BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar pendapatan bank berasal dari pendapatan bunga yang berasal dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya pertumbuhan perekonomian nasional tahun 2015 memberikan dampak yang signifikan terhadap perbankan nasional. Banyak bank yang melakukan revisi atas target pelepasan kreditnya. Pelepasan kredit yang dilakukan oleh bank menjadi tantangan bagi industri perbankan di tahun 2015, karena industri perbankan harus menghadapi dampak dari lambatnya pertumbuhan perekonomian nasional seperti likuiditas yang ketat, biaya operasional yang tinggi, dan juga pelepasan kredit yang melambat karena pertumbuhan ekonomi makro. Berikut tabel kinerja 10 bank terbesar di Indonesia berdasarkan total aset per kuartal (Q1-2015): Tabel 1.1 Peringkat 10 Bank Berdasarkan Total Aset Kuartal 1 (YoY) (Triliun Rp) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Bank Bank Mandiri Tbk Bank BRI, Tbk Bank ABC, Tbk Bank BNI, Tbk Bank CIMB Niaga, Tbk Bank Danamon, Tbk Bank Permata, Tbk Panin Bank, Tbk Bank BII, Tbk Bank BTN, Tbk Sub Total Pangsa/Market Share Total
Pendapatan 2015 2014 % 10,3 9,2 11,0 13,5 12,4 8,7 11,0 9,7 13,4 6,1 2,8 3,4 1,4 1,6 1,6 1,6
5,3 2,5 3,4 1,2 1,5 1,5 1,4
15,3 10,8 0,1 17,4 9,2 6,7 8,0
Laba Bersih 2015 2014 5,1 4,9 6,1 5,9 4,1 3,7
% 4,3 3,4 12,0
2,8 0,08 0,6 0,5 0,5 0,2 0,4
17,7 (2,5) (1,5) 54,6 (2,9) 35,1 17,9
2,4 1,1 0,8 0,3 0,7 0,1 0,3
Total Aset 2015 2014 868,3 729,4 806,0 615,7 557,4 502,1 407,2 241,6 193,8 189,1 169,7 149,4 149,2 3,732,1 64.53% 5,783,9
% 19.04 30.91 11.00
371,4 218,3 185,9 167,3 162,6 140,0 136,9 3,230,1 65.48% 4,932,9
9.63 10.68 4.24 13.04 4.35 6.72 9.00 15.54
Sumber: Kontan terbitan 27 Juli 2015 page 12, Laporan Keuangan Bank
1
Perlambatan pelepasan kredit juga dialami Bank ABC dimana kredit yang disalurkan pada tahun 2014 bisa tumbuh 19,7%, tetapi pada Q1-2015 hanya tumbuh 5,8% (dari target pertumbuhan kredit sebesar 12%). Portfolio pelepasan kredit Bank ABC pada Q1-2015 yaitu Korporasi sebesar 32,5%, Komersial & UKM sebesar 40,1%, dan Konsumer sebesar 27,4% (Credit Analyst Meeting Bank ABC, 2015). Berikut di bawah ini adalah tabel kinerja pelepasan kredit triwulan 1 (YoY) dan nilai % NPL 10 bank besar berdasarkan aset: Tabel 1.2 Kinerja Pelepasan Kredit 10 Bank Besar Kuartal I (YoY) & NPL
No
Nama Bank
Total Kredit (Miliar Rp) 2015 2014
%
(Triliun Rp) NPL to Gross Loan (%) 2015 2014 Growth
1
Bank Mandiri Tbk
525,9
464,3
13,2
1,81
1,76
2,84
2
Bank BRI, Tbk
477,9
436,3
9,5
2,17
1,78
21,91
3
Bank ABC, Tbk
335,6
317,2
5,8
0,66
0,47
28,79
4
Bank BNI, Tbk
253,8
234,9
8,0
2,14
2,32
(7,76)
5
Bank CIMB Niaga, Tbk
169,8
154,7
9,8
4,18
2,64
58,33
6
Bank Danamon, Tbk
104,6
103,5
1,07
2,69
2,03
32,51
7
Bank Permata, Tbk
130,6
110,1
18,6
1,62
1
62
8
Panin Bank, Tbk
113,2
111,1
1,9
1,68
2,08
(19,23)
9
Bank BII, Tbk
107,6
103,1
4,3
2,80
2,06
35.92
10
Bank BTN, Tbk
110,4
94,5
16,9
4,78
4,74
0.84
Sumber: Kontan terbitan 27 Juli 2015 page 12, Laporan Keuangan Bank Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa nilai prosentase NPL (Non Performing Loan) Bank ABC mengalami peningkatan 28,79% (YoY) sehingga diperlukan perbaikan serta monitoring yang lebih ketat untuk menjaga kualitas aset produktif.
2
Dampak dari melambatnya pertumbuhan perekonomian nasional pada tahun 2015 juga mengakibatkan posisi NPL (Non Performing Loan) pada industri perbankan meningkat. Perlambatan perekonomian nasional, penurunan daya beli masyarakat, peningkatan suku bunga, peningkatan biaya produksi, inflasi dan depresiasi rupiah tidak hanya mengakibatkan perlambatan pelepasan kredit, tetapi juga memicu kenaikan rasio kredit bermasalah atau NPL (Non Performing Loan). Industri perbankan harus cermat mempertahankan kualitas aset produktif dan harus memiliki strategi untuk menyiasati perlambatan kinerjanya, misalnya fokus memperbaiki kualitas aset serta melakukan restrukturisasi kredit, penghematan biaya, dan kebijakan pricing sesuai kondisi nasabah (Kontan, 27 Juli 2015 page 12). Dalam melakukan pemberian kredit, maka bank harus menganalisis kelayakan Debitur dengan menerapkan prinsip kehati-hatian. UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan (pasal 8) dan PBI No. 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum tertanggal 24 Oktober 2012 disebutkan “Kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pembayaran kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan Debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan.
3
Untuk memperoleh keyakinan tersebut,
sebelum memberikan kredit, bank
harus melakukan penilaian yang seksama terhadap karakter, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari Debitur. Mengingat bahwa agunan menjadi salah satu unsur jaminan pemberian kredit, maka apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas kemampuan Debitur mengembalikan hutangnya, agunan dapat hanya berupa barang, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Bank tidak wajib meminta agunan berupa barang yang tidak berkaitan langsung dengan obyek yang dibiayai, yang lazim dikenal dengan "agunan tambahan". Sedangkan menurut pasal 11 UU No. 10 tahun 1998 dan PBI No. 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum tanggal 24 Oktober 2012 disebutkan “Pemberian kredit oleh bank mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya, sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank. Mengingat bahwa kredit tersebut bersumber dari dana masyarakat yang disimpan pada bank, maka risiko yang dihadapi bank dapat berpengaruh pula kepada keamanan dana masyarakat tersebut. Oleh karena itu untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan daya-tahannya, bank diwajibkan menyebar risiko dengan mengatur penyaluran kredit, pemberian jaminan maupun fasilitas lain sedemikian rupa sehingga tidak terpusat pada debitur atau kelompok debitur tertentu.
4
Strategi penyaluran kredit Bank ABC yaitu tetap menjaga kualitas aset, menekankan kehati-hatian dalam penyaluran kredit, komitmen untuk terus melakukan investasi guna memperkuat franchise value bank, fokus menangkap peluang dari pertumbuhan bisnis dan ekonomi jangka panjang, agresif pada segmen Konsumer dan Korporasi. Keunggulan dalam layanan transaksi perbankan tentu membuat kinerja keuangan Bank ABC terutama fee based income tetap diandalkan dan likuiditas yang kuat memungkinkan tetap melakukan ekspansi kredit dengan meraih predikat Bank Umum Terbaik 2015 untuk kelas aset di atas Rp 100 Triliun dengan kapitalisasi pasar terbesar mencapai Rp. 347,83 Triliun (Majalah Investor page 46-47, Juni 2015). Jika terjadi kredit bermasalah atas pemberian kredit kepada Debitur, maka pihak bank dapat mengambil beberapa langkah penyelesaian. Salah satu penyelesaian kredit bermasalah adalah dengan melakukan “Restrukturisasi Kredit”. Bagi sebuah bank seperti halnya Bank ABC, pemberian kredit yang baik tidak hanya terletak pada kemampuan menyalurkan kredit namun juga terletak pada kemampuan mengelola kredit bermasalah pada suatu tingkat yang wajar dan tidak menimbulkan kerugian pada bank yang bersangkutan. Bank mendukung pertumbuhan perekonomian negara sebagai perantara pihakpihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) sebagai simpanan dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (lack of funds) sebagai pinjaman./kredit.
5
Masalah risiko kredit yang dihadapi oleh bank salah satunya adalah gagal bayar oleh debitur sehingga berdampak bagi bank dengan meningkatnya NPL (Non Performing Loan) yang akan menambah beban PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) yang akan mengurangi laba bank secara keseluruhan karena adanya pencadangan tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan hal di atas, maka masalah-masalah utama yang dapat dijadikan pokok bahasan di dalam penelitian ini adalah : 1. Bank ABC dapat menahan besarnya prosentase NPL (non performing loan) yang rendah selama 5 (lima) tahun terakhir dengan prosentase NPL dibawah 1% (ratarata sebesar 0,56%). 2. Mekanisme penyelesaian kredit bermasalah pada Bank ABC, baik melalui jalur Non Litigasi maupun Litigasi. 3. Kendala yang dihadapi dalam penyelesaian kredit bermasalah di Bank ABC. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana upaya dan strategi Bank ABC agar dapat menahan besarnya prosentase NPL (non performing loan) yang rendah selama 5 (lima) tahun terakhir dengan prosentase NPL di bawah 1% (rata-rata sebesar 0,56%)? 2. Bagaimana mekanisme penyelesaian kredit bermasalah pada Bank ABC, baik melalui jalur Non Litigasi maupun Litigasi? 3. Apakah kendala yang dihadapi dalam penyelesaian kredit bermasalah di Bank ABC?
6
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dari penulisan tesis ini untuk mengetahui dan menganalisis halhal sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi upaya dan strategi Bank ABC dalam menjaga prosentase NPL rendah selama 5 tahun terakhir. 2. Mengidentifikasi bagaimana mekanisme penyelesaian kredit bermasalah pada Bank ABC, baik melalui jalur Non Litigasi maupun Litigasi. 3. Mengidentifikasi dan menganalisis kendala yang dihadapi dalam penyelesaian kredit bermasalah di Bank ABC.
1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi sumbangan positif bagi kajian ilmu pengetahuan hukum perdata, khususnya dalam bidang hukum perbankan pada studi kredit perbankan. 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran yang berguna dan bermanfaat terhadap bidang hukum perbankan, mengenai pencegahan untuk mengurangi terjadinya kredit bermasalah pada lembaga keuangan perbankan dan mampu memberikan informasi kepada semua pihak yang terkait dengan penyelesaian kredit bermasalah.
7
1.5.2 Manfaat Praktis 1. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang berarti bagi Bank ABC. dalam hal Pencegahan untuk mengurangi terjadinya kredit bermasalah. 2. Dapat melengkapi kajian hukum bagi para praktisi pembuat kebijakan dalam bidang hukum perbankan, khususnya mengenai penyelesaian
kredit
bermasalah dan diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya.
1.6 Batasan Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap Bank ABC. karena Bank ABC merupakan salah satu bank lokal terbesar di Indonesia yang dinilai berhasil dalam melakukan penyelesaian kredit bermasalah dan mampu menahan prosentase kredit bermasalah (non performing loan) rendah. Penelitian ini hanya terbatas pada unit kerja Penyelamatan Kredit, dan tidak melakukan analisa pada unit kerja lainnya di Bank ABC.
1.7 Sistematika Penulisan Dalam tesis yang berjudul Analisis Penyelamatan Kredit Bermasalah: Studi Pada Bank ABC, sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
8
BAB I : PENDAHULUAN Berisi penjelasan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Penelitian dan Sistematika Penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI Berisi Tinjauan Umum tentang Bank yang terdiri dari : Pengertian Bank, Asas-asas Hukum Perbankan, Fungsi Bank, Tujuan Bank, Jenis-jenis Bank dan Kegiatan Usahanya. Berisi Tinjauan Umum tentang Kredit yang terdiri dari : Pengertian Kredit, Unsur-unsur Kredit, Penilaian dan Proses Kredit, Jenis Kredit. Berisi tentang Perjanjian Kredit, Jaminan Kredit, Penggolongan Kualitas Kredit, Kredit Bermasalah dan Penyelesaian Kredit Bermasalah yang terdiri dari: Penyelesaian melalui jalur Non Litigasi dan Litigasi, Enterprise Risk Management
BAB III: METODE PENELITIAN Berisi tentang objek penelitian, jenis dan sumber data, kerangka pemikiran dan Enterprise Risk Management.
9
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan disajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian, baik melalui penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan yang telah dianalisis. Yang berisi tentang penyebab kredit bermasalah, cara dan mekanisme penyelamatan kredit bermasalah di Bank ABC baik melalui jalur Non Litigasi maupun jalur Litigasi, kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelamatan kredit bermasalah.
BAB IV: PENUTUP Berisi simpulan dan saran-saran. Simpulan merupakan inti dari hasil penelitian dan pembahasan. Saran-saran merupakan landasan untuk mengembangkan perbaikan dalam penyelesaian kredit bermasalah.
10