BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. UMKM mampu menjadi prioritas atau tulang punggung sistem ekonomi kerakyatan untuk mengurangi masalah kemiskinan dan pengangguran, selain itu UMKM juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan.1 Keberadaan UMKM merupakan satu hal yang sangat penting dalam perekonomian, dimana dalam kondisi ekonomi yang tidak kondusif, UMKM adalah alternatif yang mampu mengurangi beban berat yang dihadapi perekonomian nasional.2 UMKM menjadi tulang punggung perekonomian nasional karena ada tiga indikator yang menunjukkan peran pentingnya dalam perekonomian Indonesia. Pertama, jumlahnya banyak dan mencakup setiap sektor ekonomi. Kedua, UMKM memiliki potensi besar dalam menyerap tenaga kerja. Ketiga, UMKM memberikan kontribusi yang besar dalam pendapatan nasional.3
1
Rosmiati, Analisis Program Bantuan Modal Usaha Penguatan Eonomi Masyarakat (KUPEM) oleh Pemerintah Kota Jambi terhadap Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Di Kota Jambi, (Jurnal FKIP Universitas Jambi, 2014), hlm 239. Sumber : http://online-journal.unja.ac.id. (Diunduh tanggal 19 April 2015) 2 Iman Pirman Hidayat dan Adi Ridwan Fadillah, Pengaruh Penyaluran Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Pendapatan Operasional Terhadap Laba Operasional (Kasus Pada PT Bank Jabar Banten. Tbk), (Jurnal Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi, 2014), , hlm 2. Sumber : http://imanph.jurnal.files.pdf.us.ac.id. (Diunduh tanggal 15 April 2015) 3 Solehuddin Murphi, Business Plan Praktis dan Dahsyat untuk UMKM, (Bekasi : Laskar Aksara, 2013), hlm 9.
1
2
Kedudukan UMKM yang menempati posisi strategis dalam perekonomian di Indonesia memang tidak perlu diragukan lagi. Berdasarkan data Kemenkop dan UKM, dari segi penyerapan tenaga kerja, sekitar 97% dari seluruh tenaga kerja Indonesia bekerja pada sektor UMKM. Tabel 1.1 Persentase Penyerapan Tenaga Kerja Sektor UMKM Di Indonesia Tahun Persentase Penyerapan tenaga kerja 2005 96,85 % 2006 97,30 % 2007 97,27 % 2008 97,27 % 2009 97,28 % 2010 97,27 % 2011 97,24 % 2012 97,16 % 2013 97,23 % 2014 97,18 % Sumber : Data Kementerian Koperasi dan UKM Diolah, 2015
UMKM memang berperan untuk menambah lapangan pekerjaan, dimana UMKM dapat menyerap sekitar 97% tenaga kerja Indonesia, terutama dalam usaha mikro yang menyerap hampir mencapai 95% tenaga kerja dari total 97% tenaga kerja sektor UMKM. Namun kondisi penyerapan tenaga kerja ini bersifat tidak stabil bahkan pada tahun 2014 mengalami penurunan yang cukup tinggi. Hal tersebut dikarenakan kurang berkembangnya UMKM yang disebabkan berbagai kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal dalam sektor UMKM, sehingga perkembangan usaha terbatas dan terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja akibat pengurangan karyawan.4
4
Sumber : http://www.depkop.go.id. (Diunduh tanggal 19 April 2015)
3
Fakta yang dapat dilihat dari peran dominan UMKM di Indonesia adalah bahwa UMKM menjadi sektor usaha yang dijalankan sebagian besar masyarakat Indonesia dimana dampaknya juga terjadi dalam stabilitas kehidupan sosial lainnya. Melihat pentingnya keberadaan UMKM dalam perekonomian, pengembangan UMKM jelas merupakan komponen penting dalam perencanaan pembangunan baik oleh pemerintah pusat maupun daerah. Dibutuhkan kebijakan ekonomi pemerintah yang pro dengan ekonomi kerakyatan seperti UMKM. Dukungan pemerintah pada sektor UMKM sangat dibutuhkan agar UMKM dapat
terus
mempertahankan
diri
dalam
menciptakan daya saing produksi yang dapat diterima oleh masyarakat luas baik dalam negeri maupun luar negeri sehingga tidak kalah bersaing dengan produk asing.5 Permasalahan utama UMKM di Indonesia adalah kesiapan UMKM Indonesia
dalam
menghadapi
persaingan
pada
perdagangan
bebas.
Permasalahan tersebut bukan tanpa alasan, permasalahan terjadi karena umumnya UMKM mempunyai SDM yang kurang berkualitas serta tidak memiliki jiwa entrepreneur yang tinggi, kurangnya inovasi dalam menghasilkan produk, terbatasnya modal usaha, tidak adanya tujuan jelas yang akan diraih oleh para pelaku usaha, serta kurangnya keahlian maupun pengetahuan untuk mengembangkan usaha. Hal-hal tersebut menyebabkan UMKM kalah bersaing dan tidak dapat berkembang.6
5
Solehuddin Murphi, Business Plan Praktis dan Dahsyat untuk UMKM, (Bekasi : Laskar Aksara, 2013), hlm 9. 6 Ibid.,
4
Dalam usaha termasuk UMKM, modal merupakan faktor paling penting disamping faktor lainnya. Suatu usaha bisa tidak berjalan apabila tidak tersedia modal yang mencukupi. Artinya, bahwa suatu usaha tidak akan pernah dapat bertahan dan berkembang tanpa adanya modal yang cukup untuk melakukan usaha. Hal ini menggambarkan bahwa modal menjadi faktor utama dan penentu dari suatu kegiatan usaha. Karena itu langkah utama yang harus dilakukan untuk mencapai usaha yang maksimal adalah mempunyai modal yang sesuai untuk melakukan usaha.7 Pelatihan adalah program-program untuk memperbaiki kemampuan dalam melakukan pekerjaan secara individual atau kelompok dalam sebuah usaha.8 Dalam industri UMKM pelatihan merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kreativitas, ketrampilan, dan pengetahuan dalam menjalankan usaha, mengingat masih banyak sumber daya manusia yang dimiliki UMKM masih memiliki kemampuan terbatas. Perbaikan kemampuan melalui pelatihan akan dapat mendorong kegiatan usaha semakin lebih baik. Pemasaran juga menjadi satu hal yang penting dalam sebuah usaha. Keberhasilan sebuah usaha dapat terus bertahan adalah karena produk yang mereka hasilkan dapat dipasarkan dengan baik dan dibeli konsumen. Pemasaran pada industri UMKM menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan, karena dalam pemasaran UMKM masih banyak yang 7
Rifda Zahra Afifah, Analisis Bantuan Modal dan Kredit Bagi Kelompok Pelaku Usaha Mikro oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang (Studi Kasus : KPUM di Kelurahan Pekunden, Kecamatan Semarang Tengah), (Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang, 2012), hlm 24. Sumber : http://eprints.undip.ac.id. (Diunduh tanggal 19 April 2015) 8 Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2005), hlm 208.
5
mengalami kesulitan dalam promosi produk sehingga jangkauan pemasaran produk terbatas. Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu progam pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk tersebut akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya.9 Pendampingan merupakah hal yang berkaitan dengan permasalahan yang bersifat institusional, berhubungan dengan hal-hal seperti penyelesaiaan masalah usaha, pembinaan dan pengarahan serta bantuan dalam kemitraan dan perluasan jaringan kerja. Pendampingan bagi usaha dibutuhkan sebagai dasar agar usaha mampu menghadapi persoalan secara lebih baik dan melakukan usaha dengan lebih terarah. Pendampingan sangat dibutuhkan dalam usaha, khusunya industri UMKM yang masih mempunyai keterbatasan dalam banyak hal.10 Beberapa tahun terakhir pemerintah mengeluarkan kebijakan dan program dalam upaya pemberdayaan UMKM yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan UMKM dalam perekonomian Nasional. Langkah-langkah pemerintah dalam program pemberdayaan UMKM ini berdasarkan pada beberapa masalah klasik yang dialami UMKM di Indonesia seperti : kekurangan modal, keterbatasan teknologi, dan kurangnya pemasaran produk. Dengan melihat permasalahan-permasalahan 9
Ratih Hurriyati, Bauran Pemasaran & Loyalitas Konsumen, (Bandung : ALFABET, 2010), hlm 57. 10 Jaka Sriyana, Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM ): Studi Kasus Di Kabupaten Bantul, (Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta), hlm 100-101. Sumber : http://dppm.uii.ac.id. (Diunduh tanggal 19 April 2015)
6
tersebut pemerintah melakukan kegiatan pengembangan UMKM dalam bentuk penyediaan modal material, intelektual dan institusional yang diwujudkan dengan penyediaan bantuan modal, pelatihan-pelatihan, fasilitas pemasaran produk, pembinaan/pendampingan usaha dan penyediaan fasilitas pendukung usaha.11 Sejalan dengan kebijakan program pemberdayaan UMKM yang ditetapkan pemerintah selama ini, pemerintah Kabupaten Batang melalui Disperindagkop juga telah melakukan berbagai program untuk mendukung perkembangan UMKM di Kabupaten Batang termasuk diantaranya adalah UMKM di Kecamatan Warungasem. Kecamatan Warungasem memang sudah lima tahun terakhir menjadi perhatian khusus Disperindagkop Kabupaten Batang dalam urusan perkembangan UMKM. Hal tersebut karena banyak UMKM di Kecamatan Warungasem yang mempunyai potensi sangat baik untuk dikembangkan agar dapat menjadi salah satu penguat perekonomian Kabupaten Batang serta menjadi sentra industri unggulan yang dapat bersaing dengan Kabupaten lain.12 Pada tahun 2010-2014 UMKM di Kecamatan Warungasem adalah yang paling banyak menjadi peserta binaan Disperindagkop Kabupaten Batang. Hal tersebut karena Kecamatan Warungasem merupakan daerah di Kabupaten
Batang dimana industri
UMKM
merupa
utama dalam
perekonomian dan merupakan daerah yang mempunyai jenis UMKM paling
11
Anindya Ayu Pranaputrika, Pemberdayaan UKM oleh Kemenkop, (Jurnal Bisnis Indonesia, 2015), Sumber : http://www.depkop.go.id (Diunduh tanggal 19 April 2015) 12 Wawancara dengan M. Machrus (Kabid UMKM dan Koperasi), tanggal 20 April 2015 di Kantor Disperindagkop Kabupaten Batang.
