BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Pada awalnya tahun 1950-an cara kerja akupunktur di tingkat sel belum diketahui, sehingga ini sering mendapat perlawanan dengan medis. Tetapi kemudian para peneliti menemukan jawabannya termasuk dokter di berbagai belahan dunia terus berupaya membuktikan akupunktur agar diterima kalangan ilmuan. Banyak sekali penelitian-penelitian ilmiah yang dilakukan para ahli diantaranya adalah : Pertama, menurut Abdullah1 dalam situs internet menuliskan bahwa sejak tahun 1963 ahli Biologi dari Universitas Pyong Yang Korea Utara yang bernama Prof. Kim Bong Han menjelaskan dan mendemostrasikan secara histologis dan elektrobiologis tentang meridian dan titik akupunktur. Hasil dari penelitiannya menyimpulkan bahwa titik akupunktur ternyata terletak di dalam benda-benda kecil (korpuskuler) dalam sel-sel di bawah kulit manusia yang di dalamnya terdapat DNA (Deoxyibonecleaned Acid). DNA tersebut berfungsi sebagai metabolisme dalam tubuh dengan penusukan titik akupunktur. Untuk itu, dengan penusukan tersebut akan terjadi peningkatan kemampuan DNA dalam membangun sel-sel tubuh, sehingga metabolisme dalam tubuh berjalan normal seperti biasanya. Tentu hal ini selaras dengan prinsip akupunktur bahwa dengan merangsang titik akupunktur, maka energi (Qi) dalam tubuh akan bergerak dan meninggalkan keadaan homostatis dalam tubuh. 1
http://akupunkturaljauhar.wordpress.com/2011/01/05/akupunktur-dulukini-dan-akan-datang/
16 Universitas Sumatera Utara
Kedua, menurut Epy Muhammad Luqman dalam situs internet menuliskan bahwa2 di Indonesia pengobatan akupunktur mulai dapat divisualisasikan melalui pendekatan kedokteran oleh Dr. Kosnadi Saputra, Sp.AK pada tahun 1990. Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan radio isotop dan alat SPECKT (Single Proton Emission Computerizaed Tomograpy) yang digunakan untuk melacak jalur meridian akupunktur. Ternyata penyuntikan dosis kecil teknesium perteknetat pada titik He Gu (titik akupunktur yang berada di jalur meridian usus besar) menyebabkan migrasi isotop. Migrasi ini tidak melalui jalur sistem pembuluh darah, pembuluh getah bening atau sistem saraf, tetapi merambat sepanjang meridian usus besar. Sedangkan penyutikan isotop di bukan titik akupunktur tidak menunjukan adanya migrasi isotop. Dari penelitian itu dan juga penelitian lainnya sekali pun, ditemukan bukti bahwa ada beberapa titik-titik akupunktur yang memiliki rangsangan tertentu bagi penyembuhan dan hanya sebagian letak titik demikian identik dengan yang ada dalam praktek akupunktur. Ketiga, studi yang dilakukan oleh para peneliti dari University Of Michigan dengan menggunakan alat pemantau otak, membuktikan bahwa titiktitik yang sudah lama digunakan orang Cina adalah dengan mempengaruhi kemampuan jangka panjang otak untuk mengatur rasa sakit atau nyeri. Lebih dijelaskan lagi bahwa studi yang muncul dalam Journal Of NeorolImage itu pun menyebutkan bahwa teknik yang digunakan akupunktur selama ini ternyata dengan cara meningkatkan kemampuan Mu-Opoid Reseptor (MOR) pada bagian otak dan mengurangi sinyal sakit, yang terdapat spesifik pada kelenjar-kelenjar cingulated, insula, caudate, thalamus dan amygdale. Kemampuan Mo-Opuid
2
http://epyfkh.blog.unair.ac.id/2011/03/16/pendahuluan-3/
17 Universitas Sumatera Utara
Reseptor ini disebut juga kemampuan mengikat reseptor yang berguna untuk menurunkan rasa sakit. Disini para ahli melihat fakta yang sama pada pemakaian obat-obatan dalam dunia medis, dimana obat-obatan penghilang rasa sakit seperti morfin, codeine dan lainya ternyata juga bekerja dengan mengikat reseptor tersebut (MOR) pada bagian otak serta tulang belakang3. Lebih dijelaskan lagi menurut Richard E. Harris, PhD seorang peneliti dari Chronik Pain and Fatigue Reserch center kemampuan mengikat reseptor inilah yang menurunkan rasa sakit. Studi ini diikuti oleh 20 partisipan wanita yang didiagnosis