BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Kolesterol merupakan salah satu kata yang sering diucapkan oleh masyarakat umum terutama bila menyangkut masalah kesehatan, biasanya dengan konotasi yang negatif. Sesungguhnya kolesterol tidak lah selalu jelek. Dari segi ilmu kimia kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks yang dihasilkan oleh tubuh untuk bermacam macam fungsi, antara lain membuat hormon seks, adrenal, membentuk dinding sel dan lain-lain. Karena demikian pentingnya fungsi kolesterol maka tubuh membuatnya sendiri didalam hati (liver). Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Sejauh pemasukan ini masih seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita akan tetap sehat. Tetapi sangat disayangkan kebanyakan dari kita memasukan memasukan kolesterol lebih dari apa yang diperlukan yaitu dengan makan makanan yang mengandung lemak yang kaya akan kolesterol dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini dapat dimengerti karena hidangan lezat umumnya mengandung banyak lemak. Hasilnya mudah diterka, yaitu kadar kolesterol darah meningkat sampai diatas angka normal yang diinginkan.
1
2
Kelebihan tersebut dengan zat-zat lain dan mengendam didalam pembuluh darah arteri, yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang dikenal sebagai atherosclerosis. Seperi yang telah disebutkan diatas bila penyempitan dan pengerasan cukup berat, sehingga mengakibatkan suplai darah ke otot jantung tidak cukup jumlahnya, maka timbul sakit atau nyeri dada yang disebut angina bahkan dapat menjurus ke serangan jantung. Disinilah kolesterol tersebut terpapan negatif terhadap kesehatan. Karena alasan tersebut diatas mak kadar kolesterol yang abnormal menjadi faktor resiko yang utama menjadi PJK.( Imam Soeharto, 2002) Hiperkolesterol adalah suatu penyakit kelainan lemak yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol dalam darah yaitu meningkatnya kadar LDL dan menurunnya kadar HDL dalam darah Hiperkolesterol merupakan faktor risiko penyebab kematian di usia muda, berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2002, tercatat sebanyak 4,4 juta kematian akibat hiperkolesterol atau sebesar 7,9% dari jumlah total kematian di usia muda. Di Indonesia, angka kejadian hiperkolesterolemia penelitian MONICA I (1988) sebesar 13.4 % untuk wanita dan 11,4 % untuk pria. Pada MONICA II (1994) didapatkan meningkat menjadi 16,2 % untuk wanita dan 14 % pria. Prevalensi hiperkolesterolemia masyarakat pedesaan, mencapai 200-248 mg/dL atau mencapai 10,9 persen dari total populasi pada tahun 2004,. Penderita pada generasi muda, yakni usia 25-34 tahun, mencapai 9,3 persen.
3
Wanita menjadi kelompok paling banyak menderita masalah ini, yakni 14,5 persen, atau hampir dua kali lipat kelompok laki-laki. Menurut Kaskus (2009) kolesterol dapat disintesa oleh semua jaringan tubuh. Hati dan dinding usus merupakan tempat sintesa yang utama, namun hanya yang diproduksi oleh hatilah yang dapat sampai ke peredaran darah. Kolesterol terdapat didalam semua jaringan tubuh terutama dalam jaringan otak, empedu, selaput pelindung urat saraf, hati, ginjal, kelenjar anak ginjal, darah dan lain-lain. Menurut penelitian, sekitar 80% kolesterol disintesa oleh tubuh. Setiap hari disintesa sebanyak 400-1200 mg cukup untuk keperluan tubuh/hari, dan dipakai oleh tubuh sebanyak 1000-1500 mg/hari. Kosentrasi kolesterol normal 160-260 mg/100ml. Dalam kehidupan sehari-hari kita membutuhkan makanan untuk memberikan energi pada tubuh kita. Zat gizi yang menghasilkan tenaga adalah karbohidrat dan lemak (lipid). Dan lemak memberikan energi paling banyak dan tinggi. Dari 1 gram lemak bisa menghasilkan 9 kalori, sedangkan 1 gram karbohidrat hanya akan menghasilkan 4 kalori. Lemak dibutuhkan oleh tubuh untuk proses produksi berbagai macam hormon, melapisi membran sel, membungkus jaringan saraf (mielin)., prekursos prostaglandin dalam pelarut vitamin (vitamin A, D,E, dan K). Khusus pada annak-anak lemak,tkolesterol, dan derivatnya sangat dibutuhkan untuk perkembangan sel otak yang akan menentukan tingkat kecerdasan si anak.( Iman Soeharto, 2002)
4
