1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara
termasuk Indonesia. Di Indonesia masalah utama yang dihadapi di bidang kependudukan adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan penduduk di Indonesia semakin nyata. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia merupakan negara ke 5 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 249 juta. Di antara negara ASEAN, Indonesia dengan luas wilayah terbesar tetap menjadi negara dengan penduduk terbanyak, jauh di atas 9 negara lain (Kemenkes RI, 2014). Dalam Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dikatakan bahwa jumlah penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan sebagai titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan. Untuk itu dilakukan upaya pengendalian angka kelahiran sehingga terwujud pertumbuhan penduduk yang seimbang sehingga mempengaruhi kesejahteraan penduduk melalui diantaranya pengaturan kehamilan sebagai upaya untuk membantu pasangan suami istri untuk melahirkan pada usia yang ideal, memiliki jumlah anak, dan mengatur jarak kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat dan obat kontrasepsi. Dalam rangka menanggulangi hal itu, pemerintah telah merencanakan program kependudukan dan keluarga berencana (KB) sebagai program nasional (BKKBN, 2014).
1
2
Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi spiritual dan sosial penduduk Indonesia. Tujuan program KB adalah memperkecil kelahiran, menjaga kesehatan ibu dan anak, serta membatasi kehamilan jika jumlah anak sudah mencukupi (Syafrudin dan Hamidah, 2007). Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri. Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata. Sementara ini kegiatan Keluarga Berencana masih kurangnya dalam pengunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti Intra Uterine Devices (IUD), Implant, Medis Operatif Pria (MOP) dan Medis Operatif Wanita (MOW) (BKKBN, 2013). Intrauterine Devices (IUD) adalah suatu metode kontrasepsi reversibel jangka panjang yang cocok untuk perempuan dari segala usia reproduksi. Begitu dimasukkan, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) efektif selama 12 tahun. IUD digunakan oleh sekitar 23% (162 juta wanita) dari semua pengguna kontrasepsi dan merupakan metode yang paling umum digunakan setelah sterilisasi (Park, Nguyen, Ngo, 2011). IUD efektif mencegah kehamilan dari 98% hingga mencapai hampir 100%, tergantung pada alatnya. IUD terbaru, seperti T 390 A, memiliki angka kegagalan yang lebih rendah pada semua tahap pemakaian tanpa ada kehamilan setelah 8 tahun pemakaian (Suzanne, 2007). Di Indonesia jumlah PUS mencapai 47.019.002 dengan peserta KB baru 16,51% dan peserta KB aktif 74,87%. Bila dilihat dari cara pemakaian alat kontrasepsi peserta KB baru di Indonesia dapat dikatakan bahwa 49,67% akseptor KB memilih alat kontrasepsi suntikan, 25,14% memilih pil, 10,65% memilih implan, 7,15%
3
memilih IUD, 5,68% memilih kondom, 1,50% memilih MOW dan 0,21% memilih MOP sedangkan untuk KB aktif adalah 11,07% memilih IUD, 3,52% memilih MOW, 0,69% memilih MOP, 3,15& memilih kondom, 10,46% implan, 47,54% suntikan dan 23,58% pil. Di Jawa Timur didapatkan persentase data perserta KB baru penggunaan alat kontrasepsi 54,80% menggunakan KB suntik, 21,42% menggunakan pil, 10,75% menggunakan implan, 7,595 menggunakan IUD, 3,32% menggunakan kondom, 1,89% menggunakan MOW dan 0,22% menggunakan MOP sedangkan KB aktif 13,73% memilih IUD, 4,94% memilih MOW, 0,47% memilih MOP, 1,73% memilih kondom, 10,23% memilih implan, 48,68% memilih suntikan dan 25,14% memilih pil (Kemenkes RI, 2014). Data ini juga bukan hanya terjadi secara nasional, di Desa Sentol Kec. Pademawu, Kab. Pamekasan-Madura didapatkan data akseptor KB tahun 2014 yaitu 466, 7,5% (35 akseptor) akseptor memilih IUD, MOW 4,9%, Implan 11,8%, suntik 47,2%, pil 17%, dan kondom 11%. Bila dilihat dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat lebih memilih KB suntik maupun pil. Data ini menunjukkan bahwa cakupan program KB IUD khususnya di desa Sentol Kec. Pademawu, Kab. Pamekasan-Madura masih sangat rendah. Bila dilihat dari jumlah akseptor ternyata yang paling besar pilihan masyarakat adalah KB Suntik. Padahal metode kontrasepsi IUD sangat efektif mencegah kehamilan dari 98% hingga mencapai hampir 100% (Suzanne, 2007) dan penggunaan cukup sekali untuk masa waktu 10 tahun atau lebih (Saifuddin, 2006). Menurut Kahraman (2012) karakteristik demografi, budaya, agama, keyakinan, dan tingkat ekonomi serta pendidikan dari seorang perempuan juga dapat mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi yang akan digunakan. Pendapat lain juga mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
akseptor
KB
dalam
memilih KB diantaranya
adalah faktor
4
