1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian pesat dan globalisasi tanpa batas, menuntut setiap orang untuk melakukan inovasi dan memiliki kreativitas tinggi agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam pembelajaran di sekolah, peserta didik perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah tidak pasti dan kompetitif (Supranata, 2003: 66). Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemauan bekerja sama secara efektif (Supranata, 2003: 66). Di samping itu, dalam Bab IV Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada
satuan
pendidikan
diselenggarakan
secara
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Sanjaya, 2010: 172). Hakikat pembelajaran yaitu membekali peserta didik untuk bisa hidup mandiri kelak setelah dewasa tanpa tergantung pada orang lain, karena telah memiliki kompetensi yakni kecakapan hidup (Suherman, 2008: 22). Begitu pula halnya dengan pembelajaran matematika di sekolah, peserta didik dituntut untuk memahami hakikat pembelajaran sebenarnya. Erina Widiani, 2012
Penerapan Prinsip Brain... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
Terdapat berbagai kompetensi dalam matematika yang sesungguhnya berguna dalam meningkatkan kecakapan hidup seseorang. Kompetensi yang sangat penting untuk diasah saat ini adalah kompetensi kreativitas, karena kreativitas dibutuhkan setiap orang agar tidak tergerus zaman. Kemampuan berpikir di luar kebiasaan, menciptakan sesuatu yang belum diketahui orang banyak hingga berpikir dari sudut pandang yang berbeda. Otak manusia dengan segala potensinya menawarkan peluang untuk dimanfaatkan secara maksimum bagi kehidupan (Supriadi dalam Aisyah, 2009: 1). Otak manusia terdiri atas bermilyar-milyar syaraf yang bekerja, namun kemampuan otak peserta didik hanya digunakan sebagian kecil untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti menghitung cepat dan menghapal. Sekolah harus dapat memanfaatkan kemampuan otak lainnya yang salah satunya mengembangkan kemampuan kreativitas. Berpikir kreatif merupakan salah satu dari high order thinking (Mustika, 2011: 2). Namun yang terjadi dewasa ini, peserta didik beranggapan bahwa matematika sebagai sesuatu yang sulit dipahami dan kurang berguna dalam kehidupan. Berdasarkan survey yang dilakukan the Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2007 dengan populasi seluruh peserta didik kelas VIII SMP di Indonesia, menyatakan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-36 dari 49 negara peserta TIMSS dalam skor rata-rata prestasi matematika. Hal tersebut menunjukkan tingkat pencapaian pembelajaran matematika di sekolah yang masih rendah apalagi dalam tingkat kompetensi
Erina Widiani, 2012
Penerapan Prinsip Brain... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
kreativitas. Dalam PISA 2009 Indonesia menduduki rangking ke-61 dari 65 negara untuk kategori matematika (Mustika, 2011: 2). Berdasarkan penelitian Organization for Economic Cooperation and Development, Programme for International Assessment (OECD PISA) dukungan Bank Dunia terhadap 7.355 peserta didik usia 15 tahun dari 290 SLTP/SMU/SMK se-Indonesia pada 2003, diketahui bahwa 70% peserta didik Indonesia hanya mampu menguasai matematika sebatas memecahkan satu permasalahan sederhana (tahap-I), belum mampu menyelesaikan masalah kompleks (tahap-II), belum mampu menyelesaikan masalah kompleks (tahap-III) dan masalah rumit (tahapIV) (Aisyah, 2009: 2). Iklim pendidikan di Indonesia baik dalam lingkungan keluarga maupun di sekolah tidak begitu kondusif untuk perkembangan kreativitas anak-anak (Munandar dalam Aisyah, 2009: 1). Pembelajaran yang membosankan dan tidak bertumpu pada cara otak belajar secara alamiah bisa jadi merupakan salah satu penyebab ketidaktercapaian kompetensi kreativitas matematis di sekolah. Brain based learning adalah keterlibatan strategi yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang berasal dari satu pemahaman tentang otak (Jensen, 2011: 5). Dengan pemahaman yang memadai tentang cara otak alamiah belajar, guru diharapkan akan mampu meningkatkan kompetensi kreativitas matematis. Tidak ada inteligensi atau kemampuan akan berkembang, kecuali jika ada lingkungan model yang memadai (Jensen, 2011: 9). Kemampuan kreativitas yang diharapkan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, namun dapat menjadi kecakapan hidup. Otak dirancang untuk bertahan hidup, bukan untuk instruksi formal biasa (Jensen, 2011: 9). Erina Widiani, 2012
Penerapan Prinsip Brain... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
