BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Sampai saat ini bisa dikatakan bahwa bidan merupakan salah satu profesi primadona, khususnya di bidang kesehatan. Hal ini dapat dilihat dimana profesini telah menduduki peran dan posisi seorang bidan menjadi terhormat dimasyarakat
karena
tugas
yang
diembannya
dalam
upaya
memberikan
pelayanan pada ibu hamil, bersalin, ibu nifas dan juga bayi/anak (IBI, 2001). Sebagai konsekwensi dari perkembangan tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin bermutu terhadap pelayanan kebidanan. Perubahan-perubahan yang cepat di masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta persaingan ketat di era globalisasi, diperlukan tenaga kesehatan khususnya bidan yang berkualitas, baik pengetahuan, sikap dan keterampilan profesionalisme (IBI, 2001). Motivasi adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai (Notoadmodjo, 2007). Tujuan pendidikan kebidanan adalah untuk menghasilkan bidan professional yang mampu melaksanakan tugas-tugas dan kompetensi, seperti mengembangkan dirinya sebagai bidan professional yang berkepribadian Indonesia, menerapkan konsep keilmuan dan ketrampilan profesinya dalam pelayanan kebidanan,
1
2
memberikan pelayanan kebidanan di masyarakat dengan tetap mempertimbangkan kultur budaya, mampu mengembangkan dirinya sebagai seorang pendidik secara professional dibidang ilmu kebidanan, meningkatkan penguasaan ilmu kebidanan untuk kepentingan dirinya baik sebagai bidan maupun pendidik (Brodjonegoro, 2007). Keberhasilan pelayanan kebidanan dipengaruhi oleh pengetahuan, keyakinan, pemahaman, dan cara pandang bidan dalam kaitan atau hubungan timbal balik antara manusia/wanita,
kesehatan
(Lingkungan,
pelayanan
kebidanan
prilaku
dan
keturunan), pemahaman bidan terhadap sejarah pelayanan bidan, model dan teori yang melatar belakangi praktek kebidanan, peran fungsi kompetensi bidan, ruang praktek bidan, metode pendekatan pemecahan masalah. Dalam melakukan asuhan kebidanan yang berkualitas dengan dukungan standar asuhan yang dilandasi oleh kebidanan sebagai filosofi, yang mengacu pada profesi bidan sebagai falsafah asuhan kebidanan, definisi bidan, pelayanan bidan, fungsi, praktek kebidanan dan asuhan kebidanan (Estiwidani, dkk, 2008). Di Indonesia, berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2010 jumlah tenaga bidan adalah 175.124 orang, yang tersebar di berbagai tatanan pelayanan kesehatan dan pendidikan (Rumah sakit, Puskesmas, RSAB, bidan Desa, BPS, institusi pendidikan dan institusi lain) . Program Studi Kebidanan adalah salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan Program Diploma III dijalur formal yang berada yang mempunyai tugas utama tenaga bidan professional di tingkat ahli madya (Depkes RI, 2004).
3
Pendidikan kebidanan setiap tahunnya cenderung meningkat, sedangkan daya tampung sangat terbatas. Hal ini tentu memberikan gambaran kepada kita bahwa ada peningkatan motivasi terhadap profesi bidan (Depkes RI, 2004). Di Indonesia ada 308 pendidikan program studi kebidanan swasta, di Jawa ada 75 pendidikan program studi kebidanan, dan di Aceh ada 30 pendidikan program studi kebidanan (Dinas Kesehatan, 2011). Di Yayasan Respati Sumedang, mahasiswi yang mendaftar sebanyak 50 orang, di Akbid Dayang Suri Rengat, mahasiswi yang mendaftar adalah sebanyak 150 orang, di akbid gayo luwes, mahasiswi yang mendaftar adalah sebanyak 22 orang, di akbid depkes banda aceh mahasiswi yang mendaftar adalah sebanyak 95 orang, di akbid fakinah banda aceh mahasiswi yang mendaftar adalah sebanyak 75 orang, dan di STIKes U’Budiyah Banda Aceh mahasiswi yang mendaftar adalah sebanyak 72 orang. Dari data survey yang dilakukan di STIKes U’Budiyah Banda Aceh, maka didapatkan jumlah total mahasiswi Akademi Kebidanan U’Budiyah Banda Aceh pada tahun ajaran 2012/2013 adalah 252 mahasiswa. Tingkat I berjumlah 72 orang. Tingkat II berjumlah 74 orang. Dan tingkat III berjumlah106 orang. Di STIKes U’Budiyah, nilai evaluasi akhir untuk setiap mata kuliah hanya diberikan kepada mahasiswa yang mempunyai kehadiran yang cukup dalam praktikum harus 100%, sedangkan kehadiran dalam perkuliahan adalah : ≥ 75 % boleh mengikuti ujian, 50 % - < 75 % boleh mengikuti ujian dengan bersyarat ( penugasan), dan < 50 % tidak boleh mengikuti final. Sedangkan IP di STIKes
4
U’Budiyah bahwa mahasiswa harus mendapat IP minimal 2,75 dan maksimal 4,00 (cumlaude). ( Standarisasi STIKes U’Budiyah Banda Aceh). Berdasarkan uraian latar belakang, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai : “ FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI MAHASISWI MEMILIH PROFESI KEBIDANAN DI STIKes U’BUDIYAH BANDA ACEH TAHUN 2013”.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan
uraian
latar
belakang
peneliti
merumuskan
masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut : Apakah faktor-faktor yang memotivasi mahasiswi memilih profesi bidan di STIKes U’Budiyah tahun 2013 ?
C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi mahasiswi memilih profesi bidan di STIKes U’Budiyah. 2. Tujuan Khusus a) Untuk mengetahui hubungan minat dengan motivasi mahasiswi memilih profesi bidan di STIKes U’Budiyah. b) Untuk mengetahui hubungan dukungan orang tua dengan motivasi mahasiswi memilih profesi bidan di STIKes U’Budiyah.