7
beragam diantara daerah lainnya di Kabupaten Batang. Beberapa usaha bahkan tidak ada di kecamatan lain dan menjadi produk unggulan Kaupaten Batang seperti hasil kerajinan kulit.13 Pemberdayaan yang dilakukan pemerintah Kabupaten Batang menyangkut perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem adalah pemberdayaan dari segi sumber daya manusia berupa pelatihan-pelatihan, kemudian pemberdayaan dari segi sarana dan prasarana usaha seperti dengan memberikan bantuan modal, bantuan peralatan, bantuan promosi dan pemasaran produk, juga pemberian fasilitas penunjang usaha seperti pengadaan klinik usaha dan pendampingan, kemudian secara khusus Disperindagkop melakukan bantuan berbagai upaya perizinan usaha.14 Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan UMKM. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Komala Inggarwati dan Arnold Kaudin yang meneliti tentang peranan faktor-faktor individual dalam mengembangkan usaha (studi kuantitatif pada wirausaha kecil di Salatiga), menyatakan bahwa faktor
motivasi
awal
mendirikan
usaha,
self-efficacy,
pelatihan,
pendampingan (pembinaan dan pemberian motivasi lebih lanjut) mempunyai pengaruh yang nyata dalam perkembangan wirausaha kecil di Salatiga.15 Penelitian yang dilakukan oleh Raden Rudi Alhempi dan Wismar Harianto 13
Sumber : www.batangkab.go.id/info.ukm/warungasem. (diunduh tanggal 19 April 2015) Sumber : Arsip sub bagian UMKM dan Koperasi kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabuparen Batang, Provinsi Jawa Tengah tahun 2014. 15 Komala Inggarwati dan Arnold Kaudin, Peranan Faktor-Faktor Individual dalam Mengembangkan Usaha Studi Kuantitatif pada Wirausaha Kecil di Salatiga. (Jurnal Manajemen Bisnis, 2010), hlm 199. Sumber : http://www.irjbs.com/jurnalirjbs/pdf. (Diunduh tangga 22 April 2015) 14
8
tentang pengaruh pelatihan dan pembinaan terhadap pengembangan usaha kecil pada program kemitraan bina lingkungan Community Development Centre (CDC) PT. Telkom cabang Pekanbaru, mendapatkan hasil bahwa pelatihan dan pembinaan berpengaruh signifikan terhadap perkembangan pada usaha kecil mitra binaan.16 Penelitian Maulana Agung Pratama tentang analisis efektivitas corporate social responsibility dalam program kemitraan badan usaha milik negara (studi kasus pada perkembangan UMKM mitra binaan PT. Perkebunan Nusantara VII unit usaha Rejosari) yang menggunakan variabel bantuan modal kerja dan dukungan promosi produk untuk pemasran UMKM mitra binaan yang dilakukan oleh pihak PTPN VII berjalan dengan efektif dan berpengaruh signifikan terhadap perkembangan UMKM mitra binaan.17 Hasil yang berbeda ditunjukan pada penelitian yang dilakukan oleh Widyastutik, Heti Mulyati, dan Eka Intan K. Putri mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan klaser UMKM alas kaki di Kota Bogor, aspek finansial berupa penguatan modal dari dana bantuan mempunyai pengaruh yang sangat kecil. Untuk aspek non finansial berupa pemasaran,
16
Raden Rudi Alhempi dan Wismar Harianto, Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan Terhadap Pengembangan Usaha Kecil pada Program Kemitraan Bina Lingkungan Community Development Centre (CDC) PT. Telkom Cabang Pekanbaru, (Jurnal Media Riset Bisnis & Manajemen, 2013), hlm 35. Sumber : http://www.trisakti.ac.id. (Diunduh tanggal 20 April 2015) 17 Maulana Agung Pratama, Analisis Efektivitas Corporate Social Responsibility dalam Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara (Studi Kasus pada Perkembangan UMKM Mitra Binaan PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari), (Jurnal Natapraja, 2013), hlm 112. Sumber : http://journal.uny.ac.id. (Diunduh tanggal 18 April 2015)
9
pelatihan dan dukungan pendampingan tidak berpengaruh terhadap pengembangan klaser UMKM alas kaki di Kota Bogor.18 Penelitian yang dilakukan oleh Cantika Juli tentang optimalisasi peran wakaf dalam pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menunjukkan hasil bahwa wakaf uang berperan strategis dalam memberdayakan UMKM. Wakaf uang memberi dampak positif pada kelompok UMKM dari pendapatan yang diperoleh. Dan lebih lanjut memberi dampak positif bagi perubahan usaha yang semakin berkembang.19 Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andi Suci Anita, dan Umi Salawati yang melakukan penelitian tentang analisis pendapatan penerima Bantuan Langsung Masyarakat-Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (BLM-PUAP) di Kabupaten Barito Kuala yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara pendapatan responden penerima dan non penerima dana BLM PUAP dan tidak terjadi peningkatan pada usaha penerima bantuan.20 Berdasarkan
beberapa
hasil
penelitian-penelitian
yang
telah
disebutkan di atas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan UMKM, masih belum menunjukkan hasil yang konsisten. Kemudian melihat pentingnya keberadaan UMKM di Kecamatan Warungasem sebagai sektor 18
Widyastutik, dkk, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Klaser UMKM Alas Kaki di Kota Bogor, (Jurnal Manajemen dan Agribisnis, 2010), hlm 23. Sumber : http://journal.ipb.ac.id. (Diunduh tanggal 19 April 2015) 19 Cantika Yuli, Optimalisasi Peran Wakaf dalam Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), (Jurnal Manajemen, 2013), hlm 13. Sumber : http://ejournal.ugm.ac.id. (Diunduh tanggal 19 April 2015) 20 Andi Suci Anita, dan Umi Salawati, “Analisis Pendapatan Penerima Bantuan Langsung Masyarakat - Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (BLM-PUAP) di Kabupaten Barito Kuala, (Jurnal Agribisnis Perdesaan, 2011), hlm 302. Sumber : http://faperta.unlam.ac.id. (Diunduh tanggal 19 April 2015)
10
penopang dan penggerak ekonomi rakyat, dimana pemerintah telah menunjukan keberpihakan terhadap perkembangannya. Maka penting untuk mengetahui seberapa besar peran pemerintah dalam perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem tersebut agar dapat diketahui secara nyata apa saja yang mempunyai pengaruh dan tidak mempunyai pengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem. Lebih lanjut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem, dimana dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabel bantuan modal usaha, pelatihan, bantuan pemasaran, dan pendampingan usaha yang dilakukan Disperindagkop Kabupaten Batang terhadap UMKM di Kecamatan Warungasem.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas untuk mempermudah pemahaman, maka penulis membagi permasalahan kedalam beberapa pertanyaan seperti berikut ini : 1. Apakah bantuan modal usaha berpengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem? 2. Apakah pelatihan usaha berpengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem? 3. Apakah bantuan pemasaran usaha berpengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem?
11
4. Apakah pendampingan usaha berpengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem? 5. Apakah bantuan modal, pelatihan, bantuan pemasaran, dan pendampingan usaha secara bersama-sama berpengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah : 1. Menguji
apakah
bantuan
modal
usaha
berpengaruh
terhadap
perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem. 2. Menguji apakah pelatihan usaha berpengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem. 3. Menguji apakah bantuan pemasaran usaha berpengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem. 4. Menguji
apakah
pendampingan
usaha
berpengaruh
terhadap
perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem. 5. Menguji apakah bantuan modal, pelatihan, bantuan pemasaran, dan pendampingan usaha secara bersama-sama berpengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem. 2. Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan ini mempunyai kegunaan-kegunaan bagi beberapa pihak, kegunaan tersebut dapat dilihat dari dua segi yaitu : a. Kegunaan Secara Teoritis
12
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran yang berguna dan bermanfaat terhadap ilmu dibidang UMKM juga dikalangan bisnis pada umumnya yang berhubungan dengan perkembangan usaha. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan dalam menganalisa perkembangan UMKM dan diharapkan dapat menjadi bahan bacaan yang relevan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya. b. Kegunaan Secara Praktis 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi yang bermanfaat bagi pengusaha UMKM di Kecamatan Warungasem dan sebagai masukan dalam perkembangan usaha. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi pihak-pihak yang bersangkutan dengan penelitian ini khususnya
Dinas
Perindustrian
Perdagangan
dan
Koperasi
(Disperindagkop) Kabupaten Batang dalam memberikan dukungan usaha untuk membantu perkembangan UMKM.