memiliki penyakit fibromyalgia kronis (kondisi kronis yang menyebabkan nyeri, kekakuan dan kepekaan dari otot-otot, tendon-tendon dan sendi-sendi). Selama studi tersebut berlangsung mereka tidak diberikan obat penghilang rasa sakit, tapi diberikan teknik akupunktur. Responden kemudian melakukan Scan Position Emission Tomografi (PET) pada otak mereka selama menjalankan akupunktur. Pemantauan otak pun terus dilakukan hingga mereka merasakan rasa sakitnya hilang. Dari sinilah peneliti menyimpulkan bahwa teknik akupunktur ternyata memiliki efek dan cara kerja yang mirip dengan penghilang rasa sakit. Menurut Gunawan Ismail4 ahli akupunktur yang pernah kuliah tentang Biofisika di Institut Teknologi Bandung, mengatakan bahwa : “akupunktur sesungguhnya bekerja dengan memberi rangsangan pada saraf, dan ini tidak jauh dari neorologi dalam kedokteran. Dalam ilmu ini ditemukan, sebanyak 70 neoron dalam tubuh manusia selalu memiliki neorontransmiter lebih dari satu. Sebagaian besar neorotransmiter itu adalah molekul imunaktif atau molekul daya tahan tubuh. Itulah sebabnya ahli akupunktur selalu
3
http://lensaindonesia.com/view.php?ID=31409 http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2005/06/13/KSH/mbm.20050613.KSH119043.id.html
4
18 Universitas Sumatera Utara
menusukkan jarum pada titik pusat rasa sakit dengan tujuan merangsang daya tahan tubuh’’. Berdasarkan uraian di atas dari hasil penelitian ilmiah dijumpai kenyataan dari sekian ribu titik akupunktur yang berkembang dalam pengobatan tradisional sebagian kecil bisa dijelaskan secara ilmiah, sedangkan sebagian besar diberlakukan konsep mistis dan magis dalam tradisi akupunktur Cina. Tugas dokter disini adalah bagaimana mempelajari akupunktur dan mencari tringers poin yang bisa dijelaskan secara ilmiah. Bahkan di Universitas Airlangga sudah ada desertasi menulis tentang ini (Kusnadi Saputra). Dari penelitian ini dan juga lainya sekalipun, ditemukan bahwa ada titik-titik yang memiliki rangsangan tertentu bagi penyembuhan lebih dijelaskan lagi bahwa sebagian besar titik-titik akupunktur tidak terbukti melalui penelitian kedokteran modern. Jadi dalam penelitian kedokteran tidak identik sama dengan titik akupunktur tradisional5. Pengobatan ini sudah sejak tahun 1978 direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (World Healt Organization) untuk memasukkan akupunktur ke dalam pelayanan kesehatan di samping pengobatan kedokteran konvensional. Rekomendasi WHO ini kemudian disambut dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1186 tahun 1996 yang menetapkan pengobatan akupunktur dapat dilakukan sebagai pelayanan formal di Rumah Sakit atau instansi pelayanan kesehatan di Indonesia. Pada tahun 1997, The National Institutes of Health Consensus Conference on Acupuncture di Amerika Serikat menyatakan bahwa terdapat bukti ilmiah dari manfaat akupunktur dalam berbagai situasi klinis, seperti nyeri gigi pasca operasi sampai mual yang berkaitan dengan
5
http://dokterdita.wordpress.com/2010/01/12/selamat-datang-perhimpunan-dokter-spesialisakupuntur-indonesia/
19 Universitas Sumatera Utara
kemoterapi. Akupunktur pun juga efektif sebagai modalitas penunjang untuk nyeri sendi dan otot, adiksi dan asma. Banyaknya manfaat dan bukti klinis ini pada tahun 2002 WHO mendukung negara anggotanya mengintegrasikan akupunktur ke dalam sistem kesehatan nasional6 Pada beberapa Rumah Sakit di Indonesia seperti Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, dan Rumah Sakit Persahabatan Jakarta. Akupunktur medik mulai diterapkan sebagai terapi penunjang. Terapi ini juga dapat dilakukan atas permintaan pasien sendiri atau pun atas rujukan para dokter lainnya7. Tidak hanya itu saja. Saat ini beberapa Puskesmas di Indonesia juga memberikan layanan akupunktur medik. Salah satunya adalah Puskesmas di Surabaya yakni Puskesmas Banyu Urip yang terletak di Surabaya Selatan. Menurut data Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, di Kota Pahlawan ini setidaknya telah terdapat 25 klinik dan 2 Puskesmas serta 35 akupunkturis yang memberikan pelayanan akupunktur. Mereka menyediakan berbagai layanan kesehatan yang diterapi dengan tusuk jarum. Mulai kecantikan, pelangsingan, hingga pengobatan berbagai penyakit8. Dari uraian di atas, selama ini masyarakat di kota Medan umumnya mengenal akupunktur dari Timur padahal negara-negara Barat telah memasukkan metode pengobatan akupunktur ke dalam ilmu kedokteran Barat dan disebutlah akupunktur medik. Dahulunya terapi akupunktur ini hanya dikenal dunia pengobatan Timur. Tetapi lama-kelamaan dunia kedokteran Barat yang merupakan
barometer
kedokteran
konvensional
kini
mulai
mengakui
6
http://dokterdita.wordpress.com/2010/01/12/selamat-datang-perhimpunan-dokter-spesialisakupuntur-indonesia/ 7 http://www.meillyssach.co.cc/2009/12/pengobatan-komplementer.html 8 http://www.mail-archive.com/
[email protected]/msg00022.html
20 Universitas Sumatera Utara
keberadaannya. Kini, di samping akupunktur tradisional tetap eksis, metode akupunktur medik juga ikut ramai menolong penyakit manusia. Puskesmas Glugur Darat dan Klinik Medistra merupakan instansi kesehatan yang memberikan layanan akupunktur medik. Untuk itulah peneliti merasa tertarik untuk menggambarkan layanan pengobatan akupunktur medik di klinik akupunktur karena secara harfiah dapat dikatakan Antropologi adalah sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia beserta kebudayaan.
1.2. Tinjauan Pustaka Menurut Antropologi, “Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan dan karya yang dihasilkan dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar”. Dengan demikian hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan, karena jumlah tindakan yang dilakukannya dalam kehidupan bermasyarakat yang tidak dibiasakan dengan belajar (yaitu tindakan naluri, reflek atau tindakan-tindakan yang dilakukan akibat suatu proses fisiologi) maupun berbagai tindakan-tindakan yang (membabi-buta) sangat terbatas. Bahkan berbagai tindakan yang merupakan nalurinya (makan, minum, berjalan) juga telah banyak dirombak oleh manusia sendiri sehingga menjadi tindakan berkebudayaan (Koenjaraningrat, 1996 : 72-73). Kebudayaan adalah seperangkat peraturan atau norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang kalau dilaksanan oleh para anggotanya melahirkan perilaku yang para anggotanya dipandang layak dan dapat diterima (William, A. Haviland, 1985 : 333).
21 Universitas Sumatera Utara
Dalam Antropologi kesehatan istilah yang digunakan oleh ahli-ahli antopologi adalah untuk mendeskripsikan (1) Penelitian mereka yang tujuannya adalah defenisi komprehensif dan interprestasi tentang hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah laku manusia di masa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit tersebut dan (2) Partisipasi profesional mereka dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik (Foster dan Anderson 1986:11) Dari sekian pengetahuan yang dimiliki manusia salah-satunya adalah pengetahuan yang menyangkut dengan usaha menghindari dari dan cara menyembuhkan penyakit. Dalam sistem pelayanan kesehatan meliputi berbagai upaya diantaranya adalah upaya pencegahan (preventif), upaya penyembuhan (kuratif), upaya pemiliharaan, rehabilitasi, dan peningkatan (promotif). Negara berkembang (pada umunya) dan di Indonesia (pada khususnya) Upaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat dilayani lewat 3 (tiga) macam jalur, yaitu :
Upaya Pelayanan Kesehatan Formal Diselenggarakan dari Puskesmas hingga Rumah Sakit tipe-A pelakunya adalah hasil pendidikan formal seperti dokter, perawat ahli, dokter gigi dan lain-lain.
Upaya Pelayanan Kesehatan Informal Pelakunya memperoleh “ilmunya” lewat pendidikan informal, aplikasi pelayanannya seperti kebatinan, paranormal, perdukunan dan lain sebagainya.
