BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah. Di Indonesia perkembangan dalam dunia bisnis semakin mengalami
kemajuan dari tahun ke tahun. Perkembangan dalam dunia bisnis ini juga menyebabkan adanya tingkat persaingan yang semakin tinggi. Dalam dunia bisnis seorang manajer sangat fatal akibatnya jika mengabaikan satu atau lebih faktorfaktor didalam perusahaan baik faktor internal maupun faktor eksternal yang berhubungan dengan usahanya. Dalam hal ini faktor internal dapat dikatakan variabel penentu kelangsungan hidup perusahaan yang dapat diperoleh dari suatu jajaran manajemen yang terstruktur dengan baik dan kondisi yang baik dari dalam perusahaan itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal merupakan variabel penentu kelangsungan hidup perusahaan yang berasal dari pihak luar seperti lingkungan dan juga hubungan bisnis dengan pihak lain. Salah satu faktor eksternal yang sangat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan adalah nilai tukar rupiah, khususnya bagi perusahaan-perusahaan publik yang terdaftar di BEJ. Perusahaan-perusahaan ini tentu sangat menggantungkan bisnisnya terhadap stabilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara mitra dagangnya. Merosotnya nilai rupiah dimungkinkan menyebabkan jumlah hutang perusahaan dan biaya produksi menjadi bertambah tinggi jika dinilai dengan rupiah, dan akhirnya berujung pada berkurangnya profitabilitas perusahaan.
1
Setiap perusahaan memiliki tujuan yang hendak dicapai, mencari keuntungan menjadi salah satu tujuan perusahaan. Seorang manajer dalam melakukan
kegiatan
apapun
untuk
perusahaan,
harus
dipikirkan
dan
diperhitungkan dengan baik-baik. Begitu juga risiko yang akan diperoleh dalam melakukan kegiatan didunia bisnis. Analisis risiko penting dilakukan untuk semua keputusan perusahaan, khususnya yang berkaitan dengan penganggaran keuangan didalam perusahaan. Semakin tinggi risiko saham atau obligasi, semakin tinggi pula tingkat risiko yang akan diterima perusahaan. Stabilitas moneter tetap terjaga dan menyediakan landasan yang lebih kokoh bagi pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan.
Nilai tukar rupiah
mengalami penguatan dari rata-rata sebesar Rp 9.093/USD di bulan April 2007 menjadi Rp 8.838/USD di bulan Mei 2007. Beberapa faktor yang mendukung penguatan mata uang Rupiah tersebut adalah kinerja NPI yang masih cukup baik, imbal hasil rupiah yang masih menarik, cadangan devisa yang cukup tinggi, eksposur risiko nilai tukar yang dalam sistem perbankan yang tetap terjaga, ketahanan fiskal Pemerintah, dan ekses likuiditas global yang masih cukup besar. Dengan penguatan nilai tukar Rupiah dan terjaganya ekspektasi inflasi. Dalam proses tersebut, yang tampak mengerucut adalah proses integrasi mata uang di dunia. Hal ini sangat mudah untuk dimengerti, sebab dengan mata uang yang berbeda-beda, maka perjalanan barang eksport antar negara, misalnya: indonesia mengeksport barang keluar negeri, terpaksa melewati dua pintu bea cukai dan tiga mata uang. Jika fluktuasi mata uang antara negara begitu besar, maka perjalanan barang tersebut menghadapi risiko nilai tukar yang sangat besar.
