BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Turki adalah sebuah Republik Konstitusional yang demokratis, sekuler dan bersatu. Sebelum menjadi sebuah negara yang berbentuk Republik, Turki merupakan sebuah Imperium Islam yang bernama Turki Utsmani atau Dinasti Utsmani. Pada masa Dinasti Turki Utsmani merupakan sebuah kerajaan yang besar, dimana wilayahnya secara garis besar terdiri atas negara-negara Balkan (Yugoslavia, Albania, Yunani, Bulgaria, dan sebahagian besar Rumania) dan sebagian besar negara-negara Arab (Syiria, Libanon, Yordania, Palestina, Iraq, Kuwait, beberapa bagian Saudi Arabia, Mesir, Libya, Tunisia, dan Aljazair) 1. Pemerintahan Dinasti Utsmani secara resmi merupakan pemerintahan Islam dan dipegang oleh khalifah-khalifah yang banyak jumlahnya, dimulai dari pendirinya Usman bin Ertogrul (1281-1324 M.), disusul oleh khalifah-khalifah besar seperti Muhammad Al-Fatih dan Mahmud II, sampai dengan khalifah terakhir Abdul Majid II (1922-1924 M.). 2 Setelah Perang Dunia I pada tahun 1918, dengan kekalahan pihak Sentral yang didukung oleh Turki, Imperium Turki Usmani mengalami masa kemuduran yang sangat menyedihkan. Satu persatu wilayah kekuasaan yang jauh dari pusat membebaskan diri dari kekuasaan Turki Usmani. Bahkan lebih buruk lagi negaranegara sekutu berupaya membagi-bagi wilayah kekuasaan Turki untuk dijadikan 1 2
Erik J. Zurcher, Sejarah Modern Turki, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2003) hal; 3 Moh. Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam. (Malang, UMM Press, 2004) hal; 132
Universitas Sumatera Utara
negara koloni mereka. Kondisi porak porandanya Dinasti Utsmani menumbuhkan semangat nasionalisme pada generasi muda Turki ketika itu. Pemikiran tentang identitas bangsa dan pentingnya suatu negara nasionalis yang meliputi bangsa Turki menjadi wacana yang banyak diperdebatkan. Ancaman negara-negara Barat terhadap Turki di satu sisi dan melemahnya kekuatan Dinasti Utsmani akibat terus bertambahnya wilayah yang memisahkan diri, telah melahirkan kebutuhan untuk menegaskan jati diri atau identitas diri sebagai bangsa Turki ysng dapat sejajar dengan negara-negara Barat. Seperti kata terkenal Ibnu Khaldun “memang ada kecenderungan orang-orang yang kalah untuk menjiplak pemenang”. Keinginan untuk dapat sejajar dengan negara-negara Eropa diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan, dengan asumsi, bahwa jalan satu-satunya bangsa Turki untuk bangkit dan maju adalah dengan menjiplak Barat. 3 Abdullah Cevdet, seorang tokoh gerakan Turki Muda, menyatakan: “Yang ada hanya satu peradaban, dan itu peradaban Eropa. Karena itu, kita harus meminjam peradaban Barat, baik bunga mawarnya mau pun durinya sekaligus.” (There is only one civilization, and that is European civilization. Therefore, we must borrow western civilization with both its rose and its thorn). 4 Pimpinan Turki Muda lainnya, Sabbahuddin Bey, menulis, bahwa “Sejak kami membangun hubungan dengan peradaban Barat, satu kebangkitan intelektual telah terjadi; sebelum hubungan ini terjadi, masyarakat kami kurang kehidupan intelektualnya.”