D. Batasan Masalah Untuk menjaga agar pembahasan tidak menyimpang dari tujuan penelitian dan lebih terarah, maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut :
13
1. Pembahasan ditekankan pada program pemberdayaan UMKM yang dilakukan Disperindagkop Kabupaten Batang kepada UMKM di Kecamatan Warungasem. 2. Mengingat banyaknya UMKM di Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang yang mengikuti program pemberdayaan dari Disperindagkop, maka penulis dalam penelitiaan ini menggunakan sampel UMKM yang mengikuti program pemberdayaan dari Disperindagkop pada tahun 2014.
E. Tinjauan Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelusuran litelatur yang ada, peneliti mendapatkan beberapa hasil dari penelitian yang sudah pernah dilakukan para peneliti sebelumnya. Pengkajian atas hasil-hasil penelitian terdahulu akan sangat membantu dalam menelaah masalah yang akan dibahas dengan berbagai pendekatan spesifik. Selain itu dengan mempelajari hasil-hasil penelitian terdahulu akan memberikan pemahaman komprehensif mengenai posisi penelitian yang peneliti lakukan. Adapun beberapa hasil penelitian terdahulu tersebut antara lain sebagai berikut : Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Imamah (2008) berjudul “Peranan Business Development Service dalam Pengembangan Usaha Kecil Menengah di Wedoro Centre Waru Sidoarjo”, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut : (1) Business Development Service dalam memfasilitasi usaha kecil menengah untuk memperoleh modal dan memperluas
pangsa
pasar
mempunyai
peranan
yang
signifikan
14
(berpengaruh nyata) dalam pengembangan usaha kecil menengah. (2) Business Development Service dalam memfasilitasi usaha kecil menengah untuk penguasaan teknologi secara statistik tidak signifikan dalam pengembangan usaha kecil menengah. (3) Secara simultan Business Development Service mempunyai peranan secara signifikan dalam pengembangan usaha kecil menengah sepatu sandal di Wedoro Centre Waru Sidoarjo.21 Penelitian yang dilakukan oleh Berlina Puspa Dewi (2010) berjudul “Peranan Pemerintah Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Industri Kerajinan Marmer (Studi Kasus di Desa Gamping Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung)” diperoleh hasil
penelitian
bahwa
Disperindagkop
Kabupaten
Tulungagung
memberikan fasilitas pembinaan SDM, bantuan pemasaran, dan bantuan modal. Disperindag Kabupaten Tulungagung mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi para pengrajin marner, namun tidak dapat rutin diadakan karena harus bergantian dengan industri kecil yang lainnya. Bantuan pemasaran yang dilakukan Disperindag Kabupaten Tulungagung adalah mengikutsertakan para pengrajin dalam acara pameran-pameran. Bantuan modal diberikan melalui pengajuan dana hibah usaha. Terjadi peningkatan yang cukup tinggi terhadap perkembangan industri marmer Desa Gamping
21
Nurul Imamah, Peranan Business Development Service dalam Pengembangan Usaha Kecil Menengah di Wedoro Centre Waru Sidoarjo, (Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Universitas Bhayangkara, 2008), hlm 175. Sumber : http://jurnalmanajemen.petra.ac.id. (Diunduh Tanggal 18 April 2015)
15
setelah mengikuti program pemberdayaan dari Disperindagkop Kabupaten Tulungagung.22 Penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Nuridin (2011) berjudul “Analisis Pengaruh Pemberian Modal Kerja, Pelatihan, dan Pendampingan terhadap Peningkatan Pendapatan Mustahiq Kota Semarang (Studi Kasus pada Program Misykat LAZ DPU DT Cabang Semarang)” diperoleh hasil penelitian dan pembahasan yang dapat disimpulkan bahwa Variabel modal kerja (X1), pelatihan (X2), dan pendampingan (X3), masing-masing mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pendapatan Mustahiq kota Semarang. Terlihat F hitung (7,338) > F tabel (2,82) yang berarti modal kerja, pelatihan dan pendampingan secara bersama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pendapatan Mustahiq kota Semarang. 23 Penelitian yang dilakukan oleh Endang Purwanti (2012) berjudul “Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha, Strategi Pemasaran Terhadap Perkembangan UMKM di Desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga”, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut : (1) Terdapat pengaruh karakteristik wirausaha terhadap perkembangan usaha UMKM di desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga secara signifikan. (2) 22
Berlina Puspa Dewi, Peranan Pemerintah Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Industri Kerajinan Marmer (Studi Kasus di Desa Gamping Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung), (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang, 2010), hlm 105. Sumber : http://elibrary.ub.ac.id. (Diunduh tanggal 31 Oktober 2014) 23 Muhamad Nuridin, Analisis Pengaruh Pemberian Modal Kerja, Pelatihan, Dan Pendampingan Terhadap Peningkatan Pendapatan Mustahiq Kota Semarang (Studi Kasus Pada Program MISYKAT LAZ DPU DT Cabang Semarang), (Skripsi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, 2011), hlm 81. Sumber : http://library.walisongo.ac.id. (Diunduh tanggal 04 September 2014)
16
Modal usaha terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha, bahkan modal usaha mempunyai pengaruh yang paling dominan, UMKM memerlukan kemudahan untuk medapatkan modal khususnya UMKM di desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga. (3) Strategi pemasaran tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan usaha, dikarenakan pemasaran tidak dilakukan secara langsung ke konsumen namun melalui para pedagang dan toko-toko dimana pengemasan dan pemberian label dilakukan oleh pedagang dan toko-toko yang membeli produk hasil UMKM di desa Dayaan dan desa Kalilondo Salatiga. (3) Terdapat pengaruh karakteristik usaha, modal usaha dan strategi pemasaran secara bersama terhadap perkembangan UMKM di desa Dayaan dan desa Kalilondo Salatiga.24 Penelitian yang dilakukan oleh Nila Kurnia Wati, Choirul Saleh, dan Abdul Wachid (2013) berjudul “Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Apel Berbasis Ekonomi Lokal (Studi pada Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu)”, diperoleh hasil penelitian bahwa strategi pengembangan industri pengolahan apel di Kota Batu yang dilakukan oleh Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan
Kota
Batu
diwujudkan kedalam
beberapa program
diantaranya program penyediaan sarana dan prasarana penunjang usaha, pelatihan teknologi dan pendampingan, namun sayangnya beberapa
24
Endang Purwanti, Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha, Strategi Pemasaran Terhadap Perkembangan UMKM di Desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga, (Jurnal Among Makarti, STIE AM Salatiga, 2012), hlm 27. Sumber : http://jurnal.stieama.ac.id. (Diunduh Tanggal 23 April 2015)
17
program yang dilaksanakan masih kurang optimal seperti program peningkatan kualitas dan standarisasi produk melalui pemberian, fasilitasi label halal dan izin dari dinas kesehatan dimana kualitas bahan baku masih belum dapat menjamin kualitas produk dan keterbatasan teknologi, serta dalam penyelenggaraan even pameran yang tempatnya terbatas sehingga hanya beberapa industri yang dapat mengikuti even pameran tersebut. Hasilnya program pemberdayaan tersebut tidak terlalu berpengaruh pada perkembangan industri pengelolahan apel di Kota Batu.25 Penelitian yang dilakukan oleh Innes Maeya Sofa (2014) berjudul “Pemberdayaan Ekonomi Pengrajin Gerabah Kasongan di Desa Bangunjiwo Kabupaten Bantul Yogyakarta” diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa program pemberdayaan ekonomi pengrajin gerabah kasongan sudah terealisasi dengan baik. Adanya kebijakan Pemberdayaan UMKM ini dapat meningkatkan produktifitas pengrajin. Program pemerintah yang diikuti oleh para pengrajin adalah pelatihan, pendidikan dan seminar dan perkuatan modal usaha. Semua program tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas, pendapatan dan perkembangan usaha pengrajin gerabah kasongan di Desa Bangunjiwo Kabupaten Bantul Yogyakarta. Meskipun pengrajin masih terlihat
25
Nila Kurnia Wati, dkk, Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Apel Berbasis Ekonomi Lokal (Studi pada Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu), (Jurnal Administrasi Publik Universitas Brawijaya, Malang 2013), hlm 108. Sumber : http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id. (Diunduh tanggal 19 April 2015) ()
18
mengandalkan pemesanan, dan hanya sedikit yang telah beranjak menujukkan kreativitas dengan tidak bergantung pada buyer.26 Penelitian yang dilakukan oleh Rizkiawan Dian Bestari (2014) berjudul “Peran Pemerintah dalam Mengembangkan Usaha Kecil dan Menengah Industri Marmer Guna Meningkatkan Pendapatan Daerah Kabupaten Tulungagung” diperoleh hasil penelitian bahwa dalam upaya memberdayakan industri kecil dan menengah kerajinan marmer Kabupaten Tulungagung,
pemerintah
menyusun
kebijakan-kebijakan.
Kegiatan
pemberdayaan tersebut mempunyai dampak yang baik bagi peningkatan pendapatan usaha kecil dan menengah industri marmer. Adapun bantuan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang diberikan kepada para pengrajin marmer meliputi : pembinaan sumber daya manusia, pemasaran, promosi produk, pembinaan dalam manajerial, dan memberikan bantuan alat produksi. Bantuan pemerintah tersebut menjadi sarana peningkatan pendapatan Kabupaten
Tulungagung
karena
Kabupaten
Tulungagung
berhasi
mengembangkan industri kerajinan yang mempunyai dampak positif pada perekonomian masyarakat.27 Penelitian yang dilakukan oleh Candra Arysta Putra Pradana, Tjahjanulin Domai, dan Suwondo (2014) berjudul “Peran Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dalam Pemberdayaan Pengrajin Kerajinan 26
Innes Maeya Sofa, Pemberdayaan ekonomi pengrajin gerabah Kasongan di Desa Bangunjiwo Kabupaten Bantul Yogyakarta, (Jurnal Ilmiah Universitas Diponegoro Semarang, 2014), hlm 7. Sumber : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id. (Diunduh tanggal 31 Oktober 2014) 27 Rizkiawan Dian Bestari, Peran Pemerintah Dalam Mengembangkan Usaha Kecil Dan Menengah Industri Marmer Guna Meningkatkan Pendapatan Daerah Kabupaten Tulungagung, (Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya Malang, 2014), hlm 9. Sumber : http://jimfeb.ub.ac.id/pdf. (Diunduh tanggal 31 Oktober 2014)
19
Perak Sebagai Produk Unggulan Daerah (Studi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Mojokerto)” diperoleh hasil bahwa pemberian bantuan permodalan (peningkatan kemampuan finansial) dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pengrajin perak. Pemberian bantuan permodalan yang dilakukan oleh Disperindag Kabupaten Mojokerto mampu mengeluarkan potensi masyarakat yang berdampak dengan tumbuhnya usaha kerajinan perak yang semakin baik serta ditandai dengan bertambahnya jumlah pengrajin. Pendapatan pengrajin kerajinan perak ada kenaikan secara signifikan. Berdasarkan data yang dihimpun dari omset pengrajin kerajinan perak Desa Batankrajan tahun 2013 menunjukkan bahwa rata-rata omset pendapatan mereka cukup tinggi dari ratusan ribu sampai puluhan juta.28 Penelitian yang dilakukan oleh Mia Retno Prahesti (2014) berjudul “Analisis Kebijakan Pemerintah Daerah Dalampemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) Studi kasus Kabupaten Mojokerto” diperoleh hasil bahwa potensi UKM di Kabupaten Mojokerto mempunyai peluang untuk tumbuh dan dikembangkan. Strategi Pemerintah Kabupaten Mojokerto untuk mengembangkan adalah melalui strategi pemberdayaan dengan penciptaan iklim usaha yang kondusif dan penguatan potensi yang dimiliki para pengusaha dan pengrajin. Dalam pelaksanaannya, pemberdayaan UKM di Kabupaten Mojokerto dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UMKM. Program dan kegiatan yang dilaksanakan adalah melalui peningkatan aksebilitas 28
Candra Arysta Putra Pradana, dkk, Peran Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dalam Pemberdayaan Pengrajin Kerajinan Perak Sebagai Produk Unggulan Daerah (Studi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Mojokerto), (Jurnal Administrasi Publik Universitas Brawijaya Malang, 2014), hlm 99. Sumber : http://jimfeb.ub.ac.id. (Diunduh tanggal 17 Januari 2015)
20
terhadap
permodalan/pendanaan,
penyediaan
layanan
infrastruktur,
kemudahan dalam layanan perizinan, serta pembinaan dan pengembangan kelembagaan. Selain itu dilakukan juga pembinaan dan pengembangan teknik dan manajerial yang meliputi pembinaan dan pengembangan teknik produksi, pemasaran
serta
sumber
daya
manusia.
Hasil
program-program
pemberdayaan tersebut telah berhasil mengembangkan potensi UMKM di Kabupaten Mojokerto.29 Penelitian yang dilakukan oleh Rosmiati (2014) berjudul “Analisis Program Bantuan Modal Kredit Usaha Penguatan Ekonomi Masyarakat (KUPEM) Oleh Pemerintah Kota Jambi Terhadap Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Jambi” dari pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa proses pemberian KUPEM yang dilakukan oleh petugas tim teknis dan tim terpadu berlangsung melalui beberapa tahapan. Keseluruhan jumlah UMKM yang mengikuti program KUPEM periode 20062012 mengalami penurunan. Terjadi kemacetan pengembalian dana program KUPEM. Program KUPEM di kota Jambi diprioritaskan pada sektor jasa dan industri yang berkompeten dapat dikembangkan, namun program KUPEM menunjukkan hasil tidak signifikan dalam mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah penerima kredit.30
29
Mia Retno Prahesti, Analisis Kebijakan Pemerintah Daerah Dalampemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) Studi kasus Kabupaten Mojokerto, (Jurnal Ilmiah, Universitas Brawijaya, 2014), hlm 11. Sumber : http://www.jimfeb.ub.ac.id. (Diunduh tanggal 21 April 2015) 30 Rosmiati, Analisis Program Bantuan Modal Kredit Usaha Penguatan Eonomi Masyarakat (KUPEM) oleh Pemerintah Kota Jambi Terhadap Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Di Kota Jambi, (Jurnal FKIP Universitas Jambi, 2014), hlm 244. Sumber : http://online-journal.unja.ac.id. (Diunduh tanggal 19 April 2015)
21
Penelitian yang dilakukan oleh Bahrur Rosyid (2014) berhudul “Pembinaan dan Pendampingan Manajemen Usaha Bagi Pemuda dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Sekotong Timur Kecamatan Lembar Lombok
Barat”
diperoleh
hasil
penelitian
bahwa
pembinaan
dan
pendampingan manajemen usaha bagi pemuda dalam pengembangan ekonomi masyarakat secara bersama-sama menghasil output sebagai berikut : (1) Terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan budaya (kompetisi dan memiliki daya saing tinggi). (2) Terjadi Perubahan terhadap penguasaan teknologi. (3) Kegiatan pembinaan dan pendampingan manajemen usaha dalam pengembangan ekonomi masyarakat sebagai momentum peningkatan perekonomian masyarakat di desa Sekotong Timur. (4) Terjadi perkembangan produk-produk yang dihasilkan sehingga dapat dipasarkan ke Swalayan atau supermarket yang ada. (5) Setelah dilakukan binaan terhadap para pemuda untuk bisa mendobrak potensi melalui badan usaha milik desa untuk mengembangkan minat berwirausaha dan peningkatan penguatan ekonomi masyarakat hasilnya dapat terlihat dengan perkembangan usaha mereka yang semakin maju.31 Penelitian yang dilakukan oleh Raden Rudi Alhempi dan Wismar Harianto (2014) berjudul “Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan terhadap Pengembangan Usaha Kecil pada Program Kemitraan Bina Lingkungan” diperoleh hasil penelitian bahwa pelatihan dan pembinaan berpengaruh
31
Bahrur Rosyid, Pembinaan dan Pendampingan Manajemen Usaha Bagi Pemuda dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Sekotong Timur Kecamatan Lembar Lombok Barat, (Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram, 2014), hlm 11. Sumber : http://ejurnal.iainmataram.ac.id. (Diunduh tanggal 19 April 2015)
22
signifikan terhadap perkembangan usaha kecil mitra binaan, adapun kesimpulan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) Pelatihan dan pembinaan secara serentak atau simultan maupun secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha kecil pada usaha kecil mitra binaan Community Development Centre (CDC) PT. Telkom Cabang Pekanbaru. (2) Pembinaan merupakan variabel yang memiliki sumbangan atau nilai yang tertinggi terhadap perkembangan usaha kecil terutarna dalam memotivasi mitra binaan. (3) Pemantauan terhadap unit usaha yang dijalankan dilakukan terhadap mitra binaan dengan cara dibimbing, diarahkan dan berbagi pengalaman untuk mengembangkan usaha yang sedang dijalankan mitra binaan.32 Dari berbagai studi pustaka tersebut, penelitian yang akan peneliti lakukan ini merupakan penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Sama-sama mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan UMKM. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah pada penggunaan jumlah variabel dan beberapa penggunaan variabel independen yang berbeda. Selain itu penelitian ini dilakukan pada tempat dan waktu yang berbeda, sehingga dalam penelitian ini tidak terdapat kesamaan yang bersifat mutlak dengan penelitian sebelumnya
32
Raden Rudi Alhempi dan Wismar Harianto, Pengaruh Pelatihan Dan Pembinaan Terhadap Pengembangan Usaha Kecil pada Program Kemitraan Bina Lingkungan Community Development Centre (CDC) PT. Telkom Cabang Pekanbaru, (Jurnal Media Riset Bisnis & Manajemen, 2013), hlm 35. Sumber : http://www.online.fe.trisakti.ac.id. (Diunduh tanggal 20 April 2015)
23
Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu No 1.
Judul penelitian, nama peneliti, dan tahun penelitian Peranan Business Development Service dalam Pengembangan Usaha Kecil Menengah di Wedoro Centre Waru Sidoarjo, oleh Nurul Imamah, tahun 2008
2.
Peranan Pemerintah dalam Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Industri Kerajinan Marmer (Studi Kasus di Desa Gamping Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung), oleh Berlina Puspa Dewi tahun 2010
3.
Analisis Pengaruh Pemberian, Modal Kerja, Pelatihan, dan Pendampingan terhadap Peningkatan Pendapatan Mustahiq Kota Semarang (Studi
Variabel penelitian (X1) : Layanan BDS untuk memperoleh modal, (X2) : Layanan BDS dalam memperluas pangsa pasar. (X3) : Layanan BDS dalam penguasaan teknologi. (Y) : Perkembangan usaha kecil menengah di Wedoro Centre Waru Sidoarjo. (X) : Pemberdayaan UMKM melalui fasilitas pembinaan SDM, bantuan pemasaran, dan bantuan modal. (Y) : Perkembangan industri marmer Desa Gamping Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung. (X1) : Modal kerja. (X2) : Pelatihan. (X3) : Pendampingan. (Y) : Pendapatan Mustahiq Kota Semarang.
