1
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Lien atau limpa adalah organ penting dalam sistem kekebalan tubuh dan hematopoiesis. Pasien yang tidak memiliki lien (asplenia) oleh karena kongenital, dan didapatkan pasca splenektomi karena trauma maupun penyakit hematologis, memiliki risiko yang lebih tinggi mendapatkan infeksi dan berakibat fatal. Kesadaran akan pentingnya lien dalam sistem imun, menjadi salah satu faktor berkembangnya usaha-usaha untuk mempertahankan lien pada saat terjadi trauma lien. Meningkatnya tren terapi konservatif pada trauma lien paling banyak ditemukan pada populasi anak-anak. Pada orang dewasa dengan trauma lien yang berat, dewasa ini banyak dipopulerkan teknik preservasi dengan splenorraphy, partial splenectomy, maupun dengan tandur lien. Meski demikian, total splenektomi seringkali tidak bisa dihindari pada trauma lien derajat berat, dan di daerah-daerah dimana fasilitas SDM dan prasarana yang tidak menunjang untuk dilakukannya usaha preservasi lien. Hal ini berakibat pada semakin tinggi jumlah pasien-pasien asplenia yang berisiko mengalami infeksi pasca splenektomi atau overwhelming post splenectomy infection (OPSI). Walaupun insiden OPSI relatif jarang, namun memiliki tingkat mortalitas yang tinggi jika tidak ditangani dengan adekuat. Di Indonesia pada umumnya dan khususnya di Bali, belum ada data mengenai kejadian OPSI pasca splenektomi.
1
2
Padahal kasus traumatik splenektomi di Bali cukup banyak. Data di RSUP Sanglah pada tahun 2014 menunjukkan terdapat 24 kasus dengan trauma lien dan 17 (70,8%) diantaranya dilakukan total splenektomi. Tentunya jumlah ini akan bertambah besar bila kasus trauma lien di daerah lain juga dihitung. Meski jumlah pasien asplenia di Bali mungkin cukup banyak, namun kejadian OPSI yang fatal tidak pernah terlaporkan (Anonim, 2014). Komplikasi infeksi pasca splenektomi atau dikenal dengan istilah overwhelming post splenectomy infection (OPSI), adalah suatu infeksi sistemik yang
fulminan
biasanya
disebabkan
oleh
organisme
berkapsul
seperti
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Neisseria meningitides. Ini dikarenakan oleh hilangnya lien sebagai tempat utama pembentukan dini immunoglobulin, dan reservoir makrofag serta limfosit untuk menghancurkan pathogen. Tanpa lien, kemampuan untuk menyerang pathogen ini sangat jauh berkurang (Sinwar, 2014). Studi experimental pada binatang yang mengkonfirmasi peran aktif lien dalam pembentukan antibodi telah ada sejak tahun 1891 oleh Bardoach dan Deutsch pada tahun 1900, kemudian diikuti Ellis dan Smith pada tahun 1966 yang menyimpulkan bahwa pada binatang dengan lien yang normal memproduksi antibodi lebih cepat dan dalam konsentrasi yang lebih tinggi daripada binatang yang displenektomi. Studi-studi berikutnya yang dilakukan pada binatang dan manusia mengkonfirmasi hasil penelitian terdahulu dan menunjukkan bahwa IgM merupakan antibody utama yang terlibat dalam respon awal lien terhadap infeksi (McClusky, et al. 1999)
3
Walaupun data dari beberapa studi telah mengkonfirmasi bahwa asplenia dan hiposplenisme merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya sepsis, masih terdapat kontroversi tentang efektifitas teknik preservasi lien pada kasus trauma dalam menurunkan kejadian infeksi pasca splenektomi. Selain itu pencegahan terhadap terjadinya infeksi pada pasien traumatik asplenia masih kurang diperhatikan,
dikarenakan
kurangnya
pemahaman
mengenai
pengaruh
splenektomi terhadap sistem imun (Bisharat, et al. 2001, Gauer, et al. 2008, Newland, et al. 2005). Pengaruh splenektomi terhadap terjadinya infeksi berbahaya OPSI telah banyak diteliti terutama untuk kasus-kasus hematologis. Namun untuk splenektomi yang dilakukan pada kasus trauma lien masih belum banyak diketahui (Rose, et al. 2000; McClusky, et al. 1999). Pathogenesis yang pasti dari infeksi yang terjadi pada pasien pasca splenektomi, masih perlu diperjelas. Penelitian kali ini, bertujuan untuk mengetahui pengaruh splenektomi terhadap kadar Immunoglobulin G, A, dan M yang dapat membantu menjelaskan respon imun yang menurun pada pasien pasca splenektomi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka diperlukan suatu data yang menunjukkan gangguan imunitas yang terjadi pada pasien trauma lien yang dilakukan total splenektomi. Sehingga disusunlah suatu rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah kadar immunoglobulin G pada pasien trauma lien yang dilakukan total splenektomi lebih rendah dibandingkan terapi konservatif ?
4
2. Apakah kadar immunoglobulin A pada pasien trauma lien yang dilakukan total splenektomi lebih rendah dibandingkan terapi konservatif ? 3. Apakah kadar immunoglobulin M pada pasien trauma lien yang dilakukan total splenektomi lebih rendah dibandingkan terapi konservatif ?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui adanya pengaruh total splenektomi terhadap produksi immunoglobulin pada pasien dengan trauma lien. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui kadar IgG pada pasien trauma lien yang dilakukan total splenektomi. 2. Mengetahui kadar IgA pada pasien trauma lien yang dilakukan total splenektomi. 3. Mengetahui kadar IgM pada pasien trauma lien yang dilakukan total splenektomi.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademik Memberikan bukti ilmiah dan menambah pengetahuan tentang pengaruh splenektomi terhadap sistem kekebalan tubuh. Hasil penelitian yang didapatkan juga dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian berikutnya mengenai faktor risiko terjadinya infeksi pada pasien pasca splenektomi.
5
1.4.2. Manfaat Praktis Apabila penelitian ini dapat menunjukkan adanya penurunan kadar antibodi IgG, IgA dan IgM secara bermakna pada pasien yang dilakukan total splenektomi, maka manfaat dari hasil penelitian ini adalah: 1. Menjadi dasar untuk mencari cara pencegahan terjadinya infeksi pada pasien yang dilakukan total splenektomi misalnya dengan vaksinasi dan edukasi. 2. Memberikan dasar untuk dilakukannya teknik-teknik preservasi lien pada kasus-kasus trauma lien, misalnya dengan splenectomy maupun tandur lien.
splenorraphy, partial
6
1. didapatkan koefisien beta yaitu perbedaan rerata antara dua kelompok penelitian yang sudah memperhitungkan pengaruh variable yang berpotensi sebagai perancu, yakni variable lamanya waktu pasien mendapatkan trauma lien sampai dilakukannya pengukuran kadar immunoglobulin.