BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas
komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia dan masyarakat. Aktivitas komunikasi dapat dilihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia yaitu sejak dari bangun tidur sampai manusia beranjak tidur pada malam hari. Bisa dipastikan sebagian besar dari kegiatan kehidupan kita mengunakan komunikasi baik komunikasi verbal maupun nonverbal. Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process). Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi, ide atau sikap. 1 Dari uraian tersebut, definisi komunikasi menurut Schramm tampak lebih cenderung mengarah pada sejauh mana keefektifan proses berbagi antarpelaku komunikasi. Schramm
melihat
sebuah komunikasi
yang efektif adalah
komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commonness), kesepahaman 1
Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta: Media Pressindo, 2006: halaman 2-3
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
antara sumber (source) dengan penerima (audience)-nya. Menurutnya, sebuah komunikasi akan benar-benar efektif apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis sama seperti apa yang dikehendaki oleh penyampai. Komunikasi berlaku bagi setiap jenis masyarakat. Salah satunya jenis masyarakat sub urban. Daya tarik kota Jakarta sebagai ibu kota berdampak pada ketidakmerataan pembangunan yang menyebabkan terjadinya urbanisasi besar besaran. Urbanisasi meghasilkan kelompok masyarakat yang heterogen di perkotaan khususnya di wilayah Jakarta. Sampai akhirnya kota Jakarta tidak lagi menjadi pilihan utama bagi masyarakat pendatang menjadi tempat tinggal, namun hanya sebagai tempat mencari nafkah. Dan kota yang berdekatan dengan Jakarta menjadi pilihan yang paling relevan bagi kaum pendatang. Sub urban adalah daerah atau tempat dimana penglaju/commuter tinggal yang letak nya tidak jauh dari pusat kota. Penglaju/commuter adalah orang-orang yang tinggal dipinggiran kota yang pulang pergi ke kota untuk bekerja setiap hari. Pada dasarnya daerah sub urban adalah daerah pinggiran kota yang terekspansi akibat pemekaran kota. Fenomena ini disebabkan karena kemunculan jaringan-jaringan jalan baru sehingga mempermudah adanya perluasan lahan. Jika melihat dalam bentuk komunitas, sub urban merupakan komunitas yang memiliki sifat urban yang berbeda di tengah-tengah rural.
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
Pekerjaan para commuter yang lebih banyak menghabiskan aktivitas di kota ternyata mempengaruhi gaya hidup mereka sehari-hari. Karena setiap harinya mereka pergi pagi pulang sore, terkadang sampai malam hari, ini membuat interaksi mereka dengan para tetangga berkurang. Hal ini mencirikan seperti kehidupan kota yang masyarakatnya bersifat acuh tak acuh atau individual. Tetapi bagi masyarakat yang bekerja di sektor informal, interaksi antar sesama mereka masih kuat. Mereka masih menganut sistem gotong royong jika ada warga yang pesta, kerja bakti, ronda, perlombaan, pengajian, kepanitiaan,tahlilan bagi warga muslim jika ada yang meninggal. d.l.l. Ini lah bentuk ciri dari wilayah sub urban. Penggabungan antara ciri kota dan desa di satu tempat. Masyarakat sub urban merupakan masyarakat yang penduduknya memiliki kemajmukan. Yang mencolok dari ciri kemajemukan masyarakat adalah penekanan pada pentingnya kesukubangsaan yang terwujud dalam bentuk komuniti-komuniti sukubangsa, dan digunakannya kesukubangsaan sebagai acuan utama bagi jatidiri. Berdasarkan ciri-ciri fisik atau tubuh yang dipunyai oleh seseorang, gerakangerakan tubuh yang dibarengi dengan bahasa yang digunakan dan logat yang diucapkan, dan berbagai simbol-simbol yang digunakan. dia akan diidentifikasi sebagai tergolong dalam sesuatu sukubangsa dari sesuatu daerah tertentu oleh seseorang lainnya. Bila ciri-ciri tersebut tidak dapat dipergunakan, maka seseorang akan menanyakan dari mana asalnya.
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
Masyarakat majemuk atau plural society adalah sebuah masyarakat yang terwujud karena komuniti-komuniti suku bangsa yang ada telah secara langsung atau tidak langsung dipaksa untuk bersatu di bawah kekuasaan sebuah sistem nasional.2 Bagi seorang ahli Indonesia lain, Clifford Geertz, masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terbagi-bagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri-sendiri, dalam mana masing-masing subsistem terikat ke dalam ikatan-ikatan yang bersifat primordial.3 Hal yang menarik kemudian dinyatakan Pierre L. van den Berghe seputar ciri dasar dari masyarakat majemuk ini, yaitu4:
1. Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali memiliki subkebudayaan yang berbeda-beda satu sama lain. 2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer. 3. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar. 4. Secara relatif seringkali mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
2
Parsudi Suparlan, Kesetaraan Warga dan Hak Budaya Komuniti dalam Masyarakat Majemuk Indonesia, (Antropologi Indonesia, 66, 2001) halaman 2 3 Nasikun, 2012. Sistem Sosial Indonesia, Rajawali Press. Hal : 40 4 Ibid, Hal : 41
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi. 6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain.