Hasil Business Development Service untuk variabel perolehan modal dan perluasan pangsa pasar mempunyai peranan yang signifikan (berpengaruh nyata) dalam pengembangan usaha kecil menengah. Untuk variabel fasilitas penguasaan teknologi secara statistik tidak berpengaruh secara signifikan dalam pengembangan usaha kecil menengah. Secara simultan Business Development Service mempunyai peranan secara signifikan dalam pengembangan usaha kecil menengah sepatu sandal di Wedoro Centre Waru Sidoarjo.
Disperindagkop Kabupaten Tulungagung memberikan fasilitas pembinaan SDM, bantuan pemasaran, dan bantuan modal. Disperindag Kabupaten Tulungagung mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi para pengrajin marner, namun tidak dapat rutin diadakan karena harus bergantian dengan industri kecil yang lainnya. Bantuan pemasaran yang dilakukan Disperindag Kabupaten Tulungagung adalah mengikutsertakan para pengrajin dalam acara pameran-pameran. Bantuan modal diberikan melalui pengajuan dana hibah usaha. Terjadi peningkatan yang cukup tinggi terhadap perkembangan industri marmer Desa Gamping setelah mengikuti program pemberdayaan dari Disperindagkop Kabupaten Tulungagung. Variabel modal kerja (X1), pelatihan (X2), dan pendampingan (X3), masing-masing mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pendapatan Mustahiq kota Semarang. Secara bersama modal kerja, pelatihan dan pendampingan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pendapatan Mustahiq kota Semarang.
Perbedaan penelitian Perbedaan terletak pada program pengembangan yang diteliti, jumlah variabel, lokasi dan tahun penelitian.
Perbedaan terletak pada analisis data, jumlah variabel, lokasi dan tahun penelitian.
Perbedaan terletak pada jumlah variabel, lokasi dan tahun penelitian.
24
4.
Kasus pada Program Misykat LAZ DPU DT Cabang Semarang), oleh Muhamad Nuridin, tahun 2011 Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha, dan Strategi Pemasaran terhadap Perkembangan UMKM di Desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga, oleh Endang Purwanti, tahun 2012
(X1) : Karakteristik wirausaha. (X2) : Modal usaha. (X3) : Pemasaran. (Y) : Perkembangan UMKM di Desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga.
5.
Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Apel Berbasis Ekonomi Lokal (Studi pada Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu), oleh Nila Kurnia Wati, Choirul Saleh, dan Abdul Wachid, tahun 2013
(X) : Pemberdayaan industri pengolahan apel (penyediaan sarana dan prasarana penunjang usaha, pelatihan teknologi dan pendampingan). (Y) : Perkembangan industri pengelolahan apel di Kota Batu.
6.
Pemberdayaan Ekonomi Pengrajin Gerabah Kasongan di
(X1) : Pelatihan pemasaran. (X2) : Pendidikan
Terdapat pengaruh karakteristik wirausaha terhadap perkembangan usaha UMKM secara signifikan. Modal usaha terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha, bahkan modal usaha mempunyai pengaruh yang paling dominan. Strategi pemasaran tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan usaha. Terdapat pengaruh karakteristik wirausaha, modal usaha dan strategi pemasaran secara bersama terhadap perkembangan UMKM di desa Dayaan dan desa Kalilondo Salatiga. Strategi pengembangan industri pengolahan apel di Kota Batu yang dilakukan oleh Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu diwujudkan kedalam beberapa program diantaranya program penyediaan sarana dan prasarana penunjang usaha, pelatihan teknologi dan pendampingan, namun sayangnya beberapa program yang dilaksanakan masih kurang optimal seperti program peningkatan kualitas dan standarisasi produk melalui pemberian, fasilitasi label halal dan izin dari dinas kesehatan dimana kualitas bahan baku masih belum dapat menjamin kualitas produk dan keterbatasan teknologi, serta dalam penyelenggaraan even pameran yang tempatnya terbatas sehingga hanya beberapa industri yang dapat mengikuti even pameran tersebut. Hasilnya program pemberdayaan tersebut tidak terlalu berpengaruh pada perkembangan industri pengelolahan apel di Kota Batu. Program pemberdayaan ekonomi pengrajin gerabah kasongan sudah terealisasi dengan baik. Adanya kebijakan Pemberdayaan UMKM ini
Perbedaan terletak pada jumlah variabel, serta lokasi dan tahun penelitian.
Perbedaan terletak pada lokasi dan tahun penelitian.
Perbedaan terletak pada
25
Desa Bangunjiwo Kabupaten Bantul Yogyakarta, oleh Innes Maeya Sofa, tahun 2014
7.
Peran Pemerintah dalam Mengembangkan Usaha Kecil dan Menengah Industri Marmer Guna Meningkatkan Pendapatan Daerah Kabupaten Tulungagung, oleh Rizkiawan Dian Bestari, tahun 2014
8.
Peran Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam Pemberdayaan Pengrajin Kerajinan Perak Sebagai Produk Unggulan Daerah (Studi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
manajemen. (X3) : Seminar usaha. (X4) : Perkuatan modal usaha. (Y) : Perkembangan usaha pengrajin gerabah Kasongan di Desa Bangunjiwo Kabupaten Bantul Yogyakarta. (X) : Pemberdayaan industri kerajinan marmer Kabupaten Tulungagung. (Y) : Pengembangan usaha kecil dan menengah industri marmer dan pendapatan daerah Kabupaten Tulungagung.
dapat meningkatkan produktifitas pengrajin. Program pemerintah yang diikuti oleh para pengrajin adalah pelatihan, pendidikan dan seminar dan perkuatan modal usaha. Semua program tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas, pendapatan dan perkembangan usaha pengrajin gerabah kasongan di Desa Bangunjiwo Kabupaten Bantul Yogyakarta. Meskipun pengrajin masih terlihat mengandalkan pemesanan, dan hanya sedikit yang telah beranjak menujukkan kreativitas dengan tidak bergantung pada buyer.
Dalam upaya memberdayakan industri kecil dan menengah kerajinan marmer Kabupaten Tulungagung, pemerintah menyusun kebijakankebijakan. Kegiatan pemberdayaan tersebut mempunyai dampak yang baik bagi peningkatan pendapatan usaha kecil dan menengah industri marmer. Adapun bantuan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang diberikan kepada para pengrajin marmer meliputi : pembinaan sumber daya manusia, pemasaran, promosi produk, pembinaan dalam manajerial, dan memberikan bantuan alat produksi. Bantuan pemerintah tersebut menjadi sarana peningkatan pendapatan Kabupaten Tulungagung karena Kabupaten Tulungagung berhasi mengembangkan industri kerajinan yang mempunyai dampak positif pada perekonomian masyarakat. (X) : Bantuan permodalan. Pemberian bantuan permodalan (peningkatan kemampuan finansial) (Y) : Pertumbuhan kerajinan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pengrajin perak. perak Desa Batankrajan Pemberian bantuan permodalan yang dilakukan oleh Disperindag Kabupaten Mojokerto. Kabupaten Mojokerto mampu mengeluarkan potensi masyarakat yang berdampak dengan tumbuhnya usaha kerajinan perak yang semakin baik serta ditandai dengan bertambahnya jumlah pengrajin. Pendapatan pengrajin kerajinan perak ada kenaikan secara signifikan. Berdasarkan
beberapa bentuk variabel independen yang digunakan dan lokasi penelitian.
Perbedaan terletak pada jumlah variabel dependen yang digunakan dan lokasi penelitian.
Perbedaan terletak pada jumlah variabel yang digunakan dan lokasi penelitian.
26
9.
Mojokerto), oleh Candra Arysta Putra Pradana, Tjahjanulin Domai, dan Suwondo, tahun 2014 Analisis Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) Studi Kasus Kabupaten Mojokerto, oleh Mia Retno Prahesti, tahun 2014
10. Analisis Program Bantuan Modal Kredit Usaha Penguatan Ekonomi Masyarakat (KUPEM) Oleh Pemerintah Kota Jambi Terhadap Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Jambi, oleh Rosmiati, tahun 2014
data yang dihimpun dari omset pengrajin kerajinan perak Desa Batankrajan tahun 2013 menunjukkan bahwa rata-rata omset pendapatan mereka cukup tinggi dari ratusan ribu sampai puluhan juta. (X) : Pemberdayaan UKM Kabupaten Mojokerto. (Y) : Pengembangan potensi UMKM di Kabupaten Mojokerto.
(X) : Bantuan modal usaha. (Y) : Perkembangan usaha mikro kecil dan menengah di Kota Jambi.
Potensi UKM di Kabupaten Mojokerto mempunyai peluang untuk tumbuh dan dikembangkan. Strategi Pemerintah Kabupaten Mojokerto untuk mengembangkan adalah melalui strategi pemberdayaan dengan penciptaan iklim usaha yang kondusif dan penguatan potensi yang dimiliki para pengusaha dan pengrajin. Dalam pelaksanaannya, pemberdayaan UKM di Kabupaten Mojokerto dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UMKM. Program dan kegiatan yang dilaksanakan adalah melalui peningkatan aksebilitas terhadap permodalan/pendanaan, penyediaan layanan infrastruktur, kemudahan dalam layanan perizinan, serta pembinaan dan pengembangan kelembagaan. Selain itu dilakukan juga pembinaan dan pengembangan teknik dan manajerial yang meliputi pembinaan dan pengembangan teknik produksi, pemasaran serta sumber daya manusia. Hasil program-program pemberdayaan tersebut telah berhasil mengembangkan potensi UMKM di Kabupaten Mojokerto. Hasil penelitian disimpulkan bahwa proses pemberian KUPEM yang dilakukan oleh petugas tim teknis dan tim terpadu berlangsung melalui beberapa tahapan. Keseluruhan jumlah UMKM yang mengikuti program KUPEM periode 2006-2012 mengalami penurunan. Terjadi kemacetan pengembalian dana program KUPEM. Program KUPEM di kota Jambi diprioritaskan pada sektor jasa dan industri yang berkompeten dapat dikembangkan, namun program KUPEM menunjukkan hasil tidak signifikan dalam mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah penerima kredit.