3 4
Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat, (Jakarta: Gema Insani:, 2005) hal; 271 Adian Husaini, Ibid, hal 271
Universitas Sumatera Utara
Satu organ CUP (Committee and Union Progress), satu organisasi yang dibentuk oleh Gerakan Turki Muda pelawan Khilafah Utsmani yang bernama Osmanli, mengkontraskan antara Eropa dengan Timur dalam kata-katanya, “Orang-orang Eropa selalu berjalan di jalan-jalan dengan kepala tegak; sementara Orang-orang Timur berjalan dengan kepala mereka tertekan absolutisme, melihat ketanah dan hampir terseret.” 5 Tahun 1908, Turki muda berhasil meraih kekuasaan. Mulai tahun 1911, krisis diplomatik melanda Turki. Mulai dari konflik Tripoli dengan Italia, dan perang dunia I melawan Prancis dan Inggris. Di masa inilah terjadi genocide Armenia yang terkenal itu, tepatnya pada tahun 1915. Akhirnya, pada tahun 1918, dinasti Utsmani berakhir, dan Turki dikuasai oleh Prancis, Inggris, Italia, dan Yunani. Pada tahun 1919-1923 terjadi revolusi Turki yang dikenal sebagai perang kemerdekaan Turki. Gerakan nasionalisme ini, yang pada waktu itu merupakan leburan dari berbagai kelompok gerakan kemerdekaan di Turki, semula bertujuan untuk mempertahankan kemerdekaan Turki dari rebutan negara-negara sekutu. Namun pada perkembangan selanjutnya gerakan ini diarahkan untuk menentang Khalifah. 6 Kebutuhan Turki untuk dapat sejajar dengan negara Barat seperti Eropa menyebabkan Turki dibawah komando Mustafa Kemal Ataturk, melakukan modernisasi dengan cara westernisasi disegala aspek mulai dari politik, hukum, pendidikan, hingga budaya. Perubahan dari sitem kerajaan menjadi republik
5 6
Ibid, hal 271 Mukti Ali, Islam dan Sekulerisme di Turki Modern, (Jakarta. 1994) hal: 110
Universitas Sumatera Utara
diikuti perubahan dari penerapan hukum Islam menjadi hukum negara-negara Eropa. 7. Mustafa Kemal Ataturk sangat dikenal dikalangan luas terutama di negara Turki karena keberhasilannya membangun sebuah negara Republik yang menggantikan Dinasti Turki Utsmani dengan prinsip sekularisme, modernisme dan nasionalisme dan hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelaahan terhadap perjuangan Mustafa Kemal Ataturk dalam usahanya mendirikan negara Republik Turki.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimana peranan Mustafa Kemal Ataturk dalam upaya mendirikan Negara Republik Turki”.
C. Tujuan Penelitian Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penulisa ini, yang pertama, bersifat formal akademis dan yang kedua bersifat ilmiah. Adapun tujuan yang bersifat formal akademis adalah untuk mencapai gelar sarjana di Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Di samping itu sebagai sumbangan kepada almamater sebuah tulisan ilmiah tentang peran dari seorang tokoh pendiri Republik Turki serta tokoh Modernisasi. 7
Sukran Vahide, Biografi Intelektul Bediuzzaman Said Nursi; Tranformasi Dinasti Usmani Menjadi Republik Turki. (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2007) hal; xviii.
Universitas Sumatera Utara
Adapun tujuan yang bersifat ilmiah adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui sosok pribadi Mustafa Kemal Ataturk sebagai seorang proklamator Negara Republik Turki. 2. Mengetahui pemkiran dan gerakannya. 3. Membahas gerakannya dalam upaya mendirikan Negara Republik Turki.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis bertujuan untuk meningkatkan serta mengembangkan kemampuan berpikir dan menulis serta mampu untuk lebih mendalami fenomena yang tejadi didunia khususnya negara Turki. 2. Secara akademis, dapat
memberikan sumbangan pemikiran bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pemikiran politik.
E. Kerangka Teoritis Untuk membahas permasalahan yang telah diuraikan diatas, dikemukakan teori yang relevan sesuai dengan permasalahannya. Teori adalah serangkaian konsep, definisi dan proposisi yang saling berkaitan dan bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena pada umumnya 8 Sedangkan F.N Kerlinger menyatakan bahwa teori adalah sebuah konsep atau construct yang berhubungan satu dengan yang lainnya, suatu set dari proposisi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena 9. Teori sebagai perangkat preposisi yang terintegrasi secara sintaksi, yaitu yang mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu 8
Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survey,(LP3ES.Jakarta, 1997), hal 37 Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineke Cipta, 1997) hal 20
9
Universitas Sumatera Utara
dengan yang lainnya dengan data dasar sehingga dapat diamati dan dapat berfungsi sebagai wahana untuk menjelaskan fenomena yang diamati. 10 Di dalam penulisan ini akan digunakan teori kepemimpinan untuk menjelaskan fenomena secara ilmiah. 1. Definisi Kepemimpinan Seorang pemimpin biasanya adalah seorang yang memiliki banyak ide yang bagus dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan sesuatu demi mencapai tujuan. Pemimpin akan hadir bila beberapa individu berkumpul membentuk kelompok. Dalam banyak fakta, seorang pemimpin lahir dalam proses pergulatan politik di banyak negara. Contohnya dari kelompok kulit hitam di Afrika
Selatan,
muncullah
Nelson
Mandela
yang
menjadi
pemimpin
pemberontakan kaumnya. 11 Dalam memahami kepemimpinan, banyak ahli yang sudah mempelajari faktor-faktor tertentu yang mempengaruhinya, seperti keadaan sosial dan bahkan secara genetis. Banyak ahli yang telah mengemukakan definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh Hogg. Kepemimpinan adalah mengarahkan orang lain (yang ada di kelompok) untuk mencapai tujuan bersama (kelompok). 2. Teori-teori Kepemimpinan a. Teori Orang Besar Teori ini berpandangan bahwa kepemimpinan merupakan karakteristik individual atau dibawa sejak lahir. Teori ini berpandangan bahwa orang-orang seperti Plato dan ahli filsuf Yunani kuno memang terlahir sebagai seorang
10
Glenn E Smellbecker dan Lexy J Meleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung, PT Remaja Rosda Karya, tt.) hal; 61 11 Micheal A Hogg dan G. M Vaughan Social Pshicology (London; Pears on Education Limited, 2002) hal; 309.