5
c) Untuk mengetahui hubungan persepsi fasilitas dengan motivasi mahasiswi memilih profesi bidan di STIKes U’Budiyah
D. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Bagi mahasiswa Untuk menambah khasanah bahan bacaan tentang motivasi mahasiswa memilih profesi bidan. 2. Bagi Institusi a. Sebagai bahan masukan dalam pengembangan metode dan sarana. b. Sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan terutama dibidang pembelajaran. 3. Bagi peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam penulisan karya
ilmiah
sebagai
penerapan
ilmu
yang
proses pembelajaran secara nyata membuat suatu karya.
didapat
dengan
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. MOTIVASI 1. PENGERTIAN MOTIVASI Dikalangan para ahli muncul berbagai pendapat tentang motivasi. Masing-masing ahli memberikan pengertian tentang motivasi dengan titik berat yang berbeda-beda, sesuai dengan hasil penelitian yang mereka peroleh dan ilmu pengetahuan yang mereka pelajari. Motif adalah kegiatan untuk mencapai tujuan atau harapan, keinginan, dan kebutuhan yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Contoh, orang ingin kaya mendorong orang untuk berusaha. Orang ingin pandai mendorong orang untuk belajar. Orang ingin menjadi pemimpin mendorong orang untuk berpolitik, dan orang ingin masuk surga mendorong orang beribadah (Srijanti, 2007). Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan. Jadi, motif bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu yang dapat kita saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam
7
diri orang itu, kekuatan pendorong inilah yang kita sebut motif (Sumadi 2008). Dalam Notoatmodjo (2007) Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut mengandung tiga elemen penting, yaitu bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, perkembangan motivasi
akan
membawa
beberapa
perubahan
energi
di
dalam
neurophysiological yang ada pada organisme manusia karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun Motivasi itu muncul dari dalam diri manusia) penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia, motivasi ditandai dengan munculnya rasa “feeling”, afeksi seseorang, dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, efektif emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia, motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan dari motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi tujuan tetapi kemunculannya karena dorongan oleh adanya unsur lain dalam hal ini adalah tujuan, tujuan ini akan menyangkut kebutuhan. 2. Beberapa Konsep Motivasi a) Teori McClelland Dalam diri manusia ada dua motivasi, yakni motif primer dan motif sekunder. Selanjutnya motif social dibedakan menjadi 3 motif, yakni
8
a.
Motif berprestasi yaitu, suatu dorongan yang ada pada setiap manusia untuk mencapai hasil kegiatannya atau hasil kejanya secara maksimal
b.
Motif berafiliasi yaitu, suatu dorongan yang ada pada setiap manusia untuk berhubungan/ berinteraksi dengan manusia yang lain
c.
Motif berkuasa yaitu, suatu dorongan yang ada pada setiap manusia untuk mempengaruhi dan menguasai orang lain.
b) Teori McGregor Berdasarkan penelitiannya, disimpulkan bahwa teori motivasi itu dalam teori X (klasik) dan Y(modern). Teori X yang bertolak dari pandang klasik ini bertolak dari anggapan bahwa: a. Pada umumya manusia itu tidak senang bekerja b. Pada umumnya manusia cenderung sesedikit mungkin melakukan aktifitas atau bekerja c. Pada umumnya manusia kurang berambisi d. Pada umumnya manusia kurang senang apabila diberi tanggung jawab, melainkan suka diatur dan diarahkan. e. Pada umumnya manusia bersifat egois dan kurang acuh terhadap organisasi. Sedangkan teori Y yang bertumpu pada pandangan atau pendekatan baru ini beranggapan bahwa:
9
a.
Pada dasarnya manusia itu tidak pasif, tetapi aktif.
b.
Pada dasarnya manusia itu tidak malas kerja, tetapi suka bekerja.
c.
Pada umumnya manusia selalu berusaha mencapai sasaran atau tujuan organisasi.
d.
Pada umumnya manusia itu selalu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan atau sasaran.
c) Teori Herzberg Menurut teori ini, ada dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam tugas atau pekerjaannya, yakni: a. Faktor-faktor
penyebab
kepuasan
(satisfier)
atau
faktor
motivasional. Faktor motivasional (kepuasan) ini mencakup antara lain: 1. Prestasi (achievement), 2. Penghargaan (recognation) 3. Tanggung jawab (responsibility) 4. Kesempatan untuk maju (possibility of growth) 5. Pekerjaan itu sendiri (work) b. Faktor-faktor penyebab ketidakpuasan (dissatisfaction) atau faktor higine. Faktor higienes yang menimbulkan ketidakpuasan kerja ini antara lain: 1. Kondisi kerja fisik (physical environment) 2. Hubungan interpersonal (interpersonal relationship)
10
3. Kebijakan
dan
administrasi
perusahaan
(Company
and
administration policy) 4. Pengawasan (supervision) 5. Gaji (salary) 6. Keamanan kerja (job security) Dari teori Hezberg ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa: 1. Faktor-faktor
yang
dapat
meningkatkan
atau
memotivasi
karyawan dalam meningkatkan kinerjanya adalah kelompok faktor-faktor motivasional (satisfiers) 2. Perbaikan
gaji,
kondisi
kerja,
kebijakan
organisasi
dan
administrasi tidak akan menimbulkan kepuasan, melainkan menimbulkan
ketidakpuasan.
Sedangkan
faktor
yang
menimbulkan kepuasan adalah hasil kerja itu sendiri. 3. Perbaikan faktor hygiene kurang dapat mempengaruhi terhadap sikap kerja yang posif.
d) Teori Maslow Maslow mengembangkan teorinya setelah ia mempelajari kebutuhan-kebutuhan manusia itu bertingkat-tingkat atau sesuai dengan “hierarki”, dan menyatakan bahwa:
11
a) Manusia adalah suatu makhluk sosial “berkeinginan”, dan keinginan ini menumbulkan kebutuhan yang perlu dipenuhi. Keinginan atau kebutuhan ini bersifat terus menerus, dan selalu meningkat. b) Kebutuhan yang telah terpenuhi (dipuaskan), mempunyai pengaruh untuk menimbulkan keinginan atau kebutuhan lain dan yang lebih meningkat. c) Kebutuhan manusia tersebut tampaknya berjenjang atau bertingkattingkat. Tingkatan tersebut menunjukan urutan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam suatu waktu tertentu. Satu motif yang lebih tinggi tidak akan dapat mempengaruhi atau mendorong tindakan seseorang, sebelum kebutuhan dasar terpenuhi. Dengan kata lain, motif-motif yang bersifat psikologis tidak akan mendorong perbuatan seseorang, sebelum kebutuhan dasar (biologis) tersebut terpenuhi. d) Kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lain saling kait mengait, tetapi tidak terlalu dominan keterkaitan tersebut. Misalnya, kebutuhan untuk pemenuhan kebutuhan berprestasi tidak harus dicapai sebelum pemenuhan kebutuhan berafiliasi dengan orang lain, meskipun kedua kebutuhan tersebut saling berkaitan
12
Hierarki Kebutuhan Maslow adalah sebagai berikut: 1) Kebutuhan fisiologis Kebutuhan
fisiologis
adalah
kebutuhan
untuk
mempertahankan hidup, oleh sebab itu sangat pokok. Apabila kebutuhan ini secara relative terpenuhi, maka kebutuhan yang lain seperti rasa aman, kebutuhan untuk diakui oleh orang lain akan menyusul untuk dipenuhi. Tetapi apabila kebutuhan fisiologis tersebut belum terpenuhi secara relative, maka kebutuhan yang lain masih belum menurut untuk dipenuhi. 2) Kebutuhan rasa aman Kebutuhan rasa aman mempunyai bentang yang sangat luas, mulai dari rasa aman dari ancaman alam, misalnya hujan, rasa aman dari orang jahat atau pencuri, rasa aman dari masalah kesehatan atau bebas penyakit, sampai dengan rasa aman dari ancaman dikeluarkan dari sekolah. Kebutuhan akan keamanan ini bukan saja keamanan fisik, tetapi juga keamanan secara psikologis, misalnya bebas dari tekanan adminstrasi atau intimidasi dari pihak lain. 3) Kebutuhan sosialisasi atau afiliasi orang lain Kebutuhan untuk berafiliasi atau bersosialisasi dengan orang lain dapat mewujudkan melalui keikut sertaan seseorang dalam suatu organisasi atau perkumpulan-perkumpulan tertentu. Manusia
13
pada dasarnya adalah makhluk sosial,
yang selalu
ingin
berkelompok atau besosialisasi dengan orang lain. 4) Kebutuhan akan penghargaan Kebutuhan penghargaan adalah kebutuhan “ prestise”. Dalam mewujudkan kebutuhan penghargaan ini bukan semata-mata pemberian dari pihak lain, tetapi harus dibuktikan dari kemampuan atau prestasi yang dicapainya. 5) Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan aktualisasi diri menurut Maslow merupakan kebutuhan untuk mengembangkan potensi diri secara maksimal. Kebutuhan aktualisasi diri ini adalah merupakan realisasi diri secara lengkap dan penuh.