Perbedaan terletak pada jumlah indikaror pengembangan UMKM yang digunakan dan lokasi penelitian.
Perbedaan terletak pada jumlah variabel yang digunakan dan lokasi penelitian.
27
11. Pembinaan dan Pendampingan Manajemen Usaha Bagi Pemuda dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Sekotong Timur Kecamatan Lembar Lombok Barat, oleh Bahrur Rosyid, tahun 2014
12. Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan terhadap Pengembangan Usaha Kecil pada Program Kemitraan Bina Lingkungan Community Development Centre (CDC) PT. Telkom Cabang Pekanbaru, oleh Raden Rudi Alhempi dan Wismar Harianto, tahun 2014
(X1) : Pembinaan. (X2) : Pendampingan. (Y) : Pengembangan ekonomi masyarakat pemilik usaha di Sekotong Timur Kecamatan Lembar Lombok Barat.
Pembinaan dan pendampingan manajemen usaha bagi pemuda dalam pengembangan ekonomi masyarakat secara bersama-sama menghasil output sebagai berikut : (1) Terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan budaya (kompetisi dan memiliki daya saing tinggi). (2) Terjadi Perubahan terhadap penguasaan teknologi. (3) Kegiatan pembinaan dan pendampingan manajemen usaha dalam pengembangan ekonomi masyarakat sebagai momentum peningkatan perekonomian masyarakat di desa Sekotong Timur. (4) Terjadi perkembangan produk-produk yang dihasilkan sehingga dapat dipasarkan ke Swalayan atau supermarket yang ada. (5) Setelah dilakukan binaan terhadap para pemuda untuk bisa mendobrak potensi melalui badan usaha milik desa untuk mengembangkan minat berwirausaha dan peningkatan penguatan ekonomi masyarakat hasilnya dapat terlihat dengan perkembangan usaha mereka yang semakin maju. (X1) : Pelatihan. Pelatihan dan pembinaan berpengaruh signifikan terhadap (X2) : Pembinaan. perkembangan usaha kecil mitra binaan, adapun kesimpulan dalam (Y) : Pengembangan Usaha penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) Pelatihan dan Kecil pada Program pembinaan secara serentak atau simultan maupun secara parsial Kemitraan Bina Lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha kecil Community Development pada usaha kecil mitra binaan Community Development Centre (CDC) Centre (CDC) PT. Telkom PT. Telkom Cabang Pekanbaru. (2) Pembinaan merupakan variabel Cabang Pekanbaru. yang memiliki sumbangan atau nilai yang tertinggi terhadap perkembangan usaha kecil terutarna dalam memotivasi mitra binaan. (3) Pemantauan terhadap unit usaha yang dijalankan dilakukan terhadap mitra binaan dengan cara dibimbing, diarahkan dan berbagi pengalaman untuk mengembangkan usaha yang sedang dijalankan mitra binaan.
Perbedaan terletak pada jumlah variabel yang digunakan dan lokasi penelitian.
Perbedaan terletak pada jumlah variabel yang digunakan dan lokasi penelitian.
28
2. Kajian Teori Selain penelitian-penelitian terdahulu diatas, penelitian ini juga menggunakan
teori-teori
sebagai
dasar
pendukung
dilakukannya
penelitian. Teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini diantaranya :
a. Perkembangan Usaha Perkembangan usaha adalah suatu bentuk usaha kepada usaha itu sendiri agar dapat berkembang menjadi lebih baik lagi dan agar mencapai
pada
satu
titik
atau
puncak
menuju
kesuksesan.
Perkembangan dalam usaha di lakukan oleh usaha yang sudah mulai terproses dan terlihat ada kemungkinan untuk lebih maju lagi. Perkembangan adalah wujud kesuksesan dalam berusaha yang dapat dilihat dengan jumlah penjualan yang semakin meningkat, kemampuan pengusaha dalam meraih peluang usaha yang ada dan berinovasi, luasnya pasar yang dikuasai, mampu bersaing, mempunyai akses yang luas terhadap lembaga-lembaga keuangan baik bank dan non bank sehingga dapat meningkatkan pembiayaan usaha.33 Identifikasi faktor permasalahan pengembangan pada UMKM adalah :34 1. Pemasaran 33
Endang Purwanti, Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha, dan Strategi Pemasaran terhadap Perkembangan UMKM di Desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga, (Jurnal Among Makarti, STIE AM Salatiga, 2012), hlm 21. Sumber : http://jurnal.stieama.ac.id. (Diunduh Tanggal 23 April 2015) 34 Musa Hubeis, Kajian Pembinaan, Pengembangan dan Pengawasan UMKM Binaan PT. Sucofindo, (Jurnal Manajemen IKM, Institut Pertanian Bogor, 2010), hlm 6. Sumber : http://repository.ipb.ac.id. (Diunduh tanggal 23 April 2015)
29
Pemasaran yang masih terbatas di wilayah produksinya, mengakibatkan pengusaha merasa belum perlu melakukan kegiatan promosi. Padahal promosi tetap menjadi hal yang penting dalam penjualan produk usaha. Di sisi lain, UMKM merasa kesulitan dalam pengembangan pasar, karena tidak mengetahui cara memperluas pasar, disamping adanya faktor keterbatasan dana sebagai penyebab utama. 2. Permodalan Sumber pendanaan bagi UMKM kebanyakan masih menggunakan modal pribadi. Cukup sulitnya bagi UMKM untuk memperoleh pembiayaan bank karena sulitnya sistem administrasi yang diterapkan mengakibatkan modal usaha terbatas. Secara umum UMKM memang belum melakukan sistem pembukuan, tetapi hanya pencatatan keluar masuk uang (pembukuan sederhana) meskipun beberapa usaha UMKM yang sudah pada tingkat usaha maju telah melaksanakan sistem pembukuan dengan tenaga terlatih. 3. Produksi Sistem produksi pada UMKM masih menggunakan peralatan sederhana sehingga kapasitas produksi terbatas dan masih relatif kecil. 4. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia UMKM masih terbatas, dengan tingkat pendidikan sebagian besar lulusan SMP dan mempunyai
30
kemampuan serta ketrampilan kurang memadai menyebabkan UMKM kurang dapat bersaing, selain itu juga sumber daya manusia UMKM minim terhadap penguasaan teknologi modern. Untuk itu, UMKM perlu mengikuti berupa pelatihan dan konsultasi yang kontinu. 5. Kemitraan Kemitraan dianggap sebagai hal yang penting dalam rangka meningkatkan networking pada pelaksanaan operasional UMKM. Banyak UMKM belum melakukan program kemitraan.
b. Modal Usaha Modal usaha adalah uang atau dana yang digunakan untuk menjalankan suatu bisnis.35 Dalam kamus besar bahasa Indonesia modal didefinisikan sebagai uang yang dipakai sebagai induk untuk melakukan usaha, atau melepas uang dan sebagainya.36 Supriyono didefinisikan modal adalah uang (money) sebagai salah satu dari modal produksi, diantara manusia (man), bahan baku (mareial), mesin (machine) serta prosedur dan teknologi (method).37 Modal usaha dapat berasal dari modal sendiri/modal pribadi dan modal dari pihak luar/selain pemilik usaha. Modal sendiri diartikan sebagai modal yang digunakan untuk usaha yang sumbernya dari
35
Peni R.Pramono, Seri UMKM : Membedah Laporan Keuangan Sangat Mudah, (Jakarta : PT Gramedia, 2007), hlm 74. 36 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), cetakan ke-3, hlm 113. 37 Supriyono Soekarno, Cara Cepat Dapat Modal : Wajib Untuk Memulai dan Mengembangkan Usaha, (Jakarta : PT Gramedia, 2010), hlm 1.
31
pemilik, sedangkan modal dari pihak luar adalah tambahan modal yang diperoleh dari lembaga-lembaga tertentu untuk memperkuat struktur modal dalam usaha.38 Dalam sebuah usaha ketersediaan modal menjadi faktor penentu perkembangan usaha, artinya harus selalu ada dana yang digunakan untuk menjalankkan usaha dan menanggung risiko usaha agar usaha dapat berlangsung.39 Modal dapat diperoleh dari berbagai macam cara yaitu :40 1. Perolehan dana dari diri sendiri atau dana yang dimiliki sendiri, seperti tabungan. 2. Menggadaikan barang yang dimiliki baik ke lembaga nonformal maupun lembaga formal. 3. Melakukan pinjaman kepada kembaga baik ke lembaga nonformal maupun lembaga formal. 4. Perolehan modal dengan menggunakan kekuatan pemasok. 5. Perolehan modal dengan cara bergabung dengan pihak lain atau dikenal dengan mitra. 6. Mendapatkan modal dengan melakukan pinjaman ke perbankan. 7. Mendapatkan modal dengan cara modern, seperti melalui pasar modal dan pengajuan berbagai proposal usaha pada instansi tertentu.
38
Supriyono Soekarno, Cara Cepat Dapat Modal : Wajib Untuk Memulai dan Mengembangkan Usaha, (Jakarta : PT Gramedia, 2010), hlm 10. 39 Robert D. Hisrich, dkk, Entrepreneurship Kewirausahaan, Edisi 7, (Jakarta : Salemba Empat, 2007), hlm 595. 40 Adler Haymans Manurung, Modal untuk bisnis UKM, (Jakarta : PT Gramedia, 2008), hlm 13-14.
