1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Manusia pada hakikatnya selalu menjumpai risiko. Oleh karena itu, manusia
mencari jalan dan upaya agar risiko yang seharusnya ia tanggung sendiri itu dapat dikurangi dan dibagi kepada pihak lain yang bersedia ikut menanggung risiko tersebut. Salah satu upaya manusia untuk mengalihkan risikonya sendiri, ialah dengan jalan mengadakan perjanjian pelimpahan risiko dengan pihak lain,1 yaitu melalui Asuransi. Sudah cukup banyak masyarakat Indonesia yang sadar akan kebutuhan asuransi, sehingga untuk mengembangkan usaha perasuransian, banyak faktor yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah peraturan perundangundangan yang memadai.2 Penyempurnaan
terhadap
peraturan
perundang-undangan
mengenai
perasuransian harus dilakukan untuk menciptakan industri perasuransian yang lebih sehat, dapat diandalkan, amanah, dan kompetitif serta meningkatkan perannya dalam mendorong pembangunan nasional.3 Sehingga pada tanggal 17 Oktober 2014, Pemerintah mengesahkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian kepada pelaku industri perasuransian di Indonesia, untuk menggantikan
Undang-Undang
Nomor
2
Tahun
1992
tentang
Usaha
1
Sri Rejeki Hartono, 1997, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Grafika, Jakarta, hlm. 14-15 2 Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang, 2003, Hukum Asuransi, PT. Alumni, Bandung, hlm.1 3 Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.
2
Perasuransian. Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian
ini
diharapkan
nantinya
penyelenggaraan
usaha
perasuransian dapat berjalan dengan lebih baik dan perlindungan kepentingan masyarakat pengguna jasa asuransi dapat semakin ditingkatkan.4 Terdapat beberapa perbedaan antara Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 baik dari segi jumlah pasal dan bab yang mengatur maupun dari segi substansi. Salah satu perbedaan dari segi substansi antara Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 adalah mengenai pengaturan tentang Agen Asuransi yang lebih mendetail diatur didalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014. UndangUndang Nomor 2 Tahun 1992 mengatur mengenai Agen Asuransi hanya sebanyak 4 (empat) poin yang terdapat didalam 4 (empat) Pasal. Akan tetapi, dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014, diatur lebih rinci mengenai Agen Asuransi. Pada dasarnya perusahaan asuransi dalam kegiatannya, secara terbuka mengadakan penawaran berupa suatu perlindungan atau proteksi serta harapan pada masa yang akan datang kepada individu atau kelompok-kelompok dalam masyarakat atau institusi-institusi lain, atas kemungkinan menderita kerugian lebih lanjut karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak tertentu atau belum pasti.5 Kegiatan perusahaan asuransi dalam mengadakan penawaran kepada individu atau kelompok atas produk perusahaan asuransi tidak lain merupakan peran dari tenaga pemasarnya yang biasa disebut dengan Agen Asuransi. 4 5
Otoritas Jasa Keuangan, 2014, Siaran Pers OJK Nomor SP-07/DKNS/OJK/01/2015, hlm.1 Sri Rejeki hartono, Op Cit, hlm. 6
3
Selain memiliki tugas untuk memasarkan produk asuransi dari suatu Perusahaan Asuransi, Agen Asuransi juga menjadi penghubung antara nasabah dengan Perusahaan Asuransi, atau dengan kata lain, Agen Asuransi juga menjadi perantara dari Perusahaan Asuransi untuk berhubungan langsung dengan nasabah atau peserta atau pemegang polis. Sehingga, perusahaan asuransi tidak akan bisa lepas dari peran Agennya dalam menjangkau nasabah. Menurut pasal 1 angka 28 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014, Agen Asuransi adalah orang yang bekerja sendiri atau bekerja pada badan usaha, yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah dan memenuhi persyaratan untuk mewakili Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah memasarkan produk asuransi atau produk asuransi syariah. Sebagai perantara dari perusahaan asuransi, Agen Asuransi tentu memiliki peran dan tanggung jawab yang penting dalam menjalankan kegiatannya dalam memasarkan produk-produk asuransi dari perusahaan asuransi yang terikat olehnya dan sebagai penghubung atau perantara antara Perusahaan Asuransi dengan nasabah atau pemegang polis. Peran dan tanggung jawab dari Agen Asuransi tersebut, telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014. Akan tetapi terkadang masih ada Agen Asuransi yang mengabaikan peran dan tanggung jawabnya sebagai perantara perusahaan asuransi yang telah diatur dalam Undang-Undang tersebut. Penjelasan yang terbatas dari Agen Asuransi mengenai ilustrasi produk asuransi yang sedang ditawarkan kepada calon nasabah atau pemegang polis