3. Peran Motivasi Menurut Hamzah (2009), motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi, yaitu : a)
Dapat menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar.
b) Motivasi dapat berperan dalam penguat belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang
14
memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. c) Menjelaskan tujuan belajar yang hendak dicapai d) Peranan motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. e) Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar. f) Menentukan ketekunan belajar, dan g) Dalam suatu motivasi belajar dapat menyebabkan seseorang tekun belajar, sebaliknya apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar maka dia tidak tahan lama belajar. Hamzah (2009) juga menjelaskan pada hakikatnya belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator : a) Adanya hasrat dan keinginan berhasil b) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. c) Adanya harapan dan cita-cita d) Adanya penghargaan belajar e) Adanya keinginan yang menarik dalam belajar, dan f) Adanya
lingkungan
belajar
yang
kondusif,
memungkinkan siswa dapat belajar dengan menarik.
sehingga
15
4. Teori-Teori Tentang Motivasi a) Teori kognitif Manusia adalah makhluk rasional, berdasarkan rasionya manusia bebas memilih dan menentukan apa yang dia perbuat, entah baik ataupun buruk. Tingkah laku manusia semata-mata ditentukan oleh kemampuan berpikirnya. Menurut teori ini tingkah laku tidak digerakkan oleh apa yang disebut motivasi, melainkan oleh rasio. Didalam teori ini juga diletakkan pentingnya fungsi kehendak. Bahkan fungsi perasaan, sejauh fungsi berfikir dapat dipertanggung jawabnya. b) Teori Hedonistis Teori ini mengatakan bahwa segala perbuatan manusia, di sadari ataupun tidak disadati, entah itu timbul dari kekuatan luar ataupun kekuatan dalam, pada dasarnya mempuyai tujuan yang satu, yaitu mencari hal-hal yang menyenangkan. c) Teori insting Setiap orang telah membawa “kekuatan biologis” sejak lahirnya. Kekuatan biologi inilah yang membuat seseorang bertindak menuntut cara tertentu. Kekuatan insting inilah yang seolah-olah memaksa seseorang untuk berbuat dengan cara tertentu, untuk memaksa seseorang untuk berbuat dengan cara tertentu,
16
untuk mengadakan pendekatan kepada rangsangan dengan cara tertentu. d) Teori Psikoanalitis Dalam teori ini diakui adanya kekuatan bawaan di dalam diri setiap manusia, dan kekuatan bawaan inilah yang menyebabkan dan mengarahkan tingkah laku manusia. e) Teori Keseimbangan Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia terjadi karena adanya ketidak seimbangan di dalam diri manusia. Dengan kata
lain,
manusia
selalu
ingin
mempertahankan
adanya
keseimbangan di dalam dirinya. f) Teori Dorongan Pada prinsipnya teori dorongan ini tidak berbeda dengan teori keseimbangan,
hanya
penekanan
berbeda.
Teori
dorongan
memberikan tekanan pada hal yang mendorong terjadinya tingkah laku. Schunk dan Pajares (2002) penurunan atribut ini untuk berbagai faktor, termasuk kompetisi yang lebih besar, guru kurang perhatian untuk kemajuan siswa individu, dan menekankan transisi yang terkait dengan sekolah. Siswa termotivasi oleh para guru yang peduli tentang belajar siswa dan menunjukan autusiasme. Ini guru memperkenalkan topik dengan cara yang menarik dan menantang, digunakan stategi pengajaran bevariasi, dan di promosikan
17
mahasiswa keterlibatan dengan memungkinkan partisipasi dalam pemilihan kegiatan belajar (Azwar, 2009).
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Mahasiswa 1. Minat Minat merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan penting dalam mengambil keputusan masa depan. Minat mengarahkan indivudu terhadap suatu objek atas dasar rasa senang atau rasa tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang merupakan dasar suatu minat. Minat seseorang dapat diketahui dari pertanyaan senang atau tidak senang terhadap suatu objek tertentu Untuk memahami dengan baik apa yang dimaksud dengan minat dan prosedur yang diperlukan maka sangatlah bermanfaat
untuk
mengetahui
aspek-aspek
individual.
Aspek-aspek
individual dapat digolongkan menjadi dua ranah yaitu kemampuan dan kepribadian. Pada umumnya tugas pengukuran ditujukan pada kedua ranah diatur dan pada penekanan pada lingkup yang lebih luas. Perbuatan atau tindakan yang disenangi, disukai aau tidak disukai oleh seseorang adalah pada lingkup kepribadian termasuk seperti faktor-faktor minat, temperamen dan sikap (Sukardi, 2005). Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari campurancampuran perasaan, harapan, pendidikan, rasa takut dan kecenderungan-
18
kecenderungan lain yang menggerakan individu kepada suatu pilihan tertentu (Mippier, 2003). Menurut Djaali (2011) minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal dan kreativitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya dalam penerimaan pada suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Minat yang muncul dalam psikologi seseorang merupakan sebuah gejala, sehingga muncul minat tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi penyebabnya. Faktor tersebut diantaranya: a. Faktor individu Merupakan pengaruh yang muncul dalam diri seseorang secara alami, misal diakibatkan karena: kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi dan sifat pribadi. Perbedaan tersebut terjadi karena setiap individu satu dengan yang lainnya mempunyai tingkat motivasi diri yang berbeda, sedangkan motivasi tersebut diperoleh melalui pengetahuan, pengalaman, dan pelatihan yang diikuti. b. Faktor sosial Merupakan pengaruh yang muncul diluar individu, misalnya diakibatkan karena kondisi keluarga, lingkungan, pendidikan dan motivasi sosial.Peran minat dalam belajar. Minat mempunyai peran penting bila dikaitkan dalam lembaga kurikulum pembelajaran, karena minat mempunyai kecendrungan pada seseorang untuk aktif dan respon terhadap sasarannya. Apabila sebuah
19
kurikulum pembelajaran pada sebuah lembaga sudah tidak diminati, maka seseorang akan cendrung pasif dan tidak memperdulikan segala usaha yang telah dilakukan oleh lembaga tersebut. Sebaliknya jika kurikulum yang dilaksanakan diminati oleh seseorang, maka mereka akan cenderung melakukan kegiatan yang berguna dan berjalan sesuai apa yang diharapkan. Peran minat sangat besar jika dikaitkan dalam pelaksanaan pembelajaran, karena dengan adanya minat seseorang untuk belajar, proses pembelajaran akan dapat efektif (Djali, 2011).
2. Dukungan Keluarga Menurut Sarwono (2004) dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Friedman (2003) dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan terhadap pemilihan pelayanan kesehatan. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Secara umum fungsi keluarga menurut Frediman (1998), dalam suprajitno, 2004 adalah sebagai berikut: a. Fungsi efektif (the affective function) Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan
20
orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga lainnya. b. Fungsi social dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function) Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang diluar rumah. c. Fungsi Reproduksi (the reproduction function) Adalah fungsi keluarga untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. d. Fungsi Ekonomi (the economic function) Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e. Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan (the health care function) Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar
tetap
memiliki
produktifitas
tinggi.
Fungsi
ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Beberapa peneliti mencatat bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak disekolah berpengaruh positif pada hal-hal berikut yakni; membantu penumbuhan rasa percaya diri dan penghargaan pada diri sendiri, meningkatkan pencapaian prestasi akademik, meningkatkan
21
hubungan orang tua dan anak, membantu orang tua bersikap positif terhadap sekolah dan menjadikan orang tua memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap proses pembelajaran di sekolah. Untuk menjadi pendidik yang baik, orang tua mesti menghiasi dirinya dengan keteladanan. Sebagai contoh dapat diingat semboyan “Tut wuri handayani”.
Peran
penting
orang
tua
adalah
membangun
dan
menyempurnakan kepribadian dan moral anak. Untuk itu perlu sikapsikap orang tua sebagai pendidikan yang sabar, lembut dan kasih sayang (BKKBN, 2008).
3. Fasilitas Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan (Zakiah, 2002). Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang (Suryo, 2004). Suhaisimi Arikonto (2003) berpendapat, fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan segala sesuatu usaha. Adapun yang dapat memudahkan dan melancarkan usah ini dapat berupa benda-benda maupun uang.
22
Pengertian fasilitas berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (Badudu, 2002) adalah sesuatu yang dapat membantu memudahkan pekerjaan, tugas dan sebagainya. Persepsi tentang fasilitas menurut Agus Pambagio, yang diangkat dari majalah ANTARA (7 September 2012) adalah suatu tempat tanpa fasilitas dan pelayanan yang baik, merupakan sebuah tempat gagal.
C. PENDIDIKAN KEBIDANAN Sejarah perkembangan dan pendidikan kebidanan, termasuk sejarah perkembangan kesehatan dan kedokteran tua, yakni sejak adanya wanita itu melahirkan. Dan kemudian secara adaptasi dan naluri budaya, ada wanita lain yang berhati luhur untuk menolong persalinan dengan kecakapan dan pengetahuan yang dipunyainya. Perkembangan pendidikan kebidanan berjalan seiring dan selalu berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Dalam perkembangannya, selalu mengikuti tuntutan atau kebutuhan masyarakat di satu sisi lain pun mengikuti sistem manajemen modern serta peralatan yang makin modern pula. Yang dimaksud dalam pendidikan dalam hal ini adalah, pendidikan formal dan non formal. Pendidikan kebidanan untuk para bidan, dimulai sejak zaman Hindia Belanda. Pada tahun 1851, seorang dokter militer Belanda yakni dr. W. Bosch membuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia atau Jakarta sekarang (Dwiyana, 2009).
23
D. BIDAN 1. Pengertian Bidan Kebidanan (obstetri) berasal dari kata obsto (Latin), yang bila ditulis obstetrik memiliki arti mendampingi. Dalam bahasa Perancis ditulis obstetricus, dalam bahasa Belanda ditulis obstetrie, dalam bahasa Inggris ditulis obstetrics (Dwiyana 2009). Bidan merupakan profesi yang diakui secara internasional maupun nasional dengan sejumlah praktisi di seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang praktiknya secara internasional telah diakui oleh International Federation of Midwives (ICM) tahun 1972 dan International Federation of International Gynecologis and Obstetritian (FIGO) tahun 1973, WHO dan badan lainnya. Pada tahun 1980 pada pertemuan dewan di Kobe, ICM menyempurnakan definisi tersebut yang kemudian disahkan oleh FIGO (1991) dan WHO (1992). Dan definisi terakhir disusun melalui kongres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kwalifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisesi) untuk melakukan praktik bidan. Menurut Kepmenkes No. 900/MENKES/SK/VII/2002, bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan kebidanan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku (Dwiyana, 2009).
24
2. Bidan sebagai profesi Bidan
merupakan profesi
yang
diakui
secara
nasional
dan
internasional, dimana bidan lahir sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Untuk melaksanakan tugasnya, bidan harus melalui pendidikan yang formal, mempunyai sistem pelayanan, kode etik dan etika kebidanan dalam melaksanakan atau mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara profesional, sehingga semua orang tidak dapat disebut menjadi bidan. Oleh karena itu perlu diperjelas batasan atau profesi seorang bidan sehingga tidak ada penyelewengan dan penyimpangan sehingga perlu dibatasi tentang kebidanan sebagai suatu profesi. Untuk mendukung hal tersebut maka pada tahun 2002 pemerintah mengeluarkan Kepmenkes RI No. 900 tahun 2002 tentang registrasi dan praktik bidan menggantikan Peraturan Menteri Kesehatan No. 572 tahun 1996 ( Dwiyana, 2009). Menurut Abraham Flexman, profesi adalah aktifitas yang bersifat intelektual berdasarkan ilmu pengetahuan, digunakan untuk tujuan praktik pelayanan, dapat dipelajari, terorganisir secara internal dan artistik, mendahulukan kepentingan orang lain. Sedangkan menurut Chin Yakobus, profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan khusus yang telah disepakati dalam beberapa bidang ilmu, melaksanakan cara-cara dan peraturan anggota profesi tertentu (Dwiyana, 2009).
