BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa diukur dari seberapa maju pendidikan yang telah dicapai. Konteks tersebut sama halnya dengan mesin pendidikan yang digelar di sekolah, apakah telah melakukan pencerahan terhadap anak-anak didik ataukah tidak. Yang jelas, sepanjang sejarah pendidikan dilakukan, belum ada kemajuan yang luar biasa yang dapat disumbangkan di negeri kita. Sehingga, sangat wajar jika pendidikan belum mampu menjadi tulang punggung bagi perubahan perubahan anak-anak didik. Apa yang salah dalam persoalan tersebut? Jawabannya berujung pada ketidak seriusan pembelajaran yang digelar dalam kelas, aktifitas belajar mengajar yang masih mengandalkan pendekatan tekstual merupakan persoalan yang mendesak praktisi pendidikan untuk melakukan penanganan serius (Muh. Yamin, 2009: 5). Kegiatan belajar mengajar yang masih kaku dan belum mampu bangun membangun kondisi belajar yang kondusif merupakan masalah yang menghambat keberhasilan pendidikan kita. Proses belajar mengajar yang berpusat pada guru membawa kondisi pendidikan yang stagnan. Dengan kondisi demikian, mengharapkan proses pembelajaran yang mendidik dan mampu membuka nalar berfikir anak-anak didik hanya menjadi isapan jempol belaka.
1
2
Fenomena ketidak seriusan dalam proses pembelajaran, aktifitas belajar mengajar yang mengandalkan tekstual, kegiatan belajar mengajar yang masih kaku, proses belajar mengajar yang berpusat pada guru dan belum mampu membangun kondisi belajar yang lebih efektif sehingga yang terjadi hanyalah transfer ilmu “transfer of knowlegde”. Akan tetapi esensi dari tujuan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa diabaikan, dan tidak adanya internalisasi atau upaya penanaman ilmu pengetahuan. Jika pengintenalisasian dilakukan maka siswa tamatan sekolah menengah atas (SMA) sederajat siap terjun dalam masyarakat, ini terbukti dikalangan pesantren tamatan madrasah aliyah (MA) atau Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) siap terjun kemasyarakat. Akibat ketidak adaan internalisasi atau penanaman ilmu pengetahuan siswa jadi gampang dipengaruhi, jangankan siswa yang kondisinya masih labil, mahasiswa yang biasa dibilang secara keilmuan dan psikis matang saja sangat mudah direkrut oleh kelompok estrim (terorisme, NII dan organisasi sesat lainnya). Siapakah yang patut disalahkan, banyak kasus pelaku kejahatan terorganisir dilakukan oleh mahasiswa bahkan pelajar, dan bidikan atau target mereka juga mahasiswa dan pelajar, baca kasus terorisme klaten dan NII. Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia, pendidikan (terutama Islam) dengan berbagai coraknya yang berorientasi memberikan bekal kepada manusia (peserta didik) untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya pendidikan (Islam) selalu diperbaharui konsep dan aktualisasinya dalam rangka merespon
3
perkembangan zaman yang selalu dinamis dan temporal, agar peserta didik dalam pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup setelah mati (eskatologis) tetapi kebahagiaan hidup di dunia juga bisa diraih. Secara sederhana, istilah “pendidikan Islam” dapat dipahami dalam beberapa pengertian, yaitu: a. Pendidikan menurut Islam atau pendidikan Islami, yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu Al-Qur’an dan al-hadits. b. Pendidikan keIslaman atau pendidikan agama Islam, yakni upaya mendidikan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang. c. Pendidikan dalam Islam, dalam arti proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah umat Islam. Walaupun istilah pendidikan Islam tersebut dapat dipahami secara berbeda. Namun pada hakikatnya merupakan satu kesatuan dan mewujudkan secara operasional dalam satu sistem yang utuh (Muhaimin, 2001: 29-30). Allah Swt mengutus para Nabi dan Rasul dengan membawa misi yang sama yaitu mengEsakan Allah Swt (mentauhidkan Allah Swt), untuk beribadah kepadaNya. Karena itulah tujuan diciptakanya manusia dari Nabi Adam As sampai Nabi yang terakhir adalah membawa agama tauhid yaitu Islam, dan disempurnakan oleh Rasul yang terakhir selain membawa misi ketauhidan sebagaimana firman Allah Q.S Az-Zariyat, 51: 56,