4
merupakan satah satu masalah dalam usaha perasuransian. Masih ada beberapa Agen Asuransi yang orientasinya hanya mencari keuntungan untuk dirinya sendiri agar calon nasabah mengambil produk asuransinya. “Pasal dibalik Pasal” biasanya terdapat didalam polis asuransi yang diletakkan di bab yang terpisah sehingga sulit disadari oleh nasabah dan baru diketahui ketika mereka tidak dapat mengajukan klaim. Ini yang menjadi faktor mengapa banyak nasabah atau pemegang polis yang merasa terjebak dalam produk asuransi yang diikutinya. 6 Seperti salah satu contoh kasus yang terjadi pada X, mantan nasabah Asuransi Prudential yang merasa tertipu dengan YS yang merupakan Agen Asuransi Prudential yang berasal dari Surabaya. YS sengaja datang ke Makasar, untuk mencari nasabah baru Asuransi Prudential demi mengejar target omzet penjualan dan meminta X menjadi nasabah Prudential. Akan tetapi, saat pembuatan polis YS tidak mencantumkan keterangan tentang riwayat kesehatan X, termasuk pernah rawat inap di Rumah Sakit tahun 2003 untuk operasi sinusitis.7 Hal tersebut berakibat ketika X mengajukan klaim karena menjalani operasi polip saluran pernapasan dan rawat inap di Rumah Sakit Stella Maris Makassar selama 5 (lima) hari, klaimnya ditolak dengan alasan “Keterangan, pernyataan atau pemberitahuan yang disampaikan kepada kami ternyata keliru atau tidak benar atau ternyata terdapat penyembunyian keadaan yang diketahui oleh Anda 6
Rofii Taufiq, “Asuransi dan Kondisinya di Indonesia”, diakses dari http://rpallianzinsurance.blogspot.com/, pada tanggal 17 Mei 2015 pukul 21.30 wib 7 Forum Prudential Indonesia, “Prudential Benar Benar Merugikan & Mengecewakan Nasabah”, diakses dari https://forumprudential.wordpress.com/category/keluhan-nasabah/, pada tanggal 17 Mei 2015 pukul 22.00 wib
5
…, maka: (i) dan (ii) Polis dan seluruh pertanggungan berdasarkan polis dengan sendirinya batal serta harus dianggap tidak berlaku”.8 Hal tersebut seharusnya tidak akan terjadi ketika Agen Asuransi menerapkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 yang telah sedikit banyak mengatur tentang peran dan tanggung jawabnya sebagai perantara Perusahaan Asuransi. Salah satu perusahaan asuransi yang menggunakan jasa Agen Asuransi sebagai perantara perusahaannya dalam menawarkan produk asuransinya adalah PT. Prudential Life Assurance. PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) didirikan pada tahun 1995, yang merupakan bagian dari Prudential plc, sebuah grup perusahaan jasa keuangan terkemuka di Inggris. Prudential Indonesia telah melayani lebih dari 2,3 juta nasabah melalui lebih dari 200.000 tenaga pemasar (Agen Asuransi) di 371 Kantor Pemasaran Mandiri (KPM) di seluruh nusantara.9 Berdasarkan hal tersebut, maka penulis rasa perlu untuk melihat apakah Agen-Agen Asuransi yang terikat pada perusahaan asuransi sebesar PT. Prudential Life Assurance yang telah melayani lebih dari 2,3 juta nasabah dengan jumlah tenaga pemasar atau Agen Asuransi lebih dari 200.000 orang tersebut telah mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 dengan baik atau belum. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian memang sudah disahkan sejak 17 Oktober 2014, namun pelaksanaanya belum efektif dan pelaku industri masih belum sepenuhnya paham. 8 9
Ibid Website PT. Prudential Life Assurance, “About Us”, diakses dari http://www.prudential.co.id/corp/prudential_in_id/header/aboutus/index.html, pada tanggal 27 Maret 2015 pukul 12.20 wib
6
Berdasarkan hal-hal diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana Agen Asuransi sebagai perantara Perusahaan Asuransi mengimplementasikan
Undang-Undang
Nomor
40
Tahun
2014
tentang
Perasuransian sebagai dasar penyusunan penulisan hukum dengan judul Implementasi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian dalam hal peran dan tanggung jawab agen asuransi sebagai perantara perusahaan asuransi pada Kantor Keagenan Pru Cahaya (CS1) PT. Prudential Life Assurance Jakarta.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang menjadi fokus
penulisan dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana Agen Asuransi pada Kantor Keagenan Pru Cahaya (CS1) PT. Prudential Life Assurance Jakarta mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian dalam hal Peran dan Tanggung jawabnya sebagai perantara perusahaan asuransi?
2.
Bagaimanakah Peluang dan Tantangan yang dihadapi Agen Asuransi pada Kantor Keagenan Pru Cahaya (CS1) PT. Prudential Life Assurance Jakarta dalam mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2014
tentang Perasuransian dalam hal Peran dan Tanggung jawabnya sebagai perantara perusahaan asuransi?