BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Di tengah krisis finansial dunia yang terjadi saat ini perbankan syariah
memiliki potensi yang cukup besar sebagai solusi dan alternatif keluar dari krisis. Bank syariah yang menjalankan kegiatan usaha dengan prinsip bagi hasil dan bukan sistem bunga tetap survive sehingga bisa dijadikan andalan dalam perekonomian. Perkembangan perbankan syariah sangat baik dan berkembang cukup pesat tahun 2007 lalu baik dari jumlah usaha, kantor, penghimpunan dan pembiayaan, maupun ragam produknya telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Berdasarkan laporan BI perkembangan perbankan syariah pada tahun 2008 mengalami peningkatan tetapi tidak signifikan seperti tahun 2007. Pada awal tahun 2009 perkembangan perbankan syariah ditandai dengan penambahan 2 jumlah bank umum syariah (BUS), sehingga saat ini terdapat 5 bank umum syariah. Penambahan bank umum syariah terjadi karena spin-off Bank Bukopin dan BRI dari unit usaha syariah menjadi bank umum. Sampai saat ini jumlah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sebanyak 26 UUS (Unit Usaha Syariah) dan 128 BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah). Sejalan dengan hal tersebut, jaringan kantor bank syariah, termasuk layanan syariah juga menunjukkan peningkatan menjadi 908 kantor ditambah channeling sebanyak 1.452 kantor dan 1.195 layanan syariah.
1
2
Pertumbuhan laba Bank syariah saat ini terbilang cukup besar. Ternyata, pertumbuhan tersebut ditopang oleh ekspansi usaha pembiayaan. Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), September tahun 2008 lalu, laba tahun berjalan sudah menunjukkan angka Rp 613,321 miliar. Sedangkan pada bulan Oktober, laba mengalami kenaikan menjadi Rp 672,722 miliar. Itu artinya, dalam jangka waktu sebulan, laba bank syariah sudah mengalami kenaikan sebesar Rp 59.401 miliar. Peningkatan perolehan laba bank syariah tersebut mengindikasikan kinerja perbankan syariah semakin membaik. Rasio pengukuran kinerja perbankan dapat diukur dengan rasio rentabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Salah satu indikator rasio rentabilitas yang digunakan dalam menunjukkan tingkat keberhasilan suatu badan usaha dalam menghasilkan pengembalian (return) pada pemiliknya ialah melalui Return on Equity (ROE). Rasio ROE merupakan rasio pengamatan bagi para pemegang saham bank serta indikator yang amat penting bagi pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank daam memperoleh laba besih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Masalah rentabilitas merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan karena suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan yang menguntungkan atau profitable. Tanpa adanya keuntungan akan sangat sulit bagi perusahaan untuk melakukan kegiatan operasional usahanya. Maka para
3
stakeholder suatu perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan keuntungannya karena keuntungan merupakan hal yang penting bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Salah satu bank umum syariah yang beroperasi di Indonesia adalah PT. Bank Mega Syariah Indonesia, Tbk. Bank Mega Syariah Indonesia merupakan hasil akuisisi dari PT. Bank Umum Tugu oleh Para Group (PT. Para Global Investindo dan PT. Para Rekan Investama) untuk dikembangkan menjadi bank syariah pada tanggal pada 25 Agustus 2004. Komitmen penuh PT Para Global Investindo sebagai pemilik saham mayoritas untuk menjadikan PT Bank Syariah Mega Indonesia sebagai bank syariah terbaik, melalui pemberian modal yang kuat demi kemajuan dan perkembangan perbankan syariah Indonesia. Adapun perkembangan rentabilitas Bank Mega Syariah dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 dalam bentuk triwulan berdasarkan ROE (Return On Equity) sebagai berikut. Tabel 1.1 Perkembangan Rentabilitas Bank Mega Syariah Berdasarkan Return on Equity (ROE) Pada tahun 2007-2008 TAHUN TRIWULAN ROE PERUBAHAN 2007 I 89,83% Naik II 60,70% Turun III 61,84% Naik IV 57,99% Turun 2008 I 43,45% Turun II 32,00% Turun Sumber: Laporan Keuangan Bank Mega Syariah
4
Gambar 1.1 Perkembangan Rentabilitas Bank Mega Syariah Tahun 2007-2008 berdasarkan ROE (dalam Persentase) 100 90
89,83
80 60,7
70
61,84
60
57,99
50
43,45 ROE
40
32
30 20 10 0 2007
I
II
III
IV
2008
I
II
Triwulan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pertumbuhan laba bank syariah pada tahun 2008 mengalami peningkatan yang cukup besar. Namun pada gambar 1.1 menunjukkan bahwa perkembangan rentabilitas yang diperoleh Bank Mega Syariah mengalami penurunan. Penurunan rentabilitas dimulai pada triwulan I tahun 2007, yaitu dari 89,83% menjadi 32% pada triwulan II tahun 2008. Perbaikan kinerja perbankan melalui peningkatan pertumbuhan laba bank syariah selama tahun 2008 tidak berdampak terhadap tingkat rentabilitas Bank Mega Syariah Indonesia, bahkan rentabilitas bank tersebut mengalami penurunan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas bank syariah antara lain perubahan jumlah aktiva produktif, kualitas aktiva produktif, efisiensi, dan nilai tukar. Faktor-faktor tersebut memiliki proporsi pengaruh yang berbeda-beda terhadap rentabilitas.
5
Salah satu faktor yang menyebabkan turunnya rentabilitas Bank Mega Syariah Indonesia adalah kualitas aktiva produktif. Menurut Moh. Ramly Faud dan M. Rustan DM (2005:288) mengemukakan bahwa, “Kualitas aktiva produktif menunjukkan sejauhmana bank memelihara kualitas aktivanya seproduktif mungkin sehingga menjamin hasil yang mendukung rentabilitas”. Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan pada tingkat kolektibilitasnya, yaitu ketepatan pembayaran kembali angsuran serta kemampuan debitur baik ditinjau dari usaha maupun nilai agunan yang bersangkutan. Dalam penyaluran aktiva produktif bank bisa saja mengalami hambatan dalam kolektibilitas apabila terjadi pembiayaan bermasalah (Non Perfoming Finance), maka dalam menjalankan operasionalnya bank harus menerapkan prinsip kehati-hatian (Prudent Approach) dalam menentukan kualitas aktiva produktifnya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/9/PBI/2007 yang menetapkan ketentuan bahwa kelangsungan usaha bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah tergantung dari kemampuan dalam melakukan penanaman dana dengan mempertimbangkan risiko dan prinsip kehati-hatian berupa pemenuhan kualitas aktiva dan penyisihan penghapusan aktiva yang memadai, dan bahwa kewajiban penilaian kualitas aktiva dan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva perlu diberlakukan terhadap aktiva produktif dan aktiva non produktif. Mengacu pada prinsip kehati-hatian tersebut bank syariah harus mempertahankan kualitas aktiva seproduktif mungkin. Dalam hal ini bank senantiasa berusaha agar aktiva produktif yang sudah disalurkan bisa memiliki
6
tingkat pengembalian atau kolektibilitas yang lancar sehingga bisa mendukung rentabilitas atau laba yang diperoleh oleh bank. Setiap penciptaan aktiva yang dilakukan oleh bank, disamping berpotensi memperoleh laba juga berpotensi terjadinya risiko. Maka untuk menutupi risiko tersebut bank memerlukan modal. Karena salah satu fungsi modal adalah untuk menyerap kerugian yang ditimbulkan dari risiko suatu aktiva. Maka semakin besar penciptaan aktiva yang dilakukan oleh suatu bank, semakin besar juga modal yang dibutuhkan, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini senada dengan apa yang dijelaskan oleh Muhammad (2004:102) yang menyatakan bahwa : “Setiap penciptaan aktiva yang dilakukan oleh bank, disamping berpotensi memperoleh laba juga berpotensi terjadinya risiko. Oleh sebab itu, modal dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan risiko yang timbul atas kerugian investasi terutama yang berasal dari dana pihak ketiga atau masyarakat. Peningkatan peran aktiva sebagai penghasil keuntungan harus dibarengi dengan pertimbangan risiko yang mungkin timbul guna melindungi kepentingan pemilik dana”. Berdasarkan dengan prinsip kehati-hatian BI mengeluarkan peraturan No. 10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, besarnya modal minimum yang harus dimiliki oleh setiap bank adalah sebesar delapan persen dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Angka ini merupakan penyesuaian dari ketentuan yang berlaku secara internasional berdasarkan ketentuan bank for international settlement (BIS). Penyesuaian ini diharapkan agar Indonesia mampu bersaing dalam persaingan perdagangan bebas dunia. Pedoman ini dikeluarkan oleh BIS dengan tetap mempertimbangkan kondisi Negara.
