BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia sekarang semakin berkembang, semakin banyak perusahaan yang bermunculan dan mendaftar di Bursa Efek Indonesia untuk menjual saham dan obligasi nya sebagai usaha perusahaan untuk mendapatkan investor (Susan, 2008). Hingga tanggal 10 Agustus 2016 perusahaan yang terlisting di Bursa Efek Indonesia telah mencapai 532 perusahaan yang diklasifikasikan ke dalam 9 sektor utama (www.idx.co.id). Peran pasar modal memang sangat penting bagi perekonomian Indonesia, hal ini dikarenakan pasar modal mempunyai dua fungsi sekaligus yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan (Tomi, 2011). Sebagai fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (lender) ke pihak yang memerlukan dana (borrower) (Husnan, 2001). Dengan adanya pasar modal ini, maka pihak yang mempunyai kelebihan dana akan memberikan dana nya dengan maksud agar mendapatkan pengembalian (return) dari kegiatan investasinya tersebut. Pasar modal dikatakan mempunyai fungsi keuangan dikarenakan pasar modal memberikan peluang dan kesempatan untuk memperoleh pengembalian (return) investasi bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih (Fakhruddin, 2001 dalam Tomi, 2011). Investasi yang tepat kepada perusahaan yang ter-listing di Bursa Efek Indonesia akan memberikan pengembalian (return)
sesuai dengan yang di harapkan oleh investor. Return saham sebuah perusahaan memiliki arti penting karena memberikan informasi terhadap kinerja perusahaan dan sinyal positif bagi para investor (Ni Kadek, 2015). Bagi perusahaan, sekarang ini mereka di wajibkan untuk bersaing agar bisa selalu eksis dan dapat selalu mencapai tujuan dari perusahaan. Perusahaan harus berlomba-lomba agar setiap investor berkenan untuk menanamkan investasinya kepada perusahaan. Namun dalam persaingan nya di pasar bebas, perusahaan sering kali terhadang oleh susahnya dalam memperoleh kembali laba perusahaan yang signifikan agar kegiatan usahanya dapat berjalan dengan lancar, berkelanjutan, dan semakin memperluas pasar usahanya. Sumber modal dan investasi yang tepat sangat dibutuhkan untuk mendukung segala kegiatan perusahaan yang berkelanjutan. Perusahaan membutuhan sumber modal baik dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan, sumber modal dari pihak internal perusahaan adalah dana yang didapat dari keuntungan yang ditanam dalam perusahaan baik yang berbentuk laba ditahan, laba berjalan, modal dari perseorangan maupun modal dari bersama (Gde sanjaya, 2016). Jika modal internal perusahaan kurang mencukupi biaya operasional, perusahaan dapat mencari dana dari pihak eksternal. Dana yang diperoleh dari pihak eksternal perusahaan dapat berasal dari bank atau dengan cara mendaftarkan perusahaan tersebut ke Bursa Efek Indonesia. Di dalam Bursa Efek Indonesia, Perusahaan bisa mendapatkan suntikan dana (modal) dari pihak luar perusahaan (investor) untuk terus dapat menjalankan aktivitas operasi perusahaan. Perusahaan dapat menjual hak kepemilikan atas
perusahaan tersebut dalam bentuk saham untuk mendapatkan modal (Ni Nyoman, 2014). Saham yang di keluarkan perusahaan tersebut akan di perjual-belikan di Bursa Efek Indonesia untuk menarik investor sebanyak-banyaknya. Tujuan utama investor melakukan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan (return) yang tinggi. Bagi para investor, return merupakan salah satu parameter untuk menilai seberapa besar keuntungan suatu saham, investor yang akan berinvestasi di pasar modal terlebih dahulu melihat saham perusahaan mana yang paling menguntungkan, dengan menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan (Husnan, 2001). Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Kadek, 2013). Di Indonesia, pertumbuhan bisnis property dan real estate sangat menarik untuk diamati. Banyak masyarakat tertarik menginvestasikan dananya di sektor property dan real estate dikarenakan harganya yang cenderung selalu naik. Kenaikan harga properti cenderung naik disebabkan karena harga tanah yang cenderung naik, supply tanah bersifat tetap sedangkan demand nya akan selalu bertambah
