BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Anak pada usia dini tumbuh dengan cepat, sehingga mereka sering melewatkan kebiasaan baik, seperti menjaga tatakrama dan kesopanan. Hal ini berkaitan dengan kurangnya perhatian orangtua untuk membimbing anak-anaknya. Seorang anak dapat memiliki karakter yang baik apabila sudah dibiasakan sejak dini. Pembentukan karakter tersebut dapat dimulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil seperti membiasakan anak untuk meminta maaf. Seperti yang dijelaskan oleh Evi Sukmaningrum Psi, MSi. kepada situs female.kompas.com, 20 Maret 2015, bahhwa kebiasaan mengucapkan maaf pada anak harus dilakukan setiap setelah melakukan suatu kesalahan, sebagai bentuk penyesalan dan rasa bersalah yang dirasakan anak. Dengan meminta maaf, anak belajar untuk bertanggung jawab atas perbuatannya dan menjadi suatu bentuk koreksi diri terhadap kesalahannya, sehingga anak dapat berbuat lebih baik dikemudian hari. Salah satu cara yang efektif dalam membantu pengembangan karakter pada usia dini adalah dengan membaca. Membaca memberikan banyak manfaat terhadap anak usia dini dan memberikan pelbagai dampak positif di masa yang akan datang. Seperti yang dikemukakan oleh Leonhardt (2002:27-28) bahwasanya terdapat beberapa manfaat kebiasaan membaca bagi anak antara lain, anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi dan dapat memahami gagasan-gagasan rumit secara lebih baik. Dengan membaca akan
1
memberikan anak wawasan yang lebih beragam, yang membuat proses belajar menjadi lebih mudah, serta dengan membaca juga akan memberikan beragam perspektif kepada anak, yang dimana dapat membuat anak memahami ada berbagai cara dalam memandang situasi dan dalam melihat serta mengatasi berbagai masalah. Hal yang tidak kalah penting adalah dengan membaca, dapat membantu anak-anak untuk memiliki rasa kasih sayang, karena membaca menjadi sarana untuk membawa anak ke dalam berbagai pola kehidupan yang berbeda dan memahami pandangan orang lain (Leonhardt, 2002:29-30). Buku merupakan salah satu media penting dalam pembelajaran anak, karena melalui buku, anak dibiasakan untuk membaca. Buku yang lebih didominasi oleh aspek visual selain lebih menarik untuk anak-anak terutama untuk anak usia dini, juga lebih mudah dicerna informasinya daripada buku yang didominasi oleh aspek simbolis seperti tulisan. Hal ini ditegaskan oleh Samples (2002:121-122), anak mengembangkan kemampuan visual jauh sebelum mereka menguasai bentuk simbolis. Kemampuan visual termasuk yang pertama dimanfaatkan anak untuk memahami dunia di luar rahim yang dimulai sejak bayi berumur sembilan hari, dimana bayi mulai menunjukan pengalihan dalam proses otak akibat rangsangan visual yang berulang-ulang. Maka dari itu, dengan adanya buku ilustrasi budayakan mengucapkan maaf, diharapkan dapat menarik minat anak usia dini dalam memahami pentingnya meminta maaf dan menjadikannya sebagai kebiasaan yang akan memberikan dampak positif kepada anak di kemudian hari.
2
1.2.
Rumusan Masalah
Dari pembahasan pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, Bagaimana perancangan buku ilustrasi anak Budayakan Mengucapkan Kata Maaf?
1.3.
Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini antara lain: 1. Demografis Usia
:
6 – 8 tahun
Jenis Kelamin :
Laki-laki dan Perempuan
SES
A, B, C
:
2. Psikografis : Memiliki ketertarikan akan buku ilustrasi Anak usia dini yang gemar membaca cerita Anak-anak yang aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi 3. Geografis : Berdomisili di Jakarta.
1.4.
Tujuan Tugas Akhir
Merancang buku ilustrasi anak dengan tema budayakan Mengucapkan Kata Maaf, untuk anak usia 6 – 8 tahun.
3
1.5.