internal (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, status ekonomi), faktor eksternal (dukungan petugas kesehatan dan dukungan suami) (Pendit, 2015). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 17-18 Juni 2015 kepada bidan desa dan 10 akseptor non IUD di desa Sentol Kec. Pademawu, Kab.Pamekasan. Menurut bidan desa Sentol cakupan KD IUD di desa Sentol masih rendah. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti beberapa alasan yang disampaikan akseptor yaitu, 3 akseptor mengatakan bahwa biaya IUD cukup mahal, padahal kalau dibandingkan dengan KB Suntik atau Pil, biaya IUD sebetulnya lebih hemat karena sekali pakai efektif untuk sekitar 10 tahun, 2 akseptor beralasan takut alat IUD yang digunakan akan keluar dengan sendirinya saat bersenggama dengan suaminya karena pengalaman dari temannya yang menggunakan IUD, 4 akseptor mengatakan masih merasa tabu atau malu untuk menggunakan IUD karena proses pemasangannya terlalu rumit dan 1 akseptor mengatakan bidan desa tidak menjelaskan tentang kontrasepsi metode IUD pada saat konseling KB, sehingga akseptor tidak tahu tentang metode kontrasepsi IUD. Tingkat pendidikan ibu-ibu di desa Sentol Kec. Pademawu, Pamekasan-Madura ratarata sekolah menengah sedangkan status ekonominya berada pada tingkat menengah. Palayanan kesehatan yang ada di desa Sentol Kec. Pademawu, Pamekasan-Madura hanya praktik bidan. Data di atas menggambarkan ada berbagai faktor yang menyebabkan masyarakat kurang berminat terhadap penggunaan metode IUD, padahal jika dilihat dari efektivitasnya alat kontrasepsi IUD lebih efektif dari metode kontrasepsi lainnya. Sebagai perawat ada beberapa peran perawat sebagai tenaga kesehatan seperti konselor, pendidik dan advokator, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
5
penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi peminatan akseptor KB terhadap metode KB IUD di desa Sentol Kec. Pademawu, Keb. Pamekasan-Madura. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut : “Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi peminatan akseptor terhadap metode KB IUD di desa Sentol Kec. Pademawu, Keb. Pamekasan-Madura”. 1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menganalisa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pemilihan akseptor terhadap metode KB IUD di desa Sentol Kec. Pademawu, Keb. Pamekasan-Madura. 1.3.2
Tujuan Khusus
1. Mengidenfikasi faktor internal mempengaruhi akseptor dalam memilih metode kontrasepsi IUD di desa Sentol Kec. Pademawu, Kab. PameksanMadura 2. Mengidenfikasi faktor eksternal mempengaruhi akseptor dalam memilih metode kontrasepsi IUD di desa Sentol Kec. Pademawu, Kab. PameksanMadura 3. Menganalisis faktor paling dominan yang mempengaruhi akseptor dalam memilih metode kontrasepsi IUD di desa Sentol Kec. Pademawu, Kab. Pameksan-Madura.
6
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi Peneliti Menambah pengetahuan Peneliti tentang manajemen kontrasepsi yang baik
dan benar sehingga dapat mendukung program pemerintah dalam meningkatkan cakupan metode kontrasepsi jangka panjang yang lebih efektif dan efisien. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi, perbandingan, serta referensi bagi peneliti selanjutnya. 1.4.2
Bagi Institusi pendidikan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperluas
wawasan mahasiswa ilmu keperawatan karena materi tentang kontrasepsi pada program studi ilmu keperawatan hanya membahas tidak mendalam padahal di lapangan seorang perawat juga sebagai edukator pada pasangan usia subur yang akan memilih kontrasepsi. 1.4.3
Bagi Masyarakat Diharapkan dapat memberikan informasi kepada akseptor tentang metode
kontrasepsi yang lebih efektif dan ekonomis, dan sangat baik untuk digunakan dalam jangka panjang karena banyak masyarakat yang kurang tahu tentang metode kontrasepsi IUD. 1.4.4
Bagi Profesi keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya
dalam memberikan
pendidikan kepada akseptor dalam memilih metode kontrasepsi karena petugas kesehatan cenderung tidak akan menjelaskan secara rinci metode-metode kontrasepsi apa saja yang ada di Indonesia, sehingga mereka hanya akan menjelaskan metode kontrasepsi yang sering digunakan di daerah tersebut.
7
1.5 1.
Keaslian Penelitian Penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan faktor yang mempengaruhi penerimaan IUD adalah penelitian Arwin tahun 2015 dengan judul penelitian “Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi IUD pada Pasangan Usia Subur”. Variabel independen yang diamati oleh penelitian ini adalah dukungan suami, dengan jumlah responden 32 pasangan usia subur di desa Sumberingin Kulon Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan IUD, dengan hasil uji Chi Square value adalah 0,026. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel yang diamati. Variabel sebelumya yaitu dukungan suami sedang variabel penelitian ini umur, jumlah anak, status ekonomi, pendidikan, pengetahuan tentang IUD, jarak pelayanan, ketersediaan alat, biaya kontrasepsi, dukungan petugas kesehatan dan dukungan suami, serta subjek penelitian berada pada wilayah yang berbeda yang memungkinkan perbedaan budaya dan pendidikan karena perbedaan wilayah.