Seperti halnya yang terjadi dikawasan pinggiran ibu kota yaitu di wilayah RW 05 Kelurahan Paninggilan Kecamatan Ciledug Kota Tangerang. Sebagai salah satu wilayah yang berdekatan dengan pusat kota yaitu kota Jakarta. Wilayah tersebut merupakan wilayah yang penduduk aslinya dari kelompok masyarakat Betawi. Namun seiring perkembangan zaman dan urbanisasi besar besaran, wilayah tersebut mulai banyak didatangi kaum pendatang dari berbagai macam daerah, Khususnya dari kelompok masyarakat Jawa.
Berikut data warga setiap RT di RW 05 Kelurahan Paninggilan Kecamatan Ciledug kota Tangerang 5 :
5
Data dari para ketua RT di RW 05 Kelurahan Paninggilan Kecamatan Ciledug per tanggal 12 Desember 2016
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
Urbanisasi besar besaran yang menghasilkan salah satu fenomena menarik yaitu kelompok masyarakat sub urban yang pada akhirnya menimbulkan kemajmukan dalam masyarakat di wilayah RW 05 Kelurahan Paninggilan Kecamatan Ciledug. Masyarakat majemuk di wilayah tersebut berdampak pada pengelompokanpengelompokan masyarakat. Khususnya kelompok masyarakat Betawi dan kelompok masyarakat Jawa yang paling dominan. Menurut Sumner (1906), manusia pada dasarnya seorang yang individualis yang cenderung mengikuti naluri biologis mementingkan diri sendiri sehingga menghasilkan hubungan di antara manusia yang bersifat antagonistic (pertentangan yang menceraiberaikan). Agar pertentangan dapat dicegah maka perlu adanya folkways yang bersumber pada pola-pola tertentu. Pola-pola itu merupakan kebiasaan (habits), lama-kelamaan, menjadi adat istiadat (customs), kemudian menjadi norma-norma susila (mores), akhirnya menjadi hukum (laws). Kerjasama antarindividu dalam masyarakat pada umumnya bersifat antagonictic
cooperation (kerjasama
antarpihak
yang
berprinsip
pertentangan). Akibatnya, manusia mementingkan kelompok dan dirinya atau orang lain.
Lahirlah
rasa ingroups atau we
groups yang
berlawanan
dengan
rasa outgroups atau they groups yang bermuara pada sikap etnosentris.6
6
Liliwer, Alo. (2003). Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Yogyakarta
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
Sikap etnosentris yang juga menjadi sorotan antar kelompok merupakan salah satu masalah sosial yang terjadi di lingkungan RW 05 Kelurahan Paninggilan Kecamatan Ciledug Kota Tangerang. Dimana kelompok masyarakat Betawi menganggap kelompok mereka merupakan penduduk asli di wilayah tersebut. Namun, disisi lain kelompok masyarakat Jawa sudah menjadi mayoritas walaupun mereka merupakan kaum pendatang di wilayah tersebut. Charles Salmondan F. Gerald Kline (1985) merasa bahwa Spiral of Silence gagal untuk mengakui keterlibatan ego seseorang dalam masalah. Berlakunya teori ini hanya situasional dan kontekstual, yakni hanya sekitar permasalahan pendapat dan pandangan pada kelompok. Sedangkan untuk ketentuan lain, seperti pendapat tentang suatu keahlian. misalnya untuk suatu penemuan ilmiah dan keahlian lainnya, tidak didasarkan pada pendapat kelompok7 Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok, aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan
7
West, Richard dan Lynn H. 2008. Turner. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Humanika
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.8 Perlahan banyak rutinitas di wilayah tersebut berubah, Seperti tidak intensnya lagi hiburan hiburan bernuansa Betawi, pawai obor maulid, acara yang kental bernuansa Betawi ketika panggung meriah 17 Agustus, d.l.l. Namun disamping banyaknya rutinitas yang hilang seiring adaptasi dari masyararakat yang majemuk, banyak juga aktifitas baru. Seperti acara yang bernuansa lebih kreatif tidak hanya nuansa Betawi ketika panggung meriah 17 Agustus, d.l.l. Hal ini disebabkan oleh fenomena kemajemukan dalam masyarakat. Karena sebelum banyaknya kaum urban datang, penduduk di wilayah tersebut hanya terdiri dari satu kelompok yaitu kelompok masyarakat Betawi. Disamping itu juga penduduk di wilayah tersebut masih sedikit. Sehingga dengan adanya faktor kedekatan didalam kelompok, lebih memudahkan untuk menyatukan suara dalam menghadapi permasalahan sosial. Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertinggi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita
8
Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar. Karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.9 Sebelum kaum urban datang, pekerjaan formal bukan suatu hal yang penting bagi kelompok masyarakat Betawi di wilayah tersebut. Karena kebanyakan mata pencarian mereka yaitu bertani dengan lahan yang masih sangat luas dan ditanami berbagai macam rempah-rempah, seperti padi, kangkung, cabai, d.l.l. Jika ada keperluan yang membutuhkan biaya yang banyak, biasanya mereka cenderung mengandalkan tanah untuk dijual. Seperti biaya hajatan, biaya pergi haji, d.l.l. hal ini menyebabkan rendahnya pendidikan formal akademis kelompok masyarakat Betawi pada saat itu di wilayah tersebut. Namun setelah banyaknya kaum urban datang yang menempati tanah-tanah yang dijual kelompok masyarakat Betawi itu sendiri, hal ini menuntut kelompok masyarakat Betawi untuk beradaptasi. Mata pencarian bertani tidak lagi cocok untuk kelompok masyarakat Betawi. Karena kelompok masyarakat Jawa yang datang ke wilayah tersebut bukan untuk bertani. Justru mereka sudah banyak yang mempunyai pekerjaan formal. Secara tidak langsung fenomena ini berpotensi menciptakan perbedaan yang mencolok antara kelompok masyarakat Betawi dan Jawa dalam aspek daya saing antar kelompok masyarakat di wilayah tersebut.
9
Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Perbedaan bahasa, karakteristik, prinsip, nilai dan norma sosial antara kelompok masyarakat Betawi dan kelompok masyarakat Jawa yang hidup bermasyarakat dalam satu wilayah menghadirkan sesuatu yang menarik. Karena dalam satu wilayah RW, terdapat kegiatan-kegiatan yang mewajibkan mereka untuk berinteraksi sosial. kegiatan tersebut seperti perkumpulan RW, arisan RT, kepanitiaan, kerja bakti, ronda, olahraga, perlombaan, pengajian dan kegiatan-kegiatan lainya.
1.2
Fokus Penelitian Dari latar belakang diatas, maka timbulah permasalahan yang hendak diteliti,
yaitu Bagaimana pola komunikasi komunikasi kelompok antara kelompok masyarakat Betawi dengan kelompok orang Jawa di RW 05 Kelurahan Paninggilan Kecamatan Ciledug kota Tangerang.
1.3
Identifikasi Masalah Dari latar belakang diatas,maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1.
Bagaimanan persepsi kelompok masyarakat Betawi terhadap kelompok masyarakat Jawa ?
2.
Bagaimanan persepsi kelompok masyarakat Jawa terhadap kelompok masyarakat Betawi ?
3.
Bagaimana simbol bahasa yang digunakan dalam berinteraksi ?
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
4.
Bagaimana pola komunikasi kelompok antara kelompok masyarakat Betawi dengan kelompok orang Jawa?
1.4
Tujuan Penelitian Dari fokus penelitian yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui : 1.
Persepsi kelompok masyarakat Betawi terhadap kelompok masyarakat Jawa.
2.
Persepsi kelompok masyarakat Jawa terhadap kelompok masyarakat Betawi.
3.
Simbol bahasa yang digunakan dalam berinteraksi.
4.
Pola komunikasi komunikasi kelompok antara kelompok masyarakat Betawi dengan kelompok masyarakat Jawa.
1.5
Manfaat Penelitian 1.5.1
Manfaat Akademis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan : a.
Penelitian ini akan menambah wawasan pengetahuan yang terkait dengan penelitian pola komunikasi kelompok antara kelompok masyarakat Betawi dengan kelompok masyarakat Jawa di RW 05 Kelurahan Paninggilan Kecamatan Ciledug Kota Tangerang.
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
b.
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai referensi peneliti selanjutnya.
1.5.2
Manfaat Praktis Penelitian ini bertujuan untuk para pejabat RT, RW, maupun Kelurahan
guna lebih mengetahui komunikasi yang berjalan pada warganya. Dengan demikian para pejabat dapat lebih mengerti dan menyesuaikan dalam membuat kebijakan.
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/