BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Profesi auditor merupakan suatu profesi yang dimiliki pertumbuhan yang sangat pesat pada masa modern, seperti sekarang ini, yang disebabkan semakin banyaknya perusahaan yang didirikan di Indonesia dan sebagian banyak masyarakat sebagai pihak ke tiga sangat membutuhkan informasi hasil audit tersebut karena merupakan salah satu transparasi perusahaan untuk keputusan ekonomi (Arens, 2011). Profesi berasal dari kata latin profess yang berarti pengakuan pernyataan di muka umum (Abdul Halim, 2008:13). Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh perusahaan dalam laporan keuangan Mulyadi dan Puradiredja (1998) dalam sekar palupi (2013). Maraknya manipulasi akuntansi korporat membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan auditan mulai menurun, sehingga para pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditur mempertanyakan eksistensi akuntan publik sebagai pihak independen. Krisis moral dalam dunia bisnis yang mengemuka akhir-akhir ini adalah kasus Enron Corporation. Terdapat Laporan keuangan Enron sebelumnya dinyatakan wajar tanpa pengecualian oleh kantor akuntan Arthur Anderson, salah satu kantor akuntan publik (KAP) dalam jajaran
1
2
big four, namun secara mengejutkan pada 2 Desember 2001 dinyatakan pailit. Kepailitan tersebut salah satunya karena Arthur Anderson memberikan dua jasa sekaligus, yaitu sebagai auditor dan konsultan bisnis (Santoso, 2002) dalam Trisnaningsih (2007). Di Indonesia sendiri ada kasus Kimia Farma dan Bank Lippo, dengan melibatkan kantor-kantor akuntan yang selama ini diyakini memiliki kualitas audit tinggi. Kasus Kimia Farma dan Bank Lippo juga berawal dari terdeteksinya manipulasi dalam laporan keuangan. Kasus lain yang cukup menarik adalah kasus audit PT. Telkom yang melibatkan KAP ”Eddy Pianto & Rekan”, dalam kasus ini laporan keuangan auditan PT. Telkom tidak diakui oleh SEC (pemegang otoritas pasar modal di Amerika Serikat). Peristiwa ini mengharuskan dilakukannya audit ulang terhadap PT. Telkom oleh KAP yang lain. Kasus keterlibatan 10 KAP yang melakukan audit terhadap bank beku operasi (BBO) dan bank beku kegiatan usaha, dalam kasus ini melibatkan KAP papan atas (Winarto, 2002) dalam Trisnaningsih (2007). Kasus diatas sangat erat terlihat terhadap kinerja auditor Dilihat dari permasalahan diatas, Anis Choiriah (2013) Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu faktor individu yang berasal dari dalam diri seseorang auditor, faktor organisasi dan faktor psikologis. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seorang auditor yang berasal dari dalam diri mereka, serta unsur psikologis manusia adalah kemampuan mengelola emosional, kemampuan intelektual serta kemampuan spiritual.
Etika profesi merupakan faktor
organisasional yang akan mempengaruhi kinerja auditor. Auditor dituntut
3
memiliki intelektual tinggi karena seorang auditor dituntut memiliki kecakapan profesional agar mampu memberikan manfaat optimum dalam pelaksanaan tugasnya sebagaimana tertuang dalam (pasal 2 ayat 2 Kode Etik Akuntan Indonesia), dikarenakan profesionalisme telah menjadi suatu isu yang kritis untuk profesi akuntan, kerena dapat menggambarkan kinerja akuntan tersebut. Sikap profesionalisme auditor dapat tercerminkan oleh ketepatan auditor dalam menentukan suatu tingkat meterialitas. Gambaran terhadap profesionalisme dalam profesi akuntan publik seperti yang di kemukakan oleh Mulyadi (2002) bahwa profesioanlisme merupakan sikap dan perilaku auditor dalam menjalankan profesinya dengan kesungguhan dan tangggung jawab agar mencapai kinerja tugas sebagimana yang diatur dalam organisasi profesi. Sepanjang
pengetahuan
peneliti,
penelitian
tentang
pengaruh
profesionalisme terhadap komitmen organisasi pada dasarnya sudah pernah dilakukan oleh Rahmawaty (2007) dalam Victor D. Siahaan (2010) dan menjadikan internal auditor sebagai objek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba kembali menguji pengaruh profesionalisme terhadap komitmen organisasi sebagai variabel independen dan menambah variabel kinerja auditor sebagai
variabel dependen. Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan
profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk dapat melaksanakan tugas yang sesuai dengan bidangnya, melaksakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku dibidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan.