22 Universitas Sumatera Utara
Upaya Pelayanan Kesehtan Non-Formal Akupunkturis (sinshe) di Indonesia termasuk ke dalam golongan ini, karena kemampuannya diperoleh dari pendidikan non formal. Penulisan ini pun juga didasarkan pada pengertian dibawah ini, yakni :
1. Medis (Medicine) Pengertian yang baku mengenai defenisi kedokteran (inggris:medicine) dalam wikipedia adalah suatu ilmu dan seni yang mempelajari tentang penyakit dan cara-cara penyembuhannya. Ilmu kedokteran ini adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari tentang cara mempertahankan kesehatan manusia dan mengembalikan manusia pada keadaan sehat dengan memberikan pengobatan pada penyakit dan cedera. Ilmu ini meliputi pengetahuan tentang sistem tubuh manusia dan penyakit serta pengobatannya, dan penerapan dari pengetahuan tersebut. Dalam akupunktur medik, akupunktur sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktifasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel, salah satu pelepasan molekul tersebut adalah endorphin yang berperan banyak dalam sistem tubuh9. Dalam Pernyataan Konsensus Konferensi Pembangunan (1997) Badan Kesehatan Nasional10 menyatakan bahwa selama bertahun-tahun, Badan Kesehatan Nasional telah mendanai berbagai macam proyek riset pada akupunktur. Termasuk penelitian terhadap mekanismenya, percobaan klinis dan penelitian lainnya. Lebih jauh lagi, dijelaskan Organisasi Kesehatan Dunia telah 9
http://yuflihul.blogspot.com/2011/06/terapi-komplementer.html http://www.fujengtang.com/acupuncture_id.html
10
23 Universitas Sumatera Utara
mendaftarkan berbagai kondisi medis yang mungkin dapat disembuhkan oleh akupunktur. Beberapa diantaranya termasuk pencegahan dan perawatan mual dan muntah-muntah, perawatan sakit dan ketergantungan alkohol, rokok dan obatobatan lainnya, perawatan pernapasan seperti asma dan bronchitis dan rehabilitasi dari kerusakan saraf seperti stroke. Salah satu keunggulan akupunktur adalah minimnya efek samping dibandingkan banyak obat-obatan atau prosedur lain yang telah diterima umum untuk suatu kondisi yang sama. Sebagai contoh, kondisi musculoskeletal, seperti fibromyalgia, sakit myofascial dan tennis elbow adalah kondisi dimana akupunktur bisa digunakan. Kondisi yang menyakitkan ini sering dirawat antara lain dengan obat anti-peradangan (aspirin, ibuprofen, dan lain-lain) atau dengan suntikan steroid. 2. Alternative Medicine Sementara dalam situs internet Redya11 menuliskan bahwa di dalam wikipedia defenisi untuk pengobatan alternatif atau alternative medicine yakni alternative medicine tidak memiliki dasar bukti-bukti kebenaran (evidence based) sehingga apa pun yang dibicarakan mengenai alternative medicine masih perlu pembuktian tentang klaim menyangkut keberhasilan atau kegagalannya. Sebaliknya, dengan medis (medicine) yang selalu mengupayakan pencarian buktibukti sebagai suatu dasar tindakan. Dapat dipahami dengan jelas perbedaan dua terminologi ini. Kata kuncinya adalah bahwa alternative medicine tidak memiliki dasar bukti-bukti kebenaran (evidence based) sehingga apa pun yang dibicarakan mengenai alternative medicine masih perlu pembuktian tentang klaim12
11
http://www.msindonesia.org/content/medis-vs-alternative-definisi tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang berhak (memiliki atau mempunyai) atas sesuatu (http://kamusbahasaindonesia.org/klaim) 12
24 Universitas Sumatera Utara
menyangkut keberhasilan atau kegagalannya. Sebaliknya dengan medis (medicine) yang selalu mengupayakan pencarian bukti-bukti sebagai suatu dasar tindakan. Dalam konteks ini tentu bisa disimpulkan manakah yang superior diantara dua metode pendekatan pengobatan ini. Hingga sampai saat ini jelas medicine (medis) adalah suatu pendekatan pengobatan yang benar dan seharusnya menjadi rujukan. Lebih lanjut dijelaskan lagi bahwa klaim yang dibuat oleh praktisi pengobatan alternatif umumnya tidak diterima oleh medis masyarakat. Hal tersebut karena berbasis bukti penilaian keamanan dan kemanjuran tidak tersedia atau belum dilakukan. Dalam penyelidikan ilmiah haruslah menetapkan keamanan dan efektifitas praktek pengobatan alternatif, kemudian baru dapat menjadi obat utama dan tidak lagi sebagai “alternative”, itulah sebabnya akupunktur banyak diadopsi oleh praktisi konvensional. Hal ini karena akupunktur dapat dibuktikan secara ilmiah dan aman digunakan. Selain minimnya efek samping, jarum yang digunakan pun haruslah jarum satu kali pakai. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Kepala Departemen RSCM. Menurut Kepala Departemen Akupunktur RSCM Dharma Kumara mengatakan bahwa : “Perkembangan akupunktur yang notabene merupakan metode non modern itu tak mendapat perlawanan dari dokter-dokter konvensional di RSCM. Masih sejalan, yang kita praktekkan dan kembangkan adalah akupunktur medis. Akupunktur medis adalah metode akupunktur yang berlandaskan prinsip medis dan temuan yang bisa dipertanggung jawabkan (evidence based)”13.