Universitas Sumatera Utara
pemimpin. Di abad 19, ahli medis Francis Galton juga percaya bahwa seorang pemimpin dilahirkan, bukan dibentuk. Carlyle dan House berpendapat bahwa seseorang yang terlahir sebagai pemimpin adalah mereka yang terlahir dengan kharisma. Ahli-ahli lain mencoba meneliti tentang karakteristik pemimpin, dan didapatkan bahwa kecerdasan yang tinggi dan aktif berbicara adalah dua karakteristik umum yang ada pada pemimpin. 12 b. Teori Situasi Menurut
teori
ini,
kepemimpinan
bukan
karakteristik
personal.
Kepemimpinan muncul karena ada situasi yang mendukung. Ada beberapa pandangan pada teori ini, yang pertama mengemukakan bahwa pemimpin bukan lahir dari pengaruh pribadi. Pemimpin akan lahir dari situasi yang mempengaruhi massa, bukan individu. Menurut penelitian Simonton (1980) seseorang yang berjiwa pemimpin memang memiliki peran dalam menghadapai suatu situasi, seperti penelitian yang dilakukan di medan perang. Pandangan kedua mengemukakan bahwa kepemimpinan akan lahir dari seorang yang memang memiliki peran penting dalam kelompoknya. Berdasarkan penelitian Bales (1950) kepemimppinan akan lebih sering muncul dari seseorang yang memang sudah memiliki bekal yang cukup dalam menangani persoalan didalam kelompok. Secara umum dapat dikatakan bahwa kepemimpinan hadir sebagai fungsi dari tanggung jawab atau tuntutan situasi dan bukan merupakan sepenuhnya karakteristik personal, meskipun kualitas personal tetap memiliki peran dalam hadirnya karakter kepemimpinan. 13
12 13
Ibid, hal; 310-311 Ibid, hal; 311-312
Universitas Sumatera Utara
c. Teori Perilaku Kepemimpinan Teori ini berpandangan bahwa kepemimpinan bisa terbentuk dengan melakukan prilaku tertentu. Dari perilaku-perilaku tertentu itu muncul tiga tipe pemimpin, 14 yaitu : 1. Pemimpin Autokratik, berjalan dengan cara pemberian perintah dari atasan ke bawahan. 2. Pemimpin Demokratik, berjalan melalui konsultasi dan persetujuan dari bawahan atau seluruh anggota kelompok. 3. Pemimpin Laisses-faire,
berjalan dengan seminimal mungkin
melakukan pengawasan kepada bawahan atau seluruh anggota kelompok. d. Teori Kontingensi Teori ini berpandangan bahwa kepemimpinan yang efektif akan lahir bila ada interaksi yang cocok antara tipe kepemimpinan tertentu dan situasi yang ada. Dalam teori ini ada dua tipe pemimpin, 15 yaitu : 1. Pemimpin socio-emotional, lebih mengutamakan hubungan antara anggota kelompok dalam proses mencapai tujuan. 2. Pemimpin task-oriented, lebih memprioritaskan tugas kelompok secara keselurukan dan mengabaikan hubungan antar anggota kelompoknya. 3. Kepemimpinan Mustafa Kemal Berdasarkan uraian tentang kepemimpinan, penulis mencoba membahas gaya kepemimpinan Mustafa Kemal. Mustafa Kemal lahir dari keluarga 14 15
Ibid. hal; 312-315. Ibid. hal; 315-319
Universitas Sumatera Utara
sederhana, dimana ayahnya merupakan seorang pegawai kecil di kantor bea cukai, yang meninggal dunia pada saat Mustafa berusia 7 tahun dan kemudian ia dibesarkan sendiri oleh ibunya. Pada usia 12 tahun Mustafa disekolahkan ibunya di sekolah militer. Dengan pendidikan yang didapat dari kemiliteran, Mustafa terdidik untuk bersikap tegas dan mandiri. Dari riwayat hidupnya, penulis menyimpulkan Mustafa adalah seorang yang memiliki kharisma serta cerdas, hal ini dibuktikan dari pemberian nama Kemal oleh gurunya yang berarti kesempurnaan sebagai pengakuan kecerdasan Mustafa Kemal. Selain itu kemunduran dinasti Utsmani menjadikan Mustafa Kemal bertindak untuk melakukan pembaharuan di segala bidang dan menjadi pemimpin dalam pendirian negara Republik Turki menggantikan dinasti Utsmani.
