BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa memiliki peran penting bagi perkembangan bangsa itu sendiri. Hal ini menunjukkan pentingnya budaya sebagai salah satu aset bangsa yang bernilai tinggi bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Realitas ini tentunya dapat terwujud apabila setiap komponen bangsa memperhatikan nilai-nilai budaya yang tumbuh dan terbentuk dalam kehidupan bermasyarakat. Namun, sebaliknya apabila budaya diabaikan dalam proses interaksi sosial, maka tidak akan terjadi komunikasi budaya seperti yang diharapkan. Akibatnya, nilai-nilai budaya yang ada akan mengalami pergeseran, bahkan tidak menutup kemungkinan akan hilang dari kehidupan masyarakat (Kaplan dan Manners, 1999: 91). Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang tergolong kaya akan keanekaragaman budaya. Kesenian yang merupakan salah satu aspek kebudayaan dapat dijadikan ciri potensi budaya daerah setempat. Kekayaan tersebut tercermin dengan banyaknya jenis kesenian yang hidup dan berkembang di seluruh pelosok Jawa Barat. Seni padalangan dalam hal ini pertunjukan wayang golek, adalah salah satu produk kebudayaan rakyat (folk culture) yang berkembang secara turun temurun melalui paguron dalang dengan bentuk ragam gaya dan alirannya masing-masing. Kesenian wayang golek kini tengah memasuki era perkembangan
1
2
yang pesat baik kualitas maupun kuantitas, sehingga keberadaannya sangat akrab dengan selera masyarakat yang memandang wayang golek sebagai sarana hiburan segar, merakyat dan dapat memberikan makna spiritual melalui kandungan nilainilai filosofisnya. Iklim kondusif yang menjadikan seni wayang golek dapat masuk pada semua lapisan masyarakat adalah adanya kepuasan penonton yang terpenuhi seleranya sebagai hasil keterampilan dan kreativitas dalang sebagai pelaku seni. Dengan demikian tidak mengherankan apabila di Jawa Barat banyak muncul dalang kondang dengan gaya dan ciri khasnya masing-masing (Saini K. M, 1988:33). Menurut pembagian wilayahnya, padalangan Jawa Barat terbagi ke dalam dua gaya atau aliran, yaitu padalangan gaya Cirebon (wilayah Pantai Utara) yang terkenal dengan pertunjukan wayang kulit purwa, dimana daerah sebarannya meliputi Cirebon, Indramayu dan Majalengka. Selain wayang kulit purwa, di Cirebon terdapat pula wayang golek yang dikenal dengan wayang golek cepak atau wayang golek menak. Gaya padalangan lainnya adalah wayang golek gaya priangan atau sering dikenal dengan sebutan wayang golek purwa, dimana daerah sebarannya meliputi Bandung, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur, Purwakarta dan Subang (Soepandi, dkk. 1997:36). Di antara daerah-daerah wilayah sebaran tersebut, yang paling menonjol dan berpengaruh besar terhadap laju perkembangan seni padalangan Jawa Barat adalah hanya daerah Bandung (Kabupaten dan Kotamadya). Padalangan Bandung (sub Priangan) sendiri terbagi menjadi dua kubu yang lebih dikenal dengan istilah sejak kidul dan sejak kaler. Sejak kidul (aliran selatan) didominasi
3
oleh dalang-dalang keturunan Paguron Sunarya, sedangkan sejak kaler (aliran utara) banyak didominasi oleh dalang-dalang keturunan Paguron Sutarya. Melalui dua dinasti inilah seni padalangan Sunda gaya Priangan dapat berkembang mempengaruhi warna dan bentuk pertunjukan wayang golek daerah-daerah lainnya. Tokoh yang turut berperan dalam penyebaran dan pengembangan seni padalangan Sunda pada kurun waktu antara tahun 1950-1980-an adalah Abeng Sunarya (alm.) dari Paguron Sunarya dan dalang Amung Sutarya (alm.) dari Paguron Sutarya (Soepandi, 1997:40). Pertunjukan wayang golek purwa di Jawa Barat pada kenyataannya mengalami pasang surut dalam dinamika perubahan dan perkembangannya. Perubahan dan perkembangan tersebut sejalan dengan kemajuan zaman yang dihadapi. Melihat kondisi yang terjadi, penulis merasakan beratnya persoalan yang dialami kesenian wayang golek purwa di Jawa Barat. Adapun faktor yang menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dapat dilihat dari dua aspek. Pertama adalah faktor internal, yaitu kurangnya kreativitas dalang, kurangnya frekuensi pertunjukkan serta kurangnya latihan dari para dalang. Kedua, faktor eksternal dimana adanya strata sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Mengusung tumbuhnya proses alkulturasi budaya sehingga menimbulkan perubahan struktural dalam pola kehidupan masyarakat, perubahan ini secara langsung melahirkan kehidupan baru dengan sistem nilai baru pula. Pada kondisi ini perkembangan sains dan teknologi menjadi tumpuan utama bagi kehidupan masyarakat. Dengan dampak kemajuan zaman tampaknya mendorong terjadinya pergeseran nilai kesenian Wayang Golek Purwa, sehingga