13
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/08/10/LK/mbm.20090810.LK131046.id.html#
25 Universitas Sumatera Utara
Menurut Gunawan yang pernah kuliah di Institut Teknologi Bandung, mengatakan14: “Tak hanya dalam soal saraf, akupunktur juga berimpitan dengan ilmu kedokteran dalam prinsip keseimbangan. Dalam ilmu kedokteran, kesehatan seseorang ditentukan oleh keseimbangan darah, getah bening, dan cairan lain dalam tubuh. Pengobatan akupunktur pun bertujuan menyeimbangkan tubuh sehingga memiliki kekebalan melawan penyakit. Demikian pula prinsip keseimbangan antara jiwa dan raga yang dianut oleh akupunktur. Hal ini juga diakui oleh dunia kedokteran. Menurut Gunawan, para dokter juga meyakini banyak penyakit yang muncul karena faktor psikologis”. Lebih lanjut dijelaskan adanya berbagai kesamaan itu dibenarkan pula oleh dr. Abdullah, tenaga medis yang kini menjadi ahli akupunktur di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta. Beliau mengatakan: ”Akupunktur memang bertujuan mencari keseimbangan tubuh untuk meningkatkan daya tahan tubuh, Itu sebabnya, akupunktur lebih gampang dipelajari oleh para dokter.” Sementara Wakil Ketua Perhimpunan Ahli Akupunktur Wilayah Sumatera Utara Prof. Amri mengatakan bahwa15: “Pengobatan dengan tusuk jarum atau yang dikenal dengan terapi akupunktur semakin diminati masyarakat, terutama oleh mereka yang mengerti bahaya zat kimia pada obat medik, terapi akupunktur medik merupakan salah satu alternatif pengobatan, di samping pengobatan dokter umum dengan obat kimia atau herbal. Beberapa kasus penyakit yang ditangani dapat disembuhkan dengan terapi akupunktur medik secara rutin dan terpadu, lebih lanjut ia mengatakan, teknik pengobatan akupunktur tersebut berasal dari Cina yang telah hidup ribuan tahun silam dan diyakini dapat mengobati berbagai macam penyakit serta untuk terapi kecantikan. Namun begitu, tidak sedikit masyarakat yang belum percaya dengan kemujaraban pengobatan metode akupunktur ini terlebih melihat peralatan yang digunakan. Padahal sejak 1978, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah 14
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2005/06/13/KSH/mbm.20050613.KSH119043.id.htm
l 15
http://obat2-an.infogue.com/pengobatan_akupuntur_makin_diminati
26 Universitas Sumatera Utara
merekomendasikan pengobatan akupunktur dalam pelayanan kesehatan di samping pengobatan kedokteran konvensional. Sayangnya, pengobatan ini belum banyak dikenal masyarakat, karena itu PDAI terus berupaya menyosialisasikannya di masyarakat akan manfaat yang bisa diperoleh dari terapi menggunakan jarum ini. Labih lanjut lagi ia menuturkan, setelah dikembangkannya teknologi kedokteran akupuntur di Indonesia, sejumlah rumah sakit di Sumut dewasa ini sudah mulai melirik keberadaan dokter ahli akupunktur seperti halnya yang telah dilakukan RSU Pirngadi Medan. Sayangnya, kata dia, rencana pembukaan klinik kedokteran akupunktur belum bisa terlaksana karena jumlah dokter ahli akupunktur masih terbatas di Sumatera Utara”. WHO, Pusat untuk Obat-obatan Alternatif dan Komplementer Nasional (NCCAM) yang berada di bawah naungan Institut Kesehatan Nasional (NIH), Asosiasi Medis Amerika (AMA) dan beberapa laporan resmi juga telah mempelajari serta memberi komentar tentang kemanjuran akupunktur. Terdapat persetujuan umum bahwa akupunktur adalah aman apabila dilakukan oleh praktisi yang terlatih, dan penelitian lebih jauh tentang akupunktur sangat diperlukan. Dari beberapa kesaksian