1 BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Kenakalan anak akhir-akhir ini cenderung meningkat pada taraf yang mengkhawatirkan. Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh sebagian pelajar dapat merugikan berbagai pihak baik diri sendiri maupun orang lain, atau bahkan masyarakat luas. Perilaku kurang baik bisa berbentuk apapun misalnya berkata yang jorok, tulisan, permintaan uang dengan paksa, permainan yang berbau judi, taruhan sepak bola,
yang dapat memicu
munculnya perkelahian. Maraknya kenakalan dikalangan pelajar menengah tingkat pertama. sangat meresahkan pelaku pendidikan dan para orang tua. Beraneka ragam tingkah laku anak yang seringkali menimbulkan kekesalan baik untuk orang tuanya sendiri maupun para pelaku pendidikan di sekolah (orang lain). Bagi para guru di sekolah ini merupakan sesuatu hal yang
memerlukan
pemikiran
yang
lebih
mendalam
karena
akan
mempengaruhi dalam proses belajar mengajar dan tingkah laku anak didiknya yang dinilai “nakal” akan dirasa cukup menggelisahkan. Peristiwa yang terjadi pada SMP 32 Semarang pada tanggal 26 April 2005 lalu sebagai bukti bahwa tingkat kenakalan dikalangan pelajar sudah seharusnya mendapat perhatian yang serius, berawal dari salah seorang siswanya menuliskan kata-kata jorok yang ditujukan kepada salah seorang gurunya, dan akhirnya terjadi pemukulan oleh guru,1 terlebih lagi sering terdengar para pelajar sering mengungkapkan kata-kata jorok, hal itu sangat tidak disukai oleh semua pihak, baik dikalangan (pendidikan)
sekolah
maupun di lingkungan sekitar. Allah swt tidak menyukai perkataan jorok atau buruk, sesuai yang dijelaskan dalam Quran surat Nisa ayat 146:
1
Frekuensi Kenakalan Remaja Meningkat, ( Semarang: Suara Merdeka, Senin 2 Mei 2005 ), hlm 19
1
2
ﻻ ﻳﺤﺐ اﷲ ا ﻟﺠﻬﺮ ﺑﺎ ﻟﺴﻮء ﻣﻦ اﻟﻘﻮل اﻻ ﻣﻦ ﻇﻠﻢ وآﺎن اﷲ ﺳﻤﻴﻌﺎ ﻋﻠﻴﻤﺎ ( 148 : )اﻟﻨﺴﺎء “Allah tidak menyukai ucapan buruk atau kotor {yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang-orang yang dianiaya. Allah Maha mendengar lagi Maha 2 mengetahui” ( Q.S. Nisa : 148 ) Perkataan buruk oleh anak didik ada yang disengaja dan tidak disengaja. Berkata kotor yang disengaja karena anak tersebut sering mengucapkannya, yakni sudah menjadi kebiasaan. Sedangkan yang tidak sengaja terjadi pada anak yang latah, karena ada orang yang suka “menggoda” berkata-kata jorok, sehingga kata yang diucapkan sama dengan yang didengarnya, baik lisan maupun tulisan yang tidak pantas dilakukan oleh anak didik. Kejadian pada SMP 32 tersebut menunjukan tingkat kenakalan
siswa
khususnya
di
kota
Semarang
sudah
cukup
mengkhawatirkan, dan juga salah satu tindakan pelajar yang berhasil dimuat pada media cetak, belum lagi yang lain masih banyak jenis kenakalan anak yang sedang masa pubertas. Ketika seorang pelajar melakukan perkelahian dan diketahui oleh aparat keamanan, kemudian diproses sesuai jalur hukum. Walaupun sangsi yang diberikan terhadapnya tidak lebih dari satu hari mereka tetap tidak jera (kapok). Belum lagi dikeluarkan dari sekolah tersebut dan korban yang mengalami cacat fisik yang memerlukan perawatan di rumah sakit, semua biaya ditanggung pelaku yang bersalah, atau bahkan meninggal dunia. Selain itu nama almamater sekolah akan tercoreng dengan tindakan yang dilakukan oleh beberapa siswa, jelas ini sudah sangat merugikan diri sendiri, keluarga, dan pihak sekolah. Akibatnya jika tidak dapat teratasi citra sekolah (lembaga pendidikan) akan menurun dan ketertarikan masyarakat
2
Moch. Rifa’i dan Rosihin Abdul Ghoni, Al Qur’an dan Terjemahannya, ( Semarang; CV Wicaksana, 1991 ), hlm 93
