BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masa remaja adalah dimana mudah sekali terpengaruh oleh lingkungan
dan orang-orang terdekat,mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend yang sedang berkembang di masyarakat khususnya dalam hal makanan modern. Pola makan remaja akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperoleh untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Remaja juga umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak (Proverawati, 2010). Kesalahan dalam memilih makanan dan kurang cukupnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan timbulnya masalah gizi yang akhirnya mempengaruhi status gizi. Status gizi yang baik hanya dapat tercapai dengan pola makan yang baik, yaitu pola makan yang didasarkan atas prinsip menu seimbang, alami dan sehat (Ade, 2012). Perubahan pola makan pada remaja yang terjadi dewasa ini, tidak lepas dari pengaruh peningkatan sosial ekonomi dan banyaknya restoran. Restoranrestoran ini menjual berbagai makanan produk olahan dan dikenal sebagai makanan cepat saji(fast food). Umumnya restoran ini menyediakan makananmakanan impor seperti hamburger,spaghetti, dan sejenisnya dari berbagai merek dagang.Makanan cepat sajimemiliki beberapa kelebihan antara lain penyajian yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu yang lama dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, higienis dan dianggap sebagai makanan bergengsi dan makanan gaul (Irianto, 2007).
1 Universitas Sumatera Utara
2
Penelitian yang dilakukan oleh Heryanti (2009) seperti fried chicken dan french fries, sudah menjadi jenis makanan yang biasa dikonsumsi pada waktu makan siang atau makan malam remaja di enam kota besar di Indonesia seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Denpasar. Menurut penelitian tersebut 15-20% dari 471 remaja di Jakarta mengonsumsi fried chicken dan burger sebagai makan siang dan 1-6% mengonsumsi hotdog, pizza dan spaghetti. Bila makanan tersebut dikonsumsi secara terus-menerus dan berlebihan dapat mengakibatkan gizi lebih. Sedangkan penelitian Mulyani (2007) mengenai konsumsi fast food sebagai faktor resiko terjadinya obesitas pada remaja usia 1517 tahun di SMUN 3 Semarang, menunjukkan siswa dengan 6% energinya berasal dari makanan siap saji (fast food). Semakin tinggi konsumsi makanan siap saji pada total energinya maka semakin tinggi terjadinya obesitas. Perubahan dari pola makan tradisional ke pola makan barat seperti fast food yang banyak mengandung kalori, lemak, ditambah lagi kehidupan yang disertai stres dan kurangnya aktivitas fisik, mulai menunjukkan dampak dengan meningkatnya masalah gizi lebih (obesitas) dan penyakit degeneratif seperti jantung koroner, hipertensi dan diabetes melitus (Khasanah, 2012).Banyak faktor yang membuat para remaja lebih memilih mengkonsumsi fast food antara lain kesibukan orang tua khususnya ibu yang tidak sempat menyiapkan makanan di rumah sehingga remaja lebih memilih membeli makanan diluar (fast food), lingkungan sosial dan kondisi ekonomi yang mendukung dalam hal besarnya uang saku remaja. Selain itu, penyajian fast food yang cepat dan praktis tidak membutuhkan waktu lama, rasanya enak, sesuai selera dan seringnya
Universitas Sumatera Utara
3
mengkonsumsi fast food dapat menaikkan status sosial remaja, menaikkan gengsi dan tidak ketinggalan globalitas (Proverawati, 2010). Masuknya budaya barat melalui media, baik cetak maupun elektronik yang hadir di Indonesia, menimbulkan dua efek yang berbeda. Budaya barat memperkenalkan sedentary life style dan fast food(makanan siap saji) yang tanpa disadari meningkatkan resiko menjadi gemuk. Makanan siap saji adalah makanan yang pengolahannya cepat, tidak membutuhkan waktu yang lama.Namun disisi lain budaya barat memperkenalkan berbagai citra tubuh ideal dan ide menjadi kurus yang tidak realistik (Aji, 2013). Kemudahan mendapatkan makananmakanan siap saji, menyebabkan remaja
mengabaikan gizi
seimbang.
Kemudahan-kemudahan di berbagai bidang serta sempitnya ruang dan waktu juga menyebabkan remaja sangat kurang beraktivitas fisik. Keadaan ini akan memicu timbulnya masalah-masalah gizi lebih dan berbagai penyakit non infeksi yang sangat berbahaya.Banyak remaja masa kini hidup dengan makanan siap saji, yang berperan serta dalam meningkatnya jumlah lemak dalam makanan mereka. Remaja-remaja kelebihan berat badan dapat menimbulkan masalah kesehatan sangat buruk dimana mereka pada saat dewasa menjadi obesitas (Soekirman, 2009). Menurut World Health Organization (2009) melaporkan bahwa pada tahun 2008, sekitar 1,4 milyar orang dewasa usia 20 tahun ke atas mengalami overweight, dengan prevalensi sebesar 10% pada pria dan 14% pada wanita.Di Indonesia kejadian gizi lebih sudah terjadi sejak lama. Menurut data Riskesdas 2013, kejadian gizi lebih di Indonesia meningkat dari tahun 2010 ke tahun 2013
Universitas Sumatera Utara
4
yaitu sebesar 10% pada tahun 2010 dan menjadi 13,5% pada tahun 2013. Kejadian gizi lebih lebih banyak terjadi pada perempuan (32,9%) dibandingkan laki-laki(19,7%), sedangkan di provinsi Sumatera Utara terjadi peningkatan angka kejadian gizi lebih yaitu pada tahun 2010 sebesar 11,9% menjadi 12,2% pada tahun 2013,dan di Kota Medan sendiri prevalensi gizi lebih tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia yang mengalami peningkatan. Alasan peneliti memilih perilaku makan siap saji dan status gizi hanya pada remaja putri tidak pada remaja putra, karena pada masa pubertas anak perempuan fisiknya akan menjadi lamban seperti berat badan akan terus bertambah disebabkan karena adanya lemak yang tertimbun dibagian tubuh tertentu yang mencerminkan sifat kewanitaan. Pada remaja putri terdapat perbedaan prosespertumbuhan lebih cepat dibandingkan laki-laki dan terjadi perubahan besar pada organ tubuh, sehingga anak perempuan cenderung lebih berat dibanding anak laki-laki dan pada perempuan jaringan lemak lebih banyak daripada anak laki-laki. Remaja putri banyak jajan sama dengan remaja putra, tetapi remaja putri sering makan tapi aktivitasnya tidak seimbang dengan makanannya, dan anak perempuan juga sering kumpul sama teman-temannya dan makan bersama. Hal tersebut memicu terjadinya kegemukan dan obesitas.Peneliti juga lebih mudah mendekati remaja putri dari pada remaja putra. Lokasi penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Barumun yang terletak di Sibuhuan yang merupakan ibu kota dari Kabupaten Padang Lawas. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena zaman sekarang makanan siap saji tidak hanya di perkotaan saja, diperkampungan juga sudah banyak ditemukan, salah satunya
Universitas Sumatera Utara
5
adalah di daerah Padang Lawas, terutama di Sibuhuan yang merupakan ibu kota dari Padang Lawas, dimana lokasi ini adalah pusat dari perkantoran, seperti dinas pendidikan, rumah sakit umum, kantor bupati, kantor DPR, dinas pertanian dan sekolah-sekolah, salah satunya adalah SMAN 1 Barumun.Sekolah ini dekat dengan pusat perbelanjaan, rumah makan, minimarket, indomaret, bakery palas (sejenis pizza, roti abon, sosis, dll), warung tradisional, dan tempat – tempat makan lainnya yang menyediakan makanan cepat saji seperti mi instan, bakso, gorengan, snack, burger, martabak, pecel, yang banyak ditemukan didekat sekolah ini, sehingga memudahkan pelajar SMAN 1 untuk mengkonsumsi makanan siap saji apalagi pada jam istirahat dan jam les sore.Di sekolah ini juga terdapat 3 kantin sekolah yang menyediakan makanan seperti nasi goreng, mi instan, bakso, gorengan, donat, roti, makanan ringan, dan minum soda. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan peneliti terhadap 48 remaja putri berdasarkan pengamatan fisik yang termasuk gemuk terdapat 14 orang yang obesitas (≥ +2 SD) dengan menghitungIMT/U menggunakan Soft Ware WHO Anthroplus.Tiga orang menyatakan sering mengkonsumsi makanan cepat saji yaitu mi instan, gorengan, donat dan burger. Alasannya karena dekat dengan sekolah, murah, mudah didapat, lebih praktis, dan malas membawa bekal dari rumah. Dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti tertarik untuk meneliti menyebabkan kejadian gizi lebih pada siswi SMAN 1 Barumun.
Universitas Sumatera Utara
6
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Perilaku Makan Siap Saji (Fast Food) dan Status Gizi pada Remaja Putri di SMAN 1 Barumun Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2014”. 1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui perilaku makan siap saji (fast food) dan kejadian obesitas pada remaja putri di SMAN 1 Barumun Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas tahun 2014. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui status gizi remaja putri di SMAN 1 Barumun 2. Mengetahui pengetahuan remaja putri di SMAN 1 Barumun terhadap makanan cepat saji 3. Mengetahui sikap remaja putri di SMAN 1 Barumun terhadap makanan cepat saji 4. Mengetahui pola makan siap saji (frekuensi, dan jenis) pada remaja putri di SMAN 1 Barumun 5. Mengetahui kontribusi karbohidrat, protein, lemak dan serat pada makanan siap saji terhadaptotal konsumsi sehari.
Universitas Sumatera Utara
7
1.4
Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi SMAN 1 Barumun untuk pembelajaran dan pemahaman tentang makan siap saji yang sehat dan tidak sehat di lingkungan SMAN 1 Barumun. 2. Memberikan informasi kepada pelajar putri tentang masalah obesitas dan akibat yang ditimbulkannya, sehingga para pelajar putri dapat mencegah dirinya agar tidak terkena obesitas.
Universitas Sumatera Utara