BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati adalah seluruh keragaman bentuk kehidupan di bumi. Keanekaragaman hayati terjadi pada semua lingkungan mahluk hidup, baik di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada keberagaman gen-gen yang terkandung di dalam makhluk hidup serta ekosistem yang mereka bentuk (Norse, 1993). Indonesia memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi baik di darat maupun di laut (Suhartini, 2009). Indonesia merupakan salah satu daerah coral triangle yang dipercaya sebagai asal dari seluruh hewan laut yang ada di dunia (Cheng dan Barber, 2005). Letak Indonesia sangat strategis yaitu berada di antara Benua Asia dan Australia serta Samudera Pasifik dan Hindia. Perairan Indonesia yang sangat luas menyimpan banyak jenis ikan dan hasil laut lainnya yang memiliki nilai ekonomis penting. Potensi perikanan di Indonesia masih sangat berlimpah, salah satunya adalah potensi perikanan ikan tuna yang terdapat di Samudera Hindia yang belum termanfaatkan secara optimal (Kasma et al., 2007). Ikan tuna merupakan komoditi perikanan yang memiliki prospek cerah dalam hal ekspor ke luar negeri. Indonesia merupakan negara pengekspor ikan tuna terbesar di Asia Tenggara. Volume ekspor ikan tuna pada tahun 2011 sebesar 142 ton dan nilai ekspornya mencapai US$ 500 juta atau sekitar Rp 5 triliun (WPEA OFM, 2012). Volume dan nilai ekspor ikan tuna di Indonesia mengalami 1
2
peningkatan dengan rata-rata sebesar 2,9 % per tahun (Badan Pusat Statistik, 2008). Industri ikan tuna merupakan komoditi ekspor yang sangat menjanjikan bagi perekonomian Indonesia. Ekspor ikan tuna pada umumnya dalam bentuk segar dan beku. Berdasarkan data Dinas Perikanan Provinsi Bali (2002) dilaporkan bahwa pada tahun 2002 tuna yang diekspor dalam bentuk segar dan beku sekitar 18.011 ton berasal dari Bali dengan negara tujuan Jepang, Amerika dan Inggris. Namun dengan meningkatnya permintaan pasar dari tahun ke tahun, maka semakin tinggi pula penangkapan terhadap ikan tuna, sehingga penangkapan berlebih dapat terjadi di perairan Samudera Hindia (Nugraha, 2009). Industri perikanan telah menangkap sedikitnya 50 juta ton ikan tuna dari Samudra Pasifik sejak tahun 1950 sehingga diperkirakan akan terjadi pengurangan populasi yang berdampak buruk pada rantai makanan (Sibert., et al 2006). Ada empat jenis ikan tuna yang menjadi target penangkapan utama pada industri perikanan yaitu: cakalang/Skipjack (Katsuwonus pelamis), tuna sirip kuning/yellowfin (Thunnus albacares), tuna mata besar/bigeye (Thunnus obesus), dan tuna albacore (Thunnus alalunga). Tuna termasuk anggota Thuninnae famili Scombridae (Saanin, 1984) yang meliputi 13 spesies, terdiri atas 7 spesies tuna besar dan 6 spesies tuna kecil. Tuna besar pada umumnya mempunyai ukuran panjang tubuh antara 40 – 180 cm, sedangkan tuna kecil berukuran 20 – 80 cm. Jenis-jenis tuna besar diantaranya ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares), ikan tuna mata besar (Thunnus obesus), ikan tuna albakora (Thunnus alalunga), southern bluefin tuna (Thunnus maccoyii), ikan tuna abu-abu (Thunnus tonggol), eastern bluefin tuna (Thunnus
3
thynnus) dan ikan tuna sirip hitam (Thunnus atlanticus). Jenis – jenis tuna kecil diantaranya ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), Euthynnus affinis, Euthynnus alleteratus, Euthynnus lineatus, Auxis thazard dan Auxis rochei (Uktolseja dan Purwasasmita 1998). Sumberdaya tuna tersebar di seluruh perairan Indonesia. Menurut Nakamura (1969), penyebaran tuna dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu penyebaran horizontal atau penyebaran menurut letak geografis perairan dan penyebaran vertikal atau penyebaran menurut kedalaman perairan. Secara horizontal, daerah penyebaran tuna di Indonesia meliputi perairan barat dan perairan selatan Sumatera, perairan selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Laut Flores, Laut Banda, Laut Sulawesi dan perairan utara Papua. Sedangkan penyebaran ikan tuna dapat dipengaruhi oleh suhu dan kedalaman renang. Permintaan pasar yang terus bertambah menyebabkan nelayan menangkap ikan tuna secara besar-besaran, sehingga berdampak buruk terhadap keberadaan jenis ikan ini. Penangkapan ikan yang tidak terkendali mengakibatkan beberapa spesies tuna menjadi langka. Hal ini terjadi pada tuna jenis bigeye tuna (Thunnus obesus). Tuna tersebut telah menjadi perhatian dunia karena jumlahnya terus berkurang karena penangkapan secara berlebihan (ICCAT, 2005). Penelitian tentang spesies ikan tuna, terutama pada baby tuna belum banyak dilakukan di Indonesia, termasuk juga di Bali. Ikan tuna pada ukuran baby tuna sulit diidentifikasi. Morfologi ikan tuna sangat bervariasi sesuai dengan fase pertumbuhan, perilaku atau habitat (Mark et al., 1994). Metode analisis keragaman genetik berdasarkan genotip dapat dilakukan dengan analisis DNA.
4
Analisis DNA juga dapat digunakan untuk menganalisis kekerabatan antar spesies, populasi, studi taksonomi dan genetika populasi (Ryman dan Utter, 1987). Analisis DNA mempunyai beberapa kelebihan, yaitu relatif tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan maupun faktor pertumbuhan, lebih sensitif dan hasilnya lebih akurat. Roche (2006) menyatakan analisis DNA dapat dilakukan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). DNA mitokondria (mtDNA) merupakan sebuah untaian DNA yang diturunkan oleh induk betina saja. Karena itu mtDNA baik digunakan untuk menganalisa distribusi maupun keturunan dari suatu spesies (Wallace, 1997). Observasi melalui mtDNA akan menunjang berbagai penelitian untuk mendapatkan informasi yang baik dalam mempelajari struktur genetik diantara populasi ikan (Ovenden, 1990). Pasar Ikan Kedonganan selama ini dikenal sebagai salah satu tempat penyedia berbagai jenis ikan terbesar di Bali. Informasi kekayaan hewan laut di Indonesia khususnya perairan di Bali dapat diketahui dan dapat dijadikan kajian ilmu pengetahuan dalam dunia kedokteran hewan. Identifikasi spesies ikan tuna di Pasar Ikan Kedonganan akan memberikan kontribusi bukan hanya bagi dunia kedokteran hewan melainkan pada upaya pelestarian kekayaan hewan laut di Indonesia. Karena itu penelitian ini penting untuk dilaksanakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi spesies ikan tuna yang dijual di Pasar Ikan Kedonganan, Badung, Bali dengan menggunakan teknik analisis sekuen mtDNA pada control region.
5
1.2 Rumusan Masalah Spesies ikan tuna apa saja yang dipasarkan di Pasar Ikan Kedonganan? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengidentifikasi berbagai spesies ikan tuna yang dipasarkan di Pasar Ikan Kedonganan dengan menggunakan analisis sekuen control region mtDNA. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Mendapatkan informasi berbagai spesies ikan tuna yang dipasarkan di Pasar Ikan Kedonganan. 2. Sebagai data dasar untuk penelitian ikan tuna di masa yang akan datang.