praktisi akupunktur ini banyak membantu dalam menuntaskan persoalan kesehatan secara fisik. Menurut Prof. Amri pakar akupunktur Sumut Prof. dr. Amri Amir SpF (K) DFM SH disela-sela pelatihan akupunktur dasar angkatan VIII bagi 14 dokter umum dan spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara mengatakan bahwa16: “Sejak beberapa tahun belakangan ini, sistem akupunktur mendapat tempat di mata masyarakat yang ingin mendapatkan salah satu bagian pelayanan kesehatan di samping cara konvensional medis. Animo masyarakat Sumut sudah terbuka terhadap sistem pengobatan akupunktur medik ini. Apalagi dokter yang mendapatkan pelatihan terstruktur akupunktur sudah membuktikan penyembuhan di lapangan”. 16
http://www.lintasberita.com/Lifestyle/Kesehatan/klinik-kesehatan-akupunktur-jadi-pelayananformal-di-rs
27 Universitas Sumatera Utara
Dari uraian diatas yang paling penting dari ini semua bahwa model pengobatan akupunktur yang sejak zaman dulu selalu menjadi pengobatan pinggiran dan jauh dari pembuktian-pembuktian ilmiah, kini telah bisa menjadi konsumsi para praktisi-praktisi medis yang nota bene berpikiran rasional. Dengan harapan nantinya penggabungan antara medis barat dan akupunktur dari timur bisa menjadi terobosan baru dalam dunia kedokteran untuk mencapai pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara holistik dan murah dan tentunya dapat menutupi kekurangan dan kelemahan pengobatan Barat.
1.3. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahannya adalah pengobatan akupunktur ini memiliki dua (2) sisi yakni, akupunktur tradisional dan akupunktur medik. Akupunktur tradisional berbeda dengan akupunktur medik, dimana tenaga akupunkturnya adalah tidak berasal dari pendidikan dokter atau dokter yang tidak mengikuti kursus pada badan di bawah kolegium, kolegium adalah badan yang bertanggung jawab atas mutu pendidikan. Pengobatan akupunktur medik adalah pengobatan akupunktur dimana akupunkturisnya berasal dari dokter yang mengikuti kursus akupunktur yang diberikan dalam pelayanan kesehatan formal di Rumah Sakit dan instansi kesehatan di Indonesia adalah akupunktur medik. Instansi tersebut adalah Puskesmas Glugur Darat dan Klinik Medistra.
28 Universitas Sumatera Utara
1.4. Ruang Lingkup Masalah Dalam hal ini perlu adanya pembatasan masalah agar masalah tidak menjadi rancu atau pun meluas kepada hal-hal yang tidak terkait dengan masalah yang diteliti. Pembahasan dilakukan dengan cara memasukan suatu informasi maupun data yang didapat di lapangan maupun studi kepustakaan yang dimiliki terkait dengan masalah ini. Permasalahan tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian, antara lain : 1. Bagaimana sistem layanan akupunktur medik di klinik akupunktur ? 2. Pelayanan akupunktur apa saja yang diberikan ? 3. Dari mana keahlian akupunktur diperoleh ?
1.5. Tujuan Manfaat Penelitian Penelitian mengenai akupunktur medik ini bertujuan untuk menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan pengobatan akupunktur medik yaitu untuk mengetahui cara-cara pengobatan akupunktur medik oleh dokter di klinik akupunktur, sehingga masyarakat tertarik dengan pengobatan ini. Ada pun manfaat dari penelitian ini dilihat secara akademis dan praktis. Secara akademis dapat menambah pemahaman tentang pengobatan akupunktur medik, khususnya cara pengobatan yang dilihat dari sudut pandang Antropologi. Secara praktis hasil penelitian
ini
dapat
memberikan
masukan
kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan.