25
Menurut Dwiyana (2009), menjelaskan Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a)
Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat.
b) Anggota-anggota dipersiapkan melalui suatu program pendidikan formal yang ditujukan untuk maksud profesi yang bersangkutan agar dapat melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara professional. c)
Memiliki serangkaian ilmu pengetahuan ilmiah dalam melaksanakan profesinya.
d) Memiliki standar
kebidanan dan kode etik kebidanan dalam
melaksanakan tugas profesinya. e)
Memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya (Kepmenkes No. 900 tahun 2002).
f)
Memiliki pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
g) Anggota-anggota wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan. h) Memiliki wadah organisasi profesi yang senantasa meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya.
26
3. Ciri-ciri Jabatan Profesional Menurut Asrinah (2010), Ciri-ciri jabatan profesional adalah sebagai berikut: a)
Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoritis: Profesional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut serta bias diterapkan dalam praktik.
b) Asosiasi
professional:
diorganisasi
oleh
para
Profesi
biasanya
anggotanya,
memiliki
yang
badan
dimaksudkan
yang untuk
meningkatkan status para anggota. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya. c)
Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang pretisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
d) Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi professional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji, terutama pengetahuan teoritis. e)
Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional di mana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
27
f)
Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi yang dianggap bisa dipercaya.
g) Otonomi kerja:
profesional
cendrung
mengedalikan kerja
dan
pengetahuan teoritis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar. h) Kode etik: organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan. i)
Mengatur diri: organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Professional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
j)
Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
k) Status dan imbalan yang tinggi: profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.
28
Perilaku profesional bidan: 1) Bertindak sesuai keahliannya 2) Mempunyai moral yang tinggi 3) Bersifat jujur 4) Tidak melakukan coba-coba 5) Tidak memberikan janji yang berlebihan 6) Mengembangkan kemitraan 7) Terampil berkomunikasi 8) Mengenal batas waktu 9) Mengadvokasi pilihan ibu. Beberapa kewajiban bidan yang diatur dalam pengabdian profesinya adalah: a. Kewajiban Terhadap Klien dan Masyarakat 1) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya 2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan 3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
29
4) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepeningan klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. 5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan indentitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. 6) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal. b. Kewajiban Terhadap Tugasnya 1) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat. 2) Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan. 3) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan kepentingan klien.
30
c. Kewajiban Bidan Terhadap Sejawat Dan Tenaga Kesehatan Lainnya 1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi 2) Setiap
bidan
dalam
melaksanakan
tugasnya
harus
saling
menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya. d. Kewajiban Bidan Terhadap Profesinya 1) Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat. 2) Setiap
bidan
harus
senantiasa
mengembangkan
diri
dan
meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya. e. Kewajiban Bidan Terhadap Diri Sendiri 1) Setiap bidan harus memelihara kesehatan agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik 2) Setiap
bidan
meningkatkan
harus
berusaha
pengetahuan
dan
secara
terus
keterampilan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
menerus sesuai
untuk dengan
31
f. Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah Nusa, Bangsa, dan Tanah Air 1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga dan masyarakat. 2) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikiran kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga. g. Penutup Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia. Disempurnakan dan disahkan dalam Konas IBI ke XII tahun 198 di Denpasar Bali (IBI, 2005).
4. Kompetensi Bidan Berdasarkan Permenkes 572 tahun 1996 tentang Registrasi dan Praktik Bidan, kompetensi yang ada didalam kurikulum DIII Kebidanan (1996), serta memperhatikan draft ke VI kompetensi inti bidan yang disusun oleh ICM Februari 1999, maka kompetensi inti bidan dapat diuraikan sebagai berikut (Dwiyana Estiwidani, 2009):
32
1. Kompetensi 1: Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat, dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya. 2. Kompetensi 2: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua. 3. Kompetensi 3: Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan
kesehatan
selama
kehamilan:
deteksi
dini,
pengobatan atau rujukan. 4. Kompetensi 4: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan
yang
bersih
dan
aman,
menangani
situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.
33
5. Kompetensi 5: Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. 6. Kompetensi 6 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai 1 bulan. 7. Kompetensi 7 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan-5 tahun). 8. Kompetensi 8 Bidan
memberikan
asuhan
yang
bermutu
tinggi
dan
komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat 9. Kompetensi 9 Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
E. MAHASISWA 1. Pengertian Mahasiswa Mahasiswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar, mahasiswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-
34
cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal (Sardjiman, 2006). Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VI bagian ke empat pasal 19 bahwasanya “mahasiswa” itu sebenarnya hanya sebutan akademis untuk siswa / murid yang telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya. Sedangkan secara harfiyah, “mahasiswa” terdiri dari dua kata “Maha” yang berarti tinggi dan “Siswa” yang berarti subjek pembelajar (menurut BoBBi de Porter). Jadi, segi bahasa “Mahasiswa” diartikan sebagai pelajar yang tinggi atau seseorang yang belajar di perguruan tinggi / Universitas (Sardjiman, 2006).
2. Hak dan Kewajiban Mahasiswa a. Hak Mahasiswa berhak mendapatkan hak yang diterimanya, yaitu mendapatkan perlakuan dari pendidik tanpa memandang status sosial dari mahasiswa tersebut, apakah mahasiswa tersebut berasal dari kalangan menengah atau kalangan menengah kebawah, mendapatkan ilmu, menerima dan dapat menggunakan sarana dan prasarana yang ada, mengemukakan aspirasinya (Sardjiman 2006). b. Kewajiban Mahasiswa sebagai kelompok terpenting dalam sebuah masyarakat memiliki kewajiban yaitu menuntut ilmu, menguasai ilmu dengan
35
sungguh-sungguh
agar
menjadi
seorang
yang
berguna
yang
mengaplikasikan atau mengembangkan disiplin ilmunya bagi lingkungan tempat dimana ia tinggal, mematuhi peraturan yang berlaku, sebuah peraturan yang tidak menyimpang dari ketetapan hukum-hukum Allah dan nilai-nilai, norma-norma yang ada, selain itu mahasiswa juga harus memainkan peranan penting sebagai pencetus perubahan dan revolusi (Sardjiman, 2006).
3. Karakteristik Mahasiswa Karakteristik
mahasiswa
adalah
keseluruhan
kelakuan
dan
kemampuan yang ada pada mahasiswa sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas meraih cita-cita (Sardjiman, 2006).
F. STIKes U’Budiyah Banda Aceh Gagasan mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan harapan dan citacita bangsa Indonesia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu menjawab serta mengantisipasi perkembangan zaman dan masa depan bangsa yang terus berubah dan berkembang dengan cepat. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes U’Budiyah Banda Aceh merupakan institusi pendidikan resmi yang telah mendapatkan izin dari Menteri Pendidikan Nasional RI berdasarkan SK No. 122/D/O/2004.