3 terhadap institusi tersebut semakin berkurang, para orang tua merasa takut akan terpengaruh pada anaknya. Kenakalan anak merupakan salah satu masalah yang harus mendapatkan perhatian secara khusus dari berbagai pihak terutama para pelaku pendidikan, terkait pula lingkungan keluarga dan masyarakat. Kenakalan yang dilakukan anak yang sedang menginjak usia pubertas sangat beragam, apapun bentuk dan jenisnya yang jelas perilaku ini sangat merugikan dan menimbulkan dampak negatif di dunia pendidikan. Masalah kenakalan anak memang dipandang penting untuk dipikirkan secara sungguh-sungguh, baik yang mengancam hak milik orang lain, mengarah pada cacat fisik maupun yang mengancam hilangnya nyawa. Dalam mengantisipasi peristiwa tersebut supaya tidak menjadi perilaku yang berkelanjutan, maka perlu dilakukan suatu adanya tindakan untuk menanggulanginya. Juvenile deliquency bukan suatu problem pendidikan yang hadir dengan sendirinya di tengah-tengah masyarakat sekolah, tetapi muncul beberapa faktor yang mendukung kenakalan itu. Selain itu banyaknya hiburan di televisi swasta melalui sinetron, humor dan film yang memperlihatkan perilaku anak didik yang berbeda dengan kenyataan pendidikan di sekolah juga membuat anak-anak mudah terpengaruh khususnya di kota-kota besar. Pada umumnya jenis kenakalan yang terjadi di sekolah masih berada pada batas kewajaran yaitu mencuri, menggangu, berdusta, mempergunakan kata-kata yang kasar, kotor dan jorok, merusak benda-benda milik sekolah, tidak masuk tanpa ijin, membaca komik saat pelajaran berlangsung, makan diwaktu ada pelajaran, beramai-ramai membuat keributan, melucu dengan berlebihan, bertengkar dengan anak-anak lain, dan sebagainya.3 Kenakalan anak merupakan problematika yang sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu proses belajar mengajar untuk mencapai 3
Soesilo Windradini, Psikologi Perkembangan Masa Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1998) hlm 130
4 tujuan tertentu, kekhawatiran pihak para pendidik sudah berada pada taraf yang cukup merisaukan. Para guru harus melakukan sesuatu untuk menanggulangi kenakalan tersebut. Terutama guru PAI yang selama ini mengajarkan tentang akhlak (moral) dan akidah. Dalam hal ini perlu pembinaan dan pengarahan yang bijaksana dari para guru PAI dan guru di sekolah serta orang tua di lingkungan keluarga. Guru pendidikan agama Islam (PAI), memiliki peranan penting dalam membentuk kepribadian anak didik di sekolah. Upaya yang dilakukan oleh guru PAI selain mentransfer ilmu-ilmu keagamaan yang mengarah kepada perilaku yang baik (akhlakul karimah) dan moralitas, juga berusaha memberikan contoh sikap yang baik, sehingga dapat dijadikan panutan pada anak didik untuk membentuk akhlakul karimah. Yakni mereka dituntut mempunyai kepribadian yang baik. Tampaknya sebagian guru ada yang belum sadar bahwa perilaku dirinya setiap hari baik di sekolah maupun di luar sekolah termasuk memberikan pendidikan moral secara langsung terhadap anak didik, ini yang harus diperhatikan oleh semua pendidik di sekolah tidak hanya guru PAI namun semua guru yang lain turut menunjang dalam pembentukan akhlakul karimah. SMP 30 Semarang merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara geografis terletak di tengah kota Semarang yang banyak sekali faktor yang menunjang kenakalan anak, misalnya tempat hiburan, mall, pasar, play station dan mereka sangat dekat dengan berubahan sosial dan budaya barat yang masuk melalui media cetak dan elektronik. Selain itu sekolah yang kurang lebih mempunyai 913 peserta didik itu sebagian besar ekonomi mereka termasuk tingkat golongan menengah ke atas, dengan demikian sangat mudah untuk memenuhi keinginan mereka dengan uang. Sebagian besar orang tua mereka sibuk dengan pekerjaan, sehingga perhatian yang diberikan terhadap anaknya sangat kurang. Berdasarkan uraikan di atas perlu adanya upaya pembinaan dan pengarahan yang bijak dari para pendidik di sekolah khususnya guru
5 pendidikan agama Islam dalam menanggulangi kenakalan anak di SMP 30 Semarang. B.
