BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman manusia dihadapkan oleh berbagai macam hal
diantaranya komunikasi. Komunikasi yang salah akan mengakibatkan timbulnya persoalan yaitu salah persepsi. Sebagai mahkluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya. Rasa ingin tahu memaksa manusia perlu berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakat. Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Begitu pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia dan harus diakui bahwa manusia tidak akan bisa hidup tanpa komunikasi karena manusia adalah mahkluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Profesor Wilbur Scramm dalam Changara (2011:1) menyebutkan bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi. Dengan berkomunikasi maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh manusia bisa berjalan dengan baik. Tanpa adanya komunikasi yang baik mengakibatkan ketidakteraturan
dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik itu di rumah, organisasi, perusahaan dan dimanapun manusia itu berada. Menurut Harold D. Lasswell dalam (Changara, 2011 : 2) salah seorang peletak dasar ilmu komunikasi lewat ilmu politik menyebutkan tiga fungsi dasar yang menjadi penyebab, mengapa manusia perlu berkomunikasi. Pertama, adalah hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Kedua, adalah upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Ketiga, adalah upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi. Jadi komunikasi jelas tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota mayarakat. HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang dapat melemahkan kekebalan tubuh pada manusia. Jika seseorang terkena virus semacam ini akan mudah terserang infeksi oportunistik atau mudah terkena tumor. Untuk sampai saat ini, penyakit HIV/ AIDS belum bisa disembuhkan dan ditemukan obatnya, kalau pun ada itu hanya menghentikan atau memperlambat perkembangan virusnya saja, sementara AIDS singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan kumpulan dari gejala dan infeksi atau biasa disebut sindrom yang diakibatkan oleh kerusakan sistem kekebalan tubuh manusia karena virus HIV. Virus HIV dan virus-virus sejenisnya biasanya tertular melalui kontak langsung antara aliran darah dengan cairan tubuh yang didalamnya terkandung HIV, yakni darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan virus ini sering terjadi pada saat seseorang berhubungan intim, jarum suntik yang terkontaminasi, transfusi darah, ibu yang sedang menyusui, dan berbagai macam bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Banyak penderita HIV mulai dari anak-anak yang masih dibawa umur sekalipun hingga orang tua atau dewasa. Kebanyakan dari penderita penyakit ini termarginalkan dikalangan masyarakat. Bahkan sebagian darinya memilih memisahkan diri dari populasinya. Padahal kalau dipikir lebih jauh, bukan suatu hal yang pantas untuk dipermasalahkan. Penyakit bukan suatu pilihan dari orang-orang yang mengalami penyakit , tapi penyakit yang memilih orang tersebut yang tertular dari orang lain. Menurut para ilmuwan, penyakit yang ditularkan melalui virus ini berasal dari negaranegara sub Afrika. AIDS telah menginfeksi kurang lebih 38 juta penduduk dunia sejak munculnya sebagai salah satu pembunuh terkejam di dunia. Penyakit ini pun telah merenggut hingga 25 juta orang sejak kemunculannya. Itu berarti bahwa penyakit ini bukanlah suatu penyakit yang pantas kita lihat sebelah mata. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengumumkan jumlah orang terinfeksi HIV diseluruh dunia sebanyak 10-12 juta orang dan 2 juta diantaranya sudah mencapai tahap AIDS. Kini lebih dari 38,6 juta orang di seluruh dunia diperkiraan sekarang telah terinfeksi dan hidup dengan HIV / AIDS. UNAIDS (United Nation AIDS) bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. 3,3 juta di antaranya berada di bawah usia 15. Pada tahun 2011, sekitar 2,5 juta orang yang baru terinfeksi HIV. 330.000 berada di bawah usia 15 tahun. Setiap hari hampir 7.000 orang tertular HIV-hampir 300 orang setiap jam. Pada tahun 2011, 1,7 juta orang meninggal karena AIDS. 230.000 dari mereka di bawah usia 15. Sejak awal epidemi, lebih dari 60 juta orang telah terinfeksi HIV dan hampir 30 juta telah meninggal terkait HIV.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 2012 mengeluarkan data penderita HIV/AIDS di Indonesia mencapai 31.685 orang dengan pembagian 92.251 pengidap HIV dan 39.434 pengidap AIDS. Pada tahun 2012 penyebaran HIV/AIDS melalui hubungan seks beresiko menurut catatan Kemenkes mendominasi hingga 77.4% penyebab HIV/AIDS," ujar Deputi Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional Fonny J Silfanus pada metrotvnews. DKI Jakarta menduduki peringkat pertama sebagai penderita (HIV/ AIDS) tertinggi dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Sepanjang 1987 sampai Maret 2012, sebanyak 5.118 kasus dan kasus HIV-nya mencapai 20.216 kasus. Adapun jumlah total penderita HIV di Kabupaten Cirebon berdasarkan data Dinas Kesehatan tepatnya pada november tahun 2012 tercatat 634 dan dari jumlah tersebut 36 persen adalah penderita HIV perempuan atau sekitar 229 orang. Penyakit ini didominasi usia produktif. Dari 17 tahun sampai 52 tahun. Sesuai aturan Perda Nomor 1 tahun 2010 tentang Penanggulangan HIV AIDS, siapa pun yang pernah melakukan perilaku yang berisiko, wajib memeriksakan diri di klinik pemerintah. Masyarakat harus mewaspadai penularan penyakit HIV AIDS. Undang-undang tentang CSR di Indonesia tertuang dalam Undang-Undang Perseroan Terbuka (PT) No. 40 tahun 2007 pasal 74 ayat 1 yaitu : “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab social (CSR) dan lingkungannya, perseseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. PT Pertamina EP Region Jawa sebagai perusahaan pengeboran terbesar di Indonesia juga memiliki public relation/ humas. Humas disini menangani banyak kegiatan salah satunya program Corporate Social Responsibility (CSR) yang merupakan suatu wadah bagi perusahaan untuk memberikan tanggung jawabnya kepada desa binaannya dalam mensejahterakan
masyarakat. Perusahaan memiliki pengaruh dari famor besarnya di hadapan khalayak, terutama dalam mensejahterakannya. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial/ lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. Menurut Kotler dan Nancy (2005) Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan. Program CSR merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana biaya (cost centre) melainkan sebagai sarana meraih keuntungan (profit centre). Program CSR merupakan komitmen perusahaan untuk mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Pemilik dan pengelola perusahaan sudah mulai sadar bahwa mereka juga memiliki tanggung jawab sosial (corporate sosial responsibiity) untuk turut serta menjaga keselamatan lingkungan masyarakat. Manajemen perusahaan mencari cara untuk dapat memenuhi tanggung jawab tersebut, yaitu dengan mendirikan bagian humas yang diberi tanggung jawab untuk mengurus masalah itu. Dengan demikian humas adalah suatu bentuk komunikasi yang berlaku terhadap semua jenis organisasi, baik yang bersifat komersial yang bertujuan mencari keuntungan (profit) maupun perusahaan nonkomersial yang tidak mencari keuntungan. Tidak peduli apakah organisasi itu berada di sektor pemerintahan maupun sektor swasta. Praktisi humas senantiasa dihadapkan pada tantangan dan harus menangani berbagai macam fakta yang sebenarnya.
Kebutuhan akan humas merupakan salah satu elemen yang menentukan kelangsungan hidup suatu organisasi. Salah satu dari program CSR PT Pertamina EP Region Jawa adalah dengan mengadakan Sosialisasi. Sosialisasi yang dilakukan oleh PT Pertamina EP Region Jawa dalam rangka hari HIV/AIDS sedunia yang bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan Aids (KPA) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon. Kegiatan CSR ini dapat berpengaruh terhadap sikap masyarakat tentang HIV/AIDS. Sebagai bentuk kepedulian PT Pertamina EP Region Jawa yang memberikan sosialisasi bahaya HIV/AIDS kepada masyarakat akan pentingnya sosialisasi agar masyarakat mendapat pengetahuan dan terhindar dari bahaya virus menular ini. Kegiatan sosialisasi HIV/AIDS dilaksanakan selama tiga hari yakni pada tanggal 6, 11 dan 12 desember 2012. Sosialisasi bahaya HIV/ AIDS di enam Desa berlangsung di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon, di Desa Adidharma, Jadimulya, Mertasinga, Astana, Jatimerta dan Klayan. Sosialisasi itu diberikan dalam kurun waktu tertentu yang diharapkan dapat merubah sikap seseorang mencakup aspek kognisi (pengetahuannya), aspek afeksi (perasaannya) dan aspek konasi (kecenderungan bertindak). Akan tetapi, permasalahan yang timbul apakah sosialisasi bahaya HIV/ AIDS berpengaruh terhadap sikap masyarakat untuk menjauhi ataupun mencegah HIV/ AIDS agar tidak menjangkiti dirinya dan sosialisasi bahaya HIV/AIDS ini kurang ada respons yang baik dilihat dari jumlah kehadiran dari masyarakat pada saat sosialisasi itu dilaksanakan sesuai dengan data tabel dibawah ini : Tabel .1.1. Daftar Hadir dalam Sosialisasi Bahaya HIV/AIDS di Kecamatan Gunung Jati. No.
Desa
Jumlah
Penduduk
Target
Hadir
1.
Adidharma
5.739
100
30
2.
Jadimulya
6.893
100
60
3.
Mertasinga
5.986
100
93
4.
Astana
4.852
100
45
5.
Jatimerta
4.410
100
54
6.
Klayan
9.223
100
73
JUMLAH
37.103
600
355
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Atas dasar tabel itu, diatas jelaslah terlihat bahwa kehadiran dari masyarakat tidak sesuai dengan target diduga kurangnya komunikasi, jadwal sosialisasi yang salah dan berbagai faktor lain yang mempengaruhinya. Masyarakat menduga bahwa sosialisasi bahaya HIV/AIDS hanya untuk penderita HIV/AIDS dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang HIV/AIDS sendiri.
Padahal
sosialisasi ini ditujukan untuk semua orang dan semua kalangan untuk mencegah penularan HIV/ AIDS, dan upaya penanganan yang baik agar masyarakat lebih tahu dan memahami bahwa AIDS tidak terjangkit kalau tidak ada kontak darah secara langsung. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang hasilnya akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul : “Pengaruh Sosialisasi Bahaya HIV/AIDS Oleh HUPMAS PT Pertamina EP Region Jawa Terhadap Sikap Masyarakat Tentang HIV/AIDS di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon”.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis merumuskan masalah yaitu: “Sejauh mana Pengaruh Sosialisasi Bahaya HIV/AIDS Oleh PT Pertamina EP Region Jawa Terhadap Sikap Masyarakat di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon”.
1.3.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diambil beberapa identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan salah satu program CSR mengenai sosialisasi bahaya HIV/AIDS yang dilakukan oleh PT Pertamina EP Region Jawa terhadap sikap masyarakat di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon? 2. Sejauhmana target sosialisasi bahaya HIV/AIDS oleh PT Pertamina EP Region Jawa tercapai di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon? 3. Seberapa besar pengaruh sosialisasi bahaya HIV/AIDS oleh PT Pertamina EP Region Jawa terhadap sikap Masyarakat di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon ? 4. Apa hambatan-hambatan yang dihadapi dalam sosialisasi bahaya HIV/AIDS oleh PT Pertamina EP Region Jawa Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon ?
1.4.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk Mengetahui sosialisasi bahaya HIV/AIDS yang dilakukan oleh PT Pertamina EP Region Jawa terhadap sikap masyarakat di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon. 2. Untuk mengetahui sejauhmana target sosialisasi bahaya HIV/AIDS oleh PT Pertamina EP Region Jawa tercapai dan mempengaruhi sikap masyarakat di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon. 3. Untuk mengetahui pengaruh sosialisasi bahaya HIV/AIDS oleh PT Pertamina EP Region Jawa terhadap sikap Masyarakat di Kecamatan Gunung Jati. 4. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam sosialisasi bahaya HIV/AIDS oleh PT Pertamina EP Region Jawa Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon.
1.5.
Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu menambah hazanah keilmuan bagi program studi ilmu komunikasi khususnya dalam dunia humas/ public relations dan perbendaharaan literatur pada perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Swadaya Gunung Jati serta hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan evaluasi bagi PT Pertamina EP Region Jawa. 2. Secara Praktis
Dapat menambah pengetahuan untuk masyarakat pentingnya sosialisasi bahaya HIV/AIDS dan bisa menjadi masukan bagi PT Pertamina EP Region Jawa, serta bagi penulis sendiri untuk menambah wawasan.
1.6.
Kerangka Pemikiran. Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Begitu pentingnya komunikasi dalam
kehidupan manusia, dan harus diakui bahwa manusia tidak akan bisa hidup tanpa komunikasi karena, manusia adalah mahkluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Tanpa adanya komunikasi yang baik mengakibatkan ketidakteraturan dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik itu di rumah, organisasi, perusahaan dan dimanapun manusia itu berada. Komunikasi menurut Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (2009:11), mengatakan : “komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media)”. Organisasi ataupun lembaga mengerjakan pekerjaan setiap hari selalu menggunakan komunikasi terhadap bawahan yang berwujud perintah, pemeberian bimbingan, pemberian penerangan, laporan dan dan sebagainya terutama hubungan antara pengusaha dan karyawan, antara kepala dan bawahan. Adapun komunikasi menurut Cangara (2011:19-20) yaitu: “Komunikasi adalah suatu bentuk transaksi, proses simbolik, yang menghendaki orangorang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia, melalui pertukaran informasi, untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”. Berdasarkan uraian diatas, dengan komunikasi yang baik diharapkan setiap kegiatan yang berlangsung dapat berjalan dengan semestinya terutama dari perusahaan terhadap masyarakatnya dan memeproleh suatu keuntungan bagi masing-masing pihak.
Dengan adanya komunikasi diharapkan dapat membina hubungan yang baik antara PT Pertamina EP Region Jawa Cirebon dengan desa-desa binaannya. Agar komunikasi berjalan dengan semestinya maka perlu diperhatikan tujuan komunikasi, dimana komunikasi sangat besar manfaatnya bagi pelaksana. Hal ini sejalan dengan pendapat Effendi (2009 : 8) sebagai berikut : 1) Perubahan Sosial dan Partisipasi Sosial. Memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan akhirnya supaya masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi itu disampaikan. Misalnya agar masyarakat tahu apa itu hiv/aids maka perlu hadir dalam kegiatan sosialisasi bahaya hiv/ aids. 2) Perubahan Sikap. Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah sikapnya. Misalnya kegiatan memberikan informasi mengenai hiv/aids tujuannya adalah supaya masyarakat tahu bahaya yang ditimbulkan dari virus hiv dan penyakit aids yang menyebabkan kematian dan sikap masyarakat akan positif terhadap penderita hiv/aids dengan tidak mengisolasinya.