besar
seiring
dengan
pertambahan
jumlah
penduduk
serta
bertambahnya kebutuhan manusia akan tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaan, taman hiburan dan lain-lain (Almas, 2007). Dari data yang di peroleh dari Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2011 - 2015, industri property dan real estate di indonesia mulai dari tahun 2011 sampai tahun 2013 mengalami fluktuasi dan meningkat pesat hingga tahun 2013. Kemudian mulai dari kuartal ke-3 tahun 2013 hingga tahun 2015 industri property
dan real estate di indonesia terus mengalami penurunan tajam. Hal tersebut dapat di amati dari tabel dan grafik dibawah ini: Tabel 1.1 Rata-rata Return saham Perusahaan Property dan Real Estate No
Tahun
Return saham
1
2011
65 %
2
2012
37 %
3
2013
77 %
4
2014
32 %
5
2015
0%
Grafik 1.1 Rata-rata Return saham Perusahaan Property dan Real Estate 90% 80%
77%
70% 60%
65%
50% 40%
37%
32%
30% 20% 10% 0% 2011
2012
2013
2014
0% 2015
Sumber: www.idx.ac.id diakses pada 30 September 2016 (diolah). Menurut data dari (www.indonesia-investments.com), pada tahun 2012 dan pertengahan pertama tahun 2013 sektor property dan real estate di Indonesia bertumbuh dengan cepat, hal ini dikarenakan pertumbuhan keuntungan para
developer properti Indonesia yang melonjak tajam. Pertumbuhan tersebut terjadi karena ekspansi perekonomian Indonesia yang subur, komposisi demografi Indonesia juga mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk sektor property dan real estate, serta rendahnya tingkat suku bunga bank sentral antara Februari 2012 sampai pertengahan tahun 2013 telah mencapai angka 5,75% pada 9 Februari 2012 menjadi stimulus baik bagi pertumbuhan bisnis property dan real estate di Indonesia (www.bi.go.id). Namun sejak pertengahan kedua tahun 2013 hingga tahun 2015, industri property dan real estate terus mengalami penurunan. Ini terjadi dikarenakan adanya beberapa hal yaitu, Bank Indonesia semakin mengetatkan kebijakannya. BI menaikkan persyaratan uang muka minimum dan memotong pinjaman hipotek untuk kepemilikan rumah kedua (untuk mencegah peningkatan berlebihan dari pinjaman untuk hunian). Bank-bank juga dilarang memberikan pinjaman untuk properti-properti yang masih dalam proses pembangunan (www.asriman.com). Hal lain yang membuat bisnis property dan real estate semakin menurun adalah karena Bank Indonesia secara bertahap namun agresif, menaikkan BI rate antara Juni 2013 hingga November 2013 menjadi 7,50% (www. bi.go.id). Ditambah pada tahun 2014 Indonesia mengalami tahun politik (Indonesia mengadakan pemilihan legislatif dan presiden pada pertengahan tahun 2014) menyebabkan ketidakjelasan politik yang besar. Menjelang pemilihan presiden ini, para pengembang di Indonesia cenderung menunda proyek-proyek baru (www.properti.bisnis.com).
Faktor-faktor tersebut menyebabkan penurunan pasar property dan real estate Indonesia. Contohnya, Indeks harga properti hunian dari Bank Indonesia menurun 6,3% di tahun 2014, turun dari tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 11,5% pada setahun sebelumnya (terlebih lagi inflasi Indonesia naik 8,4% di 2014) (www.bi.go.id) dan (www.indonesia-investments.com). Penurunan industri sektor property dan real estate ini juga berdampak pada return yang di berikan oleh perusahaan kepada investor mereka. Return saham adalah harapan dari investor dari dana yang diinvestasikan melalui saham, dimana hasilnya berupa yield dan capital gain (loss) (Jogiyanto, 2013). Menurut Robert Ang (1997) berpendapat bahwa return adalah tingkat keuntungan yang