32
c. Pelatihan Pelatihan adalah usaha untuk meningkatkan atau memperbaiki kinerja sumber daya manusia dalam pekerjaan sekarang dan dalam pekerjaan dimasa mendatang. Pelatihan dilakukan dengan tujuan agar sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan dapat mengembangkan potensi diri agar lebih baik. Pelatihan harus didasarkan pada kebutuhan nyata, langkah yang dapat diambil dalam kegiatan pelatihan adalah menentukan kebutuhan pelatihan. Pelatihan sumber daya manusia mencakup bidang pengetahuan, kemampuan, keterampilan, pengenalan teknologi dan pengasahan keahlian. Pada sebuah usaha pelatihan akan perpengaruh pada peningkatan output usaha dan bentuk perubahan perilaku usaha.41 Ada lima jenis-jenis pelatihan yang dapat diselenggarakan :42 1. Pelatihan keahlian (skils training) Kriteria penilalan efektifitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi dalam tahap penilaian. 2. Pelatihan ulang (retraining) Pelatihan ulang berupaya memberikan keahlian-keahlian yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah. 3. Pelatihan lintas fungsional (cros fungtional training)
41
Achmad S. Ruky, Sistem Manajemen Kinerja (Performance management System) : Paduan Praktis untuk Merancang dan Meraih Kinerja Prima, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm 164-165. 42 Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : STIE YKPN, 2006), hlm 278.
33
Pelatihan lintas fungsional adalah pelatihan untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dan pekerjan yang ditugaskan. 4. Pelatihan tim Pelatihan tim merupakan pelatihan bekerja sama terdiri dari sekelompok individu untuk menyelesaikan pekerjaan demi tujuan bersama dalam sebuah tim kerja. 5. Pelatihan kreatifitas (creativitas training) Pelatihan kreatifitas berlandaskan pada asumsi hahwa kreativitas dapat dipelajari. pemberian peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang berdasar pada penilaian rasional.
d. Pemasaran Pemasaran adalah sekumpulan strategi atau tindakan yang terintergasi dalam rangka memberikan nilai kepada konsumen dan menciptakan pendapatan. Dalam usaha dibutuhkan strategi pemasaran yang baik agar usaha dapat terus bertahan dan berkembang. Pemasaran juga merupakan suatu hal yang menentukan keberlangsungan hidup usaha. Kegiatan dalam pemasaran meliputi perencanaan streategi, penentuan harga, segmentasi pasar dan promosi produk agar dapat dikenal oleh konsumen. Satu hal yang sangat penting untuk diingat dalam pemasaran adalah bahwa promosi yang dilakukan untuk mengenalkan produk kepada pelanggan tidak boleh mengarah pada
34
penipuan. Ini harus diperhatikan karena dampaknya adalah pada kepercayaan konsumen dan keberadaan produk dipasar.43 Langkah-langkah pemasaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :44 1. Relasi dengan media, melakukan promosi melalui media seperti : televisi, radio dan media online. 2. Mengadakan seminar produk. 3. Membina jaringan kerja pemasaran dari mulut ke mulut. 4. Bergabung dengan organisasi sejenis (usaha bersama atau kumpulan usaha) dan organisasi diluar usaha (yang tidak sejenis) untuk membangun komunikasi pemasaran. 5. Periklanan
dengan
membuat
sriker
tentang
bisnis
yang
menyantumkan nomor kontak kepada pelanggan, membuat hadiah khusus untuk program promosi produk, memasang setiker yang besar pada tempat usaha agar mudah dikenali pelanggan. 6. Special event, seperti : melakukan kegiatan pameran atau bazar.
e. Pendampingan Pendampingan adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh seorang maupun lembaga tertentu yang mempunyai peran sebagai pembina yang memberikan fasilitas-fasilitas konsultasi atau sebagai penengah dan pemecah masalah yang terjadi dalam sebuah usaha.
43
Freddy Rangkuli, Creating Effective Marketing Plan (Teknik Membuat Marketing plan) : Berdasarkan Customer Value dan Analisis Kasus, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm 110-111. 44 Ibid., hlm 130-32.
35
Fungsi pendamping adalah membina, mengarahkan, mengajarkan, dan sebagai media konsultasi serta penyedia sarana pendukung pemecahan masalah usaha.45 Program pendampingan usaha adalah model pengembangan usaha yang menitik beratkan pada upaya perbaikan sistem kelembagaan (capasity building) dan aspek manajerial, dilakukan secara intensif dan berkelanjutan, dengan melibatkan secara aktif konsultan-konsultan profesional. Konsultan-konsultan tersebut bertugas memberikan nasehat (advisory), khususnya yang berkaitan dengan kegiatan operasional usaha sehari-hari.46 Lingkup kerja konsultan dalam pendampingan meliputi :47 1. Perencanaan, yaitu membantu pengusaha dalam menyusun rencana (action plan) dan target usaha ke depan secara terukur, terarah, dan wajar. 2. Implementasi, yaitu mendampingi pengusaha dalam menjalankan rencana yang telah disusun, membantu mencarikan solusi ketika pengusaha menhadapi kendala dan permasalahan. 3. Evaluasi, yaitu memberikan penilaian atas kinerja yang dicapai perusahaan, dan membantu pengusaha dalam menemukan penyebab terjadinya penyimpangan dari target yang telah dibuat.
45
Iyuk Wahyudi, Program Pendampingan Terintegrasi, (Jurnal Bisnis LPPM, 2014), hlm 2. Sumber : http://psp-kumkm.lppm.uns.ac.id/ (Diunduh tanggal 18 April 2015) 46 Ibid., hlm 3. 47 Ibid.,
36
4. Pengembangan, yakni turut membantu pengusaha dalam menyusun rencana pengembangan dari hasil yang telah dicapai selama ini.
F. Kerangka Berfikir Gambar 1.1 Kerangka Berfikir Penelitian
Bantuan Modal Usaha (X1) H1 Pelatihan Usaha (X2)
H2 H3
Bantuan Pemasaran (X3)
Perkembangan UMKM (Y)
H4
Pendampingan Usaha (X4) H5
Dalam upaya mengatasi masalah dalam perkembangan UMKM di Kecamatan
Warungasem,
Pemerintah
Kabupaten
Batang
melalui
Disperindagkop melakukan program pemberdayaan usaha melalui penguatan modal dengan memberikan bantuan modal usaha, pelatihan-pelatihan, bantuan pemasaran produk hasil usaha dan melakukan pendampingan usaha, langkah-langkah tersebut dilakukan Disperindagkop dengan tujuan membantu UMKM di Kecamatan Warungasem agar usahanya dapat berkembang. Modal adalah sesuatu yang digunakan untuk melakukan usaha, besar kecilnya usaha dapat ditentukan dengan besar kecilnya modal yang ada untuk
37
menjalankan usaha. Karena itu jumlah modal adalah faktor penting dalam usaha. Apalagi bagi UMKM yang kebanyakan mengandalkan modal sendiri sehingga menyebabkan masalah keterbatasan modal. Kurangnya modal memang sering menjadi hal utama yang paling berperan dalam perkembangan UMKM. Sumber daya manusia merupakan faktor penting bagi setiap usaha termasuk juga di sektor UMKM. Keberhasilan usaha untuk bertahan di pasar atau menghadapi produk-produk lain di pasar dapat ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia dalam mengembangkan produk-produk usaha sehingga tetap dapat eksis/bertahan. Dengan sumber daya manusia yang memadai dan mempunyai kemampuan yang baik untuk melakukan inovasi produk serta melakukan pembaharuan manajemen mengikuti zaman, sebuah usaha akan dapat bertahan dan berkembang seiring dengan perubahan permintaan pasar yang terjadi. Karena itu diperlukan pelatihan sumber daya manusia sebagai pendukung terciptanya sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan dan keahlian yang baik. Pemasaran adalah kunci kesuksesan penjualan produk dalam usaha. Dalam interpretasinya, semakin besar promosi yang dilakukan kepada konsumen atas produk, maka akan sangat mempengaruhi keputusan konsumen untuk memilih produk tersebut, dan jika promosi yang dilakukan terbatas, maka produk usaha yang ditawarkan tidak akan terlalu dipilih konsumen. Pada kenyataannya seringkali UMKM mengalami permasalahan dalam pemasaran. Keterbatasan sarana-prasarana pemasaran menyebabkan
38
UMKM menjual produknya hanya pada disekitar tempat usaha. Karena itu beberapa langkah harus dilakukan untuk memperkenalkan produk pada konsumen secara luas yang dapat meningkatkan penjualan. Beberapa langkah juga harus dilakukan untuk memperluas wilayah pemasaran dan segmentasi pasar yang akan berpengaruh terhadap jumlah penjualan. Sebuah usaha dapat berkembang dan terus bertahan karena hasil produknya diminati dan dipilih oleh konsumen untuk dikonsumsi secara terus-menerus. Pendampingan merupakan suatu hal yang bersifat memberikan pengarahan, pembinaaan, pengajaran dan pemberian solusi pemecahan masalah dalam usaha. Pendampingan UMKM memang perlu dan penting dalam pengembangan usaha karena pendampingan berkaitan dengan pembentukan karakter pengusaha yang orientasinya terhadap pengambilan keputusan dalam usaha. Selain itu pendampingan juga sebagai mediator untuk penguatan kemitraan dimana pengaruh kemitraan ini adalah adanya jaringan usaha yang lebih luas. Dengan jaringan yang lebih luas, usaha akan mendapat kesempatan yang lebih dalam luas pula untuk berkembang.