4
“Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanyalah untuk beribadah kepadaku“ (Departemen Agama RI, 1980: 862). Tapi juga membawa misi moralitas (Akhlakul Karimah), sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak”. Beliau mendidik bangsa Arab Jahiliyah yang tidak punya adab menjadi manusia-manusia luhur yang berbudi pekerti yang baik serta mendidik umat manusia dengan pendidikan moral dengan mencontoh beliau. Begitu pula yang dicita-citakan oleh pendiri Muhammadiyah K.H Ahmad Dahlan telah meletakkan landasan dasar pendidikan yang harus dikembangkan, yaitu pendidikan akhlak, individu, dan sosial, sebagai berikut: 1. Pendidikan akhlak adalah menanamkan sejak dini nilai-nilai keagamaan yang terpuji kedalam peserta didik yang terefleksikan dalam perilaku, sikap dan pemikiran dalam kehidupan sehari-hari. 2. Pendidikan individual adalah pendidikan akal, yakni memberikan ransangan untuk berkembangnya potensi daya berpikirnya anak didk secara maksimal. 3. Adapun pendidikan sosial adalah menanamkan kepekaan sosial kepada peserta peserta didik terhadap persoalan-persoalan sosial yang menimpa sesama manusia tanpa membedakan suku, ras dan agama (LPID, 2008: 1). Jika hal ini dihubungkan dengan kecerdasan yang harus dikembangkan dalam diri peserta didik, maka tiga kecerdasan itulah yang harus diperhatikan, adapun tiga kecerdasan itu yaitu Intellectual Quotent (QI), Spiritual Quotient (SQ), dan Emational Quotient (EQ). Ketiganya bukan wilayah yang terpisah, melainkan satu kesatuan integral. Oleh karena itu untuk mencapai hasil pendidikan secara maksimal, terutama dalam menginternalisasikan nilai-nilai
5
PAI (pendidikan agama Islam) kedalam jiwa peserta didik demi tercapainya tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia (LPID, 2008: 2). pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan manusia atau peserta didik melalui kegiatan pembinaan dan pelayanan serta pengajaran atau pembelajaran dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang (Sidi Gazalba, 1975: 33). Untuk bisa memanusiakan manusia atau untuk bisa menghargai dan menghormati orang lain diperlukan penanaman atau internalisasi nilai-nilai, terutama nilai akhlakul karimah (etika) karena menginternlisasikan nilai-nilai akhlak sangat berpengaruh dalam peningkatan Intellectual Quotent (QI), Spiritual Quotient (SQ), dan Emational Quotient (EQ) siswa. Untuk menginternalisasikan nilai-nilai PAI memerlukan media, dan media yang penulis gunakan dalam menginternalisasikan nilai-nilai PAI adalah melalui metode pembiasaan pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 8 Surakarta.
Hal
ini
disebabkan,
masyarakat
modern
telah
berhasil
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah kehidupannya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi canggih tersebut tidak mampu menumbuhkan moralitas (akhlak) yang mulia. Dunia modern saat ini, termasuk di Indonesia ditandai oleh gejala kemerosotan
akhlak
yang
benar-benar
berada
para
taraf
yang
mengkhawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Di sana-sini banyak terjadi adu domba dan
6
fitnah, menjilat, mengambil hak orang lain sesuka hati dan perbuatanperbuatan biadab lainnya. Gejala kemerosotan akhlak tersebut, dewasa ini bukan saja menimpa kalangan dewasa, melainkan juga telah menimpa kalangan pelajar tunas-tunas muda, orang tua, ahli didik dan mereka yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial banyak mengeluhkan terhadap perilaku sebagian pelajar yang berperilaku nakal, keras kepala, mabukmabukan, tawuran, pesta obat-obatan terlarang, bergaya hidup seperti hipies di Eropa dan Amerika dan sebagainya. Internalisasi
nilai-nilai
PAI
melalui
metode
pembiasaan
telah
dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 8 surakarta yang menggunakan sistem full day school. Berdasarkan pengamatan peneliti, peran guru Agama Islam dalam membina peserta didik sangat intens dan baik dalam pembinaan akhlak siswa SMP Muhammadiyah 8 menjadi SMP unggulan di Surakarta, khususnya dalam membina mental para siswa. Hal ini bisa dilihat dari perilaku dan sopan santun siswa dalam kehidupan mereka sehari-hari serta minimnya pelanggaran yang dilakukan siswa sekolah mereka, bisa dihitung dengan jari paling banyak 8-10 siswa yang melanggar, pelangarannya seperti telat masuk dan telat melaksanakan shalat dhuha. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang menunjang terinternalisasinya nilai-nilai PAI di SMP Muhammadiyah 8 surakarta menerapkan metode pembiasaan, seperti diwajibkannya siswa membaca Al-Qur'an sebelum pelajaran dimulai, melaksanakan shalat dhuha. Inilah kegiatan-kegiatan yang diterapkan oleh SMP Muhammadiyah 8 surakarta untuk menumbuhkan mental
7
dan akhlak siswa agar mereka tidak terjerumus dengan perilaku-perilaku yang menyimpang dari Al-Qur’an dan sunnah serta mereka berakhlak baik sesuai yang diharapkan oleh wali murid. Pelaksanaan metode pembiasaan seperti yang tujuannya digambarkan di atas dari sisi keberhasilan maupun kegagalan diterapkannya metode ini, sangat didukung oleh faktor-faktor yang mendukung dan menghambat. Adapun faktor-faktor pendukungnya adalah ketersediaannya sarana dan prasarana, misalnya seperti Informasi dan Teknologi (IT). Adapun yang dapat menjadi penghambat terdiri dari faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal misalnya, menyangkut personal peserta didik dan faktor eksternal misalnya lingkungan peserta didik. Maka SMP Muhammadiyah 8 Surakarta menerapkan internalisasi nilainilai PAI untuk menunjang keberhasilan pembelajaran sesuai dengan landasan yang diletakkan oleh K.H Ahmad Dahlan untuk menjadi insan yang berakhlak mulia dan mempunyai kepekaan terhadap kehidupan sosial dan mampu bersaing dengan kemajuan zaman. Sehingga siswa mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan di sekolah. Maka penulis tertarik untuk meneliti INTERNALISASI NILAI-NILAI PAI
MELALUI
METODE
PEMBIASAAN
PADA
SISWA
SMP
MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012.
8
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Nilai-nilai PAI apa yang diinternalisasikan melalui metode pembiasaan pada siswa SMP Muhammadiyah 8 Surakarta? 2. Bagaimana pelaksanaan internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan pada siswa SMP Muhammadiyah 8 Surakarta? 3. Apa faktor pendudukung dan penghambat internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan pada siswa SMP
Muhammadiyah 8
Surakarta? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendiskripsikan nilai–nilai PAI yang diinternalisasikan melalui metode pembiasaan di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. 2. Mendiskripsikan pelaksanaan internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan pada siswa SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. 3. Mendiskripsikan faktor apa yang menjadi pendudukung dan penghambat internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan pada siswa SMP Muhammadiyah 8 Surakarta.
9
b. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Secara Teoritis Sebagai upaya untuk memperkaya khazanah keilmuan di bidang pendidikan Islam pada umumnya dan bagi civitas akademika pasca sarjana magister pendidikan Islam pada khususnya, dapat memberi sumbangsih bagi dunia pendidikan nasional dan meningkatkan SDM seutuhnya, selain itu dapat menjadi stimulus bagi penelitian selanjutnya, sehingga proses pengkajian secara mendalam akan terus berlangsung dan memperoleh hasil yang maksimal. 2. Secara Praktis a. Bagi Lembaga Pendidikan Sebagai bahan masukan kepada lembaga pendidikan agar dapat dijadikan catatan referensi adanya internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan pada siswa di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Sehingga lembaga pendidikan akan dapat mengkaji ulang adanya internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan agar dapat menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. b. Bagi Sekolah Dapat memberi masukkan bagi SMP Muhammadiyah 8 Surakarta dan guru PAI tentang cara menginternalisasikan nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan pada siswa.