Penegasan Istilah 1. Upaya Upaya adalah usaha (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar).4 Maksudnya usaha atau kegiatan yang mengerahkan tenaga pikiran atau badan untuk memecahkan persoalan atau mencari jalan keluar. 2. Guru Pendidikan Agama Islam Guru ialah tenaga pendidik yang berada di lingkungan sekolah. Sedangkan pendidikan agama Islam dapat diartikan sebagai suatu sistem pendidikan / pembelajaran yang memuat ajaran-ajaran agama Islam. Jadi guru pendidikan agama Islam adalah tenaga pendidik yang mengajarkan pelajaran yang berisi materi agama Islam di lingkungan sekolah, khususnya di SMP 30 Semarang. 3. Penganggulangan Penanggulangan berasal dari kata tanggulan, menanggulangi artinya mengatasi kenakalan remaja, sedang penanggulangan adalah proses, cara, perbuatan menanggulangi.5 Maksudnya penanggulangan adalah proses atau cara yang dilakukan oleh guru PAI dalam mengatasi kenakalan yang dilakukan anak didik SMP 30 Semarang 4. Kenakalan anak Kenakalan berasal dari kata “nakal” yang berarti kurang baik (tidak menurut, tidak mengganggu, dan sebagainya) terutama pada anakanak.6 Menurut Singgih Gunarsa, kenakalan anak adalah merupakan tingkah laku anak yang menimbulkan persoalan bagi orang lain.7
4
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2002) edisi III cet 2 hlm 1250 5 Ibid, hlm. 1138 6 Ibid, hlm 971 7 Singgih Gunarsa, Psikologi Anak Bermasalah, (Jakarta: Gunung Mulia, tt), hlm 15
6 Menurut Kartini Kartono kenakalan anak adalah perilaku jahat / dursusila / kejahatan / kenakalan anak-anak muda yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial di masyarakat, sehingga mereka itu mengembangkan tingkah laku yang menyimpang.8 Sedangkan yang dimaksud anak adalah pada periode 7-14 Tahun, yang disebut sebagai masa belajar.9 Sudarsono sebagaimana mengutip pendapat Bimo Walgito memberikan pengertian tentang kenakalan anak sebagai berikut :“Tiap perbuatan, jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi merupakan perbuatan yang melawan hukum, yang dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja..10 Yaitu kenakalan anak adalah suatu contoh perilaku yang ditunjukan oleh remaja di bawah usia 18 tahun dan perbuatan tersebut melanggar aturan, yang dianggap berlebihan dan berlawanan dengan norma masyarakat. Jadi tegasnya yang dimaksud dengan judul pada skripsi ini adalah usaha-usaha atau tindakan untuk memecahkan persoalan yang dilakukan guru pendidikan agama Islam terhadap perilaku yang kurang baik atau menyimpang dan merugikan orang lain yang dilakukan oleh anak didik SMP 30 Semarang. C.
Rumusan masalah Dalam penelitian pokok masalah akan menentukan arah penelitian itu sendiri. Rumusan masalah secara jelas akan dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya. Masalah yang menarik penulis bahas disini diantaranya : 1. Bagaimana kenakalan anak di SMP 30 Semarang ? 2. Bagaimana pembelajaran PAI di SMP 30 Semarang ? 3. Bagaimana upaya guru PAI dalam penanggulangan kenakalan anak didik di SMP 30 Semarang ? 8
Kartini Kartono, Patologi Sosial II Kenakalan Remaja, (Jakarta; Rajawali Press, 1996), hlm 7 9 Ibid, hlm 28 10 Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) Cet. 4 hlm.11
7 D.
Tujuan penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui jenis kenakalan anak didik SMP 30 Semarang. 2. Untuk mengetahui pembelajaran PAI di SMP 30 Semarang. 3. Untuk mengetahui bagaimana upaya guru PAI dalam penanggulangan kenakalan anak didik SMP 30 Semarang.
E.
