BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman jenis satwa, sebagian diantaranya dikategorikan langka, tetapi masih mempunyai potensi untuk ditangkarkan, baik untuk tujuan pelestarian jenis satwa itu sendiri, maupun kemungkinan pengembangan bagi tujuan komersial. Kelestarian satwa tertentu yang sudah dimasukkan dalam kategori langka atau dilindungi, sangat penting dilakukan dengan tujuan untuk menyelamatkan spesies tersebut dari kepunahan. Kanguru Abu (Thylogale brunii L.) merupakan salah satu jenis mamalia langka yang dilindungi Undang-undang, sebagaimana tercantum dalam PP. No. 7 & 8 Tahun 1999 (Anon, 1978). Kanguru Abu di Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta yang menjadi obyek penelitian ini, awal mulanya berasal dari Kebun Binatang Ragunan Jakarta sebanyak 1 pasang pada tahun 1981 dan 1 pasang kemudian pada Tahun 1982. Hingga saat ini populasinya berkembang menjadi 16 (enam belas) ekor, yang terdiri 10 ekor jantan dan 6 ekor betina. Hal ini menunjukkan bahwa Kanguru Abu telah dapat menyesuaikan diri dengan habitat buatan di Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Penyesuaian diri terhadap habitat buatan yang ditandai dengan kemampuan untuk melakukan perkawinan guna mempertahankan keturunan merupakan perilaku penting yang dapat digunakan sebagai acuan dalam membahas hasil penelitian ini.
1
Kemungkinan pelestarian dan pengembangan dari sisi komersial atau manfaat ekonomi dari satwa ini adalah dari hasil daging dan kulitnya. Disamping itu, mengingat hewan ini berstatus langka tentu menarik perhatian dan tidak menutup kemungkinan diberdayakan dari segi eko-wisata yang dapat memberikan inspirasi nilai keanekaragaman, fungsi keseimbangan alam, keunikan, keindahan, manfaat rekreasi dan edukasi ataupun pendidikan (Anon, 1988). Namun demikian, usaha penangkaran satwa perlu dirumuskan dan harus didukung oleh metodologi serta data ilmiah melalui penelitian komprehensif agar tujuan pemanfaatannya tidak menyebabkan jenis satwa tersebut justru menjadi terekploatasi, semakin langka atau bahkan punah. Sementara itu, pada kenyataannya spesies yang terancam punah sulit untuk diperbaiki atau menggantinya kembali dengan jenis yang sama (Sukmawan, 1975). Nama Kanguru dipakai untuk 50 jenis binatang yang dikelompokkan ke dalam famili Macropodidae. Ukuran tubuh Kanguru bervariasi, dari ukuran tubuh kecil yang beratnya sekitar 500 gram disebut Wallabi sampai ukuran tubuh besar dengan berat berkisar 90 kilogram seperti Kanguru Abu, Kanguru Merah dan Walaroo. Khususnya spesies Kanguru Abu (Thylogale brunii L.) habitatnya hanya di wilayah Irian Jaya, Papua dan Aru. Kanguru Abu (Thylogale brunii L.) merupakan mamalia yang statusnya langka karena jarang dan terbatas (Anon, 1978). Kanguru Abu di alam bebas pada umumnya banyak diburu oleh manusia untuk diambil dagingnya untuk dimakan dan kulitnya untuk bahan pakaian serta kerajinan seni. Berdasarkan pemanfaatan tersebut di atas, maka Kanguru Abu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber daya berpotensi besar untuk dibudidayakan
2
bagi kepentingan manusia. Kegiatan perburuan lebih sering dilakukan secara liar dan tidak terkendali, apabila hal ini dibiarkan tanpa usaha pelestarian, maka Kanguru Abu sedang menuju kepunahan (Jacob dan Wiryosuhanto, 1994). Untuk mempertahankan hidup atau menjauhi rangsang
Kanguru bisa melompat, lari
dengan kecepatan 20-70 km/jam. Usia harapan hidup 9-20 tahun, namun pada kondisi habitat yang baik serta faktor lainnya usia Kanguru Abu bisa mencapai 28 tahun. (www.zipcodezoo.com/animals/T/Thylogale_brunii.asp). Penyebab kepunahan lainnya adalah terjadinya bencana alam maupun pergeseran fungsi lahan hutan akibat pertumbuhan penduduk dan peladangan berpindah yang secara langsung mempersempit gerak dan mendesak habitat Kanguru Abu. Dalam upaya penangkaran Kanguru Abu masih memerlukan banyak penelitian dalam berbagai aspek, baik menyangkut faktor-faktor alamiah maupun faktor-faktor teknis di lapangan. Salah satu hal penting yang dapat ikut menentukan keberhasilan penangkaran adalah dengan terlebih dahulu mengetahui perilaku kanguru baik di habitat alami maupun buatan. Dipilihnya Kebun Raya dan Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta sebagai tempat penelitian dikarenakan lahan yang luas dengan koleksi fauna yang cukup beragam, Salah satu koleksi hewan langka dan dilindungi dari kelas mamalia yang berkenaan dengan penelitian ini adalah Kanguru Abu, yang sudah cukup beradaptasi terhadap habitat buatan, karena Kanguru Abu yang dimaksud telah ada di KRKB sejak tahun 1981. Penelitian mengenai Kanguru Abu dilakukan dengan harapan dapat memberikan sumbangan bagi kelestarian satwa ini. Penelitian ini juga merupakan upaya memahami perilaku harian Kanguru Abu yang
3
dapat digunakan sebagai salah satu dasar dalam pengelolaan satwa di penangkaran untuk mendukung aspek upaya-upaya konservasi secara lebih luas.
I.2. Perumusan Masalah Kanguru Abu merupakan satwa yang memiliki strata populasi teratur dengan perilaku hidup berkelompok. Aktivitas mereka terstruktur dan saling berinteraksi satu sama lain dalam kehidupan kesehariannya. Kehidupan Kanguru Abu yang telah berada di Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka sejak 1981 beserta aktivitas yang terjadi dalam lingkup Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka sebagai obyek pariwisata, maupun segala kondisi lingkungan yang ada selanjutnya dipakai untuk merumuskan permasalahan tentang bagaimana perilaku harian dan bentuk interaksi apa saja yang terjadi dalam kehidupan sosial mereka khususnya di habitat buatan di Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka.
I.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui perilaku harian Kanguru Abu (Thylogale brunii L.) di Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.
2.
Mengetahui bentuk interaksi sosial antara individu dewasa, remaja, dan anak dalam kelompok.
4
1.4. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian mengenai perilaku harian dan interaksi sosial dalam kelompok Kanguru Abu ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan mengenai perilaku harian Kanguru Abu. Selain itu, dapat juga menjadi masukan yang berarti bagi pengelolaan Kanguru Abu sebagai salah satu objek rekreasi dan pendidikan dengan tetap menjaga dan memperhatikan kelestariannya.
5