1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan sudah tentu membutuhkan dana yang cukup besar. Melihat potensi perkembangannya, pemerintah Indonesia bertekad akan mengurangi peranan bantuan luar negeri sebagai sumber pembiayaan pembangunan. Pasar modal adalah salah satu alternatif atau sarana dalam memobilisasi dana masyarakat serta sekaligus sebagai sarana investasi bagi pemilik modal. Melihat potensi pertumbuhan pasar modal di Indonesia, pemerintah menyadari Pentingnya pasar modal terhadap pembangunan negara.. Mengapa pasar modal? Karena pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan pada akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas.
2
Salah satu instrumen atau produk dari pasar modal adalah saham, saham adalah bukti pemilikan atas suatu perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Indeks LQ-45 merupakan salah satu produk yang ditawarkan oleh pasar modal Indonesia yaitu di Bursa Efek Jakarta (BEJ), dan untuk mengetahui kondisi pasar modal di Indonesia salah satunya dapat dilihat dari fluktuasi Indeks LQ-45. Indeks LQ-45 merupakan indeks yang cukup menentukan yang dibentuk oleh Bursa Efek Jakarta dan dikenal luas oleh para investor. Indeks LQ-45 adalah indeks yang diperkenalkan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ) mulai tanggal 24 Februari 1997 dengan menggunakan hari dasar tanggal 13 Juli 1994. Dibentuknya indeks LQ-45 dilatarbelakangi oleh keinginan otoritas bursa untuk membuat indeks yang isinya saham-saham benchmark di bursa. Perusahaan-perusahaan yang termasuk kedalam saham LQ-45 merupakan perusahan-perusahan yang telah memenuhi kriteria saham LQ-45, salah satunya adalah saham perusahaan tersebut memiliki nilai transaksi yang tinggi di bursa efek. Saham-saham yang termasuk dalam kelompok LQ-45 merupakan saham yang banyak diburu oleh investor pasar modal, sehingga perubahan harga saham pada indeks LQ-45 dapat menggambarkan kondisi pasar modal di Indonesia, dan juga bisa sebagai faktor penjelas (koefisien determinasi) terhadap perubahan IHSG. Kenaikan atau penurunan harga saham pada LQ 45 akan berpengaruh signifikan terhadap kenaikan atau penurunan IHSG. Sebagai gambaran berikut ini dapat dilihat harga Indeks LQ-45 setiap kuartal di setiap tahunnya pada periode 1997.1 - 2007.1.
3
Tabel 1.1 Tabel Data Indeks LQ 45 Selama Periode 1997.1 s/d 2007.1 Nilai Indeks Pertumbuhan Indeks LQ-45 LQ-45 (%) 1997. I 140,16 II 147,68 5,37 III 113,09 -23.42 IV 83,59 -26.09 1998. I 120,75 44.46 II 101,59 -15.87 III 54,39 -46.46 IV 89,44 64.44 1999. I 90,68 1.39 II 146,13 61.15 III 119,01 -18.56 IV 142,88 20.06 2000. I 117,51 -17.76 II 101,74 -13.42 III 81,59 -19.81 IV 80,65 -1.15 2001. I 75,71 -6.13 II 89,33 17.99 III 79,34 -11.18 IV 80,06 0.91 2002. I 226,57 183.06 II 109,45 -51.69 III 90,59 -17.23 IV 91,98 1.53 2003. I 85,19 -738 II 113,04 32.69 III 132,39 17.12 IV 151,9 14.74 2004. I 159,88 5.25 II 163,69 2.38 III 178,02 8.35 IV 214,98 20.76 2005. I 233,85 8.78 II 276,34 18.17 III 235,81 -14.67 IV 254,34 7.86 2006. I 292,57 15,03 II 289,73 -0,97 III 336,46 16,13 IV 393,13 16,84 2007.I 390,92 -0,56 6476,15 -686,16 JUMLAH 157,95 -16,74 RATA-RATA Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank Indonesia. Tahun
4
Dari tabel indeks LQ-45 di atas selama periode penelitian indeks LQ-45 mengalami fluktuasi dari kuartal I/1997 sampai dengan kuartal I/2007 dan dapat dilihat bahwa pertumbuhan indeks LQ-45 selama periode penelitian secara umum indeks LQ-45 mengalami rata-rata pertumbuhan yang negatif yaitu sebesar 16,74 persen, menurunnya nilai indeks LQ-45 terjadi terutama pada saat krisis moneter yang melanda Indonesia dan stabilitas keamanan dan politik dalam negeri yang tidak terkendali di pertengahan tahun 1997 sampai tahun 2002, dimana pergerakan indeks saham LQ-45 tidak stabil dan cenderung menurun. Apabila indeks LQ-45 di bursa efek Indonesia memiliki pertumbuhan indeks yang negatif dari setiap periodenya maka dapat di indikasikan bahwa kinerja kelompok saham LQ-45 belum maksimal karena investor pasar modal masih belum sepenuhnya percaya terhadap kelompok saham LQ-45 dan juga dapat menggambarkan bahwa kinerja pasar modal di Indonesia belum menunjukkan hasil yang baik Aktifitas suatu bursa efek dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi aktifitas bursa efek yang berasal dari kinerja mikro ekonomi, misalnya kinerja perusahaan, pemilihan jenis mesin, teknologi, sumber daya manusia, dan lain-lain. Faktor ini umumnya dapat dikendalikan oleh setiap perusahaan yang tercatat dalam bursa. Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi aktivitas bursa yang berasal dari kinerja ekonomi makro, misalnya pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, fluktuasi tingkat suku bunga, fluktuasi nilai tukar, kondisi politik, dan lain-lain dan faktor eksternal ini adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan yang ada di bursa.
5
Sebagai indikator saham di bursa, fluktuasi indeks LQ-45 juga dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari internal maupun eksternal. Namun demikian karena pengaruh dari faktor internal bersifat periodik (misal pada laporan keuangan yang dikeluarkan oleh emiten pada waktu tertentu) maka kinerja dari LQ-45 sebagian besar dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di luar pasar modal, misalnya keadaan ekonomi makro. Beberapa variabel makro yang mempengaruhi kinerja pasar modal antara lain tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Umum, Nilai tukar Rupiah Terhadap Dollar AS, Gross Domestic Product (GDP) dan Jumlah Uang Beredar (JUB). Adanya perubahan, baik peningkatan maupun penurunan kinerja pada berbagai variabel makro tersebut akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap saham-saham di bursa. Fenomena aktual yang dapat menjelaskan adanya hubungan antara perkembangan ekonomi makro dan fluktuasi indeks di pasar modal adalah krisis moneter yang melanda Indonesia di pertengahan tahun 1997. Krisis moneter dipicu oleh depresiasi oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat ($US), dimana nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mengalami penurunan yang sangat tajam. Penrunan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tersebut diikuti dengan meningkatnya Inflasi karena adanya kekhawatiran masyarakat akan tersedianya barang konsumsi. Salah satu kebijakan yang ditempuh pemerintah untuk mengurangi gejolak nilai tukar tersebut adalah dengan menaikkan tingkat suku bunga deposito melalui instrumen SBI dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Kenaikan SBPU ini kemudian diikuti oleh kenaikan tingkat suku bunga
6
deposito Bank Umum, deposito di bank komersial pemerintah maupun swasta dengan harapan agar masyarakat tidak membeli dollar dan menyimpan dananya dalam bentuk deposito. Adanya gejolak nilai tukar mata uang, inflasi dan kenaikan Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Umum yang cukup tinggi memberikan pengaruh yang cukup besar pada pasar modal. Hal ini terlihat dari menurunnya Indeks LQ-45 selama masa krisis. Berpijak pada masalah latar belakang diatas, tentunya masalah perkembangan indeks LQ-45 dari selama dibentuknya indeks LQ-45 sampai dengan akhir kuartal I/2007 yang mengalami perkembangan indeks rata-rata yang negatif di pasar modal ini sangatlah penting untuk diteliti. Hal tersebut membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks LQ-45 di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Periode 1997.1 sampai dengan Periode 2007.1”.
B. Rumusan Masalah Perkembangan bursa di pasar modal yang hal ini dapat terlihat dari fluktuasi indeks LQ-45 yang terjadi di pasar bursa di Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor baik bersifat ekonomi maupun non ekonomi. Adapun faktor ekonomi meliputi inflasi, GDP, pengangguran, nilai tukar, jumlah uang yang beredar, suku bunga, perubahan jumlah produksi dan laba perusahaan. Sedangkan faktor non ekonomi yang turut mempengaruhi harga saham di pasar modal meliputi situasi dan kondisi politik, sosial masyarakat dan keamanan.
7
Dalam penelitian ini dibatasi, bahwa faktor yang mempengaruhi pasar modal Indonesia adalah Tingkat Suku Bunga, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS, Gross Domestic Product (GDP) dan Jumlah Uang Beredar (JUB). Tingkat Suku Bunga yang diambil adalah Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Umum berjangka 3 bulan, hal tersebut dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Umum, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS, Gross Domestic Product (GDP) dan Jumlah Uang Beredar (JUB) mempengaruhi Indeks LQ-45? 2. Apakah Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Umum mempengaruhi Indeks LQ-45? 3. Apakah tingkat Inflasi mempengaruhi Indeks LQ-45? 4. Apakah Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS mempengaruhi Indeks LQ45? 5. Apakah Nilai Gross Domestic Product (GDP) mempengaruhi Indeks LQ-45? 6. Apakah Jumlah Uang Beredar (JUB) mempengaruhi Indeks LQ-45?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui apakah Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Umum, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS, Gross Domestic Product (GDP) dan Jumlah Uang Beredar (JUB) mempengaruhi Indeks LQ-45 b. Untuk mengetahui apakah Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Umum mempengaruhi Indeks LQ-45.
8
c. Untuk mengetahui apakah tingkat inflasi mempengaruhi Indeks LQ-45. d. Untuk mengetahui apakah Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS mempengaruhi Indeks LQ-45. e. Untuk
mengetahui
apakah
Nilai
Gross
Domestic
Product
(GDP)
mempengaruhi Indeks LQ-45. f. Untuk mengetahui apakah Jumlah Uang Beredar (JUB) mempengaruhi Indeks LQ-45. 2. Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kajian ilmu ekonomi makro. b. Secara Praktis Sebagai bahan informasi dan kajian faktor-faktor yang mempengaruhi indeks harga saham LQ-45 di Indonesia. Serta bagi pihak lainnya yang membutuhkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang terdapat dalam penelitian ini.
D. Kerangka Pemikiran Pasar modal merupakan suatu entitas bisnis yang sangat kompleks. Banyak instrument keuangan yang terdapat dalam pasar modal salah satunya adalah
saham. “Saham atau stocks adalah surat bukti atau tanda bukti
kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas” (Siamat, 1995: 385). Berkembangnya pasar modal dapat dicerminkan dari fluktuasi harga saham maupun volume transaksi. Harga saham didefinisikan oleh Tajul
9
Khalwaty (2000: 209) adalah “harga dimasa suatu saham di jual di bursa”. Di bursa, harga saham sering di catat berdasarkan perdagangan terakhir pada hari bursa sehingga sering disebut harga penutupan. Oleh karena itu harga saham diukur dari harga resmi berdasarkan transaksi penutupan hari bursa. Di dalam pasar modal investor membutuhkan informasi karena informasi di dalam pasar modal merupakan unsur yang penting bagi investor sebagai acuan untuk mengambil keputusan dalam pembelian saham yang akan dimilikinya, karena informasi di pasar modal memberikan keterangan mengenai perkembangan perusahaan dan harga sahamnya. Hal ini sesuai dengan Theory Rational Expectation Macroeconomics yang menjelaskan bahwa semua pelaku kegiatan ekonomi termasuk juga investor pasar modal akan bertindak secara rasional, karena mereka mengetahui seluk beluk kegiatan ekonomi dan mempunyai informasi yang lengkap mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam perekonomian, sehingga mereka dapat meramalkan keadaan-keadaan yang akan berlaku di masa depan, atau dengan kata lain ekspektasi yang dirasakan rasional inilah yang berlaku dalam melakukan kegiatan ekonomi yaitu diantaranya dalam melakukan investasi di pasar modal. Keputusan investor di dalam pasar modal dipengaruhi oleh informasi yang ada di pasar modal, sehingga informasi di dalam pasar modal akan membentuk bursa yang efisien atau dikenal dengan Teori Bursa yang Efisien ( Effcient Market Theory ). Yang dimaksud dengan bursa yang efisien adalah bursa dimana semua informasi-informasi baru di pasar modal segera diketahui dan dimengerti oleh investor pasar modal, dimana informasi tersebut akan segera mempengaruhi
10
keputusan investor sehingga akan secara langsung mempengaruhi harga-harga saham di bursa. Dalam bursa yang efisien, harga-harga saham akan bergerak sesudah ada pengaruh dari berita-berita baru, atau dari berbagai kejutan yang datangnya tidak teratur sehingga harga-harga saham di bursa cenderung bergerak tidak beraturan. Dalam melakukan investasi di pasar modal tidak terlepas dari adanya resiko dalam berinvestasi, salah satunya yang diakibatkan dari pergerakan harga saham di pasar modal yang tidak beraturan, oeh karena itu Harry Max Markowitz menawarkan sebuah pendekatan investasi dalam saham yang merupakan strategi dalam melakukan investasi di pasar modal yaitu yang dikenal dengan Teori Portofolio, yang menjelaskan tentang metode seleksi sekuritas, yaitu dengan menyeleksi saham-saham yang terbaik untuk mendapatkan the right kind saham yang membentuk portofolio. Dengan adanya sifat pergerakan harga saham di pasar modal yang tidak beraturan atau tidak dapat ditentukan, maka diperlukan analisis dalam memilih saham. Untuk melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan dasar, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis secara fundamental merupakan salah satu analisis yang sangat penting untuk diketahui oleh seorang investor jika ingin melakukan investasi, bukan hanya investasi di pasar modal, tetapi investasi di bidang lainnya, misalnya di sektor riel. Analisis secara fundamental dapat juga digunakan untuk melihat tingkat perkembangan perekonomian suatu negara. Sedangkan analisis secara teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham
11
tersebut di waktu yang lalu. Ada tiga aspek yang dapat digunakan sebagai indikator untuk menganalisis saham secara fundamental, yaitu analisis secara ekonomi makro, analisis secara industri dan analisis melalui laporan keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan penulis untuk mengetahui pergerakan saham indeks LQ-45 adalah melalui analisis secara fundamental dan melalui aspek analisis secara ekonomi makro. Analisis untung rugi dalam pembelian saham tidak dapat diputuskan semudah yang dibayangkan, semua itu diputuskan setelah mempertimbangkan variabel apa yang memiliki pengaruh terhadap tingkat harga saham. Perubahan harga saham secara ekonomi makro dipengaruhi oleh beberapa faktor, Robert Angg (1997: 11) mengemukakan ada delapan variabel ekonomi yang mempengaruhi harga saham yaitu: “(1) GDP, (2) inflasi, (3) tingkat pengangguran, (04) suku bunga, (5) nilai tukar, (6) JUB, (7) Profitabilitas, serta (8) pertumbuhan produksi industri”. Sama halnya dengan Farid Harianto dan Siswanto Sudomo (1998: 158) mengemukakan bahwa perubahan harga saham dipengaruhi oleh “PDB, Inflasi, Tingkat Bunga, Kurs Rupiah, Anggaran Defisit, Investasi Swasta dan Neraca Perdagangan dan Pembayaran”. Johanes Arifin Wijaya (2002: 63) juga mengatakan bahwa perubahan harga saham dipengaruhi oleh “inflasi, suku bunga yang terjadi, nilai tukar mata uang, huru hara dan faktor politik lainnya”. Dalam penelitian ini diduga tidak semua faktor berpengaruh terhadap Indeks saham LQ-45. Dalam penelitian ini diduga yang berpengaruh terhadap indeks saham LQ-45 adalah meliputi Tingkat Suku Bunga yaitu Tingkat Suku
12
Bunga Deposito Bank Umum, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS, Gross Domestic Product (GDP) dan Jumlah Uang Beredar (JUB). Kusnendi (2002: 46), menjelaskan “tingkat bunga dalam model klasik dipandang sebagai hadiah karena orang mau menunda konsumsinya“. Tingkat bunga juga didefinisikan oleh Dahlan Siamat (1995: 456) “Bunga atau interset dari sisi permintaan adalah biaya atas pinjaman dan di sisi penawaran merupakan pendapatan atas pemberian kredit”. Suku bunga akan mempengaruhi aktivitas ekonomi. Robert Ang (1997: 11) mengemukakan bahwa “jika suku bunga naik, maka akan memberikan pengaruh negatif terhadap pasar ekuitas”. Dan juga sejalan dengan yang dikemukakan oleh Farid Harianto dan Siswanto Sudomo (1998: 158) bahwa “tingkat suku bunga yang tinggi adalah signal negatif bagi harga saham”. Dalam hubungannya dengan harga saham, suku bunga deposito memiliki hubungan yang negatif. Hubungan negatif antara tingkat suku bunga deposito dengan indeks LQ-45 dapat dijelaskan bahwa seseorang akan melakukan investasi tergantung dari tingkat suku bunga yang sedang berlaku. Semakin tinggi tingkat suku bunga simpanan maka minat investor untuk menanamkan modalnya akan semakin berkurang. Berkurangnya permintaan investor terhadap suatu saham, maka akan berpengaruh terhadap harga saham tersebut, sehingga terdapat hubungan yang negatif antara perubahan tingkat suku bunga dengan perubahan harga saham.