7
Namun antara kecukupan modal (CAR) dengan kemampun bank dalam memperoleh laba (ROE) terdapat suatu trade-off. Adanya trade-off ini didasarkan pada penjelasan Dahlan Siamat (2004:103) yang mengemukakan bahwa : “…dalam menentukan jumlah modal, manajemen bank harus memutuskan seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh dengan kenaikan jumlah modal, sementara kenaikan modal tersebut akan dapat menurunkan ROE akibat naiknya permodalan bank. Korelasi ini merupakan trade off antara sisi keamanan dan keuntungan bagi pemegang saham bank. Dalam keadaan di mana kemungkinan bank akan mengalami kondisi sulit akibat terdapatnya aktiva produktif bank yang bermasalah (nonperforming asset) dalam jumlah besar maka manajemen akan cenderung menambah modal. Namun apabila ia yakin bahwa tidak akan timbul kerugian akibat terjadi kredit bermasalah, bank akan mengurangi jumlah modal untuk meningkatkn equity multipliernya yang pada gilirannya akan meningkatkan ROE”. Maka dalam keadaan di mana kemungkinan bank akan mengalami kondisi sulit akibat tidak sehatnya kualitas aktiva produktifnya, manajemen akan cenderung menambah modal usahanya. Namun penambahan modal tersebut cenderung akan menurunkan tingkat kemampuan bank dalam memperoleh laba, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi kelangsungan hidup bank tersebut. Berangkat dari hal tersebut, maka merupakan daya tarik tersendiri bagi penulis untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang telah diuraikan di atas melalui suatu penelitian yang berjudul : “Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif dan Kecukupan Modal Terhadap Rentabilitas Pada Bank Mega Syariah”.
8
1.2
Rumusan Masalah Perumusan masalah diperlukan untuk memperjelas arah yang akan dicapai
dalam suatu penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002:19), yaitu : “Apabila telah diperoleh informasi yang cukup dari studi pendahuluan, maka masalah yang akan diteliti menjadi jelas. Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka peneliti harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana mulai, kemana harus pergi dan dengan apa penelitian harus dimunculkan”. Adapun rumusan masalah yang akan diteliti adalah: 1. Bagaimana kualitas aktiva produktif pada Bank Mega Syariah periode tahun 2004-2008 . 2. Bagaimana kecukupan modal pada Bank Mega Syariah periode tahun 2004-2008 . 3. Bagaimana rentabilitas pada Bank Mega Syariah periode tahun 2004-2008 4. Bagaimana pengaruh kualitas aktiva produktif dan kecukupan modal terhadap rentabilitas pada Bank Mega Syariah periode tahun 2004-2008.
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana pengaruh kualitas aktiva produktif dan kecukupan modal terhadap rentabilitas Bank Mega Syariah.
9
1.3.2
Tujuan Penelitian Tujuan penulis dari penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah yang
akan dikaji oleh penulis. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Kualitas aktiva produktif pada Bank Mega Syariah periode tahun 2004-2008. 2. Kecukupan modal pada Bank Mega Syariah periode tahun 2004-2008. 3. Rentabilitas pada Bank Mega Syariah periode tahun 2004-2008 4. Pengaruh kualitas aktiva produktif dan kecukupan modal terhadap rentabilitas pada Bank Mega Syariah periode tahun 2004-2008
1.4
Kegunaan Penelitian Kegunaan hasil penelitian yang penulis teliti merupakan hasil tercapainya
tujuan penelitian. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu akuntansi, khususnya dalam bidang ilmu Akuntansi Syariah. 2.
Secara Praktis
a.
Bagi PT. Bank Syariah Mega Indonesia, Tbk Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak perbankan syariah, khususnya PT. Bank Syariah Mega Indonesia, Tbk sebagai informasi untuk mengambil kebijakan yang berhubungan dengan kualitas aktiva produktif, kecukupan modal, dan rentabilitas.
10
b. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan kajian serta masukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti obyek dan tema yang berkaitan dengan Akuntansi Syariah.