29 Universitas Sumatera Utara
1.6. Metode Penelitian Tipe penelitian ini bertipekan deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk mencapai sasaran yang akan dituju, yakni mendeskripsikan sistem pelayanan pengobatan akupunktur medik di klinik akupunktur. Dalam penelitian ini data di kategorikan atas 2 (dua) jenis, yakni : 1) Data Primer Data primer merupakan data utama yang diperoleh melalui observasi dan wawancara. Observasi bertujuan, antara lain (a) Mengamati pelayanan pengobatan akupunktur di Puskesmas Glugur Darat dan Klinik Medistra dengan cara berharihari berada di sana dari pagi sampai sore hari. Untuk dapat memasuki Puskesmas tersebut saya pun harus terlebih dahulu membuat surat izin penelitian dari Dinas Kesehatan dan biaya yang dikenakan untuk setiap surat izin penelitian di Dinkes adalah sebesar lima puluh ribu rupiah (Rp 50.000) (b) Mencari tahu bagaimana sistem pelayanan akupunktur berjalan. Caranya, dengan bertanya kepada petugas kartu dan dokter (c) Hal-hal berkembang lainnya yang dapat dituangkan ke dalam catatan pengamatan lapangan misalnya, mengamati bagaimana pelayanan akupunktur di Prima Medistra dan Medistra tempat prakteknya Prof. Amri. Hal ini karena awalnya saya mengira jika akupunktur itu sangatlah sederhana tapi ternyata begitu rumit dan kompleks. Hal ini karena dr. Retno berkali-kali menekankan pada saya bahwa akupunktur, bukanlah pengobatan tradisional. Mendengar pernyataan tersebut membuat saya tergerak untuk mencari pakar akupunktur medik yakni Prof. Amri. Informasi tentang beliau awalnya saya dapat melalui situs internet, koran waspada dan tabloid Sindo. Gunanya adalah untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang akupunktur medik, sehingga
30 Universitas Sumatera Utara
saya pun dapat menyusun beberapa daftar pertanyaan. Setelah mendapatkan alamatnya saya pun membuat persiapan ke tempat Prof Amri. Saat pertama kali bertemu, beliau banyak sekali memberikan petunjuk dan menceritakan kepada saya bagaimana sejarah akupunktur. Menurut saya, perkenalan kami begitu menyenangkan karena ternyata kami menyukai film yang sama yakni “Jewel in the pallace”. Film tersebut adalah menceritakan tentang dokter kerajaan perempuan pertama dari Dinasti Joseon di Korea yang mengunakan akupunktur untuk mengobati pasien. Beliau juga menyinggung tentang buku The Yellow Emperoe’s book of Internal Medice yang ditulis pada abad 3-2 SM. Buku tersebut adalah mengenai keberadaan akupunktur yang telah lama dipraktekan oleh orang Cina. Selain itu saya pun berasumsi bahwa Prof Amri sangatlah menyukai budaya Cina, Korea dan Minang. Hal ini dapat saya rasakan ketika beliau menceritakan tentang ketiga budaya tersebut. Ditambah lagi dengan beberapa ornamen dan hiasan yang menampilkan kesan budaya etnis Tionghoa yang terdapat di dalam ruangan kerja Prof Amri. Bahkan beliau juga pernah mengucapkan sepenggal kata dengan bahasa Korea. Selera humornya yang tinggi juga membuat saya begitu menikmati saat-saat mengamati beliau menangani pasien. Contoh kecilnya adalah saat seorang pasien bertanya apa saja yang tidak boleh dimakan. Beliau kemudian mengatakan bahwa “di dunia ini semuanya boleh dimakan asalkan tahu diri”. Mendengar nasehat tersebut pasien yang berada di sana semuanya tidak sanggup menahan tawa. Setelah tertawa saya pun teringat dengan nasehat dr. Cendani bahwa pada saat diakupunktur sebaiknya tubuh jangan tegang karena ini berpengaruh pada saraf. Belum lagi ditambah dengan semua obrollannya mengenai teka-teki yang diberikannya pada pasien, yang membuat pasien terlihat
31 Universitas Sumatera Utara
keluar ruangan klinik seperti dengan perasaan ‘plong’. Saya pun berfikir lagi kenapa klinik akupunktur ini selalu ramai bila dibandingkan dengan Puskesmas Glugur Darat. Biasanya dalam satu hari saja dapat mencapai belasan kunjungan. Berdasarkan kesimpulan saya yang mungkin masih awam atau tidak beralasan. Penyebabnya mungkin adalah selain didukung dengan peralatan yang canggih seperti TDF dan Stimulator, klinik ini juga ditangani oleh dokter-dokter yang jenaka dan kebiasaan Prof. Amri yang sering sekali bersiul dan bernyanyi di dalam ruangan. Lalu saya pun mengaitkannya dengan pemahaman yang saya miliki bahwa, menurut situs internet17 terapi tertawa dan musik ternyata juga terdapat bukti klinis untuk membantu kesembuhan pasien. Menyadari hal ini, tentu saja di balik tindakan seseorang pasti