10
c. Bagi Guru Dapat memberikan motivasi agar dapat meningkatkan arus dan disiplin kerja yang lebih baik serta terjadinya kerjasama dan kekompakkan diantara semua komponen pendidikan yang ada. d. Bagi Wali Murid Sebagai bahan masukkan kepada bapak/ibu orang tua wali murid agar selalu dapat memberikan perhatian, pengawasan, pengarahan dan bimbingan kepada putra putrinya dan dapat memberi contoh suri tealadan yang baik serta menciptakan hubungan yang harmonis sebagai keluarga yang bahagia. e. Bagi Peneliti Sebagai rintisan awal untuk mendorong penelitian-penelitian lanjutan tentang internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan. Dengan
demikian
dapat
dijadikan
referensi
kajian
tentang
internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan. D. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah kajian hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan. Fungsi kajian pustaka adalah mengemukakan secara sistematis tentang hasil penelitian yang diperoleh terdahulu dan ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Terkait dengan judul penelitian ini, peneliti menemukan beberapa hasil penelitian yang relevan antara lain sebagai berikut:
11
1. Dalam hal ini peneliti juga pernah melakukan penelitian dalam skripsi mengenai internalisasi nilai-nilai akhlaq terhadap mahasiswa UMS yang mengikuti Baitul Arqam tahun ajaran 2009-2010. Menjelaskan tentang pelaksanaan internalisasi nilai-nilai akhlaq yang diikuti mahasiswa UMS melalui program baitul arqam selama 4 hari. Kegiatan Baitul Arqam ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi mahasiswa sebagai muslim paripurna, dengan memiliki pemahaman dan wawasan integratif ajaran Islam berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah. 2. Iwan, 2009, dalam skripsinya yang berjudul internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam pada pelajaran biologi di sma negeri 2 slawi-tegal menjelaskan Pengintegrasian IPTEK dan IMTAQ di Universitas Islam Negeri Yogyakarta. Hasil skripsinya adalah menyisipkan nilai keagamaan ke dalam mata pelajaran umum di Indonesia telah dikembangkan sejak tahun 1994. Demikian pula yang terjadi pada mata pelajaran IPA yang berhubungan dengan kelangsungan hidup manusia dan alam sekitarnya. IPA merupakan bidang kajian ilmu yang potensial untuk dimasuki oleh nilainilai Pendidikan Islam. Dan mempunyai dampak positif guna meningkatkan motivasi belajar siswa. 3. Muammar khadafi, 2010, dalam skiripsinya yang berjudul Internalisasi nilai-nilai akhlak melalui pembelajaran Al-qur’an Al-hadits di SMP Muhammadiyah 8 surakarta, program Tarbiyah Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
Hasil
penelitiannya
adalah,
Menjelaskan tentang pelaksanaan internalisasi nilai-nilai akhlak melalui
12
pembelajaran
Al-qur’an
Al-hadits
terlihat
bagaimana
guru
dalam
menyampaikan materi pada siswa. Dimana pengajar memasukan nilai-nilai akhlak dalam mata pelajaran Al-Qur’an Al-Hadits, 4. Ema Nur’Aini, 2007, dalam skiripsinya yang berjudul, Upaya Internalisasi nilai-nilai Islam dalam mata pelajaran Sains kelas 11 di MI
Al-Islam
Kartasura tahun ajaran 2007-2008. Program Tarbiyah Fakultas Agama Islam
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
Hasil
skripsinya,
Menjelaskan tentang Pelaksanaan internalisasi nilai-nilai Islam khusus mata pelajaran sains di MI Al-Islam Kartasura terlihat dalam penyampaian materi kepada siswa, dimana pengajar hanya memasukkan atau mengkaitkan nilainilai religi yang terdapat pada ayat-ayat Al-Qur’an dengan mata pelajaran sains. Dari judul-judul diatas peneliti menyimpulkan sudah ada yang meneliti tentang internalisasi nilai-nilai pendidikan Islam atau yang sejenis, tetapi secara tekstual belum ada yang meneliti dan yang membedakan penelitian ini dengan yang terdahulu adalah tempat dan waktu. Bagaimanapun juga tempat dan waktu sangat menentukan hasil penelitian, serta mata pelajaran yang dijadikan obyek. Penelitian ini membahas tentang internalisasi nilainilai PAI melalui metode pembiasaan pada siswa di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. E. Kerangka Teori Penyelengaraan
sekolah,
terutama
sekolah
yang
dinaungi
oleh
lembaga/yayasan Muhammadiyah yang berdiri sendiri tanpa adanya hubungan
13
dengan
lembaga
lain
pada
umumnya.