3) Perubahan Pendapat. Memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan akhirnya supaya masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi itu disampaikan, misalnya dalam informasi mengenai hiv/aids. Terutama informasi mengenai bahaya yang ditimbulkan dari hiv/aids yang biasanya banyak membunuh orang diseluruh dunia. Maka dari itu, masyarakat harus disertai penyampaian informasi yang lengkap supaya
pendapat masyarakat dapat terbentuk untuk mendukung kegiatan menghindari berbagai hal yang mendekati aids tersebut. 4) Perubahan Perilaku. Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah perilakunya. Misalnya kegiatan memberikan informasi mengenai bahaya hiv/aids tujuannya adalah supaya masyarakat mengetahui dampak yang ditimbulkan dan bagaimana pencegahannya dan perilaku masyarakat akan positif. Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Sosialisasi adalah proses belajar yang dilakukan oleh seseorang (individu) untuk berbuat atau bertingkah laku berdasarkan patokan yang terdapat dan diakui dalam masyarakat. Dalam proses belajar atau penyesuaian diri itu seseorang kemudian mengadopsi kebiasaan, sikap dan ide-ide dari orang lain kemudian seseorang mepercayai dan mengakui sebagai milik pribadinya. Hal ini Edward A. Ross dalam Abdul Syani (2007:57) berpendapat bahwa sosialisasi adalah pertumbuhan perasaan kita dan perasaan ini akan menimbulkan tindakan segolongan. Banyak macam perasaan ini ditimbulkan dan tipis tebalnya perasaan in tergantung pada macam golongan yang mendatangkan pengaruh itu. Dirdjosisworo dalam (Abdul Syani, 2007 : 57) bahwa sosialisasi mengandung tiga pengertian, yaitu: 1. Proses sosialisasi adalah proses belajar yaitu suatu proses akomodasi dengan mana individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil alih cara hidup kebudayaan masyarakatnya. 2. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaa, sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku, dan ukuran kepatuhan tingkah-laku di dalam masyarakat dimana ia hidup. 3. Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya.
Sosialisasi dapat terjadi secara langsung, bertatap muka dalam pergaulan sehari-hari, dapat juga terjadi secara tidak langsung, seperti melalui telepon, surat atau melalui media massa. Sosialisasi dapat berlangsung lancar dan biasanya dengan sedikit kesadaran bahwa seseorang sedang disosialisasikan atau sengaja mensosialisasikan diri terhadap kebiasaan kelompok masyarakat tertentu. Masyarakat yang relatif homogen sosialisasi terhadap individu cenderung lebih mudah, karena apa yang disaksikan dan apa yang dilakukan oleh anggota sekelilingnya bersifat ajeg (tetap dan berulang), sehingga pada waktu yang tidak terlalu lama individu dengan mudah meleburkan diri bersama lingkungan sosialnya itu. Sebaliknya dengan masyarakat yang bersifat heterogen biasanya tahapan sosialisasi lebih rumit karena kelompok yang memiliki nilai-nilai yang berbeda bersaing untuk mempengaruhi individu yang akan disosialisasikan. Sikap merupakan masalah yang penting dan menarik. Sikap adalah kecenderungan seseorang untuk berperilaku. Sikap masih berupa pengetahuan, pemahaman, ide-ide, gagasan, pemikiran dalam diri seseorang dan belum dituangkan secara nyata (real) dalam bentuk tindakan. Seperti yang dikemukakan oleh Louis Thurston, Rensis Likert dan Charles Osgood dalam (Azwar, 2005 : 4-5) mendefinisikan sikap adalah “suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan”. “Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu”. Breckler & Wiggins (Azwar, 2005 : 18) mendefinisikan bahwa “sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh terhadap perilaku”. Struktur sikap menurut Walgito (2003 : 127) terdiri dari tiga komponen membentuk stuktur sikap, yaitu : 1. Komponen Kognitif (Komponen Perseptual)
yang
Yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap. 2. Komponen Afektif (Komponen Emosional) Yaitu komponen yang berhubngan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal positif sedangkan rasa tidak senang merupakan hal negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap positif dan negatif. 3. Komponen Konatif (Komponen Perilaku) Yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Dari bermacam-macam pendapat tersebut dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa sikap itu merupakan : “Sikap itu merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yan relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya”. Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat pada kerangka proses sosialisasi bahaya HIV/AIDS oleh PT Pertamina EP Region Jawa terhadap sikap masyarakat di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon adalah sebagai berikut : Mengikuti
Bagan
CSR PT Pertamina EP Region Jawa
Sosialisasi Bahaya HIV/AIDS
-
Masyarakat : -Umum -Khusus /Perorang -Terserang HIV/AIDS
Sikap Terhadap Bahaya HIV/AIDS
Tidak Mengikuti
Gambar .1.1. Proses Sosialisasi Bahaya HIV/ AIDS PT Pertamina EP Region Jawa
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi bahaya HIV/AIDS berpengaruh pada sikap masyarakat. Hal tersebut digambarkan dalam suatu paradigma penelitian.
Variabel X SOSIALISASI BAHAYA HIV/AIDS 1. Proses Akomodasi 2. Proses Belajar 3. Sikap dan Kecakapan/ Skill
Variabel Y SIKAP MASYARAKAT Terhadap Bahaya HIV/AIDS 1. Komponen Kognitif 2. Komponen Afektif 3. Komponen Konatif
Gambar .1.2. Pengaruh Sosialisasi Bahaya HIV/AIDS Oleh PT Pertamina EP Region Jawa Terhadap Sikap Masyarakat Di Kecamatan Gunung Jati.
Berdasarkan paradigma tersebut diatas, terlihat bahwa sosialisasi bahaya HIV/AIDS mempengaruhi sikap masyarakat di Kecamatan Gunung Jati. 1.6.1. Hipotesis Penelitian Berdasarkan anggapan dasar tersebut maka selanjutnya penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut : “Diduga ada pengaruh yang positif dan signifikan antara Sosialisasi Bahaya HIV/AIDS oleh PT Pertamina EP Region Jawaterhadap sikap mayarakat tentang HIV/AIDS di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon”. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut :
Ho (Hipotesis Nihil) = ryx hitung < ryx tabel, tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara sosialisasi bahaya HIV/AIDS oleh PT Pertamina EP Region Jawa terhadap sikap masyarakat tentang HIV/AIDS di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon. Ha (Hipotesis Alternatif) = ryx hitung > ryx tabel, ada pengaruh yang positif dan signifikan antara sosialisasi bahaya HIV/AIDS oleh PT Pertamina EP Region Jawa terhadap sikap masyarakat tentang HIV/AIDS di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon.
1.7.
Definisi dan Operasionalisasi Variabel Definisi operasionalisasi variabel adalah proses penentuan ukuran suatu variabel, maka
tidak semua variabel penelitian harus disusun definisi operasionalnya. Ada 2 variabel yang akan penulis ambil yaitu Sosialisasi dan Sikap masyarakat. 1.
Sosialisasi (variabel bebas) yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh PT Pertamina EP Region Jawa dalam hal mensosialisasikan bahaya HIV/AIDS di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon.
2. Sub Variabel bebas adalah struktur sosialisasi yaitu sebagai berikut : a. Proses Akomodasi b. Proses Belajar c. Sikap dan Kecakapan/ Skill 3.
Sikap Masyarakat (variabel terikat) adalah suatu tindakan nyata masyarakat terhadap sosialisasi bahaya HIV/AIDS.
4.
Sub variabel terikat adalah komponen sikap yang terdiri dari : a. Komponen kognitif b. Komponen afektif
c. Komponen konatif Agar penelitian dapat dilakukan, maka variabel dan dimensi variabel yang masih bersifat abstrak harus di pecah-pecah menjadi indikator agar dapat dioperasionalisasikan dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya mengenai variabel dapat dilihat pada operasionalisasi variabel berikut : Tabel .1.2. Overasionalisasi Variabel Variabel
Dimensi
Variabel X
1. Proses
Sosialisasi
Akomodasi
Indikator Variabel 1. Kemampuan individu untuk menahan impuls 2. Kemampuan individu untuk mengubah impuls 3. Kemampuan mengambil alih cara hidup atau Budaya
Dirdjosisworo dalam Abdul Syani
2. Proses
(2007:57)
Belajar
1. Belajar tentang kebiasaan 2. Belajar tentang sikap 3. Ide-ide 4. Pola nilai 5. Tingkah laku
1. Pengendalian diri 3. Sikap
dan
2. Adaptasi
Kecakapan/ Skill Variabel Y
1. Komponen
Sikap
kognitif
1. Pengetahuan 2. Pandangan 3. Keyakinan
Walgito (2005:24)
2. Komponen Afektif
3. Komponen Konatif
1. Rasa Senang 2. Rasa Tidak Senang
1. Kecenderungan Bertindak 2. Intensitas Sikap
1.8.
Metode Penelitian Metode yang penulis terapkan dalam penelitian kali ini adalah metode kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2009 : 16), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survai. Singarimbun (2006 : 3) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan penelitian survai adalah sebagai berikut : “Penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan mengggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok”. Populasi menurut Singarimbun (2006 : 152) mengungkapkan bahwa : Populasi atau universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi menurut Sugiyono (2011 : 90) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulanya. Populasi dalam penelitian ini adalah 6 desa di Kecamatan Gunung Jati yang mendapat penyuluhan yaitu terdiri dari : Desa Adidharma, Jadimulya, Mertasinga, Astana, Jatimerta dan
Klayan. Kemudian diambil sebagian untuk dijadikan sampel dengan mengunakan teknik penarikan sampel secara random. Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel adalah Cluster Random Sampling, yaitu suatu teknik penentuan sampel dengan cara mengambil sebagian dari populasi dengan cara cluster random sampling (sampel acak klaster), pertama dimana tidak tersedia kerangka sampel berupa nama-nama individu anggota populasi karena daftar nama individu tidak tersedia kedua kalaupun kerangka sampel tersedia masih diragukan akurasinya (tingkat keakuratan). Alasan menggunakan teknik pengambilan sample klaster karena penulis mendapatkan bahwa dilapangan ada 6 desa karena waktu yang kurang memungkinkan untuk diteliti semuanya dan data yang kurang akurat disisni penulis tidak diperkenankan tahu lebih jauh mengenai data-data sosialisasi. Jadi, penulis memutuskan menggunakan teknik klaster. Adapun populasi dalam penelitian ini yang sebelumnya telah diacak dari ke enam desa tersebut didapatkan hasilnya berupa Desa Klayan dan Jatimerta yang terdiri dari : 1. Desa Klayan 2. Desa Jatimerta
: 37 :
28
Untuk menentukan sampel minimal penulis menggunakan presisi dengan rumus sebagai berikut : n= Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d² = Presisi yang ditetapkan
Berdasarkan presisi 5% dengan tingkat kepercayaan 95%, maka jumlah sampel minimal sebagai berikut : n=
65 65.(0.05)²+1
n=
65 65.(0.0025)+1
n = 56 responden Jumlah sampel sebagai responden terpilih secara representatif sebanyak 56 orang, dimana dalam penentuan sampel tersebut penulis menggunakan rumus sebagai berikut : (Sugiyono, 2000 : 67) Keterangan : nᵢ : ukuran sampel untuk cluster ke-1 Nᵢ : ukuran populasi untuk cluster ke-2 N : ukuran populasi keseluruhan n : ukuran sampel keseluruhan
Responden terpilih di Desa Klayan nK = 37 x 56 65 nK = 32 Responden terpilih di Desa Jatimerta nJ = 28 x 56 127
nJ = 24 Jadi, responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 56 orang sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
No.
Desa
Tabel 1.3. Populasi dan Sampel Populasi (N)
Sampel (n)
1.
Klayan
37
32
2.
Jatimerta
28
24
65
56
Jumlah
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Tahun 2013
1.8.1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut : 1. Studi Lapangan a. Angket Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Angket cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. b . Observasi Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Peneliti mengamati secara langsung, melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat prilaku dan kejadian sebenarnya, mencatat peristiwa dalam situasi
yang berkaitan dengan pengetahuan langsung diperoleh dari data. Guba dan Lincoln (1991). Yang terpenting disini adalah pengamatan dan ingatan.
c. Wawancara Wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan PT Pertamina EP Region Jawa dan tokoh masyarakat Desa di Kecamatan Gunung Jati. 2. Studi Kepustakaan Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan, membaca dan mempelajari buku-buku dan sumber-sumber lainnya untuk mendapatkan landasan teori yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang di teliti dan memecahkannya. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert, dengan alternatif jawaban “sangat setuju” diberi skor 5, “setuju” diberi skor 4, “ragu-ragu” diberi skor 3, “tidak setuju” diberi skor 2 dan “sangat tidak setuju” diberi skor 1. Untuk mengetahui Pengaruh Sosialisasi Bahaya HIV/AIDS Oleh PT Pertamina EP Region Jawa Terhadap Sikap Masyarakat di Kecamatan Gunung Jati. Untuk keperluan analisis data maka alternatif jawaban dalam angket diberi skor yaitu : Tabel 1.4. Alternatif Jawaban Alternatif Jawaban
Nilai Skor
a. Sangat Setuju (SS)
:
5
b. Setuju (S)
:
4
c. Ragu-ragu (RR)
:
3
d. Tidak Setuju (TS)
:
2
e. Sangat Tidak Setuju (STS)
:
1
1.8.2. Uji Instrumen Penelitian 1.8.2.1. Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Dengan kata lain sebuah instrumen dianggap memiliki validitas yang tinggi jika instrumen tersebut benar-benar dapat dijadikan alat untuk mengukur sesuatu secara tepat. Validitas merupakan ciri yang harus dimiliki oleh instrument pengukuran karena berhubungan langsung dengan dapat tidaknya data dipercaya kebenarannya. Validitas ini diuji secara kuantitatif yaitu pengujian kuesioner atau angket dengan menggunakan Koefisien Korelasi Pearson Product Moment dari Karl Pearson dengan rumus sebagai berikut :
(Rahmat, 2006 : 175) Keterangan : r = Koefisien Korelasi Pearson’s Product Moment N = Jumlah individu dalam sampel X = Angka mentah untuk variabel X Y = Angka mentah untuk variabel Y Korelasi ryx dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari (-1 ≤ r ≤ + 1). Apabila r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna, r = 0 artinya tidak ada korelasi dan r = 1 berarti korelasinya sempurna positif (sangat kuat). Sedangkan harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut : Tabel 1.5. INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI NILAI r
Interval Koefisien
Tingkat hubungan
0,00 – 0,1999
Sangat Rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Cukup
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
Sedangkan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhada Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut :
KP = r² × 100%
KP = Besarnya koefisien penentu (determinan) r = koefisien korelasi (Riduwan, 2003) 1.8.2.2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama. Pengujian reliabilitas digunakan teknik split half yaitu teknik belah dua. Skor item genap dipisahkan dengan skor item ganjil kemudian di korelasikan. Kemudian hasilnya dimasukkan ke rumus Spearman Brown, sebagai berikut : (Sugiyono, 2005 : 153)
Keterangan :
ri = Koefisien reliabilitas internal rb = Nilai koefisien korelasi Spearman 1.8.3. Uji Asumsi Klasik 1.8.3.1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui uji t dan F mengasumsi bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sample kecil. Pengujian terhadap normalitas data seluruh variabel, Sosialisasi (X) dan Sikap masyarakat (Y) menggunakan uji Skewnes yang terdapat pada program SPSS versi 17,0 For Windows. Ada dua cara untuk mendeteksi residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. 1.8.3.2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar). 1.8.4. Pengujian Korelasi dan Regresi Hubungan antara variabel bisa linier ataupun nonlinier. Dikatakan linier bila pasangan semua titik (xi, yi) terlihat bergerombol di sekitar garis lurus, dan dikatakan nonlinier bila
pasangan titik-titik tersebut terletak disekitar kurva nonlinier. Nilai yang dapat diperoleh dari korelasi adalah positif, negatif atau tidak berkorelasi. Dua variabel dikatakan berkorelasi positif jika data tersebut cenderung berubah secara berpasangan dalam arah yang sama, yaitu dalam arah menaik ataupun menurun. Nilai koefisien korelasi berkisar dari -1 sampai 1. Apabila korelasi antara dua variabel bernilai 0 , maka dua variabel tersebut saling bebas secara statistik. 1.8.4.1. Analisis Korelasi Pearson Product Moment Formula analisis korelasi, khususnya koefisien korelasi ditemukan pertama kali oleh Karl Pearson. Korelasi tersebut umum disebut pearsonian coeffisien corellation sering juga disebut The product moment koefisien korelasi (koefisien korelasi product moment). Dalam banyak permasalahan hubungan antara variabel dapat terjadi dari dua atau lebih variabel. Model yang digunakan dalam analisis korelasi adalah sebagai berikut :
(Sugiyono, 2005 : 148 )
Keterangan : ryx = koefisien korelasi product moment ∑x² = kuadrat selisih antara skor total variabel x dengan rata-ratanya ∑y² = perkalian dari selisih skor total variabel x dikurangi rata-ratanya dengan skor total variabel y di kurangi rata-ratanya. Hipotesis yang digunakan untuk menganalisa koefisien korelasi adalah berikut : Ho (Hipotesis Nihil) = ryx hitung < ryx tabel, tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara sosialisasi bahaya HIV/AIDS oleh PT Pertamina EP Region Jawa
terhadap sikap masyarakat tentang HIV/AIDS di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon. Ha (Hipotesis Alternatif) = ryx hitung > ryx tabel, ada pengaruh yang positif dan signifikan antara sosialisasi bahaya HIV/AIDS oleh PT Pertamina EP Region Jawa terhadap sikap masyarakat tentang HIV/AIDS di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon. Penolakan H0 Statistik uji yang digunakan adalah
Kriteria penolakan statistik t adalah sebagai berikut : Tolak H0 jika : atau 1.8.4.2. Analisis Regresi Sederhana Analisia regresi merupakan teknik statistik yang banyak digunkan serta memiliki manfaat yang cukup besar bagi pengambilan keputusan. Secara umum, dalam analisis regresi digunakan metode kuadrat terkecil (least square method) untuk mencari kecocokan garis regresi dengan data sample yang diamati. Dalam pembuatan model matematika ada dua aspek penting yang dapat dijadikan pedoman yaitu : Representasi pemetaaan dari karakteristik sistem konkret yang akan dipelajari Abstraksi yang merupakan transformasi karakteristik sistem konkret yang akan dielajari kedalam formula-formula matematika. Kesimpulan dalam analisis regresi diambil dengan mengambil dalih pada asumsiasumsi yang menyangkut parameter populasi. Apabila asumsi-asumsi tersebut dipenuhi, maka prosedur parametriklah yang lazim paling sesuai untuk dipergunakan. Namun bila
asumsi-asumsi dilanggar maka penetapan prosedur parametrik bisa jadi akan menghasilkan kesimpulan yang menyesatkan. Jika peristiwa tersebut terjadi, pendekatan prosedur nonparametrik dapat digunakan. 1.8.4.3. Analisis Regresi Linier Sederhana Jika ada satu variabel tak bebas atau variabel terikat (independent variabel) tergantung pada satu atau lebih variabel bebas (dependent variabel), hubungan antara kedua variabel dapat dicirikn melalui model matematika (statistik) yang disebut model regresi. Bahasan analisis regresi sederhana meliputi banyak ragam dan model antara lain regresi linier sederhana dua variabel dan regresi linier berganda.
1.8.4.4. Model Dalam model yang digunakan dalam anaisis regresi sebagai berikut: Dimana
error random dengan rata-rata nol dan varian
jika dimiliki n pasangan
observasi, misalnya (y1, x1), (y2, x2), (y3, x3),...(yn,xn). Maka perkiraan dari b0 dan b1 dapat diperkirakan dengan metode kuadrat terkecil sehingga persamaan dapat ditulis :
Dimana i = 1,2,3,..n
Sementara itu. Model taksitran terbaik diberikan oleh persamaan berikut :
1.8.5. Pengujian Hipotesis Penulis menguji hipotesis menggunakan rumus koefisien Korelasi Pearson Product Moment yaitu :
(Sugiyono, 2009:212)
Keterangan : r xy = korelasi antar variabel x dan y X = (xᵢ – x) Y = (yᵢ –y) Signifikan setiap item dari masing-masng variabel telah diperoleh dari perhitungan diatas. Selanjutnya mencari hubungan antar variabel penelitian dengan cara mengkorelasikan skor total kedua variabel akan diperoleh niai rxy hitung kemudian nilai rxy hitung dibandingkan dengan nilai rxy tael, jika nilai rxy hitung lebih besar dai nilai rxy tabel maka nilai tersebut signifikan dimana Ha diterima dan Ho ditolak. Nilai signiikan hanya berlaku untuk sampel dimana hasil penelitian diharapkan berlaku ntuk populasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Sugiyono, 2011 : 214) Perhitungan diatas menghasilkan nilai t hitung kemudian di konfirmasikan pada nilai t tabel. Jika nilai t hitung lebih besar dari niai t tabel maka hasil penelitian yang datanya berasal dari sampel berlaku juga untuk populasi. Bagian penting dalam analisis regresi adalah pengujian hipotesis secara statistik terhadap perkiraan model regresi linier sederhana yang diperoleh. Hipotesis yang digunakan dalam analisis regresi adalah : H0 : b1 = 0 Ha: b1 ≠ 0 Dengan kata lain
H0 : tidak ada hubungan linier antara variabel bebas dan variabel terikat Ha : ada hubungan linier antara variable bebas dan variabel terikat Hipotesis tersebut dilakukan dengan uji nyata garis regresi yang diperoleh. Selain uji keberartian model, dilakukan juga uji keberartian koefisien regresi menggunakan statistik t student sebagai pengujinya. Sementara itu, hipotesis yang digunakan adalah : H0 : b1 =b Ha : b1 = b Dengan kata lain : H0 = koefisisen regresi tidak signifikan Ha = koefisien regresi signifikan Kriteria penolakan Statistik uji yang digunakan sebagai berikut :
Dengan mengikuti distribusi F1.n-2 Tolak H0 jika :
1.9.
atau
Teknik Analisis Data Penulis menggunakan analisis kuantitatif yaitu menganalisa variabel penelitian
berdasarkan pengolahan data menggunakan rumus statistik. Variabel yang dianalisis meliputi variabel sosialisasi dan variabel sikap masyarakat. Data yang diperlukan terdiri dari data tentang sosialisasi Bahaya HIV/AIDS oleh PT Pertamina EP Region Jawa dan terhadap sikap masyarakat tentang HIV/AIDS di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon.
Untuk memperoleh data penulis membagi angket tertutup kepada responden. Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut diatas, penulis berusaha menganalisis penelitian tersebut dengan menggunakan analisis deskriptif korelasi. Adapun yang dimaksud dengan analisis deskriptif korelasi adalah suatu analisis dengan maksud menggambarkan dan menjelaskan kejadian-kejadian yang ada pada saat penelitian dilaksanakan serta berusaha mencari pengaruh antara variabel penelitian dengan menggunakan uji statistik non parametrik yaitu rumus product moment. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel sebelum menggunakan analisis tersebut, terlebih dahulu melakukan pengujian terhadap instrumen penelitian. Setelah terkumpul data dari hasil penyebaran angket kepada responden tiap skor nilai di kelompokkan pada masing-masing variabel untuk dimasukan kedalam rumus product moment. Adapun rumus koefisien korelasi Product Moment yang akan digunakan adalah sebagai berikut : (Sugiyono, 2005 : 148 ) Keterangan : ryx = koefisien korelasi product moment ∑x² = kuadrat selisih antara skor total variabel x dengan rata-ratanya ∑y² = perkalian dari selisih skor total variabel x dikurangi rata-ratanya dengan skor total variabel y di kurangi rata-ratanya. Keterangan : Pengolahan data dilakukan denngan mengunakan komputer (Program SPSS : Satistical Package for Social Science).
1.10.
Lokasi dan Jadwal Penelitian 1.10.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Fungsi Asset 3 Legal & Relations bagian Government & Public Relation PT Pertamina EP Region Jawa, Jl. Patra Raya Klayan No. 1 Klayan Cirebon 45151 dan di Desa yang terpilih menjadi sampel yaitu Desa Klayan dan Desa Jatimerta Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon. 1.10.2. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian Alasan memilih PT Pertamina EP Region Jawa Klayan-Cirebon sebagai lokasi penelitian dikarenakan PT Pertamina EP Region Jawa merupakan perusahan MIGAS terbesar di Indonesia sehingga kredibilitas perusahan tidak diragukan lagi dalam hal Corporate Social Responsibility (CSR) nya. Alasan
terpilihnya
Desa
Klayan
dan
Desa
Jatimerta
karena
faktor
ketidaksengajaan sampel acak dan karena desa ini termasuk salah satu desa yang jumlah peserta sosialisasinya sedikit. 1.10.3. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan bulan Mei 2013. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel .1.6.
JADWAL PENELITIAN SKRIPSI No.
Tahun
2013
Bulan
Februari
Maret
April
Mei
Jenis Kegiatan Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
TAHAP PERSIAPAN
1.
Studi Literatur
2.
Pengamatan Lapangan Penyusunan proposal dan
3. bimbingan draft 4.
Seminar proposal TAHAP PELAKSANAAN
1.
Penyebaran
angket
dan
wawancara 2.
Pengolahan data
3.
Penyusunan dan bimbingan draft skripsi TAHAP AKHIR
1.
Seminar draft skripsi
2
Sidang skripsi