Tinjauan Pustaka Untuk menghindari berbagai kesamaan dalam bahasan terhadap skripsi yang pernah diteliti sebelumnya maka perlu adanya tinjauan pustaka sebagai tolok ukur terhadap judul yang akan dibahas nantinya. Dalam skripsinya Siti Nok Chalimah (3197048) dengan judul “PENGARUH PENCEGAHAN
LAYANAN
KONSELING
KANAKALAN
PESERTA
INDIVIDU DIDIK
TERHADAP DI
MTS
N
PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2001/2002” dengan kesimpulan bahwa adanya pengaruh signifikan antara layanan konseling individu terhadap pencegahan kenakalan peserta didik di MTs N pekalongan tahun ajaran 2001 / 2002 maksudnya semakin layanan konseling yang dilakukan secara sungguh-sungguh, maka semakin pula dapat mencegah kenakalan peserta didik.11 Dalam skripsinya M. Fajar Kurniawan (3197097) dengan judul “PENGARUH
KEHARMONISAN
KELUARGA
TERHADAP
PENANGGULANGAN KENAKALAN SISWA DI SMU PENAWAJA TEGAL ARUM KABUPATEN TEGAL” Dengan kesimpulan bahwa adanya pengaruh yang kuat antara keharmonisan keluarga terhadap penanggulangan kenakalan siswa dibanding dengan keluarga disharmoni di SMU Penawaja
11
Siti Nok Chalimah, Pengaruh Layanan Konseling Individu Terhadap Pencegahan Kanakalan Peserta Didik Di MTs N Pekalongan Tahun Ajaran 2001 / 2002, ( Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2003), hlm 49
8 Tegal Arum Kabupaten Tegal. Keharmonisan keluarga mempunyai peranan yang sangat kuat terhadap penanggulangan kenakalan siswa.12 Skripsi Muhamad Subakir (3199126) yang berjudul KEMITRAAN ORANG TUA DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA MENURUT PROF M ARIFIN DAN PROF. ZAKIAH DARAJAT. Dua pendapat ahli psikologi tentang penanggulangan kenakalan remaja melalui partner ship dalam rumah tangga, yakni pada skripsi ini menekankan pada pembagian peran antara suami dan isteri sebagai partner, pendidik dan pengasuh anak-anaknya.13 Sebagai ibu tidak cukup menjadi ibu rumah tangga yang selalu mengurus dalam rumah, begitu juga ayah tidak hanya mencari nafkah yang bekerja di luar rumah saja, melainkan ada tugas yang lain dalam mengasuh dan mendidik anak sehingga disi perlu pembagian tugas antara suami dan istri. Skripsi di atas masing-masing mempunyai penekanan yang berbedabeda. Dalam skripsi Siti Nok Chalimah penekanannya kepada guru bimbingan konseling yang selalu mengambil sikap dalam menangani segala bentuk kenakalan siswa secara individu dalam arti tidak melibatkan guru yang lain. Sedangkan dalam skripsi M. Fajar Kurniawan menfokuskan pada hubungan keluarga yang harmoni, bahagia sebagai wujud pemberian contoh sikap yang baik dalam rumah tangga dan usaha penanggulangan kenakalan siswa. Kemudian skripsi Muhammad Subakir penekanannya pada kemitraan (partner ship) orang tua dalam menanggulangi kenakalan remaja yakni pembagian peran antara ayah dan ibu dalam lingkungan keluarga. Selama ini belum ada penelitian yang secara fokus membahas tentang upaya untuk menanggulangi kenakalan siswa yang menekankan pada guru pendidikan agama Islam, bagaimana langkah-langkah yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam menanggulangi kenakalan siswa. 12
M. Nur Fajar Kurniawan, Pengaruh Keharmonisan Keluarga Terhadap Penanggulangan Kenakalan Siswa Di SMU Penawaja Tegal Arum Kabupaten Tegal, ( Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2003), hlm 56 13 Muhammad Subakir, Kemitraan Orang Tua Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja Menurut Prof. M. Arifin dan Prof. Dr. Zakiah darajat, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2003)
9 F.
Metode Penelitian 1. Fokus dan ruang lingkup penelitian a. Fokus Penanggulangan yang dilakukan guru PAI terhadap kenakalan anak didik di SMP 30 Semarang. b. Ruang lingkup penelitian Sedangkan ruang lingkup penelitian ini adalah SMP 30 Semarang, perilaku anak didik yang menyimpang dan melanggar tata tertib sekolah, Guru PAI, Buku Kasus (Guru BK). 2. Sumber data penelitian a. Guru pendidikan agama Islam SMP 30 Semarang b. Kepala sekolah c. Guru Bimbingan Konseling SMP 30 Semarang d. Buku kasus e. Kepustakaan 3. Metode Pengumpulan Data a. Observasi Metode observasi digunakan untuk memperoleh sesuatu tentang keadaan umum yang meliputi sarana dan prasarana yang ada. metode ini dilakukan dengan pencatatan dan pengamatan dari fenomena yang diselidiki.14 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan yang ada di SMP 30 Semarang dengan mengadakan pengamatan secara langsung di lapangan serta menulis data yang terkait dalam penelitian. b. Interviu Metode interviu yaitu metode pengumpulan data dengan tanya jawab yang dikerjakan secara sistematis (teratur) dan berdasarkan pada tujuan penelitian.15 Menurut Suharsimi Arikunto, interviu yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah 14
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psychology UGM, 2000) jilid 2, hlm 151 15 Sutrisno Hadi, op.cit., hlm 177
10 sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer).16 Metode ini di tinjau dari pelaksanaannya dapat di bedakan menjadi tiga yaitu interview bebas, terpimpin, dan bebas terpimpin.17 Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis interview bebas terpimpin, dimana pertanyaan yang akan ditanyakan sudah dipersiapkan sebelumnya secara cermat sedang dalam penyampaiannya dengan bebas dalam arti tidak terikat dengan nomor urut pada pedoman wawancara. Metode ini di samping berguna untuk menguji kebenaran dalam kemantapan suatu data yang telah diperoleh tambahan keterangan dari pihak guru dan kepala sekolah SMP 30 Semarang, juga dipergunakan untuk memperoleh data tentang sejarah latar belakang berdirinya sekolah tersebut, dan sebagainya yang ada kaitannya dengan penelitian. c. Dokumentasi Penelitian ini sangat memerlukan dokumen guna membantu dalam pengumpulan data. Saat penelitian dilapangan dokumen menjadi sumber data yang bisa dipertanggung jawabkan. Menurut Suharsimi Arikunto, metode dokumentasi berasal dari dokumen yang artinya barang tertulis, di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan rapat, dan sebagainya.18 Dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah profil SMP 30 Semarang, buku kasus pada bimbingan konseling dan tata tertib SMP 30 Semarang.
