BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Fiqih merupakan mata pelajaran penting pada proses. pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah yang bertujuan untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar tentang tata cara pengamalan syariat Islam berkaitan dengan perbuatan manusia kepada peserta didik berdasarkan dalil-dalil yang mendasari ketentuan hukum Islam.1 Karakteristik mata pelajaran Fiqih yaitu mempunyai objek berdimensi sosial religius dan harus diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari. Mengamalkan materi bersifat dimensi sosial religius menyebabkan banyak peserta didik mengalami kesulitan pada mata pelajaran Fiqih. Jenning dan Dunne dikutip Muhibbin Syah, mengatakan kebanyakan peserta didik mengalami kesulitan mengaplikasikan materi pelajaran pada situasi kehidupan nyata (real).2 Sejalan permasalahan peserta didik pada proses pembelajaran di atas, Haryanto menyatakan faktor sulitnya mengaplikasikan materi pelajaran bagi peserta didik disebabkan pembelajaran kurang bermakna. Guru pada proses pembelajaran di kelas tidak mengaitkan kompetensi yang telah dimiliki peserta didik, peserta didik kurang diberikan kesempatan menemukan kembali, dan mengkonstruksi sendiri ide-ide tentang materi pelajaran. Mengaitkan pengalaman kehidupan nyata peserta didik dengan ide-ide tentang materi pada proses pembelajaran di kelas penting dilakukan agar pembelajaran bermakna”.3 Menurut E. Mulyasa, apabila peserta didik belajar terpisah dari pengalaman sehari-hari, membuat peserta didik cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan materi pelajaran.4 Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran Fiqih di kelas ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep Fiqih dengan 1
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah untuk UIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, (Bandung : Pustaka Setia, 2001), cet. ke-4, hlm. 14 2 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 13. 3 Haryanto, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm. 35. 4 E. Mulyasa, Kurikulum yang disempurnakan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 84.
1
2
pengalaman peserta didik sehari-hari. Guru perlu menerapkan kembali konsep Fiqih yang telah dimiliki peserta didik pada kehidupan sehari-hari. Salah satu kompetensi yang dikembangkan pada pembelajaran Fiqih di kelas VII semester genap pada Madrasah Tsanawiyah adalah kompetensi dasar bertayamum. Bertayamum dalam kamus Idris al-Marbawy dan juga dalam alMunjid diartikan menyengaja.5 Sedang menurut syara’ ialah menyengaja tanah untuk penghapus wajah dan kedua tangan dengan maksud dapat melakukan shalat dan lain-lain.6 Dalam kitab Subulus Salam dijelaskan: kata “tayamum” menurut bahasa ialah sengaja. Sedang menurut pengertian syara ialah sengaja memakai tanah debu untuk mengusap muka dan kedua tangan dengan niat pembolehan shalat dan semacamnya.7 Setiap orang yang mengalami hadats, Allah SWT telah memberi petunjuk untuk membersihkannya. Untuk hadas kecil bisa dengan wudhu, dan untuk hadas besar dengan mandi. Jika tak mampu karena berbagai sebab yang dibenarkan syara maka boleh dengan cara tayamum. Dengan demikian tayamum merupakan salah satu bentuk keringanan dalam Islam. Sebagaimana dikatakan oleh Syekh Zainuddin bin abd Aziz al-Malibari bahwa tayamum bisa dilakukan karena hadats besar atau hadats kecil, bila tidak ada air atau khawatir berbahaya dalam menggunakannya memakai debu yang suci mensucikan.8 Berdasarkan penjelasan tersebut keterampilan bertayamum penting dikuasi peserta didik sesuai dengan indikator kompetensi atau tujuan pembelajaran Fiqih. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kondisi pembelajaran Fiqih di kelas VII MTs Darussa`adah Bulak Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal ditemukan tiga kendala utama : Pertama, adanya kesenjangan antara kurikulum mata pelajaran Fiqih dengan kinerja mengajar yang ditampilkan guru. Layanan pembelajaran belum bisa mengakomodasi dan mengapresiasi perpedaan
5
Idris al-Marbawy, Kamus Idris al-Marbawy, (Beirut Libanon: Dar al-Fikr, t.th.), hlm. 121. Luwice Ma’luf, al-Munjid, (Beirut Libanon: al-Ijtimaiyah, t.th.), hlm. 118. 6 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Juz 1,(Kairo: Maktabah Dar al-Turas, t.th.), hlm.76. 7 Sayid al-Iman Muhammad bin Ismail al-San’ani, Subul al-Salam Sarah Bulugh alMaram Min Jami Adillati al-Ahkam , Juz 1, (Kairo: Dar Ikhya’ al-Turas al-Islami, 1960), hlm. 93. 8 Syeikh Zainuddin bin Abd Aziz al-Malibary, Fath al- Mu’in Bi Sarkh Qurrah al-‘uyun, Maktabah wa Matbaah, Semarang: Toha Putera, tth, hlm.8.