4
pertunjukan kesenian ini tidak lagi populer dalam kehidupan masyarakat Bandung karena semakin pesat kompetisi berbagai jenis hiburan baru yang ditawarkan sesuai dengan jiwa zaman. Gambaran ini dapat dilihat dari pertumbuhan budaya baru yang secara faktual berkembang pesat dalam kehidupan masyarakat kota Bandung seperti Tarling Dangdut, Organ Tunggal dan lain-lain. Berdasarkan datadata di atas, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang perkembangan kesenian wayang golek purwa. Alasan ketertarikan peneliti pada masalah tersebut karena kesenian wayang golek yang sekarang masih hidup dan berkembang telah mengalami pergeseran yang mengarah pada perubahan yang cukup signifikan baik dari segi bentuk penyajian dan keutuhan pertunjukannya. Peneliti mengambil subjek penelitian pada salah satu padepokan padalangan, yaitu Padepokan Munggul Pawenang yang berada di daerah Pasirlayung-Padasuka Bandung, pimpinan bapak dalang Dede Amung Sutarya. Karena dengan adanya padepokan tersebut, dalang Dede Amung Sutarya ingin mempertahankan dan melestarikan eksistensi wayang golek purwa pada era globalisasi sekarang ini. Dengan masalah tersebut, maka penulis mengambil judul “Peranan Padepokan Munggul Pawenang Dalam Melestarikan Kesenian Tradisional Wayang Golek Purwa di Kota Bandung: 1980-1995”. B. Perumusan dan Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka untuk memudahkan dan mengarahkan
dalam
pembahasan,
penulis
mengidentifikasi
permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
beberapa
5
1. Bagaimana perkembangan kesenian wayang golek purwa di Kota Bandung pada tahun 1980-1995? 2. Bagaimana latar belakang munculnya Padepokan Munggul Pawenang? 3. Bagaimana Sikap dan pemikiran Dede Amung Sutarya terhadap dunia padalangan? 4. Upaya apa saja yang dilakukan oleh Padepokan Munggul Pawenang untuk mempertahankan nilai esensi dari sebuah pertunjukan wayang golek? C. Tujuan Penulisan Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan ini mencakup dua aspek yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bermaksud untuk memperoleh informasi dan pelajaran yang berharga dari peristiwa sejarah dimasa lampau agar menjadi pijakan dalam melangkah di masa depan. Sedangkan tujuan khusus dari penulisan ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang upaya padepokan Munggul Pawenang dalam hal pergeseran nilai-nilai esensial sebuah pertunjukan seni wayang golek ditinjau dari perubahan sosial-budaya masyarakat kota Bandung. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini, yaitu : 1. Memperoleh gambaran perkembangan kesenian wayang golek purwa di Jawa Barat. 2. Memaparkan perkembangan padepokan Munggul Pawenang pada tahun 1980-1995.
6
3. Mengetahui sikap dan pemikiran Dede Amung Sutarya terhadap dunia padalangan di Jawa Barat khususnya Bandung. 4. Menganalisis upaya yang dilakukan oleh Padepokan Munggul Pawenang untuk mempertahankan nilai esensi dari sebuah pertunjukan wayang golek purwa di kota Bandung.
D. Metode dan Teknik Penulisan D.1. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Historis atau sejarah.
Metode merupakan prosedur, teknik, atau cara-cara yang sistematis
dalam melakukan suatu penyidikan (Sjamsuddin, 1996:60). Menurut Helius Sjamsuddin (1996 :3) metode sejarah ialah “bagaimana mengetahui sejarah”. Metode historis menurut John W. Best (1985:42), yaitu suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan apa-apa yang telah terjadi, prosesnya terdiri dari penyelidikan, pencatatan, analisis dan menginterpretasikan peristiwaperistiwa masa lampau juga peristiwa-peristiwa masa kini, bahkan secara terbatas digunakan untuk mengantisipasi hal-hal dimasa yang akan datang. Metode sejarah menurut Winarno Surakhmand (1979:172) adalah suatu metode yang mencoba mencari kejelasan atas suatu gejala masa lampau untuk menemukan dan memahami kenyataan sejauh yang berguna bagi kehidupan sekarang dan yang akan datang.