16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002 ) Edisi V, Cet XII hlm 132. 17 Ibid 18 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm 135
11 4. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini pendekatan kualitatif yang mana penelitian ini mempunyai ciri khas yang terletak pada tujuannya yakni mendiskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan keseluruhan kegiatan. Pendekatan ini digunakan karena berbagai pertimbangan yaitu : lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden dan pendekatan ini lebih peka dan lebih mudah menyesuaikan diri dengan penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai-nilai yang dihadapi. 19 Pada upaya guru PAI dalam penanggulangan kenakalan anak untuk mencapai tujuan yang diinginkan jadi pendekatan ini sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dan diarahkan pada latar alamiah dan individu tersebut secara holistik (menyeluruh). 5. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.20 Maksud utama analisis data adalah untuk membuat data itu dapat dimengerti, sehingga penemuan yang dihasilkan bisa dikomunikasikan kepada orang lain.21 pelaksanaan analisisnya dilakukan pada saat masih dilapangan, dan setelah data terkumpul. Teknik analisis data yang digunakan analisis non statistik (analisis diskriptif) dengan pendekatan analisis induktif.22 Yaitu suatu pendekatan analisis data yang bertolak dari problem-problem pernyataan atau isu spesifik yang dijadikan fokus penelitian karena data tidak disimpulkan dalam bentuk angka.
19
Lexy J Moloeng, op.cit., hlm 5 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm 103 21 Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, ( Bandung: Angkasa, 1993 ), hlm 166 22 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm 5 20
12 G.
Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memudahkan dalam memahami dan mempelajari skripsi ini, maka disini akan dijelaskan mengenai sistematika penulisan skripsi yaitu sebagai berikut : 1. Bagian Muka Pada bagian muka terdiri dari halaman judul, nota pembimbing, pengesahan, persembahan, motto, kata pengantar, daftar isi. 2. Bagian isi BAB I
: Pendahuluan Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka,
metode penelitian, dan sistematika
penulisan skripsi. BAB II
: Berisi tentang landasan teori yang membahas tentang Kenakalan anak (pengertian, faktor yang mempengaruhinya, bentuk kenakalan), Peranan guru pendidikan agama Islam yang meliputi pengertian, tugas dan kewajiban, kompetensi, faktor yang penunjang dan pendukung), serta tanggung jawab guru PAI dalam menanggulangi kenakalan anak didik.
BAB III
: Kajian objek penelitian. terdiri dari dua sub bab yaitu Keadaan umum SMP 30 Semarang dan penyajian data. Kemudian keadaan umum meliputi Sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan misi sekolah, keadaan sarana dan prasarana, tata tertib siswa. Sedangkan penyajian data tentang kenakalan anak didik SMP 30 Semarang, proses pembelajaran PAI di SMP 30 Semarang, dan Upaya guru PAI dalam menanggulangi kenakalan anak didik.
BAB IV
: Berisi tentang analisis data Analisis terhadap kenakalan anak didik di SMP 30 Semarang, proses pembeajaran PAI di SMP 30 Semarang, dan Upaya guru PAI dalam penanggulangan kenakalan anak
13 serta di SMP 30 Semarang, faktor pendukung dan penghambatnya BAB V
: Penutup Bagian penutup berisi tentang simpulan, saran-saran dan kata penutup.