36
a. Visi STIKes U’Budiyah Menjamin peningkatan mutu dalam upaya pencapaian visi Universitas U’Budiyah Indonesia.
b. Misi 1. Menetapkan Standard Operational Prosedure (SOP) penjamin mutu Universitas U’Budiyah Indonesia 2. Mengembangkan system penjamin mutu berstandard nasional 3. Menetapkan standar dan prosedur mutu akademik 4. Menjamin terselenggaranya monitoring dan evaluasi internal (Movev-in) di Universitas U’Budiyah Indonesia 5. Memastikan tingkat kepuasan stakehaders internal dan eksternal 6. Melakukan suatu perbaikan yang terus menerus dalam implementasi system penjamin mutu di Universitas U’Budiyah Indonesia 7. Memberikan suatu pertimbangan dan masukan kepada pimpinan untuk peningkatan mutu dan pengembangan Universitas U’Budiyah Indonesia. Di STIKes U’Budiyah ada beberapa fakultas yakni: -
Prodi DIII Kebidanan Jalur Umum
-
Prodi DIII Kebidanan Jalur Khusus
-
Prodi DIV Kebidanan
-
Fakultas Kesehatan Masyarakat
37
Di bulan September 2013 STIKes U’Budiyah akan menjadi Universitas U’Budiyah Indonesia.
38
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2002). Berdasarkan teori Djali 2011 adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi mahasiswa dapat dipengaruhi oleh minat, Dukungan Keluarga, Pendapatan Keluarga, Fasilitas dan Pendidikan orang tua. Sedangkan menurut Jaynes (2004), bahwa motivasi mahasiswa dipengaruhi oleh budaya. Dalam penelitian ini, maka peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tentang gambaran motivasi mahasiswi tingkat I memilih profesi bidan dilihat dari minat, dukungan keluarga, dan Fasilitas. Untuk lebih jelas, maka di gambarkan dalam kerangka konsep sebagai berikut: Variabel Independen
Variabel Dependen
Minat Motivasi Mahasiswi Dukungan Keluarga Memilih Profesi Fasilitas
Bidan Gambar 3.1 : Kerangka Konsep
39
B. Definisi Operasional Tabel 3.1. Definisi Operasional NO
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil ukur
Skala Ukur
Menyebarkan kuesioner dengan kriteria: Tinggi bila X ≥ 40 Rendah bila X< 40
-Tinggi -Rendah
Ordinal
Kuisioner
Menyebarkan kuesioner dengan kriteria: Tinggi bila X ≥ 39 Rendah bila X< 39
-Tinggi -Rendah
Ordinal
Kuisioner
Menyebarkan kuesioner dengan kriteria: Tinggi bila X ≥ 24 Rendah bila X< 24
-Tinggi -Rendah
Ordinal
Kuesioner
Menyebarkan kuesioner dengan kriteria: lengkap bila X ≥ 27 Kurang lengkap bila X< 27
-Tinggi -Rendah
Ordinal
Variabel Dependen 1. Motivasi Dorongan dalam Kuisioner mahasiswi diri mahasiswa untuk memilih profesi bidan di STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Variabel Independen 2. Minat Keinginan mahasiswi memilih profesi bidan di STIKes U’Budiyah Banda Aceh
3.
Dukungan Keluarga
4.
Persepsi Terhadap Fasilitas
Dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga kepada mahasiswi yang memilih profesi bidan di STIKes U’Budiyah Banda Aceh Pendapat mahasiswi terhadap ketersediaan sarana / prasarana di lingkungan STIKes U’Budiyah
40
Banda Aceh
C. Hipotesa
Ha: Ada hubungan antara minat dengan motivasi mahasiswa memilih profesi bidan di STIKes U’Budiyah Banda Aceh Ha: Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi mahasiswa memilih profesi bidan di STIKes U’Budiyah Banda Aceh Ha: ada hubungan antara Fasilitas dengan motivasi mahasiswa memilih profesi bidan di STIKes U’Budiyah Banda Aceh
41
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang akan diteliti (Nursalam, 2008). Dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan data
variabel independen dan variabel dependen dilakukan
dalam waktu yang bersamaan. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Arikunto (2008), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah semua mahasiswa tingkat I yang ada di STIKes U’Budiyah Banda Aceh tahun 2012 yang berjumlah 72 Orang mahasiswi. 2. Sampel Sampel atau contoh adalah subunit populasi survei atau populasi survei itu sendiri, yang oleh peneliti dipandang mewakili populasi target. Dengan kata lain, sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih atas dasar kerepresentatifannya (Danim, 2003).
42
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu seluruh jumlah populasi (total sampling) dijadikan sampel yaitu 72 Orang.
C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kampus STIKes U’Budiyah Banda Aceh 2. Waktu Penelitian Waktu dilakukan penelitiaan adalah pada tanggal 11 sampai 17 Juli 2013. D. Tekhnik pengumpulan data 1. Data Primer Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden. Data akan dimulai dengan wawancara menggunakan kuisioner. 2. Data sekunder Yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data bersumber dari kampus STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
E. Instrument penelitian Adapun instrument atau alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang diajukan kepada responden dengan jumlah 34 pertanyaan,
43
yang terdiri dari 10 pertanyaan tentang Motivasi, 10 pertanyaan tentang minat mahasiswa, 6 pertanyaan tentang dukungan orang tua, dan 8 pertanyaan tentang penghasilan orang tua.
F. Pengolahan dan Analisa data 1. Pengolahan data. Menurut Budiarto (2002), data yang terkumpul diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing Data yang telah terkumpul diperiksa kelengkapannya dan apabila ada kesalahan atau kekurangan data, maka di cek ulang dan dilakukan pengumpulan data kembali. b. Coding Dengan memberikan tanda atau kode atas jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner. c. Tranfering Yaitu data yang telah peneliti beri kode secara berurutan mulai dari responden pertama hingga responden terakhir untuk dimasukkan kedalam table distribusi frekwensi. d. Tabulating Memasukkan dan menghitung hasil pengkodean dalam bentuk tabel.
44
2. Analisis data a. Analisa Univariat Analisa
yang
dijabarkan
dengan
menjabarkan
distribusi
frekuensi variable yang diteliti, baik variable dependen maupun variable independent. P=
x 100%
Keterangan: P: angka presentasi f = Frekuensi jawaban sampel n = Banyaknya sampel b. Analisa Bivariat Analisa bivariat dapat dilakukan dengan dua cara: a) Dengan
menggunakan
computer
program
SPSS,
melalui
perhitungan uji chi-Square selanjutnya ditarik kesimpulan, bila nilai P value lebih kecil dari nilai alpha 5% (0,05) berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan), dan bila P value > 0.05 berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna.
b) Dengan menggunakan rumus
( =
)
45
Keterangan : x2
= Chi- square
O
= nilai pengamatan
E
= nilai yang diharapkan
Adapun ketentuan yang dipakai pada uji statistic adalah : 1. Ho ditolak : jika P value ≥ 0,05 tabel artinya menolak hipotesa yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara variabel- variabel yang diteliti. 2. Ha diterima : jika P value < 0,05 tabel artinya menerima hipotesa yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel-variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan computer program Statistika package for social science (SPSS) melalui perhitungan uji Chi-Square. Melalui perhitungan uji chi-square test selanjutnya ditarik pada kesimpulan bila nilai p lebih kecil dari alpha (<0,05) maka Ho di tolak dan Ha diterima, yang menunjukan ada hubungan bermakna antara variabel bebas. a.
