BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pasar modal sebagai lembaga piranti investasi memiliki fungsi ekonomi dan keuangan yang semakin diperlukan oleh masyarakat sebagai media alternatif dan penghimpun dana (Husnan, 1994). Dimana diharapkan adanya pasar modal yang berfungsi secara optimal sehingga dapat menjadi perantara antara investor yang ingin membeli saham dengan perusahaan yang menjual saham untuk membiayai kegiatan usahanya. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang salah satunya dengan cara menjual saham. Investor membutuhkan informasi yang dapat digunakan untuk pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan yang berkaitan dengan pemilihan portopolio investasi yang menguntungkan. Sariwulan (2007) menjelaskan bahwa informasi dapat mengurangi tingkat ketidakpastian yang terjadi, sehingga keputusan yang diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Terdapat berbagai informasi yang dipublikasikan di pasar modal baik informasi yang dapat mempengaruhi sebagian perusahaan maupun seluruh perusahaan yang ada di pasar modal. Informasi yang terdapat di pasar modal misalnya
penggabungan usaha (merger), pengambilalihan (acquisition),
pembagian deviden saham (stock deviden), peleburan usaha (consolidation), pemecahan saham (stock split) dan lain-lain. 1
2
Salah satu informasi yang tersedia adalah pengumuman stock split. Stock split atau pemecahan saham merupakan suatu aksi yang dilakukan oleh emiten dengan memecah nilai sahamnya menjadi nominal yang lebih kecil (Robert Ang, 1997). Stock split biasanya dilakukan pada saat harga saham terlalu tinggi sehingga kemampuan investor untuk membeli saham berkurang terlebih investor perorangan yang mempunyai dana terbatas. Dengan dilakukannya stock split harga saham menjadi lebih rendah sehingga dapat dijangkau oleh investor-investor kecil, dan diharapkan permintaan saham akan meningkat dan saham menjadi lebih liquid. Menurut Hartono (2010) stock split merupakan pemecahan saham menjadi n lembar saham dengan harga per lembar saham baru sebesar 1/n harga saham sebelumnya, yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk menata kembali harga pasar saham dengan meningkatkan jumlah lembar saham beredar. Pada dasarnya terdapat dua stock split yang dapat dilakukan yaitu split up (pemecahan naik) dan split down (pemecahan turun). Split up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya stock split dengan faktor pemecahan 1:2, 1:3, dan 1:4. Sebagai contoh pada 100 lembar saham dengan nilai nomilal Rp 2000 per lembar saham, dilakukan stock split dengan faktor 1:2. Maka jumlah lembar saham menjadi 200 lembar saham dengan nilai saham menurun menjadi Rp 1000 per lembar saham. Split down adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan turun dengan
3
faktor pemecahan 2:1, 3:1, 4:1. Sebagai contoh pada 200 lembar saham dengan nilai nominal Rp 1000 per lembar saham, dilakukan stock split dengan faktor 2:1. Maka jumlah lembar saham menjadi 100 lembar saham dengan nilai saham naik menjadi Rp 2000 per lembar saham. Dengan dilakukannya split up ataupun split down, saldo modal tidak berubah yang berubah hanya lembar saham yang beredar. Pemecahan saham tidak mempengaruhi modal yang akan disetor, tetapi yang terjadi hanya pemecahan nilai nominal saham yang berubah menjadi lebih kecil dari sebelumnya sehingga saham akan meningkat. Stock split juga tidak mempengaruhi aliran kas perusahaan, dengan demikian total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan sebenarnya sama atau dengan kata lain pemecahan saham tidak memiliki nilai ekonomis. Investor melihat peristiwa pemecahan saham adalah suatu informasi yang menghasilkan berita baik, sehingga para investor mengartikan stock split sebagai sinyal positif karena mendiskripsikan optimisme perubahan atas laba dimasa yang akan datang. Jogiyanto (2000) juga menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan stock split merupakan perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Apabila pemecahan saham dinilai investor sebagai peristiwa positif, maka harga saham akan mengalami peningkatan dan akan meningkatkan return saham yang diterima oleh para pemegang saham. Copeland (1979) menyatakan bahwa semakin banyak investor yang melakukan transaksi terhadap saham tersebut maka volume perdagangan saham akan meningkat. Likuiditas saham merupakan salah satu indikator
4