7
Menurut Prof. Dr. Helius Sjamsuddin (1994: 67-187), metode dalam penulisan sejarah terdiri dari pengumpulan sumber (heuristik), kritik eksternal dan kritik internal, penulisan dan interpretasi sejarah (historiografi) Menurut Ismaun (1992:125-126), dalam penelitian sejarah ada beberapa tahapan yang harus ditempuh yakni : 1. Heuristik Heuristik berasal dari bahasa Yunani dari kata Heuriskeun yang artinya menemukan. Dengan demikian heuristik adalah menemukan jejak-jejak atau sumber-sumber dari sejarah suatu peristiwa yang kemudian dirangkai menjadi satu kisah. Dalam tahap ini, penulis berusaha mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Sumber-sumber tersebut adalah sumber tertulis yaitu arsip, buku, surat kabar dan sumber-sumber dokumen lainnya yang relevan dengan penulisan skripsi ini. 2. Kritik Kritik sejarah atau kritik sumber adalah metode untuk menilai sumber yang kita butuhkan untuk mengadakan penulisan sejarah. Penilaian sumber sejarah memiliki dua aspek yaitu aspek internal dan eksternal dari sumber sejarah. Sumber-sumber yang kita peroleh sebelumnya harus dikritik terlebih dahulu apakah sumber tersebut benar atau tidak. Kritik eksternal digunakan untuk meneliti kebenaran sumber-sumber yang diperoleh, sedangkan kritik internal untuk mengetahui keaslian aspek materi sumber. Pada tahap ini penulis berusaha untuk mengkritisi sumber-sumber sejarah tentang Peranan Padepokan Munggul
8
Pawenang Dalam Melestarikan Kesenian Tradisional Wayang Golek Purwa Di Kota Bandung: 1980-1995. 3. Interpretasi Interpretasi adalah menafsirkan keterangan dari sumber-sumber sejarah berupa fakta dan data yang terkumpul dengan cara dirangkaikan dan dihubungkan sehingga tercipta penafsiran sumber sejarah yang relevan dengan permasalahan. Pada tahap interpretasi ini, penulis berusaha mencari berbagai hubungan antara berbagai fakta Tentang Peranan Padepokan Munggul Pawenang Dalam Melestarikan Kesenian Tradisional Wayang Golek Purwa di Kota Bandung: 19801995. 4. Historiografi Historiografi disebut juga penulisan sejarah. Sumber-sumber sejarah yang ditemukan, dianalisis dan ditafsirkan selanjutnya ditulis menjadi suatu kisah sejarah yang selaras atau sebuah cerita ilmiah dalam tulisan berbentuk skripsi tentang Perkembangan Padepokan Munggul Pawenang Dalam Melestarikan Kesenian Tradisional Wayang Golek Purwa Di Kota Bandung Pada: 1980-1995.
D.2. Teknik Penelitian Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan penulis adalah melalui studi literatur dari berbagai sumber seperti buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang dikaji yang digabungkan dengan penggunaan sumber lisan. Setelah literatur terkumpul dan cukup relevan sebagai acuan penulisan serta didukung dengan fakta-fakta yang telah ditemukan melalui sumber lisan, maka penulis mulai
9
mempelajari, mengkaji dan mengidentifikasikan serta memilah sumber yang relevan dan dapat dipergunakan dalam penulisan. Teknik penulisan yang digunakan juga melalui sumber lisan yang berupa sejarah lisan. Sejarah lisan, ingatan lisan (oral reminiscence) yaitu ingatan tangan pertama yang dituturkan secara lisan oleh orang-orang yang diwawancara sejarawan (Sjamsuddin, 1996:78). Sumber sejarah yang menjadi teknik dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara yang sifatnya sebagai pelengkap dari sumber tertulis (Kuntowijoyo, 1982:6). Apabila narasumber hanya mendengar atau mendapat informasi dari orang lain maka keterangan yang dikisahkan bersifat sumber sekunder (Kartawiriaputra, 1996 : 15)
E. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan skripsi ini tersusun sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penulisan, penjelasan judul serta sistematika penulisan BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN Disini akan dijabarkan mengenai daftar literatur yang dipergunakan yang dapat mendukung dalam penulisan. BAB III METODE PENULISAN DAN TEKNIK PENELITIAN Dalam bab ini mengkaji tentang langkah-langkah yang dipergunakan dalam penulisan, berupa metode penulisan dan teknik penelitian yang
10
menjadi titik tolak penulis dalam mencari sumber serta data-data, pengolahan data dan cara penulisan. BAB IV PEMBAHASAN Dalam pembahasan mencakup tentang uraian yang berisi penjelasanpenjelasan yang menjadi kajian dalam perumusan masalah. BAB V KESIMPULAN Kesimpulan berisikan tentang inti dari permasalahan yang dikaji pada bab sebelumnya.