Bila pada tabel contigency 2X2 di jumpai nilai E (harapan) kurang dari 5, maka uji yang digunakan adalah Ficher exact test.
b.
Bila pada tabel contigency 2x2, dan tidak dijumpai nialai E kurang dari 5, maka hisil yang digunakan sebaiknya continuty correction.
46
c.
Bila pada tabel-tabel contigency lebih dari 2x2, misalnya 2x3, 3x3, dan lain-lain, maka yang digunakan adalah uji person chi-sque
47
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian STIKes U’Budiyah yang berdiri pada tahun 2004. STIKes U’Budiyah merupakan institusi pendidikan resmi yang telah mendapatkan izin dari mentri Pendidikan Nasional RI berdasarkan SK No.122/D/O/2004. STIKes U’Budiyah memiliki Akreditas tertinggi di Aceh dan Sumatra Utara untuk prodi D-III Kebidanan dengan peringkat B (Baik) dari BAN-PT hingga tahun 2015. STIKes U’Budiyah sampai saat ini terus berkembang dan pada bulan September 2013 ini STIKes U’Budiyah akan menjadi Universitas U’Budiyah Indonesia. STIKes U’Budiyah Banda Aceh berada di Kecamatan Syiah Kuala, terletak di antara Desa Alue Naga dan Desa Tibang Banda Aceh. Dengan beberapa Jurusan Kesehatan yaitu Jurusan FKM, D-IV, dan D-III Kebidanan Umum. Salah satu penelitian yang saya lakukan pada jurusan D-III Akademi Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh, yaitu penelitian pada tingkat I yang berjumlah 72 siswi dengan, 36 siswi di kelas IA, dan 36 siswi di kelas IB. Di tinjau dari segi geografisnya STIKes U’Budiyah Banda Aceh di batasi oleh : 1. Bagian barat berbatasan dengan Desa Tibang. 2. Bagian timur berbatasan dengan sungai Krueng Alue Naga. 3. Bagian selatan berbatasan dengan Hutan Kota. 4. Bagian Utara berbatasan dengan komplek STT IT.
B. Hasil Penelitian
48
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kampus Akademi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh dilakukan pada tanggal 11 sampai 17 Juli 2013. Adapun penelitian yang dilakukan pada mahasiswi tingkat IA dan IB dengan total 72 orang mahasiswi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi mahasiswi memilih profesi bidan di STIKes U’Budiyah Banda Aceh didapat hasil sebagai berikut: 1. Analisa Univariat Penyajian hasil penelitian memberikan gambaran mengenai distribusi frekuensi. a. Minat Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Minat Responden Tentang Motivasi Mahasiswi Memilih Profesi Bidan Di STIKes U’Budiyah Banda Aceh Tahun 2013
No
Minat
F
%
1
Tinggi
45
62,5
2
Rendah
27
37,5
Total
72
100,0
Sumber data primer (di olah tahun 2013) Berdasarkan tabel 5.1 di dapatkan hasil, dari 72 responden sebanyak 45 responden (62,5%) memiliki minat yang tinggi.
b. Dukungan Keluarga Tabel 5.2
49
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Responden Tentang Motivasi Mahasiswi Memilih Profesi Bidan Di STIKes U’Budiyah Banda AcehTahun 2013
No
Dukungan Keluarga
F
%
1
Tinggi
47
65,3
2
Rendah
25
34,7
72
100,0
Total Sumber data primer (di olah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 5.2 di dapatkan hasil, dari 72 responden sebanyak 47 responden (65,3%) memiliki dukungan keluarga yang tinggi.
c. Fasilitas Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Fasilitas Responden Tentang Motivasi Mahasiswi Memilih Profesi Bidan Di STIKes U’Budiyah Banda Aceh Tahun 2013
No
Fasilitas
Frekuensi
%
1
Tinggi
36
50
2
Rendah
36
50
Total
72
100,0
Sumber data primer (di olah tahun 2013) Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan hasil, dari 72 responden sebanyak 36 responden (50%) mengatakan fasilitas di SITKes U’Budiyah tinggi.
d. Motivasi
50
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Motivasi Responden Tentang Motivasi Mahasiswi Memilih Profesi Bidan di STIKes U’Budiyah Banda Aceh Tahun 2013 No
Motivasi
Frekuensi
%
1
Tinggi
42
58,3
2
Rendah
30
41,7
72
100,0
Total
Sumber data primer (di olah tahun 2013) Berdasarkan tabel 5.4 di dapatkan hasil, dari 72 responden sebanyak 42 responden (58,3%) memiliki motivasi yang tinggi.
2. Analisa Bivariat a. Hubungan Minat dengan Motivasi Mahasiswi Memilih Profesi Bidan Tabel 5.5 Distribusi Hubungan Minat dengan Motivasi Mahasiswi Memilih Profesi Bidan di STIKes U’Budiyah Banda Aceh Tahun 2013
No
Minat
1 2
Motivasi Tinggi Rendah
Total
%
28,9
45
100
63
27
100
72
100
F
%
F
%
Tinggi
32
71,1
13
Rendah
10
37
17
TOTAL
42
30
P Value
0.010
Sumber data primer (di olah tahun 2013) Berdasarkan tabel 5.5 didapat hasil, dari 45 responden yang memiliki minat yang tinggi terdapat 32 responden (71,1%) memiliki motivasi yang tinggi, dan dari 27
51
responden yang memiliki minat yang rendah terdapat 17 responden (63%) memiliki motivasi yang tinggi. Hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan nilai P value sebesar 0,010. Dimana nilai p < 0,05, sehingga ada hubungan antara minat dengan motivasi mahasiswi.
b.