Otak terdiri dari dua hemisfer yakni sisi kiri dan sisi kanan. Sisi kiri dan kanan otak sangat berbeda dalam fungsi yang mereka jalankan (Jensen, 2011: 23). Sifat, fungsi dan cara kerja otak kiri dan otak kanan dijelaskan sebagai berikut (Noer, 2009: 17). Cara berpikir otak kiri sesuai untuk tugas-tugas yang teratur dan terstruktur rapi, seperti ekspresi verbal bahasa, menulis, membaca, asosiasi auditorial bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Cara berpikir otak kanan, menempatkan detail fakta dan data, serta bersifat simbolik. Sementara cara kerja otak kanan sesuai untuk tugas-tugas yang bersifat nonverbal, kesadaran spasial, seni, kreativitas dan visualisasi. Keseimbangan kerja kedua otak akan mengantarkan seseorang pada kesuksesan gemilang tanpa batas. Desain
Pembelajaran
adalah
disiplin
yang
berhubungan
dengan
pemahaman dan perbaikan satu aspek dalam pendidikan yaitu proses pembelajaran. Tujuan kegiatan membuat desain pembelajaran adalah menciptakan sarana yang optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki (Ftaman, 2010: 1). Desain pembelajaran merupakan blue print seorang arsitek dan prinsip brain based learning merupakan bahan-bahan penting yang dijadikan landasan arsitek dalam merencanakan suatu rumah impian. Pemahaman yang memadai mengenai fungsi dan peran masing-masing belahan otak dan cara alamiah otak belajar diharapkan akan mampu meningkatkan kompetensi kreativitas matematis peserta didik. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan pengembangan desain pembelajaran matematika yang berdasarkan prinsip brain based learning untuk meningkatkan kemampuan kreativitas peserta didik.
Erina Widiani, 2012
Penerapan Prinsip Brain... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah penerapan desain pembelajaran matematika yang berdasarkan pada prinsip brain based learning dapat meningkatkan kemampuan kreativitas peserta didik? 2. Apakah penerapan desain pembelajaran matematika yang berdasarkan prinsip brain based learning lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dalam kemampuan kreativitas? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengetahui dampak penerapan desain pembelajaran matematika yang berdasarkan pada prinsip brain based learning dalam meningkatkan kemampuan kreativitas peserta didik. 2. Mengkaji perbandingan penerapan desain pembelajaran matematika yang berdasarkan prinsip brain based learning dengan pembelajaran konvensional dalam kemampuan kreativitas. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat: 1. Bagi
perkembangan
keilmuan:
pengembangan
desain
pembelajaran
matematika yang dibuat diharapkan berguna bagi perkembangan pendidikan khususnya pendidikan matematika. Erina Widiani, 2012
Penerapan Prinsip Brain... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
2. Bagi peserta didik: dapat mengembangkan potensi diri yang dimiliki dengan optimal. Adanya pemahaman bahwa belajar matematika sangat bermanfaat dalam kehidupan khususnya dalam mengembangkan kemampuan kreativitas matematis. Dapat menjadi kecakapan hidup (life skill) dalam menjalani kehidupan. 3. Bagi guru: menjadi dasar dalam melakukan pembelajaran di kelas. Pemahaman yang baik mengenai mekanisme belajar otak membuat guru dapat merancang pembelajaran pembelajaran
yang
ingin
menjadi dicapai
lebih
baik
dengan
dan
lebih
mencapai
tujuan
komprehensif
dan
menyenangkan. 4. Bagi penulis: mendapatkan ilmu dalam mendesain pembelajaran yang baik dan cara-cara mengoptimalkan potensi peserta didik. Menciptakan atmosfer kelas yang menunjang kegiatan pembelajaran dengan baik. E. Definisi Operasional 1. Kemampuan kreativitas dalam penelitian ini adalah kemampuan kreativitas dalam matematika. Kemampuan kreativitas matematis adalah kemampuan peserta didik untuk dapat menciptakan sesuatu (ide-gagasan-cara-metodeproses-produk) yang baru dan inovatif. 2. Brain based learning adalah keterlibatan strategi yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang berasal dari satu pemahaman tentang otak. Belajar sesuai dengan cara otak dirancang secara alamiah untuk belajar. 3. Desain pembelajaran dapat diartikan sebagai proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran melalui proses perencanaan bahanErina Widiani, 2012
Penerapan Prinsip Brain... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
bahan pembelajaran beserta aktivitas yang harus dilakukan, perencanaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat digunakan serta perencanaan evaluasi keberhasilan. Adapun pengembangan desain pembelajaran dalam penelitian ini bersifat hipotetik yakni desain yang efektivitasnya belum terbukti dan dapat diketahui setelah dilakukan penelitian ini. 4. Pembelajaran konvensional meliputi berbagai metode yang berpusat pada guru. Metode tersebut diantaranya ceramah dan tanya jawab. Pembelajaran konvensional yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode ekspositori.
Erina Widiani, 2012
Penerapan Prinsip Brain... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu