BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil uji kompetensi guru bersertifikasi Indonesia tahun 2012 masih jauh dari memuaskan, nilai rata-rata nasional hasil perhitungan per 1 Juli 2012 baru mencapai 47,84 dari nilai ideal 6,5 (Makitan, 2012). Hasil UKG untuk guru Bahasa Indonesia jenjang SMP paling rendah dibanding dengan guru IPS, IPA, dan Matematika (Zubaidah, 2012). Hasil uji kompetensi awal (UKA) bagi guru-guru yang belum sertifikasi hasilnya tidak jauh berbeda dengan tes UKG. Berdasarkan perhitungan Kemdikbud, hasil rata-rata nasional UKA 2012 adalah 42,25 yang mencakup seluruh peserta dari jenjang TK sampai jenjang SMA. Dengan rentang nilai tertinggi nasional adalah 97,0 dan nilai terendah adalah 1,0. Hasil rata-rata UKA 10 propinsi tertinggi menurut Akuntono (2012) sebagai berikut: DIY dengan nilai 55,1, DKI Jakarta dengan nilai 49,2, Bali dengan nilai 48,9 , Jawa Timur dengan nilai 47,1, Jawa Tengah dengan nilai 45,2, Jawa Barat dengan nilai dengan nilai 44,0, Kepulauan Riau dengan nilai 43,8, Sumatera Barat dengan nilai 42,7, Papua dengan nilai 41,1 dan Banten dengan nilai 41,). Lima propinsi terendah adalah Maluku dengan nilai 34,5, Maluku Utara dengan nilai 34,8, Kalimantan Barat dengan nilai 35,40, Kalimantan Tengah dengan nilai 35,5, dan Jambi dengan nilai 35,7. Dari data di atas menunjukkan bahwa kompetensi guru Indonesia masih rendah. Guru merupaka ujung tombak pendidikann yang secara langsung
1
berupaya
mempengaruhi,
membina dan
mengembangkan
peserta didik,
sebagainujung tombak pendidikan guru dituntut mempunyai kemampuan dasar yang diperlukan untuk mendidik, membimbing, mengajar. Kemampuan tersebut tercermin dalam kompetensi guru. Kompetesi guru sangat berpengaruh pada peningkatan mutu hasil pendidikan (Saondi dan Suherman, 2010). Syah (1999) menyatakan guru yang berkualitas adalah guru yang mempunyai kompetensi. Dengan kompetensinya guru dapat melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Dengan kata lain guru yang berkualitas adalah guru yang memiliki kinerja yang baik. Kinerja guru dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menunjukkan kedisiplinan dan kemampuan kerja guru dalam melaksanakan tugasnya serta menggambarkan adanya suatu perbuatan yang ditampilkan guru dalam atau selama melakukan aktifitas pembelajaran (Muhyi, 2011). Kinerja guru merupakan suatu kegiatan yang meliputi: tahap perencanaan pembelajaran, tahap pelaksanaan pembelajaran di kelas, dan tahap setelah selesai dan fungsi (Muhyi, 2011). Guru sebagai pendidik profesional mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik. Kegiatan guru dalam pembelajaran adalah menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, menyusun dan melaksanakan program pengayaan terhadap peserta didik (Kemendiknas, 2011). Guru berkinerja baik akan mengembangkan tugas mengajar seoptimal mungkin karena salah satu tugas guru adalah mengajar (Kemendiknas, 2011).
2
Kinerja guru adalah kemampuan guru dalam memotivasi siswa untuk mencapai tujuan pendidikan dengan penuh semangat dan kesungguhan (Muhyi, 2011). Menurut Gibson (1987) kinerja guru dipengaruh tiga faktor yaitu: 1) faktor individu yang meliputi kemampuan, ketrampilan, latar belakang, pengalaman kerja,tingkat sosial dan demografi, 2) faktor psikilogis yang meliputi persepsi, peran sikap kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja, 3) faktor organisme yang meliputi struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan dan sistem penghargaan. Berdasarkan pendapat Gibson tersebut di atas motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja guru. Motivasi ialah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakantindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau alasan seseorang berperilaku (Usman, 2012). Motivasi mempunyai kekuatan psikologis yang turut menentukan arah perilaku seseorang dalam organisasi, tingkat ketekunan seseorang dalam menghadapi hambatan. Motivasi dapat menjadi sandaran seseorang untuk berbuat berperilaku apakah apakah berbuat baik atau jahat, berlaku sopan atau kasar dengan orang lain dan lain sebagiannya (Jones dan George, 2009). Demikian juga dengan guru
dengan motivasi yang dimilikinya seorang guru dapat menikmati
pekerjaan sebagai guru dan berusaha untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik serta mempersiapan pembelajaran yang menyausunprogram pembelajaran yang menantang bagi siswanya (Kemendiknas, 2011) dengan harapan siswanya dapat mudah
3
memahami pelajaran yang disampaikannya sehingga siswa mempunyai perasaan senang serta tidak merasa tertekan. Motivasi terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang tanpa adanya rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik motivasi yang bersumber dari luar serta diperlukan dorangan dari luar agar individu melakukan suatu tindakan (Uno 2006; Jones dan George, 2009). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mary (2010) terhadap guru-guru sekolah dasar di daerah Kimaanya Kyabakuza, Distrik Masaka Uganda motivasi menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2012) terhadap karyawan PT Asuransi Indonesia Tbk pada kantor pusat di Jakarta dan Kantor cabang Jakarta Kemayoran menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Faktor lain yang berpengaruhi kinerja guru adalah kepemimpinan yang dapat memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan kerja pada guru (Yamin dan Maisah, 2010). Kepemimpinan dalam organisasi yang berkembang saat ini adalah kepemimpinan transformasional. Menurut Bass (1985), kepemimpinan
transformasional
mengubah
kultur
dangan cara
pertama
memahaminya kemudian mengatur kembali budaya organisasi itu dengan visi baru dan revisi dengan berbagi asumsi, nilai-nilai dan norma-norma (Bass et al., 1993). Pemimpin yang transformasional merangsang atau mendorong
dan
menginspirasi pengikut untuk capaian atau prestasi yang luar biasa dalam proses
4
mengembangkan kapasitas kepemimpinan. Kepemimpinan transformasional membantu pengikut untuk tumbuh dan berkembang menjadi pemimpin dengan merespon kebutuhan individu pengikut kemudian memberdayakannya dan meluruskan tujuan dan sasaran individu pengikut, pemimpin, kelompok dan organisasi yang lebih besar (Bass1985, 1998 dalam Bass dan Riggio, 2006) Dari beberapa penelitian tentang kepememimpinan trasformasional kepala sekolah menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada kinerja guru, diantaranya yang dilakukan oleh Raharjo (2009) pada guru SD sekecamatan Tanjung Morowa Kabupaten Deli Serdang Sumatra Utara menunjukkan adanya pengaruh langsung kepemimpinan transformasional kepala sekolah pada kepuasan dan kinerja guru. Demikian juga hasil penelitian dari Paracha et al. (2012) di Pakistan juga menunjukkan ada pengaruh yang signifikansi antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru 1.2 Rumusan Masalah Dari pengamatan peneliti dan wawancara dengan kepala sekolah dan dua orang guru SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung yaitu bapak A dan ibu B diperoleh informasi tentang kepemimpinan kepala sekolah sebagai berikut: Bapak A mengatakan “Menurut saya kepala sekolah kurang memberdayakan guru misalnya dalam beberapa kepanitian guru-guru yang terlibat hampir sama. Kepala sekolah jarang melakukan supervisi untuk membantu guru dalam menyelesaikan permasalahan guru dalam menjalankan tugasnya yang meliputi proses perencanaan, pelaksanaan pembelajaran maupun dalam melakukan evaluasi dan proses pengayaan”. Ibu B mengatakan “Kepala sekolah kurang memberikan motivasi kepada guru-guru. Kepala kurang tanggap terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru dan waktunya banyak digunakan untuk rapat koordinasi dengan staff dan kepala tata usaha, rapat MKKS “
5
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung berkaitan dengan kinerja guru, bapak kepala sekolah mengatakan “Masih ada guru yang tidak membuat perangkat pembelajaran, beberapa guru terlambat membuatnya. Ada guru yang tidak masuk sekolah tanpa ijin, serta terlambat masuk kelas, ketika bel pelajaran berbunyi tidak segera masuk kelas”. Pendapat kepala sekolah diperkuat dengan pengakuan dari dua siswa SMP Negeri 1 Boyolangu yaitu Siswa A kelas VII dan siswa B kelas VIII. Siswa A kelas VII mengatakan “Masih ada guru dalam terlambat masuk kelas antara 5 menit sampai 10 menit, guru dalam proses pembelajaran masih menggunakan cara-cara konvensional, kurang menantang termasuk kurangnya perhatian pada kondisi murid, guru marah jika ada siswa yang tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan guru”. Siswa B kelas VIII mengatakan “Guru mengajar yang penting materi tersampaikan. Tidak mengetahui nama siswanya, ketika mengajar meninggalkan ruang kelas sementara siswa disuruh mengerjakan tugas sampai jam pelajaran selesai”. Berdasarkan wawancara terhadap kepala sekolah dan dua orang SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung serta pengakuan dari dua orang siswa tersebut di atas diperoleh gambaran bahwa kepala sekolah SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung masih kurang memperdayakan guru dan kurang tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi guru. Ada beberapa guru yang belum berkinerja dengan baik. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas peneliti melakukan penelitian dengan judul “pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi pada kinerja guru SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung”
1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah seperti dijelaskan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
6
1. Apakah kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh positif pada pada guru SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung? 2. Apakah motivasi intrinsik berpengaruh positif pada kinerja guru SMP Negeri 1 BoyolanguTulungagung? 3. Apakah motivasi ekstrinsik berpengaruh positif pada kinerja guru SMP Negeri 1 BoyolanguTulungagung? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan : 1. Untuk menguji pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah pada kinerja guru SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung. 2. Untuk menguji pengaruh motivasi intrinsik pada kinerja guru SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung 3. Untuk menguji pengaruh motivasi ekstrinsik pada kinerja guru SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung 1.5 Manfaat Penelitian Dari rumusan masalah di atas penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Kepala sekolah Dapat digunakan sebagai kebijakan dalam membangun kinerja guru SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung. 2. Penulis Dapat memperkuat pemahaman penulis antara ilmu yang diperoleh di bangku
kuliah
dengan
penerapan
serta
pengaruh
kepemimpinan
transformasional dan motivasi dalam meningkatkan kinerja guru
7
3. Teoritis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat
untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, yaitu dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu administrasi pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia . Dari penemuan penelitian
ini dapat
digunakan sebagai
landasan
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam pendidikan yang terkait dengan kepemimpinan transformasional kepala sekolah, motivasi, dan kinerja guru. 1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Peneletian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung Jawa Timur dengan varibel kepemimpinan transformasional kepala sekolah sebagai variabel bebas (X1), motivasi intrinsik (X2), dan motivasi ekstrinsik (X3), kinerja guru di SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung sebagai variabel terikat (Y) Data diperoleh dengan mendistribusikan kuisioner tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah yang terdiri dari 4I yaitu idealized influence (Pengaruh yang diidealkan), intellectual stimulation (stimulasi intelektual), individual consideration (kepudulian secara individual), dan inspirational motivation (motivasi yang inspirasional), motivasi dan kinerja guru yang diisi oleh guru SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung sebagai respondennya.
8
1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian terdiri dari 5 (lima ) bab sebagai berikut: a. Bab I Pendahuluan Pada bab I memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, dan sistematika penulisan. b.
Bab II Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari teori kepemimpinan, kepemimpinan transformasional kepala sekolah, motivasi,motivasi intrisik, motivasi ekstirinsik, kinerja guru dan hipotesis tentang adanya pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah, motivasi intrisik, dan motivasi ekstirinsik pada kinerja guru.
c. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini berisikan jenis penelitian, definisi dan operasional variabel, metode penarikan sampel, instrumen dan pengukuran, sumber data dan teknik pengumpulan data serta metode analisis. d. Bab IV Hasil Penilitian dan Pembahasan Pada bab ini berisikan diskripsi data, pengujian hipotesis dan pembahasan. e. Bab V Simpulan dan Saran Pada bab ini berisikan simpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, implikasi dan saran-saran.
9