1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Psoriasis merupakan penyakit inflamasi kronis pada kulit dengan penyebab yang belum diketahui sampai saat ini, ditandai oleh adanya plak eritema batas tegas ditutupi sisik tebal berwarna putih. Psoriasis sangat mengganggu kualitas hidup dan hal ini dapat memberikan konsekuensi baik secara psikologis maupun sosial. Pasien psoriasis khususnya dengan derajat yang berat biasanya cenderung merasa rendah diri dan malu dalam pergaulan lingkungan sosialnya, merasa takut akan penularan, penolakan serta penghindaran dari lingkungan sekitarnya. Beberapa dampak psikologi dapat terjadi seperti kecemasan dan depresi. Psoriasis adalah peradangan kulit yang bersifat kronis dengan karakteristik berupa plak eritematosa berbatas tegas, skuama kasar, berlapis, dan berwarna putih keperakan. Psoriasis adalah suatu penyakit kulit autoimun yang ditandai dengan adanya hiperproliferasi epidermis, diferensiasi keratinosit epidermis yang berlangsung singkat dan inflamasi kulit disertai dengan fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Koebner (Gudjonsson dan Elder, 2012). Psoriasis paling sering mengenai daerah ekstensor ekstremitas terutama siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genitalia (Griffiths dkk., 2010; Gudjonsson dan Elder, 2012). Prevalensi global psoriasis bervariasi antara 1% - 4% (Akturk dkk., 2012). Insiden tertinggi yang dilaporkan di Eropa adalah terjadi di Denmark 2,9% dan
2
insiden di Amerika Serikat sebesar 2% - 2,6% (Gudjonsson dan Elder, 2012). Prevalensi psoriasis pada ras kaukasia adalah sekitar 2%, sedangkan di Asia berkisar antara 0,1% sampai 0,3% (Sherrat dkk., 2002). Penelitian terakhir menemukan bahwa jika salah satu orang tua menderita psoriasis, maka psoriasis dapat terjadi sekitar 8,1% pada keturunannya. Nilai ini akan meningkat sampai 41% jika kedua orang tua mereka menderita psoriasis (Gudjonsson dan Elder, 2012). Psoriasis merupakan penyakit kulit yang mempunyai dasar genetik yang kuat dan ditandai dengan perubahan kompleks pada pertumbuhan epidermis dan abnormalitas diferensiasi, berbagai biokimiawi, imunologi dan vaskuler. Pada tingkat seluler, psoriasis ditandai dengan peningkatan proliferasi dan diferensiasi tidak sempurna dari jaringan epidermis, dilatasi dan kebocoran dari pleksus superfisial kapiler dermis, serta infiltrat inflamasi pada epidermis dan dermis papiler (Mahmoud dkk., 2013). Patogenesis psoriasis masih belum diketahui dengan pasti. Fenomena histopatologis dapat membantu untuk menjelaskan proses terjadinya plak psoriatik seperti aktivasi keratinosit epidermal, infiltrasi neutrofil, serta peningkatan sintesis sitokin seperti IFNγ, TNFα, IL-8, IL-1, dan IL-6 (Akturk dkk., 2012; Mahmoud dkk., 2013). Nitric Oxide (NO) adalah senyawa derivat L-Arginine yang memiliki efek vasodilatasi, hiperproliferasi keratinosit, degranulasi sel mast, serta aktivasi berbagai jalur sinyal imunitas yang bertanggung jawab dalam munculnya gambaran lesi psoriasis pada kulit (Mahmoud dkk., 2013). Nitric Oxide (NO)
3
merupakan mediator labil yang dapat terdeteksi seiring dengan tingginya kadar beberapa sitokin seperti IFNγ, TNFα, IL-8, IL-1, dan IL-6. Nitric Oxide (NO) memicu proses penyakit psoriasis melalui peningkatan pelepasan dan kerja Calcitonin Gene-Related Peptida (CGRP) dan substansi P, menginduksi produksi molekul adhesi, hiperproliferasi keratinosit, degranulasi sel mast, vasodilatasi, dan kemotaksis neutrofil. Semua hal tersebut pada akhirnya berperan dalam menentukan keparahan psoriasis. Molekul sinyal multifungsi Nitric Oxide (NO) merupakan regulator penting pada pertumbuhan dan diferensiasi keratinosit (Gerharz dkk., 2003; Gokhale dkk., 2005; Tekin dkk., 2006). Penanda klinis untuk menilai tingkat keparahan psoriasis yang saat ini paling banyak digunakan adalah PASI (Psoriasis Area and Severity Index). Sistem ini mengkombinasikan penentuan dari luasnya penyakit menggunakan rule of nine dengan tiga ciri utama dari intensitas penyakit yaitu eritema, infiltrat dan skuama. Metode ini praktis dan cepat, namun memiliki variabilitas antar pengamat yang tinggi. Skor PASI berkisar antara 0-72, dimana skor yang lebih tinggi menunjukkan penyakit yang lebih parah (Langley dan Ellis, 2004). Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan adanya peranan nitric oxide dalam patogenesis psoriasis yang tercermin dari kadar serum nitric oxide dengan derajat keparahan psoriasis (Mahmoud dkk., 2013). Gokhale dkk tahun 2005 pada penelitiannya menyatakan rerata kadar Nitric Oxide pada pasien psoriasis secara statistik signifikan lebih tinggi daripada kelompok kontrol (Gokhale dkk., 2005). Tekin dkk tidak menemukan adanya hubungan antara derajat keparahan psoriasis yang diukur menggunakan skor PASI dengan kadar
4
serum NO pada pasien psoriasis. Penelitian tersebut hanya membuktikan bahwa metotreksat yang digunakan dalam terapi psoriasis dapat menurunkan kadar NO serum dan terdapat perbedaan signifikan antara kadar NO pasien dengan lesi psoriasis aktif dan subyek yang sehat atau pasien paska terapi dengan metotreksat (Tekin dkk., 2006). Berdasarkan data-data tersebut diatas, didapatkan peranan penting dari Nitric Oxide (NO) sebagai marker inflamasi pada psoriasis serta sebagai salah satu cara untuk menilai derajat keparahan psoriasis. Walaupun pada beberapa penelitian masih didapatkan adanya hasil yang kontroversi antara hubungan kadar NO dengan derajat keparahan psoriasis. Karena adanya perbedaan hasil tersebut, peneliti ingin meneliti lebih lanjut untuk membuktikan hubungan antara kadar NO dengan derajat keparahan psoriasis berdasarkan skor PASI. I.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan kadar nitric oxide plasma pada subyek psoriasis vulgaris dibandingkan dengan bukan psoriasis vulgaris? 2. Apakah terdapat korelasi positif antara kadar nitric oxide plasma dengan derajat keparahan psoriasis.
5
I.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara kadar nitric oxide plasma dengan derajat keparahan pada subyek psoriasis vulgaris.
1.3.2
Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar nitric oxide plasma antara subyek psoriasis vulgaris dengan subyek bukan psoriasis vulgaris. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat korelasi positif antara kadar nitric oxide plasma dengan derajat keparahan psoriasis pada subyek psoriasis vulgaris.
I.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Teoritis Dapat menjelaskan tentang peranan nitric oxide plasma yang dihubungkan dengan derajat keparahan psoriasis vulgaris.
1.4.2
Manfaat Praktis Dengan mengetahui korelasi kadar nitric oxide plasma dengan derajat keparahan psoriasis, maka kadar nitric oxide plasma dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menilai derajat keparahan psoriasis.