3
kemampuan (aptitude) peserta didik dalam rangka mengoptimalkan prestasi belajar peserta didik. Kondisi demikian berdampak pada prestasi belajar peserta didik menunjukkan bahwa 45 % peserta didik tidak tuntas. Kedua, pembelajaran Fiqih menunjukkan bahwa penyampaian materi berjalan monoton, guru masih menggunakan metode ceramah secara dominan sehingga pembelajaran kurang bergairah dan kurang mendapat apresiasi dari peserta didik. Peserta didik kurang diberikan porsi latihan praktik sebagaimana materi pelajaran Fiqih yang menuntut tercapainya tujuan pembelajaran ranah psikomotorik. Kondisi ini menimbulkan penurunan prestasi belajar peserta didik yang berakibat pada hasil KKM rendah. Ketiga, analisis kondisi kemampuan atas kepandaian peserta didik menunjukkan peserta didik kurang mengetahui tata cara (kaifiyah) untuk melaksanakan bertayamum dengan rincian peserta didik yang tergolong rendah sebesar 40 %, peserta didik tergolong cukup 35 %, dan peserta didik tergolong sedang sebesar 25 %. Berikut ini ditampilkan kompetensi bertayamum peserta didik kelas VII MTs Darussa`adah Bulak Kendal pada tabel di bawah ini : Tabel 1 Kondisi Awal Kompetensi Peserta didik pada Mata Pelajaran Fiqih Di Kelas VII MTs Darussa`adah Bulak Kabupaten Kendal NO
KUALITAS
JUMLAH
PERSENTASE
1
Rendah
19
40
2
Cukup
16
35
3
Sedang
12
25
Hasil pengamatan terhadap kondisi pembelajaran Fiqih dan kondisi kepandaian peserta didik dalam praktik bertayamum, maka diperlukan pemecahan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik kelas VII MTs Darussa`adah Bulak Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2014/2015. Pemecahan masalah terhadap kondisi di atas diperlukan metode yang cocok yang mampu menyesuaikan dengan karakteristik dan keragaman kepandaian peserta didik.
4
Berdasarkan kondisi di atas mendorong peneliti melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) pada mata pelajaran Fiqih melalui metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode mengajar di mana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau peserta didik sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu.9 Fenomena tersebut berdasarkan pengamatan peneliti, selama ini pembelajaran Fiqih di kelas VII MTs Darussa`adah Bulak terlalu menekankan pada penguasaan materi, serta menekankan pada pengujian melalui tes. Peserta didik dituntut menghafal teks yang ada di buku dengan sama persis tanpa adanya kegiatan praktik terhadap materi yang ajarkan, sehingga pengetahuan peserta didik tidak berkembang hanya terpancang pada informasi yang ada di buku atau LKS saja tanpa menggali informasi dari sumber lain dan diperparah lagi dengan rendahnya kemampuan peserta didik dalam praktik. Kerjasama kelompok juga terlihat kurang kompak. Berbagai hal tersebut kemudian menyebabkan rendahnya motivasi dan menurunnya prestasi belajar peserta didik tersebut sehingga tujuan pembelajaran yang sesungguhnya menjadi tidak tercapai. Berdasarkan pembahasan di atas metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan penguasan dan keterampilan peserta didik memahami materi atau kandungan Fiqih yang membutuhkan perlakukan khusus dengan cara melihat dan mempraktikkan langsung sehingga peserta didik lebih cepat menguasai materi yang diberikan guru. Mengingat tanggung jawab besar yang diemban guru untuk melatih penguasaan,
pemahaman,
dan
keterampilan
peserta
didik
agar
dapat
melaksanakan tata cara (kaifiyah) bertayamum dengan baik dan benar sesuai ajaran syariat Islam, serta mendesaknya kebutuhan menerapkan metode demonstrasi untuk meningkatkan kompetensi di atas, penulis tertarik mengkajinya melalui penelitian tindakan kelas berjudul “Upaya Guru Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Metode Demonstrasi pada Mata Pelajaran Fiqih Materi Bertayamum di Kelas VII MTs Darussa`adah Bulak Rowosari Kendal Tahun Pelajaran 2014/2015. 9
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama Beserta Simulasinya, (Malang : Sunan Ampel, 2001), hlm. 94.