ada yang melatarbelakangi. Hanya saja dilatarbelakangi oleh alasan tersebut atau tidak saya juga tidak mau membahasnya lebih jauh. Dalam ruangan akupunktur, di sana tidak hanya pasien yang lanjut usia yang banyak datang untuk berobat karena penyakitnya tapi disana juga banyak anak-anak Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Mahasiswi yang tertarik datang untuk perawatan akupunktur. Hanya saja penekanannya bukan kepada penyakit melainkan pada akupunktur perawatan kecantikan (d) Termasuk juga mengamati pekerjaan dokter dan berpartisipasi sebagai pasien. Partisipasi ini dilakukan dengan kesadaran bahwa peneliti mempunyai sikap terang-terangan terhadap informasi dan pengalamannya. Cara ini bisa disebut dengan sikap etnografi yang bertujuan menyampaikan informasi yang nyata, persis, tidak dipengaruhi latar belakang, cara berpikir peneliti. Hal tersebut dapat memudahkan peneliti untuk membaca kembali informasi yang sudah diberikan informan di lapangan. Dari
17
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1189398&page=3
32 Universitas Sumatera Utara
hasil wawancara saya dengan pasien umumnya mereka menggunakan akupunktur karena akupunktur tidak berbahaya atau tidak ada efek samping. Mendengar peryataan dari para pasien saya pun memberanikan diri untuk mencobanya. Terlebih lagi dr. Cendani meyakinkan saya bahwa akupunktur ini aman untuk saya gunakan. Pada waktu itu dr. Cendani mengakupunktur saya agar tidak insomia dan hasil khasiatnya dapat langsung saya rasakan sepulangnya dari klinik. Sekitar pukul 22.00 mata saya pun mulai mengantuk padahal sebelumnya tidur saya biasanya paling cepat pukul 00.00 malam. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (depth interview)18 dan dilakukan dengan bantuan pedoman wawancara (interview guide).19 Wawancara ditujukan kepada informan. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan pokok atau kunci dan informan biasa. Informan pokok merupakan informan yang mempunyai keahlian mengenai suatu masalah yang ada dalam masyarakat tersebut dan menjadi perhatian penelitian. Dalam hal ini adalah Kepala Puskesmas Glugur Darat dr. Retno Sari Dewi, Prof. Dr.Amri Amir SpF (K) SH dan dr. Cendani karena mereka adalah informan (dokter) yang mendapat pendidikan akupunktur. Sedangkan informan biasa adalah orang-orang yang memberikan informasi mengenai suatu masalah sesuai dengan pengetahuan dan bukan merupakan ahlinya dalam hal ini bisa saja asisten dokter atau para pasien yang menjalani pengobatan akupuntur di klinik akupunktur medik tersebut.
18
Wawancara mendalam (dept interview) yaitu penelitian kualitatif biasanya lebih sering mengunakan wawancara mendalam ketimbang wawancara terstruktur (mengunakan kuesioner) dalam proses pengumpulan data lapangan. Wawancara mendalam biasanya dilakukan dengan mengunakan pedoman wawancara. 19 Interview guide yaitu panduan berisi seperangkat pertanyaan terbuka sesuai dengan aspek–aspek yang ingin di dapatkan
33 Universitas Sumatera Utara
Wawancara ini juga dilengkapi dengan alat perekam guna merekam segala informasi saat mewawancara pada informan. Peneliti sadar bahwa peneliti juga memiliki keterbatasan, namun dengan adanya tape recorder memudahkan merekam kembali percakapan di lapangan dengan informan. Penelitian ini juga dibantu oleh kamera foto sebagai hal-hal yang ditemukan di lapangan yang juga berkaitan dengan masalah penelitian. 2) Data Sekunder Data sekunder adalah data pendukung yang dapat menyempurnakan hasil observasi dan wawancara yang diperoleh dari lembaga-lembaga resmi seperti Dinas Kesehatan Kota Medan, dan dari hasil penelitian dan berbagai referensi yang relevan dengan permasalahan penelitian yang berupa jurnal, surat kabar, buletin, artikel, buku-buku dan internet.
1.7. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Glugur Darat yang bertempat di jalan Pendidikan Nomor 8 Glugur Darat Kecamatan Medan Timur dan Klinik Prima Medistra. Lokasi ini dipilih karena berdasarkan tinjauan peneliti di Dinas Kesehatan mengatakan bahwa saat ini merupakan satu-satunya Puskesmas di kota Medan yang memiliki layanan akupunktur medik, sementara untuk di Prima Medistra dan Medistra dipilih karena Prof. Amri merupakan pakar akupunktur medik di kota Medan dan beberapa tempat lainya seperti Puskesmas Padang Bulan, Dinas Kesehatan Kota Medan. Tujuanya adalah untuk memperoleh data yang menyeluruh.
34 Universitas Sumatera Utara