2
Maka dapat disimpulkan bahwa portofolio hutang sangat rentan terhadap berbagai risiko, yaitu tambahan beban/biaya hutang secara signifikan, baik berupa risiko pembiayaan kembali (refinancing risk) akibat struktur jatuh tempo yang tidak seimbang maupun risiko pasar akibat perubahan suku bunga dan nilai tukar. Risiko-risiko tersebut secara terus-menerus harus dikelola dengan sebaik-baiknya agar krisis fiskal dapat dihindari, dengan memprediksi risiko-risiko yang akan terjadi sebelum memutuskan sebuah keputusan dalam perusahaan. Perusahaan menghindari diri dari eksposur dengan melakukan manajemen aktiva dan utang, yaitu pengkoordinasian antara pengadaan dana dan pemerolehan aktiva. Suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya tidak akan terlepas dari masalah pemenuhan kebutuhan dana untuk pembiayaannya. Kebutuhan akan pembiayaan dapat dipenuhi dari berbagai sumber, yaitu dengan pendanaan dari modal sendiri, hutang dari bank, pengeluaran surat hutang, atau dari emisi saham. Untuk sumber pendanaan yang berasal dari saham, pada umumnya perusahaan akan menawarkan sahamnya kepada publik atau masyarakat. Manajer keuangan dalam mengambil keputusan untuk pedanaan perusahaan, harus dipikirkan dan diperhitungkan dengan baik-baik. Begitu juga resiko yang akan dihadapi oleh perusahaan. Setelah perusahaan tersebut telah mendapat keputusan dalam pendanaan, maka manajer keuangan tersebut mengambil kebijakan perusahaan yang bermanfaat bagi perusahaan. Manajer keuangan harus cermat dalam memberikan kebijakan untuk menangani resiko yang sedang atau akan terjadi diperusahaan. Kebijakan perusahaan sangat penting untuk kemajuan
3
perusahaan, maka manajer keuangan harus dapat mengperhitungkan dan menganalisa resiko yang akan terjadi. Indeks LQ45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham yang termasuk didalam LQ45 terus dipantau dan setiap 6 bulan akan diadakan review (awal Februari, dan Agustus). Apabila ada saham yang sudah tidak masuk kriteria maka akan diganti dengan saham lain yang memenuhi syarat. Komposisi saham dalam LQ45 memiliki market kapitalisasi yang besar Memiliki korelasi yang besar dengan Composite Index Memiliki korelasi erat antara LQ-45 dengan saham-sahamnya sehingga dapat menjadi sarana Hedging bagi saham-saham likuid di Indonesia. Sudah dikenal sebagai indikator saham-saham terlikuid Fluktuasi relatif cukup besar. Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis adanya Pengaruh Risiko nilai tukar mata uang Rupiah Dollar terhadap Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen pada perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Jakarta, sehubungan dengan perkiraan fluktuasi nilai tukar Rupiah ditentukan oleh penawaran dan permintaan di pasar memiliki risiko yang tinggi di Bursa Efek Jakarta.
4
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah yang diambil sebagai berikut: a. Apakah ada pengaruh Risiko Nilai Tukar terhadap Kebijakan Hutang. b. Apakah ada pengaruh Risiko Nilai Tukar terhadap Kebijakan Dividen. c. Apakah ada pengaruh Risiko Nilai Tukar terhadap Kebijakan Hutang pada saat dikontrol oleh Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Current Asset To Total Asset (CATA), dan Current Liability To Total Asset (CLTA). d. Apakah ada pengaruh Risiko Nilai Tukar terhadap Kebijakan Dividen pada saat dikontrol oleh Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Current Asset To Total Asset (CATA), dan Current Liability To Total Asset (CLTA).
1.3. Batasan Masalah Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut: a. Variabel yang diajukan sebagai indikator dalam Kebijakan Hutang adalah Debt Size Ratio (DSR), Debt Maturity (DM), Long Term Debt To Equity Ratio (LDE), Dan Debt Equity Ratio (DER). b. Variabel yang diajukan sebagai indikator dalam kebijakan Dividen adalah Deviden Yield (DY), Dividen Payout Ratio (DIV). c. Variabel yang diajukan sebagai Variabel kontrol adalah Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Current Asset To Total Asset Ratio (CATA), Dan Current Liability To Total Asset (CLTA).
5
d. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan non keuangan yang selama 2 tahun berturut-turut terdaftar di perusahaan Indeks LQ-45 di BEJ. e. Periode laporan keuangan yang diteliti dibatasi meliputi tahun 2003 2006.
1.4. Tujuan Penelitian. Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh Risiko Nilai Tukar terhadap Kebijakan Hutang di Bursa Efek Jakarta. 2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh Risiko Nilai Tukar terhadap Kebijakan Dividen di Bursa Efek Jakarta.. 3. Untuk mengetahui konsistensi pengaruh Risiko Nilai Tukar terhadap Kebijakan Hutang pada saat dikontrol oleh Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Current Asset To Total Asset (CATA), dan Current Liability To Total Asset (CLTA) di Bursa Efek Jakarta. 4. Untuk mengetahui konsistensi pengaruh Risiko Nilai Tukar terhadap Kebijakan Dividen pada saat dikontrol oleh Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Current Asset To Total Asset (CATA), dan Current Liability To Total Asset (CLTA) di Bursa Efek Jakarta.
6