dinikmati pemodal atas investasinya. Tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi, tentunya pemodal tidak melakukan investasi. Return saham merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan oleh investor dalam melakukan investasi karena return saham menunjukkan prestasi perusahaan, pergerakan return saham searah dengan kinerja perusahaan. Apabila perusahaan mempunyai prestasi yang semakin baik maka keuntungan yang dapat dihasilkan dari operasi usaha semakin besar (Kurnia, 2016). Pada kondisi yang demikian, return saham perusahaan yang bersangkutan akan cenderung naik. Dalam memprediksi besarnya return saham, investor perlu menganalisa laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Laporan keuangan dapat memberikan informasi atau sinyal kepada para investor mengenai kinerja keuangan perusahaan yang akan menjadi dasar pengambilan keputusan investasi
(Kasmir, 2016). Manfaat laporan keuangan tersebut menjadi optimal bagi investor apabila investor dapat menganalisis lebih lanjut melalui rasio keuangan. Menurut Ayu Dika (2016) salah satu tujuan dan keunggulan dari rasio keuangan adalah dapat digunakan untuk membandingkan hubungan return dan risiko dari perusahaan dengan ukuran yang berbeda. Rasio keuangan berguna untuk memprediksi kesulitan keuangan perusahaan, hasil operasi, kondisi keuangan perusahaan saat ini dan masa depan, serta sebagai pedoman bagi investor mengenai kinerja masa lalu dan masa depan. Rasio juga dapat menunjukkan profil suatu perusahaan, karakteristik ekonomi, strategi bersaing dan keunikan karakteristik operasi, keuangan dan investasi (Ayu Dika, 2016). Ada lima aspek keuangan yang penting dianalisis, yakni likuiditas (liquidity), aktivitas atau aktiva (activity or asset), utang (debt) atau solvabilitas (solvability) atau leverage, profitabilitas (profitability), dan nilai pasar (market value) (Mardiyanto, 2009). Rasio-rasio keuangan tersebut digunakan untuk menjelaskan kekuatan maupun kelemahan dalam memprediksi return saham di pasar modaldan menjadi sinyal bagi para investor dalam menentukan pilihan investasinya. Di luar rasio keuangan yang ada, terdapat beberapa variabel yang memiliki pengaruh terhadap return saham. Salah satunya adalah faktor ukuran perusahaan (size). Menurut Purwasih (2014) ukuran perusahaan adalah suatu sekala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara seperti total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Faktor ini merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan return saham. Lisa Linawati (1999) mengungkapkan bahwa perusahaan dalam ukuran besar dapat menghasilkan
return yang lebih baik dibanding perusahaan kecil karena perusahaan besar lebih akurat dibanding perusahaan kecil dalam memperoleh informasi. Ni putu (2015) menyatakan semakin meningkat ukuran perusahaan akan mencerminkan pula semakin tinggi kinerja perusahaan untuk dapat membiayai kebutuhan dananya pada masa yang akan datang. Penelitan mengenai Return saham sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Peneliti tersebut diantaranya Kurnia Lestari, Rita Andini, Abrar Oemar pada tahun 2016, Dewi Fitriana pada tahun 2016, Ayu Dika Parwati, Gede Mertha Sudiartha pada tahun 2016, Ni Kadek Raningsih, I Made Pande Dwiana Putra pada tahun 2015, dan oleh Ni Putu Trisna Windika Pratiwi, I Wayan Putra pada tahun 2015. Berikut ini tabel research gap untuk beberapa variabel yang mempengaruhi return saham.
RETURN SAHAM
Dependen
Tabel 1.2 Riset Gap Penelitian Terdahulu Kurnia R.R. Ayu Lestari, Dika Rita Parwati, Andini, Gede Abrar Dewi Mertha Peneliti Oemar Fitriana Sudiartha Variabel 2016 2016 2016 TB B B Profitabilitas TB B Leverage TB TB B Likuiditas TB TB Aktivitas B Size TB B Rasio Pasar Sumber : Disarikan dari berbagai jurnal Keterangan ; B (Berpengaruh), TB (Tidak Berpengaruh).
Ni Kadek Raningsih , I Made Pande Dwiana Putra 2015 B B B TB TB -
Ni Putu Trisna Windika Pratiwi, I Wayan Putra 2015 B B B TB B -
Dari tabel research gap diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas dalam penelitian Kurnia Lestari, Rita Andini, Abrar Oemar, (2016) tidak berpengaruh sedangkan dari peneliti lainnya menunjukkan hasil yang berbeda yaitu berpengaruh terhadap return saham. Leverage dalam penelitian Kurnia Lestari, Rita Andini, Abrar Oemar, (2016) tidak berpengaruh sedangkan dari peneliti lainnya menunjukkan hasil yang berbeda yaitu berpengaruh terhadap return saham. Likuiditas dalam penelitian Kurnia Lestari, Rita Andini, Abrar Oemar, (2016) dan Dewi fitriana, (2016) tidak berpengaruh, sedangkan pada penelitian Ayu Dika Parwati, Gede Mertha Sudiartha, (2016), Ni Kadek Raningsih, I Made Pande Dwiana Putra, (2015), dan oleh Ni Putu Trisna Windika Pratiwi, I Wayan Putra, (2015) menunjukkan hasil berbeda bahwa likuiditas berpengaruh terhadap return saham. Aktivitas dalam penelitian Kurnia Lestari, Rita Andini, Abrar Oemar, (2016), Dewi fitriana, (2016), Ni Kadek Raningsih, I Made Pande Dwiana Putra (2015), dan Ni Putu Trisna Windika Pratiwi, I Wayan Putra, (2015) semuanya menunjukkan tidak berpengaruh terhadap return saham. Size atau ukuran perusahaan dalam penelitian Kurnia Lestari, Rita Andini, Abrar Oemar, (2016), dan Ni Putu Trisna Windika Pratiwi, I Wayan Putra, (2015) menunjukkan hasil berpengaruh sedangkan pada penelitian Ni Kadek Raningsih, I Made Pande Dwiana Putra, (2015) berbeda yaitu tidak berpengaruh terhadap return saham.
Dan rasio pasar pada penelitian Kurnia Lestari, Rita Andini, Abrar Oemar, (2016) tidak berpengaruh sedangkan pada penelitian menunjukkan hasil yang berbeda yaitu Ayu Dika Parwati, Gede Mertha Sudiartha, (2016) berpengaruh terhadap return saham. Berdasarkan hasil dari research gap diatas terdapat beberapa ketidak konsistenan hasil dari peneliti-peneliti terdahulu satu dengan yang lainnya, hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti mengenai variabel-variabel yang berpengaruh terhadap return saham. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Kurnia Lestari, Rita Andini, Abrar Oemar, (2016) tentang “Analisis Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Aktivitas, Ukuran Perusahaan Dan Penilaian Pasar Terhadap Return Saham”. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul : “ANALISIS CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON ASSET, TOTAL ASSET TURNOVER, SIZE, DAN PRICE TO BOOK VALUE TERHADAP RETURN SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2015)”.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian tentang return saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. berdasarkan research gap diatas peneliti akan menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi return saham. Pada penelitian Kurnia Lestari, Rita Andini, Abrar Oemar pada tahun 2016, Dewi Fitriana pada tahun 2016, Ayu
Dika Parwati, Gede Mertha Sudiartha pada tahun 2016, Ni Kadek Raningsih, I Made Pande Dwiana Putra pada tahun 2015, dan oleh Ni Putu Trisna Windika Pratiwi, I Wayan Putra
pada tahun 2015 menunjukkan hasil return saham
dipengaruhi oleh beberapa faktor di atas namun dari hasil penelitian terdahulu, terdapat hasil yang tidak konsisten antara peneliti satu dengan yang lain. Hal ini membuat peneliti berusaha untuk membuktikan kembali bahwa variabel Current Ratio (CR), Debt To Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA), Total Asset Turn Over (TATO), Size, dan Price To Book Value (PBV) benar-benar dapat mempengaruhi Return saham atau tidak. Dengan demikian pertanyaan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap Return Saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI ? 2. Apakah Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap Return Saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI ? 3. Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap Return Saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI ? 4. Apakah Total Asset Turn Over (TATO) berpengaruh terhadap Return Saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI ? 5. Apakah Size berpengaruh terhadap Return Saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI ? 6. Apakah Price To Book Value (PBV) berpengaruh terhadap Return Saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI ?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Return Saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2015. 2. Untuk menganalisis pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2015. 3. Untuk menganalisis pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Return Saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2015. 4. Untuk menganalisis pengaruh Total Asset Turn Over (TATO) terhadap Return Saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2015. 5. Untuk menganalisis pengaruh Size terhadap Return Saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2015. 6. Untuk menganalisis pengaruh Price To Book Value (PBV) terhadap Return Saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2015.
1.3.2 Kegunaaan Penelitian 1.3.2.1 Aspek Teoritis Diharpakan nanti nya hasil dari penelitian ini dapat memberikan suatu pemahaman awal bagi peneliti-peneliti mendatang yang berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Return Saham dan memberikan tambahan pengetahuan dalam pengembangan teori selanjutnya. 1.3.2.2 Aspek Praktis Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan kegunaan atau manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan penulis dalam melakukan penganalisaan tentang pasar modal, khususnya tentang return saham. 2. Bagi Akademik Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang ekonomi khususnya tentang investasi saham pada perusahaan property dan real estate serta dapat memberikan informasi bagi kemungkinan adanya penelitian lebih lanjut. 3. Bagi Perusahaan Di harapkan dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya return saham, sehingga para manajer dapat mengoptimalkan asset, modal, investasi dan keuntungan perusahaan lebih baik di masa mendatang.
4. Bagi Investor Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan untuk menginvestasikan dana di pasar modal agar dapat memperoleh return yang sesuai dengan harapan investasinya. 5. Peneliti Lain Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan rujukan dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan return saham pada khususnya dan pasar modal pada umumnya.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel merupakan sesuatu yang dijadikan perhatian dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen (Y) yaitu Return saham dan enam variabel independen (X) yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Total Assets Turnover (TATO), Size, Price to Book Value (PBV).
3.1.1 Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Berikut penjelasan mengenai variabel tersebut : 1. Variabel Independen (Independent Variable) Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhinya variabel dependen (dependent variable). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah : a. Current Ratio (CR) b. Debt to Equity Ratio (DER) c. Return On Asset (ROA) d. Total Assets Turnover (TATO) e. Size f. Price to Book Value (PBV)
2. Variabel Dependen (Dependent Variable) Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen (Independent Variable). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel dependen adalah Return saham.
3.1.2 Definisi Operasional A. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel independen yang digunakan adalah: 1. Current Ratio (CR) Current ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya (Robert Ang, 1997). Secara sistematis current ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Kasmir, 2016): Current Ratio (CR) =
Aktiva Lancar (Current Assets) Utang Lancar (Current Liabilities)
....... 1
2. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to equity ratio menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang (Mardiyanto, 2009). Debt to equity ratio
merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka pendek) dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban dengan menggunakan modal yang ada (Sawir, 2009). Secara sistematis debt to equity ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Kasmir, 2016): Debt To Equity Ratio (DER) =
Total Hutang (Debt) Total Modal (Equity)
....... 2
3. Return On Asset (ROA) Menurut Kasmir (2016) return on assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Secara sistematis return on assets (ROA) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Kasmir, 2016): Return On Assets (ROA) =
Earnings After Tax (EAT) Total Assets
....... 3
4. Total Assets Turnover (TATO) Total asset turnover merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya total aktiva dalam satu periode tertentu (Mardiyanto, 2009). Secara sistematis total assets turnover (TATO) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Kasmir, 2016): Total Asset Turnover (TATO) =
Penjualan Bersih (Sales) Total Assets
....... 4
5. Ukuran Perusahaan (Size) Menurut Brigham dan Houston (2001) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Ukuran perusahaan merupakan karakteristik suatu perusahaan dalam hubungannya dengan stuktur perusahaan. Ni putu (2015) menyatakan semakin meningkat ukuran perusahaan
akan
mencerminkan pula semakin
tinggi
kinerja
perusahaan untuk dapat membiayai kebutuhan dananya pada masa yang akan datang. Secara sistematis untuk mengetahui besar kecilnya ukuran perusahaan maka dapat di hitung menggunakan Logaritma natural dari total aktiva (Kurnia, 2016): Size = Log (Total Asset) ....... 5
6. Price to Book Value (PBV) Price to book value merupakan salah satu rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya (Robert Ang, 1997). Price to book value ditunjukkan dengan perbandingan antara harga saham terhadap nilai buku dihitung sebagai hasil bagi dari ekuitas pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar (Nicky, 2008). Secara sistematis price to book value (PBV) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Robert Ang, 1997): Price to Book Value (PBV) =
Nilai Pasar Nilai Buku
....... 6