13
Dalam penelitian ini suku bunga yang digunakan adalah suku bunga deposito dengan menggunakan jangka waktu 3 bulan (tingkat suku bunga jangka pendek), menurut kelompok Bank Umum (comercial bank). Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga-harga barang dan jasa secara terus menerus. Inflasi merupakan ukuran aktivitas ekonomi yang juga sering digunakan untuk mengukur kondisi ekonomi nasional. Inflasi juga dapat merupakan gambaran ekonomi yang menunjukkan perubahan harga rata-rata barang atau jasa dalam suatu wilayah atau daerah. Inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham, dengan adanya inflasi akan meningkatkan biaya produksi perusahaan dan jika peningkatan biaya produksi perusahaan lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka akan mengakibatkan menurunnya profitabilitas perusahaan dan selanjutnya akan membuat harga saham perusahaan tersebut menurun. Berdasarkan pendapat di atas, maka inflasi merupakan masalah yang dapat mengganggu bahkan dapat melumpuhkan kestabilan perekonomian suatu negara. Inflasi yang tinggi akan mendorong para investor nasional untuk menanamkan modalnya ke luar negeri dan bahkan para investor akan merelokasikan industrinya ke luar negeri yang perekonomiannya lebih stabil. Nilai tukar mata uang merupakan satu di antara beberapa indikator penting dalam menentukan kebijakan ekonomi makro. Secara teori Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS adalah harga relatif mata uang rupiah terhadap mata uang Dollar AS di pasar valuta asing. Nilai berbagai mata uang asing berbeda dalam suatu waktu tertentu dan suatu mata uang asing nilainya akan mengalami
14
perubahan dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi saat itu. Jika mata uang suatu negara mengalami penurunan dibanding mata uang negara lain disebut depresiasi, sedang jika mata uang nilainya mengalami kenaikan dibanding mata uang negara lain maka disebut dengan apresiasi. Menurut Nopirin (2000: 163), “Nilai tukar itu sebenarnya merupakan semacam harga di dalam pertukaran tersebut”. Jadi nilai tukar USD/Rp merupakan harga Rupiah terhadap mata uang Dollar Amerika. Hubungan antara Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS dengan harga saham terjadi karena adanya biaya operasi dari perusahaan domestik yang menggunakan mata uang $US sebagai bagian dari kegiatan operasinya. Perusahaan domestik yang kegiatan usahanya menjual produk di dalam negeri yang menggunakan input dengan kandungan impor yang tinggi akan mengalami penurunan keuntungan bahkan kerugian akibat mata uang rupiah yang terdepresiasi terhadap $US. Penurunan keuntungan ini akan memberikan dampak terhadap menurunnya harga saham perusahaan tersebut. Selain itu fluktuasi Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS terhadap mata uang asing yang tidak stabil akan mempengaruhi iklim investasi di dalam negeri, khususnya pasar modal terjadinya depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika akan memberikan dampak terhadap perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri terutama dalam hal persaingan harga, apabila hal ini terjadi maka akan memberikan pengaruh terhadap neraca pembayaran karena nilai ekspor yang lebih kecil dibandingkan nilai impor. Memburuknya neraca pembayaran akan berpengaruh terhadap
15
cadangan devisa. Berkurangnya cadangan devisa akan mengurangi kepercayaan investor terhadap perdagangan saham di pasar modal. Oleh karena itu nilai tukar merupakan faktor resiko yang harus diperhitungkan dalam memperkirakan hasil saham di bursa. Semakin tinggi fluktuasi nilai tukar suatu negara, mengindikasikan tingginya ketidakpastian nilai tukar mata uang negara bersangkutan. Dengan demikian, investor harus mempertimbangkan pula resiko nilai tukar tersebut. Pertumbuhan
ekonomi
berarti
perkembangan
kegiatan
dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi di masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Salah satu indikator terjadinya pertumbuhan ekonomi di suatu negara dapat dlihat dari nilai Gross Domestic Product (GDP) di negara tersebut. Menurut Samuelson (1992: 112) “GDP adalah jumlah output total yang dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara selama satu tahun”. Laju pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari pertumbuhan GDP riil. GDP riil yaitu GDP yang dihitung menurut harga yang berlaku dalam tahun dasar. Adanya peningkatan GDP riil dari waktu ke waktu dapat menjadi gambaran bahwa suatu negara sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang positif dengan pasar modal. Adanya peningkatan GDP akan memberikan optimisme yang tinggi di pasar modal, karena perusahaan membutuhkan dana yang lebih banyak untuk menunjang peningkatan produksinya. Dengan demikian, kinerja pasar modal sebagai sumber dana bagi dunia usaha juga akan mengalami peningkatan.
16
Jumlah Uang Beredar (JUB) didefinisikan oleh Sadono Sukirno (1994: 207) adalah “semua jenis uang yang yang berada di dalam perekonomian, yaitu adalah jumlah dari mata uang dalam peredaran (seluruh jumlah mata uang yang telah dikeluarkan dan diedarkan oleh Bank Sentral) ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum”. Perubahan dalam JUB akan menyebabkan perubahan dalam money supply dan money demand. Peningkatan money supply akan cenderung meningkatkan kegiatan ekonomi, sedangkan peningkatan money demand akan mengurangi kegiatan ekonomi. Robert Ang (1997: 11) mengemukakan pengaruh uang beredar terhadap harga saham bahwa “pertumbuhan yang wajar memberikan pengaruh positif terhadap ekonomi dan pasar ekuitas secara jangka pendek. Pertumbuhan yang drastis akan memicu inflasi yang tentunya akan memberikan pengaruh negatif terhadap pasar ekuitas”. Berdasarkan penjelasan diatas, di dapat bahwa tingkat Suku Bunga Deposito Bank Umum, tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS, Gross Domestic Product (GDP) dan Jumlah Uang Beredar (JUB) merupakan faktor yang ikut mempengaruhi harga Indeks LQ-45 di BEJ. Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi IHSG di pasar bursa Indonesia dapat digambarkan dalam bentuk kerangka hubungan antara variabel dependent dan variabel indpendent, sebagai berikut :
17
Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Umum Tingkat Inflasi
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS
Indeks LQ-45
Gross Domestic Product (GDP)
Jumlah Uang Beredar (JUB)
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
E. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang diturunkan dari kerangka pemikiran dan harus diuji secara empirik. Hipotesis yang di uji dalam penelitian ini adalah : 1. Hipotesis mayor: Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Umum, tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS, Gross Domestic Product (GDP) dan Jumlah Uang Beredar (JUB) secara simultan mempengaruhi Indeks LQ-45 periode 1997.1 sampai dengan 2007.1 di Bursa Efek Jakarta Indonesia.
18
2. Hipotesis minor: Dalam penelitian ini dapat dibuat beberapa hipotesis minor sebagai penjabaran dari hipotesis mayor, yakni: a. Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Umum secara signifikan mempengaruhi Indeks LQ-45 periode 1997.1 sampai dengan 2007.1 di Bursa Efek Jakarta Indonesia. b. Tingkat Inflasi secara signifikan mempengaruhi Indeks LQ-45 periode 1997.1 sampai dengan 2007.1 di Bursa Efek Jakarta Indonesia. c. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS secara signifikan mempengaruhi Indeks LQ-45 periode 1997.1 sampai dengan 2007.1 di Bursa Efek Jakarta Indonesia. d. Gross Domestic Product (GDP) secara signifikan mempengaruhi Indeks LQ45 periode 1997.1 sampai dengan 2007.1 di Bursa Efek Jakarta Indonesia. e. Jumlah Uang Beredar (JUB) secara signifikan mempengaruhi Indeks LQ-45 periode 1997.1 sampai dengan 2007.1 di Bursa Efek Jakarta Indonesia.