Hal-hal yang mempengaruhi kadar kolesterol yaitu merokok, kurang mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, mengkonsumsi alkohol yang berlebih, obesitas dan kurang aktivitas, diabetes melitus, stres, kebiasaan minum kopi berlebihan, keturunan, usia dan jenis kelamin (Nilawati,2008). Menurut konsep bekam, di luar negeri sudah banyak diteliti tentang cara kerja dan manfaat dari terapi bekam, seperti yang dilakukan oleh Sholih (2001) dengan mengemukakan sisi ilmiah terapi bekam. Menurut Sholih (2001), pengobatan dengan bekam telah dipelajari dalam kurikulum kedokteran di Amerika. Pengobatan bekam terbukti bermanfaat karena orang yang melakukan pengobatan dengan bekam dirangsang pada titik saraf tubuh seperti halnya pengobatan akupuntur. Tetapi dalam akupuntur yang dihasilkan hanya perangsangan, sedangkan bekam selain dirangsang juga terjadi pergerakan aliran darah. Unsur besi yang terdapat dalam darah manusia kadaranya berbeda-beda. Bisa berupa unsur panas yang dapat menyebabkan terhambatnya aktifitas sel-sel sehingga mengurangi imunitas terhadap virus. Oleh karena itu, pasien yang dalam darah kandungan besinya tinggi, reaksi pengobatan lebih lambat dibandingkan pasien kandungan besinya rendah dalam darah. Risetnya juga membuktikan, pembuangan sebagian darah seperti dalam terapi bekam terbukti mampu memulihkan reaksi pengobatan menjadi lebih cepat sehingga bekam bisa diterapkan sebagai terapi pendamping pengobatan medis. Berdasarkan hasil percobaan yang pernah dilakukan Sholih (2001) pada orang dengan kadar kolesterol yang cukup tinggi dalam darahnya. Setelah
5
pasien diterapi bekam dan di beri obat statine memiliki reaksi positif dan kadar kolesterol dapat turun. Padahal sebelum dibekam reaksi terhadap obat tersebut hampir tidak bereaksi. Dalam pengantar buku berjudul Bekam Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis, Yasin (2005) memberikan penjelasan berbeda tentang cara kerja bekam. Menurutnya, di bawah kulit dan otot terdapat banyak titik saraf. Titik-titik ini saling berhubungan antara organ tubuh satu dengan lainnya sehigga bekam dilakukan tidak selalu pada bagian tubuh yang sakit namun pada titik simpul saraf terkait. Pembekaman biasanya dilakukan pada permukaan kulit (kutis), jaringan bawah kulit (sub kutis) jaringan ini akan “rusak”. Kerusakan disertai keluarnya darah akibat bekam akan ikut serta keluar beberapa zat berbahaya seperti serotonin, histamin, bradikinin dan zat-zat berbahaya lainnya. Menurut pengantar buku berjudul Bekam Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis, Umar, memberikan penjelasan berbeda tentang cara kerja bekam. Menurutnya, di bawah kulit dan otot terdapat banyak titik saraf. Titik-titik ini saling berhubungan antara organ tubuh satu dengan lainnya sehigga bekam dilakukan tidak selalu pada bagian tubuh yang sakit namun pada titik simpul saraf terkait. Pembekaman biasanya dilakukan pada permukaan kulit (kutis), jaringan bawah kulit (sub kutis) jaringan ini akan “rusak”. Kerusakan disertai keluarnya darah akibat bekam akan ikut serta keluar beberapa zat berbahaya seperti serotonin, histamin, bradikinin dan zat-zat berbahaya lainnya. Bekam juga menjadikan mikrosirkulasi pembuluh darah sehingga timbul efek relaksai pada otot sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Sutomo, 2006).
6
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan dengan media wawancara dengan bapak Herman pada tanggal 20 November 2011 di Klinik Bekam Fatimah Batra Holistik didapatkan data rata-rata pasien yang datang dengan keluhan peningkatan kadar kolesterol satu tahun terakhir adalah sejumlah 150 orang. Selain pasien dengan hiperkolesterol yang datang diklinik tersebut juga terdapat pasien dengan asam urat, hipertensi, gejala diabetes dan masih banyak lagi. Menurut bapak Herman ada penurunan atau perubahan kolesterol setelah di lakukan pembekaman sekitar 5-10%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai memilih pengobatan alternatif untuk mengobati keluhan-keluhan kesehatan. Khususnya masyarakat Kabupaten Kebumen sudah mulai menggunakan pengobatan alternatif terapi bekam dimana hal ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti untuk meneliti tentang peningkatan kadar kolesterol dalam darah. Berdasarkan latar belakang yang sudah peneliti paparkan di atas, terapi alternatif bekam ternyata mempunyai manfaat yang sangat besar, khususnya dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Dan apakah benar terapi bekam efektif untuk menurunkan kada kolesterol dalam darah? Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui pengaruh dari terapi bekam tersebut untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
7
B. PERUMUSAN MASALAH Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai yaitu sebagai berikut : ” Apakah ada pengaruh antara bekam terhadap penurunan kadar kolesterol dalam darah pada pasien hiperkolesterol? ”
C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh antara terapi bekam terhadap penurunan kadar kolesterol dalam darah. 2. Tujuan Khusus a.
Mengetahui kadar kolesterol dalam darah sebelum dan sesudah dilakukan bekam.
b.
Mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap penurunan kadar kolesterol dalam darah.
D. MANFAAT PENELITIAN 1.
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu kesehatan, khususnya ilmu keperawatan berkaitan dengan perilaku kesehatan baik bersifat menguatkan teori yang sudah ada, menambah wawasan maupun melengkapinya.
8
2.
Manfaat Praktis a.
Bagi Penulis Memberikan pengetahuan yang lebih tentang kadar kolesterol dalam darah.
b.
Bagi Ilmu Kesehatan Memberikan wacana baru tentang penanganan kadar kolesterol dalam darah yang tinggi.
c.
Bagi masyarakat Memberikan wacana alternatif pengobatan selain dengan terapi obat medis.
d.
Bagi peneliti selanjutnya Memberikan masukan sebagai acuan penelitian lebih lanjut manfaat lain dari terapi bekam serta penanganan lain untuk peningkatan kadar kolesterol dalam darah.
E. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian tentang keefektifan bekam untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah pada pasien hiperkolesterol belum pernah dilakukan, tetapi penelitian tentang beberapa terapi manfaat bekam dan penelitian tentang kolesterol sudah pernah ada sebelumnya. Antara lain : 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2008) tentang pengaruh bekam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh metode bekam terhadap
9
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian pra eksperimen. Bentuk rancangan yang digunakan adalah two group pre test-post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua warga Kecamatan Padureso yang menderita hipertensi sebanyak 37
orang.
hasil
perhitungan
menggunakan
paired
t-tes.
Hasil
penghitungan statistik pada tekanan darah sistole. Mean sebelum dilakukan bekam sebesar 157 mmHg dan setelah bekam terjadi penurunan sebesar 4 mmHg sehingga menjadi 153 mmHg. Nilai t hitung didapat sebesar 3,679 dan nilai signifikasi sebesar 0,001 (P<0,05). Pada penghitungan diastole, nilai mean sebelum dilakukan bekam sebesar 81 mmHg, setelah dilakukan bekam terjadi penurunan sebesar 2 mmHg, sehingga menjadi 79 mmHg, nilai t hitung didapat 2,675 dan nilai signifikasi sebesar 0,011. P < 0,05. Dari kedua nilai signifikan tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan menerima Ha. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh bekam terhadap penurunan tekanan darah systole dan diastole sebelum dilakukan bekam dan sesudah dilakukan bekam. 2.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Novitasari (2008) dengan judul “Beberapa Faktor Determinan Yang Berhubungan Dengan Kadar Kolesterol Darah Penduduk Laki-Laki Dewasa Di Kota Semarang (Studi Di Komplek Bina Marga Semarang)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa faktor determinan yang berhubungan dengan
10
kadar kolesterol darah penduduk laki-laki di komplek Bina Marga kota Semarang. Sampel penelitian berjumlah 32 orang. Penelitian diatas adalah menggunakan penelitian explanatory research (penelitian penjelasan) dengan pendekatan cross sectional study. Metode analisa data yang digunakan adalah pearson product moment dan regresi linier berganda. Dengan hasil penelitian menunjukan responden memiliki rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP) lebih dari normal (12,5%), berstatus gizi gemuk (43,8%), memiliki frekuensi olahraga kurang (81,2%), memiliki lama waktu olahraga cukup (65,6%), asupan serat seluruh responden kurang (100%), asupan lemak jenuh seluruh responden tinggi (100%), separuh responden memiliki asupan lemak tidak jenuh lebih dari standar (50%), serta seperempat responden memiliki kadar kolesterol darah kategori tinggi (28,1%). Analisa statistik menunjukan ada hubungan antara variabel kebiasaan olahraga (frekuensi dan lama olahraga), asupan serat, asupan lemak jenuh, asupan lemak tidak jenuh dengan kadar kolesterol darah. Analisis regresi linier berganda menunjukan bahwa asupan lemak jenuh dapat digunakan untuk memprediksi kadar kolesterol darah. Persamaan dalam penilitian ini pada metode penelitiannya. Perbedaannya pada subjek dan tempat penelitian.