B. Variabel Terikat (Dependent Variable) Dalam penelitian ini return saham sebagai variabel dependen. Variabel dependen adalah variabel terikat yang dipengaruhi atau terikat karena adanya variabel bebas (independent variable). Return saham adalah tingkat keuntungan atau pengembalian yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya (Robert Ang, 1997). Menurut Jogiyanto (2013), return saham dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspetasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return ekspetasi merupakan return yang diharapkan terjadi dimasa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Return saham berbanding positif dengan risiko, artinya semakin besar risiko yang ditanggung oleh pemegang saham, maka return (keuntungan) akan semakin besar pula, begitu juga sebaliknya. Semakin besar tingkat pengembalian atau return saham maka akan semakin banyak investor yang tertarik untuk menanamkan investasinya. Jogiyanto (2003) merumuskan return saham sebagai berikut:
Rt = Rt Pt Pt-1
....... 7
: Return saham : Harga saham pada periode t : Harga saham pada periode t – 1
3.1.3 Definisi Variabel Dalam penelitian ini definisi operasioanl variabel dapat dilihat dengan tabel sebagai berikut:
No 1
2
3
4
5
6
Variabel Current Ratio (CR)
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Pengertian Skala Pengukuran
Rasio antara aktiva lancar terhadap kewajiban jangka pendek Debt to Rasio antara Equity Ratio jumlah total (DER) hutang terhadap jumlah total modal Return On Rasio antara Asset laba bersih (ROA) setelah pajak terhadap jumlah aktiva Total Assets Rasio antara Turnover penjualan (TATO) terhadap total aktiva Ukuran Merupakan Perusahaan besarnya assets (Size) yang dimiliki perusahaan Price To Rasio yang Book Value mengukur antara (PBV) kinerja harga sama terhadap nilai bukunya
Ratio CR =
Ratio
Current Asset Current Liability
Total Hutang (Debt) DER = Total Modal (Equity)
Ratio ROA =
Earning After Tax Total Assets
Ratio TATO =
Sales Total Assets
Size = Log (Total Assets) Ratio
Nilai Pasar PBV = Nilai Buku
3.2 Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi dan Sampel 3.2.1 Objek penelitian dan Unit Sampel Objek penelitian dan unit sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015 yang berjumlah 49 perusahaan. Sampel
perusahaan tersebut kemudian dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Perusahaan yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang ter-listing di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015, serta perusahaan tersebut mempunyai data yang lengkap. Setelah dilakukan seleksi pemilihan sampel sesuai kriteria yang telah ditentukkan maka diperoleh 22 perusahaan.
3.2.2 Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah seluruh saham-saham perusahaan sektor property dan real estate yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2015. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, dimana pemilihan perusahaan dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria sampel yang perusahaan yang harus dipenuhi :
No 1.
2.
3.
4.
Tabel 3.2 Kriteria Sampel Perusahaan kriteria Perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor property dan real estate dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 – 2015. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor property dan real estate yang tidak menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember (audited) periode 2011 – 2015. Perusahaan yang laporan keuangannya tidak memiliki rasio keuangan atau data-data yang berguna untuk menghitung rasio keuangan yang lengkap. Jumlah Sampel
Jumlah Perusahaan 49
(11)
(16)
22
Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh perusahaan yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel dalam penelitian. Daftar 22 perusahaan sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut dibawah ini: Tabel 3.3 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel No Perusahaan Kode 1 Bekasi Asri Pemula Tbk BAPA 2 Bukit Darmo Property Tbk BKDP 3 Sentul City Tbk BKSL 4 Bumi Serpong Damai Tbk BSDE 5 Cowell Development Tbk COWL 6 Ciputra Development Tbk CTRA 7 Ciputra Property Tbk CTRP 8 Ciputra Surya Tbk CTRS 9 Duta Pertiwi Tbk DUTI 10 Fortune Mate Indonesia Tbk FMII 11 Goa Makassar Tourism Development Tbk GMTD 12 Jaya Real Property Tbk JRPT 13 MNC Land Tbk KPIG 14 Lippo Cikarang Tbk LPCK 15 Lippo Karawaci Tbk LPKR 16 Metropolitan Kentjana Tbk MKPI 17 Indonesia Prima Property Tbk OMRE 18 Pakuwon Jati Tbk PWON 19 Roda Vivatex Tbk RDTX 20 Pikko Land Development Tbk RODA 21 Dadanayasa Arthatama Tbk SCBD 22 Summarecon Agung Tbk SMRA Sumber : Indonesia Stock Exchange, diolah
3.3 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif mengenai laporan keuangan. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui perantara berupa dokumentasi atau
data laporan yang telah tersedia. Tipe data sekunder dalam penelitian ini berupa data eksternal yang bisa diperoleh dengan cara men-download di internet dari situs resmi Bursa Efek Indonesia. Adapun sumber data pada penelitian ini diperoleh dari Indonesia Stock Exchange (www.idx.co.id), PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan Yahoo Finance (www.finance.yahoo.com).
