1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau (Wikipedia, 2010). Sebagai Negara kepulauan, Indonesia mengalami banyak hambatan dalam pengembangan ketenagalistrikan. Sampai tahun 2009 rasio elektrifikasi Indonesia baru mencapai 65% (ESDM, 2010). Sumber energi listrik di Indonesia selama ini banyak mempergunakan hasil konversi dari energi fosil seperti minyak bumi, batubara dan gas. Sumber energi fosil ini makin lama semakin berkurang dan harganya terus naik, sehingga perlu dicarikan sumber energi alternatif lain sebagai penghasil energi. Sumber energi terbarukan (renewable energy), seperti energi matahari, angin, tenaga air, pasang surut air laut dan biomassa merupakan sumber-sumber energi alternatif. Sumber energi yang ramah lingkungan ini, perlu dikembangkan secara lebih luas untuk dapat dijadikan sebagai pengganti pembangkit tenaga listrik di masa depan. Kepulauan Nusa Penida merupakan kecamatan terluas dari empat kecamatan yang ada di kabupaten Klungkung. Kepulauan yang berpenghuni 47.448 jiwa ini, memiliki luas wilayah 20.284 ha terdiri dari tiga pulau yaitu Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan (Nusa Penida dalam Angka, 2009). Sebagai bagian dari daerah tropis, potensi insolasi harian matahari wilayah Nusa Penida adalah berkisar antara 4,29-6,60 kWh/m2 per hari (NASA, 2011). Saat ini sistem kelistrikan tiga pulau di kecamatan Nusa Penida telah terinterkoneksi. Sistem kelistrikan tersebut dipasok oleh Pembangkit Listrik Tenaga
1
2
Hibrida (PLTH) yang merupakan gabungan dari tiga jenis pembangkit, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Total daya pembangkit sistem hibrida PLN Area Bali Timur Rayon Klungkung Teknik Nusa adalah sebesar 2783 kW. Dengan beban puncak sebesar 2118 kW maka cadangan listrik saat ini hanya sebesar 665 kW. Kondisi cadangan listrik yang minim
membuat PLN belum dapat
memenuhi seluruh peningkatan kebutuhan energi listrik di Nusa Penida. Ini terlihat dari belum terlayaninya calon pelanggan baru dan pelanggan tambah daya, yang kebutuhan dayanya mencapai 1240,25 kVA (PT. PLN Distribusi Bali, 2010). Pariwisata adalah salah satu sektor yang meningkatkan kebutuhan energi listrik di kepulauan Nusa Penida. Saat ini pariwisata Nusa Penida khususnya Nusa Lembongan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini berdasarkan data kunjungan wisatawan ke wilayah tersebut yang meningkat rata-rata sebesar 26% per tahun. Kunjungan wisatawan ini berpengaruh pula terhadap jumlah sarana akomodasi seperti pondok wisata, resort, hotel, dan lainnya yang meningkat rata-rata sebesar 22,5% per tahun (Klungkung dalam Angka, 2010). Hotel adalah salah satu akomodasi dengan karakteristik operasional selama 24 jam. Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik, hotel memerlukan pasokan energi listrik yang cukup, kontinyu dan handal. Pada saat terjadi pemadaman energi listrik dari PLN, hotel-hotel di Nusa Lembongan umumnya
mempergunakan
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (Genset) sebagai sumber energi listrik. Pembangkit dengan bahan bakar minyak, selain biaya operasionalnya mahal juga mengakibatkan polusi udara dan suara pada lingkungan hotel. Mahalnya biaya operasional PLTD,
3
disebabkan oleh tingginya biaya untuk bahan bakar. Untuk bahan bakarnya, pihak pengelola hotel harus membeli dengan harga industri yang biayanya mencapai 1,5 kali harga bahan bakar minyak pasaran. Biaya bahan bakar yang cukup tinggi ini, juga harus ditambah dengan biaya untuk pengangkutan melewati selat Badung. Hotel Bali Hai Tide Huts merupakan salah satu hotel klasifikasi melati (non bintang) yang terletak di kawasan Nusa Lembongan Bali. Umumnya wisatawan yang berkunjung ke hotel ini adalah wisatawan yang melakukan aktifitasnya antara pukul 10.00 hingga pukul 15.00. Dalam rentang waktu tersebut, wisatawan dapat melakukan berbagai kegiatan antara lain adalah : berwisata menyusuri desa di sekitar hotel, melakukan aktifitas di pantai (snorkeling, diving, banana boat, parasailing, dan lainnya), beraktifitas di dalam hotel seperti berenang atau game pool, maupun makan siang di restoran hotel. Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan ini, tentu secara langsung mempengaruhi kebutuhan energi listrik hotel. Profil energi listrik hotel Bali Hai Tide Huts menunjukkan bahwa pada waktu siang hari pemakaian energi listrik hotel ini paling tinggi dibandingkan dengan hotel lainnya, yaitu rata-rata sebesar 270,84 kWh per hari (PT. PLN Distribusi Bali 2011). Apabila profil energi ini dikaitkan dengan besarnya potensi insolasi harian sinar matahari sebagai penghasil energi listrik di Nusa Lembongan, maka hal tersebut memperlihatkan bahwa akan sangat layak apabila hotel Bali Hai Tide Huts didorong untuk memanfaatkan energi listrik yang bersumber dari energi terbarukan. Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penelitian ini akan dilakukan studi pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya sebagai catu daya tambahan pada hotel Bali Hai Tide Huts di Nusa Lembongan Bali. Untuk mengetahui kelayakan
4
pemanfaatan PLTS sebagai catu daya tambahan bagi pelanggan hotel, akan dilakukan analisis dari beberapa aspek, yaitu aspek teknis, aspek biaya dan aspek regulasi. Adapun analisis dan strategi untuk menentukan layak tidaknya pemanfaatan PLTS, dilakukan dengan menggunakan metode SWOT. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini akan difokuskan pada permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah sistem dan kapasitas PLTS yang dapat dikembangkan oleh hotel Bali Hai Tide Huts, dengan mempertimbangkan profil pemakaian energi listrik dan potensi insolasi harian sinar matahari ? 2. Bagaimanakah kelayakan pemanfaatan PLTS sebagai catu daya tambahan untuk hotel Bali Hai Tide Huts dilihat dari aspek teknik, aspek biaya dan aspek regulasi ? 3. Bagaimanakah strategi yang dapat dilakukan untuk pemanfaatan PLTS dengan metode SWOT, sehingga menjadi layak sebagai catu daya tambahan pada hotel Bali Hai Tide Huts ? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui sistem dan kapasitas PLTS yang dapat dikembangkan oleh hotel Bali Hai Tide Huts, dengan mempertimbangkan profil pemakaian energi listrik dan potensi insolasi harian sinar matahari. 2. Mengetahui kelayakan pemanfaatan PLTS sebagai catu daya tambahan untuk hotel Bali Hai Tide Huts dilihat dari aspek teknik, aspek biaya dan aspek regulasi.
5
3. Mengetahui strategi yang dapat dilakukan untuk pemanfaatan PLTS dengan mempergunakan metode SWOT, sehingga menjadi layak sebagai catu daya tambahan pada hotel Bali Hai Tide Huts. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Meningkatkan pengetahuan pengembangan energi terbarukan yang bersumber dari energi matahari sebagai pembangkit energi listrik di lingkungan hotel. 2. Memberikan sumbangan pemikiran berupa aplikasi dari teori dalam memperkaya wawasan pengembangan pembangkit energi listrik dari energi terbarukan di lingkungan hotel. 3. Memberikan kontinuitas energi listrik dan kenyamanan terhadap lingkungan hotel. 1.5 Batasan Masalah Ada beberapa batasan yang dipergunakan untuk penyelesaian masalah dalam penelitian ini, antara lain : 1. Pelanggan yang direncanakan untuk pengembangan ini adalah pelanggan dengan data pemakaian energi listrik yang tercatat langsung di PT. PLN Distribusi Bali Area Bali Timur, yaitu Hotel Bali Hai Tide Huts. 2. Persentase PLTS yang akan dikembangkan direncanakan adalah sebesar 30% dari pemakaian energi listrik pelanggan hotel dalam rentang waktu pukul 07.00 – 16.00. 3.
Spesifikasi PLTS yang akan dijadikan acuan adalah PLTS yang telah dikembangkan oleh PLN di wilayah Nusa Penida.