Meskipun
demikian,
SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta juga dalam menciptakan sistem pendidikan dalam pembelajaran menggunakan sistem full day school yang mensinergikan antara dunia dan agama (Allah, Alam, Manusia dan Akhirat). Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang bersandar pada nilai-nilai keagamaan, maka tentunya teori yang melandasi konsepsi ini adalah al-Qur’an. Dalam pengertian, bawa Al-Qur’an dijadikan sebagai kerangka paradigmatic, atau paradigma Al-Qur’an sebagai kerangka teoritik. Dalam kaitan ini, AlQur’an sebagai konstruksi pengetahuan yang memungkinkan kita memahami realitas menurut pemahaman Al-Qur’an (Kuntowijoyo, 2006: 11). Menggunakan paradigma Al-Qur’an sebagai kerangka teori bertujuan untuk menjadikan normatifitas Al-Qur’an mengalami proses internalisasi dalam diri. Ketika nilai-nilai dalam Al-Quran telah menginternal dalam diri seseorang, maka nilai itu dapat diobjektivasikan agar dapat diterima sebagai konsep ilmu. Salah satu metode untuk melakukan proses internalisasi nilai-nilai dalam Al-Qur’an adalah melalui metode pendidikan pembiasaan. Pelaksanaan operasional melalui metode pembiasaan adalah dengan melibatkan semua pihak yang menjadi subjek dari civitas pendidikan, diantaranya adalah, staf karyawan, guru, dan siswa. Dalam konteks ini, tujuan penggunaan metode pembiasaan adalah untuk menjadikan sumber daya manusia yang berakhlak mulia sebagai bukti keberhasilan metode pendidikan yang diterapkan.
14
Pimpinan sekolah bekerja dengan mempengaruhi dan memotivasi bawahannya agar meningkatkan mutu pembelajaran siswa dengan cara keterampilan/keahlian yang dimilikinya. Guru merupakan komponen penting sumber daya manusia sekolah hendaknya mengantisipasi sistem pembelajaran yang dilihat menghambat peningkatan mutu belajar, baik itu dari luar maupun dalam, karena guru merupakan kunci dari keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Peningkatan manajemen pembelajaran guru secara efektif akan mempengaruhi kualitas pembelajaran, disebabkan berlangsungnya proses pembelajaran dalam peningkatan mutu belajar tidak lepas dari kecermatan guru dalam mengambil strategi dalam mengajar. Adapun komponen pembelajaran yang digunakan guru dalam mendukung proses pembelajaran bahan pelajaran, metode, alat dan sumber belajar. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam tesis ini apabila dilihat dari segi tempat penelitiannya adalah termasuk penelitian lapangan, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan atau status sebuah Fenomena. Oleh karena itu informasi-informasi objek penelitian akan lebih banyak ditemukan di lapangan tempat objek penelitian berada (Koentjaraningrat, 1989: 29). Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui pelaksanaan Internalisasi nilai-nilai
PAI
melalui
Muhammadiyah 8 Surakarta.
metode
pembiasaan
pada
siswa
SMP
15
Adapun pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, metode pendekatan deskriptif kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam kehidupan seharihari dalam situasi wajar, berinteraksi bersama mereka, melakukan wawancara serta berusaha memaknai bahasa, kebisaan dan perilaku yang berhubugan dengan fokus penelitian (Moleong, 1995: 31). Kondisi diatas mengakibatkan peneliti dalam kehidupan subjek peneliti menjadi suatu tuntutan yang tidak dapat dihindari. Ditegaskan oleh Noeng Muhadjir (1992: 127) bahwa dalam melibatkan diri dalam kehidupan subjek penelitian (informen), peneliti akan dapat menjalin hubungan akrab dengan informan, melakukan wawancara mendalam dengan baik serta memahami subjek dengan latar yang alami. 2. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode pengumpulan data terdiri dari a. Metode Observasi (pengamatan) Observasi yaitu cara-cara menghimpun dengan mengamati dan mencatat gejala-gejala yang sedang diteliti baik secara lansung maupun tidak lansung (Hadi, 1989 :136). Metode observasi yang peneliti gunakan adalah metode observasi parsitipan yaitu peneliti memposisikan diri dalam lingkungan objek penelitiannya.seperti yang dikatakan oleh Winarno Surakhmad (1992: 132). Teknik observasi partisipasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dengan terlibat lansung terhadap objek
16
yang diteliti dan mencatat secara sistematis fenomena-fenomena yang akan diselidiki. Oleh karena itu pada pelaksanaannya penulis mengikuti secara lansung kegiatan pelaksanaan Internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan pada siswa SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Adapun objek yang diamati adalah metode pembiasaan, penerapan metode pembiasaan, yang terlibat dalam pelaksanaan metode pembiasaan di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Observasi ini untuk melihat tingkat keberhasilan dari penerapan metode pembiasaan. b. Metode Intervew (wawancara) Intervew adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan data tentang permasalahan yang sedang diteliti secara langsung dengan dialog yang dilakukan
oleh
pewancara
untuk
memperoleh
informasi
dari
terwawancara (Arikunto, 1989: 126). Metode interview adalah “teknik pengumpulan data yang menggunakan pedoman beberapa pertanyaan yang diajukan langsung kepada obyek untuk mendapat respon secara langsung”. Dimana interaksi yang terjadi antara pewawancara dan obyek penelitian ini menggunakan interview bentuk terbuka sehingga dapat diperoleh data yang lebih luas dan mendalam. Metode ini digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan dari penerapan metode pembiasaan di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Wawancara ini digunakan untuk menggali data tentang bagaimana pelaksanaan internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan pada siswa. Sedangkan obyek yang diwawancarai adalah Kepala sekolah,
17
guru-guru PAI, siswa dan wali murid di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat (Arikunto, 1989: 159). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang letak geografis, sejarah berdirinya SMP Muhammadiyah 8 Surakarta, visi dan misi, struktur organisasi, sarana prasaran, dan keadaan siswa dan guru. 3. Metode Analisis Data Menurut Patton dalam (Moleong, 2005: 280), metode analisis data adalah proses urutan mengatur data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Untuk dapat mengatur sambil mengahasilkan uraian dasar dipergunakan metode analisis sesuai dengan ciri pendekatan kualitatif. Metode analisa data dilakukan sejak awal, dan dikembangkan selama proses pengumpulan data sampai proses penyusunan laporan. Dalam proses analisis data, penulis menggunakan metode induktif yang
bersifat
prospektif.
Dengan
menggunakan
tahapan-tahapan
mengklasifikasikan data menurut temanya, kemudian dipiah-pilah. Data yang diperlukan dikategorikan menjadi beberapa tema utama untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan
penelitian
yang
dianalisis
secara
deskriptif. Sedangkan data yang kurang relevan dengan pertanyaan-
18
pertanyaan
tersebut
disimpan.
Setelah
itu
dicoba
dengan
menginterpretasikan melalui metode alur seperti yang disarankan oleh Miles dan Michael Huberman (1992: 16). Metode ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang berlangsung secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi. a. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pemgabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Pada langkah reduksi, penulis memilih dan menyederhanakan data dari catatan lapangan. Catatan lapangan yang banyak disederhanakan, disingkat, dirangkum dan dipilih sesuai dengan permasalahan yang telah ditetapkan. Proses reduksi data ini, penulis melakukan pengulangan untuk meghindari terjadinya kekeliruan, hanya data yang berkaitan dengan pokok permasalahan saja yang dipilih, sedangkan yang lain dikeluarkan dari proses analisis. b. Penyajian data adalah sekumpulan data informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pada proses penyajian data, data yang telah penulis pilih melalui reduksi, penulis sajikan dalam bentuk tulisan atau kata-kata yang sistematis, sehingga mudah untuk disimpulkan. c. Verifikasi (kesimpulan) yaitu merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga
19
setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2007: 253). G. Sistematika Penulisan BAB 1 Merupakan pendahuluan yang di dalamnya mencakup beberapa sub bahasan, yaitu: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metodelogi penelitian dan sistematika penulisan tesis. BAB 2 Adalah kajian teori yang berisi tentang penjelasan mengenai: 1. Pengertian internalisasi nilai-nilai PAI, 2. Landasan pembelajaran PAI, 3. Tujuan pendidikan agama Islam (PAI), 4. Nilai-nilai PAI yang diinternalisasikan, 5. Pelaksanaan internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan yang terdiri dari: a) nilai PAI dalam metode pembiasaan, b) teori metode pembiasaan dan c) praktek metode pembiasaan meliputi: materi, metode pembelajaran, evaluasi, dan 6. Faktor-faktor internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan. BAB 3 Gambaran umum sekolah dan internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan pada siswa SMP Muhammadiyah 8 Surakarta, yang meliputi: A. Gambaran umum sekolah berisi: latar belakang dan sejarah berdirinya, letak geografis, visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah, struktur organisasi, keadaan guru, karyawan dan siswa serta sarana prasarana. B. Internalisasi nilai-nilai PAI pembiasaan
meliputi:
nilai-nilai
PAI
yang
melalui metode diinternalisasikan,
20
pelaksanaan internalisasi nilai-nilai PAI dan faktor pendukung dan faktor penghambat. BAB 4 Analisis internalisasi nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan siswa di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta meliputi: nilai-nilai PAI yang diinternalisasikan, pelaksanaan internalisasi nilai-nilai PAI dan faktor pendukung dan faktor penghambat. BAB 5. Penutup berisi kesimpulan dan saran.