Manfaat Tugas Akhir 1. Manfaat bagi masyarakat Diharapkan dengan adanya buku ilustrasi anak ini dapat meningkatkan minat membaca bagi anak usia dini dan juga memberikan kesadaran kepada anak akan pentingnya mengucapkan kata maaf. Tidak hanya itu, tetapi juga dapat mempererat hubungan antara anak dan orangtua. 2. Manfaat bagi penulis Penulis mampu belajar merancang buku ilustrasi anak, dan menambah ilmu dan pengalaman di bidang desain grafis. 3. Manfaat bagi akademis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dalam perancangan buku ilustrasi yang baik dan sesuai bagi para pembaca. Serta dapat menjadi salah satu referensi apabila akan ada penelitian berikutnya dengan tema yang serupa.
1.6.
Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini antara lain: 1. Data primer Menurut Sugiyono (2012:233) menyebutkan
bahwa data primer
merupakan data yang didapatkan langsung dari narasumbernya, diamati, dan dianalisis oleh peneliti. Data primer merupakan data utama yang akan
4
diolah dan menghasilkan data penelitian. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data primer adalah sebagai berikut: Wawancara Dipaparkan oleh Sugiyono (2012: hlm. 233), dijelaskan bahwa wawancara adalah pertemuan antar dua individu untuk bertukar informasi, sehingga dapat dibentuk suatu makna dalam topik tertentu. Wawancara dilakukan sebagai salah satu teknik pengumpulan data untuk menemukan suatu permasalahan untuk diteliti dan juga untuk mengetahui hal-hal tertentu melalui responden secara lebih mendalam. Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang bersangkutan dan dapat menbantu penelitian seperti orangtua yang masih memiliki anak usia dini dan juga kepada anak-anak usia dini itu sendiri mengenai hal-hal seputar buku ilustrasi. Juga untuk mendukung validitas data, penulis juga melakukan wawancara dengan psikolog anak, Fransisca S. Psi. dan beberapa pengajar aktif sekolah dasar di Jakarta. Observasi Observasi
adalah
suatu
cara
pengumpulan
data
dengan
mengadakan pengamatan terhadap suatu objek baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. (Jalaluddin, 2013: hlm. 105).
5
Penulis melakukan observasi untuk dapat memahami pola pembelajaran anak dan kebiasaan anak dalam membaca buku ilustrasi. Penulis melakukan observasi di beberapa Sekolah Dasar di Jakarta. 2. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini didapat melalui studi kepustakaan dengan media seperti buku, jurnal dan juga melalui internet dengan sumber yang relevan dan kredibel guna mendukung penelitian ini.
1.7.
Metode Perancangan
Sebagaimana halnya sebuah metode perancangan dituntut memiliki konsep desain, analisis konsep dan sketsa desain yang terukur, yang diharapkan dapat terbentuknya proses desain secara sistematis dan rasional. (Sachari, 2007: hlm. 177). Dalam perancangan ini, terdapat beberapa tahap yang perlu dilalui dari pemilihan tema awal hingga terbentuk menjadi sebuah buku ilustrasi. Berikut adalah tahap-tahap perancangannya: 1.
Data Tinjauan Pustaka Dilakukannya tahap tinjauan pustaka untuk mencari teori-teori yang mendukung proses penelitian dan perancangan buku ilustrasi ini sehingga penelitian dan perancangan yang telah dilakukan membentuk suatu hasil akhir yang baik dan relevan serta dapat dipertanggungjawabkan.
6
2.
Data Analisa Lapangan Dengan terjun langsung ke lapangan, penulis dapat memperoleh data yang faktual dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui proses wawancara, observasi langsung maupun tidak langsung.
3.
Konsep Perancangan Dalam tahap ini penulis akan membuat storyboard guna membangun dan mengeksplorasi suatu cerita dan ide kreatif dalam pembuatan buku ilustrasi anak ini.
4.
Sketsa Di tahap ini penulis melakukan perancangan serta pengembangan alternatif-alternatif karakter dan elemen lainnya yang dibutuhkan dalam buku ilustrasi.
5.
Digitalisasi Dalam tahap ini, sketsa daripada karakter-karakter dan elemen-elemen dalam cerita dibuat secara digital dan dilakukan proses pewarnaan dan finishing secara digital agar nantinya dapat mempermudah dalam mengkomposisikannya.
6.
Pencetakan Setelah karakter dan elemen lainnya dikomposisikan dan membentuk sebuah cerita yang matang melalui proses digital, maka akan dicetak dan disusun menjadi bentuk buku cerita, yang nantinya akan dilihat apakah masih ada kekurangan atau perubahan yang perlu dilakukan sebelum dilakukan penjilidan menjadi suatu buku ilustrasi yang utuh.
7