untuk melihat pasar bereaksi atau tidak terhadap suatu pengumuman. Baker dan Powell (1993) mendefinisikan likuiditas saham adalah ukuran jumlah transaksi suatu saham tertentu yang diukur dengan aktivitas volume perdagangan saham di pasar modal. Likuiditas saham dikatakan meningkat apabila kenaikan jumlah saham yang diperdagangkan lebih besar secara proporsional dibanding dengan jumlah saham yang beredar. Husnan dkk (2005) menjelaskan volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham diperdagangkan pada waktu tertentu dengan jumlah lembar saham yang beredar pada waktu tertentu. Perubahan volume perdagangan saham diukur dengan Trading Volume Activity (TVA). Naiknya volume perdagangan saham merupakan kenaikan aktivitas jual beli saham para investor di bursa. Semakin meningkatnya volume perdagangan saham menunjukkan semakin tinggi peminat saham tersebut oleh para investor sehingga akan berpengaruh pada naiknya harga atau return saham. Pemecahan saham menyebabkan harga saham menjadi lebih murah sehingga dapat dijangkau oleh investor, dengan demikian diharapkan aktivitas perdagangan saham tersebut meningkat dan menyebabkan fluktuasi harga saham tersebut menjadi tinggi, dengan tingginya fluktuasi harga saham diharapkan diiringi dengan tingginya return saham yang akan diterima oleh investor. Return saham merupakan hasil tingkat keuntungan yang akan dinikmati oleh pemegang saham atas suatu investasi yang dilakukan. Jika keuntungan akan investasi tersebut tidak ada atau tidak sesuai dengan
5
harapan, maka investor akan berpikir ulang untuk melakukan investasi kembali. Jadi setiap investasi baik jangka pendek atau jangka panjang pasti memiliki tujuan utama yaitu untuk memperoleh keuntungan yang disebut sebagai return (Robert Ang, 1997). Jogiyanto (2008) menjelaskan bahwa abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap normal return yang merupakan return yang diharapkan (expected return). Selisih return akan positif jika return yang didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Selisih return akan bernilai negatif jika return yang didapat lebih kecil dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Perhitungan abnormal return dalam penelitian ini menggunakan model yang disesuaikan pasar yaitu market adjusted model. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan analisis perbedaan likuiditas saham dan return saham disekitar pengumuman pemecahan saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Maka dari itu penulis mengambil judul “Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Saham Dan Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan di muka, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
6
1. Apakah terdapat perbedaan likuiditas saham 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah perusahaan melakukan stock split? 2. Apakah terdapat perbedaan abnormal return saham 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah perusahaan melakukan stock split?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan likuiditas saham sebelum dan sesudah perusahaan melakukan stock split. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah perusahaan melakukan stock split.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak berikut ini: 1. Bagi perusahaan, diharapkan hasil penelitian mampu memberikan informasi tentang pengaruh stock split sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan selanjutnya. 2. Bagi investor dan calon investor, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi ketika terjadi pemecahan saham. 3. Bagi peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan pedoman khususnya penelitian mengenai stock split.
7
E. Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab, yaitu : BAB I
PENDAHULUAN Berisi tentang uraian mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguriakan tentang landasan teori yang berhubungan dengan pokok masalah yang dibahas yang berisi pengertian pasar modal, peran informasi dalam pasar modal, penertian saham, pengertian pemecahan saham (stock split), likuiditas saham, trading volume activity, return saham, abnormal return, pengaruh stock split, terhadap trading volume activity,
hubungan antara
stock split dengan abnormal return, tinjauan penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, data dan sumber data penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional variabel, dan metode analisis data.
8
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang pengumpulan data, pengujian data, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. BAB V
PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran-saran yang perlu untuk diajukan penulis sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.