3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Dokumentasi. Pengumpulan data dimulai dengan tahap studi pustaka, yaitu mempelajari buku-buku atau literatur yang berhubungan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini, serta data dari laporan keuangan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan sektor property dan real estate yang go public periode 2011-2015.
3.5 Metode Analisis Metode analisis data Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Dimana analisis kuantitatif ini merupakan bentuk analisis yang menggunakan angkaangka dan dihitung dengan metode statistik tertentu. Dalam penelitian ini alat uji yang digunakan adalah analisis regresi berganda menggunakan software SPSS 20. Adapun tahap-tahap analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:
3.5.1 Analisis Deskriptif Menurut Imam Ghozali (2011) Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Untuk menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian ini statistik deskriptif yang digunakan adalah nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, standar deviasi.
3.5.2 Analisis Regresi Linier Berganda Dalam penelitian ini analisis digunakan untuk mengetahui hubungan antara current ratio, debt to equity ratio, return on asset, turn assets turnover, size, dan price to book value terhadap return saham pada perusahaan property dan real estate yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2015. Persamaan model regresi untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + e Keterangan : Y
= Return Saham
a
= Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5, β6
= Koefisien regresi dari setiap variabel
X1
= Current Ratio
X2
= Debt to Equity Ratio
X3
= Return On Asset
X4
= Turn Assets Turnover
X5
= Size
X6
= Price to Book value
e
= variabel gangguan
3.5.3 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik merupakan pengujian yang dilakukan dengan tujuan untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. 3.5.3.1 Uji Normalitas (Normality Test) Uji normalitas dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Alat uji yang digunakan adalah uji One Sample Kolmogorov – Smirnov dengan menggunakan taraf signifikan 5% atau 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih dari 5% atau 0,05.
3.5.3.2 Uji Multikolinieritas (Multicollinearity Test) Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam model regresi antara lain dapat dilakukan dengan cara berikut ini: 1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen
2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. 3. Melihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya serta (2) variance factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Bila hasil regresi memiliki nilai VIF tidak lebih dari 10, maka dapat disimpulkan tidak ada multikolineritas dalam model regresi sedangkan jika nilai VIF diatas 10 maka diperkirakan terjadi multikoloniearitas (Ghozali, 2011).
3.5.3.3 Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autukorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini muncul karena adanya residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series, karena gangguan individu atau kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada individu atau kelompok pada periode berikutnya (Ghozali, 2011).
3.5.3.4 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskesdastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran. Heteroskesdastisitas atau tidak nya data dapat dideteksi dengan melihat scatterplot antara nilai taksiran Y dengan nilai residual dimana plot residual versus nilai prediksinya menyebar. Dalam penelitian ini pengujian dilakukan dengan Uji glejserniali sig lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi data penelitian yang digunakan.
3.5.4 Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, digunakan uji signifikasi parameter individual secara parsial (uji parsial t), pengujian signifikasi secara simultan (uji F), uji koefisian determinasi (R2), dan analisis regresi berganda. 3.5.4.1 Uji parsial (uji – t) Uji statistik t pada dasarnya untuk mengetahui apakah variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan unuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen. Pengujian ini menggunakan tingkat signifikansi 5% (α = 0,05). Adapun kriteria pengujian t adalah sebagai berikut: 1. Apabila nilai probabilitas signifikasi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. 2. Apabila nilai probabilitas signifikasi > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
3.5.4.2 Uji Model (uji – F) Uji statistik F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama–sama dan simultan terhadap variabel dependen. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi. Pengujian ini dapat dilihat dengan cara membandingkan F hitung dengan F tabel, taraf signifikasi 5%. Adapun kriteria dari uji F adalah sebagai berikut: 1. Apabila nilai probabilitas signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. 2. Apabila nilai probabilitas signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Alasan mengunakan Uji Anova dalam penelitian ini karena untuk mengetahui apakah variabel current ratio, debt to equity ratio, return on asset, turn assets
turnover, size, dan price to book value secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan property dan real estate.
3.5.4.3 Uji Koefisian Determinasi (R2) Menurut Imam Gozhali (2011), koefisien determinasi (R2) adalah untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Jika nilai R2 mendekati nol maka menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Hasil perhitungan Adjusted R2 dapat dilihat pada output Model Summary. Pada kolom Adjusted R2 dapat diketahui berapa persentase yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Sedangkan sisanya dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.