F. Tinjauan Pustaka Setelah Perang Dunia I, Mustafa Kemal diangkat menjadi panglima militer di Turki Selatan. Tugasnya adalah merebut Izmir dari tangan tentara sekutu. Mustafa Kemal berhasil memukul mundur tentara sekutu dan berhasil menyelamatkan Turki dari penjajahan Barat. 16 Kecemerlangan karier politik Mustafa Kemal dalam peperangan, yang dikenal sebagai perang kemerdekaan Turki, mengantarkannya menjadi pemimpin dan juru bicara gerakan nasionalisme Turki. Gerakan nasionalisme ini, yang pada waktu itu merupakan leburan dari berbagai kelompok gerakan kemerdekaan di
16
DR. Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam. (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004) hal: 120
Universitas Sumatera Utara
Turki, Mustafa Kemal memimpin Turki dengan jargon: westernisasi, sekulaisme, dan nasionalisme. . G. Metodologi Penelitian G.1. Metode Penelitian Metodologi
adalah
suatu
keseluruhan
landasan
nilai-nilai
(yang
menyangkut filsafat keilmuan), asumsi-asumsi, etika, norma yang menjadi aturanaturan standar yang dipergunakan untuk menafsirkan dan menyimpulkan data penelitian, didalamnya termasuk
kriteria untuk menilai kuantitas hasil
penelitian. 17 Di dalam menguji kebenaran hipotesis harus diperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian, G.2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu suatu analisis yang sifatnya berdasarkan penjelasan dan keterangan tentang objek yang dibahas dari sumber-sumber yang ada hubungannya dengan objek yang diteliti. Penelitian kulitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis dan tingkah laku yang dapat diamati dari rang-orang yang diteliti. 18 Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut adalah dengan Library research (Penelitian Kepustakaan) yang sering juga disebut dengan metode dokumentasi. Penelitian dengan menggunakan studi pustaka ini dilakukan dengan cara menelusuri, mengumpulkan, dan membahas bahan-bahan informasi 17
Bagong Suyanto, Sutinah (Ed), Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta: Kencana, 2005) hal 223 18 Bagong Suyanto, Sutinah (Ed), Ibid, hal 166
Universitas Sumatera Utara
dari karangan-karangan yang termuat dalam buku, artikel-artikel yang termuat dalam jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada apa yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber yang berasal dari perpustakaan maupun jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Kemudian semua data yang telah dikumpulkan disusun terlebih dahulu sebelum dilanjutkan ketahap berikutnya untuk memperoleh data yang akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian dan untuk memperoleh hasil dari penelitian tersebut kemudian memberi kesimpulan terhadap data yang dianalisi tersebut.
H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang akan dilakukan dalam pembuatan penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I
: Pendahuluan yang menjelaskan alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka teori yang digunakan, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II
: Riwayat Hidup Mustafa Kemal Ataturk.
BAB III
: Mengenai kondisi sosial-politik Turki Utsmani
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
:Mengenai peranan Mustafa Kemal Ataturk dalam upaya mendirikan Negara Republik Turki yang di dalamnya akan dibahas mengenai peran Mustafa Kemal terhadap berbagai konflik di Turki Utsmani, garis besar pergerakan Mustafa Kemal Ataturk, proses runtuhnya Turki Usmani dan perannya dalam mendirikam Negara Republik Turki.
BAB V
: Kesimpulan
Universitas Sumatera Utara