5
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, problematika yang muncul pada peserta didik kelas VII MTs Darussa`adah Bulak berkaitan dengan tema penelitian ini yaitu : 1. Peserta didik tidak bergairah untuk belajar dan prestasi belajarnya rendah, sehingga diperlukan metode yang didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain, serta meningkatkan kerja sama kelompok 2. Kecenderungan guru terlalu menekankan pada penguasaan materi, serta menekankan pada pengujian melalui tes. Peserta didik dituntut untuk menghafal teks atau materi pelajaran dengan sama persis tanpa adanya kegiatan praktik terhadap materi yang ajarkan, sehingga pengetahuan peserta didik tidak berkembang hanya terpancang pada informasi yang ada di buku atau LKS (Lembar Kerja Siswa) saja tanpa menggali informasi dari sumber lain dan diperparah lagi dengan rendahnya kemampuan peserta didik dalam praktik 3. Rendahnya penguasaan peserta didik terhadap penguasaan bacaan dan gerakan bertayamum dalam praktik pembelajaran Fiqih sehingga diperlukan metode pembelajaran khusus yakni metode demonstrasi yang dapat meningkatkan prestasi belajar Fiqih materi bertayamum bagi peserta didik. C. Pembatasan Masalah Memperhatikan identifikasi masalah di atas perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian ini lebih terfokus pada tema pokok penelitian. Adapun masalah yang akan dipecahkan pada penelitian ini ialah upaya guru secara sistematis untuk meningkatkan prestasi belajar Fiqih materi bertayamum dengan menerapkan metode demonstrasi peserta didik kelas VII MTs Darussa`adah Bulak Rowosari Kendal Tahun Pelajaran 2014/2015. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas dapat diidentifkasikan rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :
6
Apakah impementasi metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi Fiqih materi bertayamum pada peserta didik kelas VII MTs Darussa`adah Bulak Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2014/2015 ? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian tindakan kelas (PTK) ini sebagai berikut : Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar Fiqih materi bertayamum melalui impementasi metode demonstrasi peserta didik kelas VII MTs Darussa`adah
Bulak
Kecamatan
Kabupaten
Kendal
Tahun
Pelajaran
2014/2015. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Secara Teoritis a. Sebagai bahan masukan bagi pendidik, keluarga, dan pemerintah untuk dijadikan bahan analisis dalam rangka memberdayakan peningkatan mutu pembelajaran melalui optimalisasi penerapan metode demonstrasi materi bertayamum dengan strategi pembelajaran Fiqih. b. Mampu menambah khasanah keilmuan tentang pendidikan Islam khususnya strategi dan peranann guru mata pelajaran Fiqih dalam meningatkan prestasi belajar Fiqih materi bertayamum pada peserta didik melalui metode demonstrasi. 2. Secara Praktis a. Bagi peneliti (guru), untuk mengetahui hambatan-hambatan atau kekurangan-kekurangan
penerapan
metode
demonstrasi
untuk
meningkatkan prestasi belajar Fiqih materi bertayamum peserta didik di MTs Darussa`adah Bulak Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. b. Bagi peserta didik, agar mampu meningkatkan semangat, minat dan ghirah dalam belajar Fiqih di MTs Darussa`adah Bulak Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal.
7
c. Bagi Kepala Madrasah, sebagai bahan laporan atau pedoman mengambil kebijakan tentang peningkatan mutu pembelajaran melalui penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan prestasi belajar Fiqih peserta didik kelas VII MTs Darussa`adah Bulak. d. Bagi STIT Muhammadiyah Kendal, sebagai bahan bacaan untuk memperluas wawasan kependidikan berkaitan metode demonstrasi dan menambah koleksi buku perpustakaan di bidang pendidikan.