4
Selain faktor diatas faktor lainnya ialah etika profesi dimana Menurut (Curtis et al., 2012) dimana Seorang auditor harus selalu memupuk dan menjaga kewaspadaannya agar tidak mudah takluk pada godaan dan tekanan yang membawanya ke dalam pelanggaran prinsip-prinsip etika secara umum dan etika profesi. . Etis yang tinggi mampu mengenali situasi-situasi yang mengandung isuisu etis sehingga memungkinkannya untuk mengambil keputusan atau tindakan yang tepat. Memahami peran perilaku etis seorang auditor dapat memiliki efek yang luas pada bagaimana bersikap terhadap klien mereka agar dapat bersikap sesuai dengan aturan akuntansi berlaku umum. Sedangkan menurut Unami (2009) etika berkaitan dengan perilaku moral dan berfungsi sebagai kontrol pelaksanaan suatu aktivitas seorang auditor harus berperilaku etis agar kinerja / kualitas jasa yang dihasilkan dapat dipercaya oleh klien dan pemakai laporan keuangan lainnya. Selain faktor ketiga diatas terdapat faktor lain dimana Menurut (Ferris dan Aranya, 1983 dalam Trisnaningsih, 2007) dimana Komitmen organisasi cenderung didefinisikan sebagai suatu perpaduan antara sikap dan perilaku. Komitmen organisasi menyangkut tiga sikap yaitu, rasa mengidentifikasi dengan tujuan organisasi, rasa keterlibatan dengan tugas organisasi, dan rasa kesetiaan kepada organisasi. Sedangkan menurut Kalbers dan Fogarty (1995) dalam Trisnaningsih (2007) berpendapat bahwa menggunakan dua pandangan tentang komitmen
organanisasi
affective
berhubungan
dengan
satu
pandangan
profesionalisme yaitu pengabdian pada profesi, sedangakan komitmen organisasi
5
continuance berhubungan secara positif dengan pengalaman dan secara negatif dengan pandangan profesionalisme kewajiban social. Selain
faktor-aktor
diatas terdapat
faktor lain dimana
Menurut
Sedarmayanti (2009:131-132) gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap yang sering diterapkan
pemimpin
ketika
mempengaruhi
kinerja
bawahannya.
Gaya
kepemimpinan merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Menururt Mediaty (2010) Hasil penelitian ini dapat menunjukan bahwa gaya kepemimpinan dan penyusunan anggaran memiliki pengaruh positif terhadap kinerja auditor. Tetapi penelitian yang telah di lakukan oleh Divie Dantha Dewi (2013) membuktikan bahwa gaya kepemimpinan dapat berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Penelitan selanjutnya dari Elya wati dkk (2010) dengan variabel
independensi,
gaya
kepemimpinan,
komitmen
organisasi,
dan
pemahaman good gevernance memiliki pengaruh positif terhadap kinerja auditor. Berdasarkan latar belakang dan fenomena-fenomena serta penelitian terdahulu tersebut peneliti tertarik untuk dapat melakukan suatu penelitian yang dapat mengkombinasikan penelitian terdahulu serta menambahkan variabelvariabel sebelumnya yang dapat terkait dengan penelitian. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan profesionalisme sebagai variable tambahan independen yang akan diuji dengan skripsi yang berjudul “Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, Komitmen Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Auditor (Studi Kasus Pada KAP Jakarta Selatan)”.
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas pada bagian sebelumnya maka permasalahan yang dibahas penulis adalah sebagai berikut: 1. Apakah profesionalisme berpengaruh terhadap kinerja auditor? 2. Apakah etika profesi berpengaruh terhadap kinerja auditor? 3. Apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor? 4. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja auditor?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka suatu tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme terhadap kinerja auditor. b. Untuk mengetahui pengaruh etika profesi terhadap kinerja auditor. c. Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja auditor. d. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor.
2. Kontribusi Penelitian a. Bagi Penulis Dengan adanya penelitian ini diharapkan penulis dapat memperoleh suatu informasi tambahan pengetahuan dan wawasan terutama yang berkaitan dengan pengaruh profesionalisme, etika profesi, komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan.
7
b. Bagi Auditor Dapat memberikan kontribusi positif bagi auditor untuk dapat meningkatkan kinerja yang lebih baik, dan dapat memberikan suatu informasi pada auditor dalam hal pengembangan pengaruh profesionalisme, etika profesi, komitmen organisasi, dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor. c. Bagi Pembaca Dapat digunakan sebagai salah satu bacaan dan ilmu pengetahuan yang berguna untuk semakin dapat menunjukan profesi auditor di Indonesia.