2.
Penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan faktor yang mempengaruhi penerimaan IUD adalah penelitian Rati, Jawadagi dan Pujari tahun 2014 dengan judul penelitian “A study to Assess the Factors Affecting Acceptance of Intrauterine Device (IUD) Among Rural Women of Hirebagewadi, Belgaun”. Variabel yang diamati oleh penelitian ini adalah pengetahuan, fisiologis, psikologis, ekonomi, sosial budaya dan sosial demografis. Partisipan dalam penelitian ini adalah 300 perempuan pedesaan di Hirebagewadi, Belgaun yang berumur antara 15-45 tahun. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan yang
8
signifikan antara faktor pengetahuan, fisiologis, psikologis, budaya, ekonomi dengan faktor sosial demografis (usia, pendidikan, agama, tipe keluarga, pekerjaan, pendapatan dan dukungan suami). Faktor fisiologis 29,63%, ekonomi 29%, pengetahuan 37,5%, psikologis 41,57%. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel yang diamati. Variabel penelitian ini yaitu umur, jumlah anak, status ekonomi, pendidikan, pengetahuan tentang IUD, jarak pelayanan, ketersediaan alat, biaya kontrasepsi, dukungan petugas kesehatan dan dukungan suami, sedangkan penelitian sebelumnya variabel yang faktor pengetahuan, fisiologis, psikologis, budaya, ekonomi dengan faktor sosial demografis (usia, pendidikan, agama, tipe keluarga, pekerjaan, pendapatan dan dukungan suami, serta subjek penelitian berada pada wilayah yang berbeda yang memungkinkan perbedaan budaya dan pendidikan karena perbedaan wilayah. 3.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Michael, Kodom, Kelson dan Sarfo tahun 2014 dengan judul “Determinant Factors of Current Contraceptives usage in Ghana:
The Study of Adentan Municipality in Greater Accra Region”. Penelitian ini menggunakan metode deskripsif eksploratif, intrument yang digunakan berupa kuesioner yang diberikan kepeda 200 orang di Municipality. Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah dukungan suami, takut efek samping, agama dan pengetahuan. Hasil dari penelitian ini adalah faktor dukungan suami 10,0%, takut efek samping 27,68% dan agama 11,61%. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel yang diamati. Variabel penelitian ini yaitu umur, jumlah anak, status ekonomi, pendidikan, pengetahuan tentang IUD, jarak pelayanan, ketersediaan alat, biaya kontrasepsi, dukungan petugas kesehatan dan dukungan suami,
9
sedangkan penelitian sebelumnya variabel yang diamati hanya faktor dukungan suami, takut efek samping dan agama, serta subjek penelitian berada pada wilayah yang berbeda yang memungkinkan perbedaan budaya dan pendidikan karena perbedaan wilayah. 4.
Penelitian yang dilakukan oleh Timothy, Wawire dan Mburu tahun 2011 dengan judul “Contraceptive Use among Women of Reproductive Age in Kenya’s City Slums”. Penelitian ini dilakukan untuk menguji tingkat kemanfaatan layanan keluarga berencana dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap penentuan permintaan KB di Kota Kumuh kenya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan penggunaan kontrasepsi rendah, disebabkan dari beragai faktor seperti dari segi demografi, sosial ekonomi, persetujuan dari pasangan, kualitas layanan, pendapatan dan agama. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel yang diamati. Variabel penelitian ini meliputi umur, jumlah anak, status ekonomi, pendidikan, pengetahuan tentang IUD dan dukungan suami, biaya kontrasepsi, jarak pelayanan, dukungan petugas kesehatan sedangkan penelitian sebelumnya variabel yang diteliti hanya dari segi demografi, sosial ekonomi, persetujuan dari pasangan, kualitas layanan, pendapatan dan agama, serta
subjek
penelitian
berada
pada
wilayah
yang
berbeda
yang
memungkinkan perbedaan budaya dan pendidikan karena perbedaan wilayah. 5.
Penelitian yang dilakukan oleh Winner, Peipert, Zhao et al tahun 2012 dengan judul “Effectiveness of Long-Acting Reversible Contraception”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan tingkat kegagalan antara Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yaitu IUD dan implant dengan pil, patch
10
dan cincin. Hasil dari penelitian ini adalah MKJP lebih efektif menekan kehamilan dari pada metode KB pil, patch dan cincin. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi peminatan KB IUD sedangkan penelitian sebelumnya untuk mengetahui tingkat kegagalan antar metode MKJP yaitu IUD dan implan dengan pil, patch dan cincin.