulan data-data nantinya. 2) Penyajian data (display data) Penyajian data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dalam hal ini adalah berupa teks yang sifatnya naratif dan dapat pula berupa grafik, matrik, jaringan kerja (network) dan juga berupa chart. 3) Penarikan kesimpulan dan verivikasi
30
Burhan Bungin, Analisis data Penelitian Kualitatif (Pemahaman filosofis dan metodologia ke arah pemguasaan model aplikasi) Edisi. 6, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hlm. 69. 31 Ibid,. Hlm. 70.
21
Kesimpulan ini dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, maupun hipotesis atau teori.
G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan adalah merupakan hal yang penting karena mempunyai fungsi untuk menyatakan garis-garis besar dari masingmasing bab. Untuk mendapatkan pemahaman yang utuh dan sistematis mengenai tradisi semaan al-Qur‟an di Kelurahan Banyurip, Kecamatan Pekalongan selatan, Kota Pekalongan tersebut serta mudah untuk difahami, maka pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, yang mana tiap babnya akan dibagi dalam beberapa sub bab agar mudah untuk difahami. Untuk lebih jelasnya penulis menguraikannya seperti berikut: BAB I Terdiri dari: Pendahuluan yang mana meliputi latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. Bab ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang seluruh rangkaian penulisan skripsi sebagai dasar pijakan bagi pembahasan berikutnya, serta sebagai arah bagaimana penelitian akan dilakukan. BAB II Pada bab ini memaparkan secara singkat tentang gambaran umum Kelurahan Banyurip, Kecamatan Pekalongan selatan, Kota Pekalongan baik secara geografis, historis, sosial, agama maupun dari
22
perkembangan pendidikan yang ada di Kelurahan Banyurip, Kecamatan Pekalongan selatan, Kota Pekalomngan yang merupakan tempat yang akan penulis teliti. BAB III Dalam bab ini membahas tentang tradisi semaan alQur‟an yang ada di Kelurahan Banyurip, Kecamatan Pekalongan selatan, Kota Pekalongan. BAB IV Pada bab ini berisi analisis tentang kegiatan semaan alQur‟an di Kelurahan Banyurip, Kecamatan Pekalongan selatan, Kota Pekalongan. Pembahasannya meliputi bagaimana praktik kegiatan semaan al-Qur‟an, apa saja yang menjadi dasar dari kegiatan semaan al-Qur‟an serta bagaimana masyarakat memahami dasar tersebut, dan juga mengenai seperti apa makna dan pengaruh kegiatan semaan al-Qur‟an bagi masyarakat Kelurahan Banyurip, Kecamatan Pekalongan selatan, Kota Pekalongan. BAB V Merupakan bab terakhir dari keseluruhan pembahasan yang berisi kesimpulan, saran, serta kata penutup. Dan juga sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah.