BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memberikan bekal kemampuan dasar kepada anak seperti pengetahuan dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan penting dalam mengembangkan aspek fisik, intelektual, religius, moral, sosial, emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik. Pendidikan juga memainkan peranan yang penting dalam pembangunan dan kemajuan negara dan bangsa. Peranan pendidikan dalam memajukan bangsa yaitu tercermin dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional “Pendidikan itu berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu melalui pelaksanaan pendidikan di sekolah. Khususnya di tingkat sekolah dasar terdapat beberapa macam mata pelajaran yang diajarkan, salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau dikenal juga dengan istilah sains. Sri Sulistyorini (2007: 39) mengemukakan bahwa sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya
1
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan dan apabila diajarkan secara tepat maka dapat memberikan kesempatan kepada siswa berpikir kritis (Usman Samatowa, 2006:3). Seorang guru bertanggung jawab melaksanakan proses pembelajaran agar berjalan dengan baik. Keberhasilan ini sangat bergantung pada upaya guru membangkitkan motivasi belajar siswanya. Motivasi belajar ini sangat penting karena pada dasarnya motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa dan menjadi salah satu faktor yang turut menentukan pembelajaran yang efektif (Oemar Hamalik, 2010: 108). Oleh karena itu, guru dituntut untuk dapat mencari cara yang relevan guna membangkitkan motivasi siswa. Guru harus dapat menerapkan metode yang tepat pada saat pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar. Menurut Oemar Hamalik (2010: 109), pembelajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada diri siswa. Sekolah Dasar Negeri Godean 2 ini, untuk kelas tinggi diajar oleh guru mata pelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dapat diketahui bahwa guru mata pelajaran IPA dalam mengajar masih sering hanya menggunakan metode ceramah saja sehingga motivasi siswa dalam belajar kurang. Hal ini dapat dilihat juga berdasarkan hasil observasi saat guru melaksanakan proses pembelajaran
2
pada tanggal 27 Oktober 2011 bahwa motivasi siswa untuk belajar IPA masih kurang. Hal ini dapat dilihat pada saat pembelajaran berlangsung siswa ramai sendiri, tidak mendengarkan selama guru menjelaskan, apabila guru bertanya hanya siswa itu-itu saja yang mau menanggapi, melamun, dan berbicara dengan teman sebangkunya bahkan bermain-main. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah (2002: 62-63) bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah akan tampak acuh tak acuh pada saat kegiatan belajar mengajar, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran dan suka mengganggu kelas. Kurangnya motivasi siswa terjadi karena suasana belajarnya monoton dan kurang menggairahkan. Guru kelas V SD N Godean 2 ini dalam mengajar sering hanya menggunakan metode ceramah yaitu guru berada di depan kelas menyampaikan materi sedangkan siswa duduk di kursi dengan buku teks dan hanya mendengarkan. Selama mengajar guru juga belum menggunakan media pembelajaran yang sesuai. Padahal di sekolah tersebut sudah tersedia alat peraga IPA yang akan memudahkan guru untuk mengajarkan materi dan menarik perhatian siswa sehingga siswa tidak akan bosan. Tidak dimanfaatkannya media tersebut dikarenakan guru belum bisa untuk menggunakannya. Ketika pembelajaran di kelas dilaksanakan dengan metode diskusi, apabila ada kegiatan praktek maka siswa secara individu mengerjakannya. Guru merasa kesulitan apabila harus membentuk siswa menjadi beberapa kelompok, karena guru merasa membentuk kelompok memakan banyak waktu, sehingga pada saat
3
diskusi guru tetap mengajar seperti biasa, yaitu menyampaikan informasiinformasi kepada siswa terkait materi kemudian beberapa siswa menanggapi. Diskusi tersebut terasa membosankan karena hanya siswa yang mempunyai nilai akademis tinggi dan suka berbicara saja yang akan menanggapi ataupun memberikan pendapat mereka terhadap apa yang sedang didiskusikan, sedangkan untuk anak yang biasa saja cenderung akan diam dan hanya mendengarkan bahkan ada yang tidak mendengarkan sama sekali. Hal demikian dapat menyebabkan kurang tertariknya siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan motivasi siswa untuk belajar rendah. Untuk mengatasi hal tersebut salah suatu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah merencanakan dan menggunakan model pembelajaran yang menarik dan menumbuhkan motivasi belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Miftahul Huda (2011: 264) bahwa model kooperatif memiliki manfaat-manfaat lain di luar akademik antara lain semakin banyaknya waktu untuk mengerjakan tugas, motivasi dan ketekunan siswa yang semakin tinggi, dan keterampilan sosial mereka yang terus meningkat. Menurut Agus Suprijono (2009: 58), model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama. Dengan terciptanya pembelajaran yang efektif maka motivasi siswa untuk belajar akan semakin besar
4
dan masing-masing siswa ikut terlibat aktif dalam pembelajaran karena pada saat pembelajaran berlangsung setiap siswa memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan pendapat
mereka masing-masing, sehingga siswa
dapat
mengetahui apa yang mereka pelajari. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Nur Asma (2006: 12) belajar kooperatif mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar kelompok dan sekaligus masing-masing bertanggung jawab pada aktivitas belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran dengan baik. Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran IPA, salah satunya adalah tipe Teams Games-Tournament (TGT). Teams Games-Tournament adalah suatu model pembelajaran yang didahului dengan penyajian materi pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan memberikan sejumah pertanyaan kepada siswa (Nur Asma, 2006: 54). Dalam model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3 sampai 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etnikya, kemudian siswa akan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecilnya. Apabila selama proses pembelajaran IPA berlangsung menyenangkan, dimana penggunaan model pembelajaran yang tepat terlebih lagi dengan adanya kegiatan kompetisi, maka motivasi siswa untuk belajar meningkat. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Sardiman (2007: 91) salah satu cara menumbuhkan motivasi yaitu dengan adanya saingan atau kompetisi.
5
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Motivasi Belajar IPA pada Materi Cahaya melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games-Tournament Siswa Kelas V SD N Godean 2 Tahun Ajaran 2011/2012”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut: 1. Motivasi siswa dalam belajar IPA masih kurang. 2. Pembelajaran yang berlangsung monoton dan kurang menggairahkan. 3. Dalam proses pembelajaran guru sering menggunakan metode mengajar yang sederhana yaitu metode ceramah. 4. Guru belum bisa memanfaatkan media yang sudah tersedia di sekolah. 5. Ketika metode diskusi diterapkan, guru kurang mengaktifkan seluruh siswa dan terkesan membosankan. 6. Guru merasa kesulitan dalam membentuk kelompok diskusi. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada Peningkatan motivasi belajar IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-Tournament siswa kelas V SD Negeri Godean 2.
6
D. Rumusan Masalah Dari uraian masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-Tournament dapat meningkatkan motivasi belajar IPA? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar IPA siswa kelas V SD N Godean 2 melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-Tournament. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Siswa Memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-Tournament sehingga memotivasi siswa untuk belajar IPA. 2. Guru Dapat menerapkan proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat sehingga siswa mejadi lebih termotivasi dalam belajar terutama dengan menggunakan model pembelajaran tipe Teams Games-Tournament. G. Definisi Operasional Variabel Motivasi belajar IPA merupakan dorongan yang ada pada diri siswa untuk belajar IPA yang ditunjukkan dengan siswa tekun dalam mengerjakan tugas IPA,
7
ulet dalam menghadapi kesulitan soal IPA, menunjukkan minat selama proses pembelajaran IPA berlangsung, lebih senang mengerjakan tugas IPA secara mandiri, bosan pada tugas-tugas IPA dan kegiatan rutin, dapat mempertahankan pendapat dan selalu menyampaikan pendapatnya saat diskusi, tidak mudah melepaskan hal yang telah diyakininya, dan senang mengerjakan soal-soal IPA. Teams Games-Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok yang heterogen yang diawali dengan penyajian materi oleh guru, adanya permainan, dibentuknya siswa dalam kelompok homogen, dan diakhiri dengan adanya rekognisi tim.
8