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi Mahasiswi Memilih Profesi Bidan Tabel 5.6 Distribusi Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi Mahasiswi Memilih Profesi Bidan di STIKes U’Budiyah Banda Aceh Tahun 2013
No
Dukungan keluarga
1
Tinggi
31
2
Rendah
11
TOTAL
Tinggi F %
42
Motivasi Rendah
Total
%
34
47
100
56
25
100
72
100
F
%
66
16
44
14 30
P Value
0.122
Sumber data primer (di olah tahun 2013) Berdasarkan tabel 5.6 didapat hasil, dari 47 responden yang memiliki dukungan keluarga yang tinggi terdapat 31 responden (66%) memiliki motivasi yang tinggi, dan dari 25 responden yang memiliki dukungan keluarga yang rendah terdapat 14 responden (56%) memiliki motivasi yang tinggi. Hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan nilai P value sebesar 0,122. Dimana nilai p > 0,05, sehingga tidak ada hubungan antara minat dengan motivasi mahasiswi
52
c. Hubungan Fasilitas dengan Motivasi Mahasiswi Memilih Profesi Bidan Tabel 5.7 Distribusi Hubungan Fasilitas dengan Motivasi Mahasiswi Memilih Profesi Bidan di STIKes U’Budiyah Banda Aceh Tahun 2013
No
Fasilitas
1
Tinggi
2
Rendah Total
Motivasi Tinggi Rendah F % F % 17 47,2 19 52,8 25 42
69,4
11
30,6
30
Total
%
P Value
36
100
0.094
36
100
72
100
Sumber data primer (di olah tahun 2013) Berdasarkan tabel 5.7 didapat hasil, dari 36 responden yang menganggap fasilitas dalam kategori tinggi terdapat 17 responden (47,2%) memiliki motivasi yang tinggi, dan dari 36 responden yang menganggap fasilitas dalam kategori yang rendah terdapat 25 responden (69,4%) memiliki motivasi yang tinggi. Hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan nilai P value sebesar 0,094. Dimana nilai p > 0,05, sehingga tidak ada hubungan antara minat dengan motivasi mahasiswi.
C.
Pembahasan 1. Hubungan Minat dengan Motivasi Mahasiswi Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 45 responden yang memiliki minat yang tinggi terdapat 32 responden (71,1%) memiliki motivasi yang tinggi, dan dari 27 responden yang memiliki minat yang rendah terdapat 17 responden (63%) memiliki motivasi yang tinggi. Hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan nilai P value sebesar 0,010. Dimana nilai p < 0,05, sehingga ada hubungan antara minat dengan
53
motivasi mahasiswi
Menurut Djali (2011) minat adalah rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal dan kreativitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan pada suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Sukardi (2005) yang mengatakan bahwa minat mengarahkan indivudu terhadap suatu objek atas dasar rasa senang atau rasa tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang merupakan dasar suatu minat. Jadi semakin besar minat mahasiswi terhadap suatu objek aka semakin baik aktivitas yang akan mereka lakukan, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Reva Ananda (2012) di STIKes U’Budiyah Banda Aceh didapatkan bahwa dari 52 responden yang memiliki minat tinggi ternyata 32 orang (61,5%) memiliki motivasi tinggi, dan 20 orang memiliki motivasi rendah. Menurut asumsi peneliti bahwa responden yang memiliki minat tinggi memiliki motivasi yang tinggi pula, pada dasarnya ialah bahwa motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya. Setiap orang memiliki motivasi untuk bertindak sesuai dengan keinginan, minat, dan kebutuhannya. Bila seseorang tidak memiliki minat terhadap suatu objek, maka tidak akan ada motivasi yang akan dirasakan seseorang.
2. Hubungan Dukungan keluarga dengan Motivasi Mahasiswi
54
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 45 responden yang memiliki dukungan keluarga yang tinggi terdapat 31 responden (66%) memiliki motivasi yang tinggi, dan dari 27 responden yang memiliki dukungan keluarga yang rendah terdapat 16 responden (56%) memiliki motivasi yang tinggi. Hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan nilai P value sebesar 0,122. Dimana nilai p > 0,05, sehingga tidak ada hubungan antara minat dengan motivasi mahasiswi Menurut teori Friedman (2003) dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan terhadap pemilihan pelayanan kesehatan. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Adanya dukungan dari keluarga maka akan meningkatkan motivasi mahasiswi. Karena dukungan keluarga, mahasiswi juga semakin semangat untuk meraih cita-cita sehingga membanggaan orang tuanya. Berdasarkan hasil penelitian Septa Wahyu Irhamni (2013) di universitas Muhammadiyah Ponorogo didapatkan bahwa dari responden yang memiliki motivasi yang tinggisebanyak 11 responden memiliki dukungan keluarga, dan dari responden yang memiliki motivasi yang tinggi sebanyak 21 responden yang memiliki dukungan keluarga. Ini bertolak belakang dengan apa yang yeng telah diteliti oleh peneliti. Menurut asumsi peneliti tidak atau adanya dukungan keluarga terhadap motivasi mahasiswi dikarenakan keluarga ingin melihat anaknya lebih sukses dari mereka. Hal ini disebabkan karena orang tua ingin melihat anaknya bahagia hingga mendapatkan prestasi yang baik. Namun keluarga juga penting memberikan motivasi untuk anak, agar dapat membedakan hal-hal yang positif dan negatif.
55
3. Hubungan fasilitas dengan motivasi mahasiswi Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 36 responden yang menganggap fasilitas dalam kategori tinggi terdapat 17 responden (47,2%) memiliki motivasi yang tinggi, dan dari 36 responden yang menganggap fasilitas dalam kategori yang rendah terdapat 25 responden (69,4%) memiliki motivasi yang tinggi. Hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan nilai P value sebesar 0,094. Dimana nilai p > 0,05, sehingga tidak ada hubungan antara minat dengan motivasi mahasiswi. Suhaisimi Arikonto (2008) berpendapat, fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan segala sesuatu usaha. Adapun yang dapat memudahkan dan melancarkan usah ini dapat berupa benda-benda maupun uang. Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang (Suryo, 2004). Berdasarkan Murdani tahun 2007 di Prodi Kebidanan Magelang di Politeknik Kesehatan Semarang didapatkan hasil ada hubungan antara fasilitas belajar dengan kepuasan belajar mahasiswi. Menurut asumsi peneliti, fasilitas yang dan lengkap ataupun tidak, itu tidak mempengaruhi semangat belajar dari seorang mahasiswi, karena motivasi bisa datang dari mana saja, itu tergantung tekat dan keinginan seseorang untuk meraih sesuatu yang dia inginkan, fasilitas erat kaitannya dengan kepuasan mahasiswi, namun juga tergantung dengan niat dan motivasi mahasiswi terhadap cita-citanya.
56
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di STIKes U’Budiyah Banda Aceh pada 72 orang responden, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada hubungan antara minat dengan motivasi mahasiswi 2. Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi mahasiswi 3. Tidak ada hubungan antara fasilitas dengan motivasi mahasiswi
B. Saran 1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan pada instansi pendidikan STIKes U’Budiyah Banda Aceh untuk memberikan dukungan dan pengarahan kepada mahasiswi untuk memotivasikan mahasiswi dalam memilih profesi bidan. 2. Bagi Responden Diharapkan kepada mahasiswi untuk dapat tetap mempertahankan kemampuan dan motivasi dalam memberikan pelayanan kebidanan. 3. Bagi Peneliti Pada penulis untuk menambah wawasan dan dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara objektif dan menjadi bahan untuk penelitian lebih lanjut mengenai motivasi mahasiswi memilih profesi bidan.
57