G. Hipotesis Hipotesis adalah perumusan sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan dan menentukan atau mengarahkan penyelidikan selanjutnya.48 Nila Kurnia Wati, Choirul Saleh, dan Abdul Wachid (2013) dalam
48
penelitiannya
mengambil
kesimpulan
bahwa
pemberdayaan
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), hlm 104.
39
pemerintah melalui pelatihan-pelatihan, pendampingan, dan pemasaran tidak berpengaruh terhadap perkembangan UMKM. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Dian Bestari (2014) mengambil kesimpulan bahwa pemberdayaan pemerintah melalui modal, pelatihan, pemasaran produk dan pembinaan berpengaruh terhadap perkembangan UMKM. Berdasarkan latar belakang, Kerangka berfikir, dan penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah : H01 :
Bantuan modal usaha (X1) tidak berpengaruh secara parsial terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem.
Ha1:
Bantuan modal usaha (X1) berpengaruh secara parsial terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem.
H02 :
Pelatihan usaha (X2) tidak berpengaruh secara parsial terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem.
Ha2 :
Pelatihan
usaha
(X2)
berpengaruh
secara
parsial
terhadap
perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem. H03 :
Bantuan pemasaran (X3) tidak berpengaruh secara parsial terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem.
Ha3 :
Bantuan pemasaran (X3) berpengaruh secara parsial terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem.
H04 :
Pendampingan usaha (X4) tidak berpengaruh secara parsial terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem.
Ha4 :
Pendampingan usaha (X4) berpengaruh secara parsial terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem.
40
H05 :
Bantuan
modal
usaha,
petalihan,
bantuan
pemasaran
dan
pendampingan usaha (X5) tidak berpengaruh secara simultan terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem. Ha5 :
Bantuan
modal
usaha,
petalihan,
bantuan
pemasaran
dan
pendampingan usaha (X5) berpengaruh secara simultan terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem.
H. Metodelogi Penelitian 1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang pada tahun 2014. 2. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal. Penelitian kausal merupakan penelitian yang menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.49 Sedangkan dari segi pendekatannya penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang datanya diperoleh dari pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan berdasarkan dari sampel orangorang yang diminta menjawab sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan presentasi tanggapan mereka.50
49
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), hlm 35 50 Husein Umar, Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi, (Jakarta : PT.SUN, 1998), hlm 95.
41
3. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang menjadi masalah sasaran penelitian.51 Populasi dalam penelitian ini adalah UMKM di Kecamatan Warungasem yang mengikuti program pemberdayaan dari Disperindagkop Kabupaten Batang pada tahun 2014, dimana berdasarkan data dari Disperindagkop Kabupaten Batang berjumlah 112 UMKM. b. Sampel Sampel merupakan bagian kecil dari suatu populasi.52 Pengambilan sampel dalam penelitian ini melalui teknik Random Sampling. Random Sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel yang mendasarkan diri bahwa setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Pengambilang sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin : 53 Dimana :
N
n =
1 + Ne2
n = Jumlah sampel N = Populasi e = derajat kesalahan 5%
Adapun sampel penelitian ini adalah :
n =
51
112 1 + 122.(0,05)2
Masyhuri, dan Zainuddin, Metodologi Penelitian : Pendekatan Prakris dan Aplikatif, (Bandung : PT Refika Aditama, 2011), hlm 157. 52 Ibid., hlm 161. 53 Wiratna Sujarweni, Statistika Untuk Penelitian, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012), hlm 17.
42
n = 87,5
Dibulatkan menjadi 88 responden
4. Sumber Data Dalam penelitian ini sember data yang digunakan adalah : a. Data primer Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti dari hasil wawancara atau pengisian kuesioner yang dilakukan oleh peneliti.54 Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dan hasil pengisian kuesioner dari pengusaha UMKM di Kecamatan Warungasem yang menjadi
sampel
penelitian,
serta
wawancara
dengan
pihak
Disperindagkop Kabupaten Batang. b. Data sekunder Data sekunder adalah data pendukung yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh peneliti.55 Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan-laporan yang telah dibuat oleh Disperindagkop, bukubuku, jurnal, dokumen-dokumen dan literatur lain yang berhubungan dengan penelitian. 5. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan cara sebagai berikut: a. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan mewawancarai secara langsung muapun secara tidak langsung dengan 54
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), hlm 42. 55 Ibid.,
43
memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab.56 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan pengusaha UMKM di Kecamatan Warungasem dan pihak Disperindagkop Kabupaten Batang untuk memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian. b. Kuesioner/Angket Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang perlu dijawab responden. Kuesioner dapat diberikan secara pribadi, disuratkan kepada responden, atau disebarkan secara elektronik.57 Dalam penelitian ini kuesioner diberikan kepada pengusaha UMKM di Kecamatan Warungasem yang telah terpilih sebagai sampel penelitian. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah data berupa catatan, buku, majalah, notulen rapat, dan lain sebagainya.58 Dokumentasi dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan dokumen-dokumen tertulis yang berhubungan dengan penelitian
maupun
mendokumentasikan
hasil
wawancara
yang
dilakukan peneliti terhadap sumber-sumber yang dapat memberikan data yang berhubungan dengan penelitian. 6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel a. Variabel Penelitian 1) Variabel Independen
56
Ibid., hlm 51. Uma Sekaran, Research Methods For Business (Metodologi Penelitian Untuk Bisnis), (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hlm 82 58 Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, hlm 41. 57
44
Variabel Independen adalah variabel bebas atau variabel yang menjadi sebab terpengaruhnya variabel dependen.59 Variabel independen merupakan variabel yang menjadi penyebab besar kecilnya nilai variabel yang lain. Variasi perubahan variabel independen akan berakibat terhadap variasi perubahan variabel dependen.60 Variabel Independen (X) dalam penelitian ini adalah : X1
: Bantuan modal usaha
X2
: Pelatihan
X3
: Bantuan pemasaran
X4
: Pendampingan usaha
2) Variabel Dependen Variabel Dependen adalah variabel terikat atau variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen.61 Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah Perkembangan UMKM. b. Definisi Operasional Variabel Sementara definisi operasional variabel merupakan suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan memberi arti atau menspesifikkan kegiatan atau membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Adapun definisi operasional dalam variabel ini yaitu :
59
Ibid., hlm 48. Suliyanto, Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS, (Yogyakarta : Andi Offset, 2011), hlm 7. 61 Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, hlm 48. 60
45
Tabel 1.3 Definisi Operasional Variabel Variabel Bantuan Modal Usaha (X1) Pelatihan (X2)
Bantuan Pemasaran (X3)
Pendampingan Usaha (X4)
Perkembangan Usaha (Y)
Devinisi Indikator Bantuan modal usaha adalah sejumlah modal yang diberikan 1. Jumlah bantuan modal yang kepada usaha dengan tujuan membantu kesulitan modal yang diterima. dialami usaha atau untuk memperkuat permodalan sebuah usaha 2. Manfaat bagi produksi. agar usaha dapat berkembang. Pelatihan adalah usaha untuk meningkatkan atau memperbaiki 1. Perubahan kemampuan dan kemampuan diri dalam meningkatkan kinerja dan menambah kreatifitas. keahlian. Pelatihan berhubungan dengan langkah mempersiapkan 2. Peningkatan kualitas dan diri untuk melakukan pengembangan usaha. kuantitas. Bantuan pemasaran merupakan penyediaan sarana dan prasarana 1. Banyaknya kegiatan promosi penunjang atau pendukung suatu proses pemasaran. Bantuan produk yang diikuti. pemasaran biasanya dilakukan dengan mengadakan even-even 2. Penjualan setelah mengikuti tertentu atau kegiatan yang dibuat untuk tujuan promosi produk. kegiatan pemasaran . Pendampingan adalah pemberian fasilitas-fasilitas konsultasi, pemecahan masalah dalam usaha, pengawasan, pembinaan usaha, 1. Keaktifan pendampingan. serta pengarahan terhadap sikap membangun usaha yang potensial. 2. Pengaruh pendampingan dalam Pendampingan mempunyai dampak pada proses pengambilan usaha. keputusan seorang pengusaha dalam berbagai masalah usaha yang 3. Penyelesaian masalah usaha dihadapi serta trategi-strategi dalam pengembangan usaha. Perkembangan usaha adalah peningkatan usaha dalam berbagai 1. Peningkatan produksi. sektor, seperti : keuntungan, asset, penjualan, omset dan sumber 2. Peningkatan asset. daya manusia yang dimiliki usaha. 3. Peningkatan pendapatan. 4. Peningkatan kemampuan SDM dan perubahan pola pikir dalam menjalankan usaha
Skala
Sumber data
Interval
Kuesioner
Interval
Kuesioner
Interval
Kuesioner
Interval
Kuesioner
Interval
Kuesioner
46
7. Metode Analisis Data Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Uji Instrumen, yang terdiri dari: 1) Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak sahnya (valid atau tidaknya) suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan
valid
jika
pertanyaan
pada
kuesioner
mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Mengukur validitas dapat dilakukan dengan tiga cara :62 a) Melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruks atau variabel. b) Melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor kontruk. c) Uji dengan confirmatory factor analysis (CFA). Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah melakukan uji signifikasi dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel. a) Bila nilai r hitung > r tabel, maka item pertanyaan valid b) Bila nilai r hitung < r tabel, maka item pertanyaan tidak valid 2) Uji Reliabilitas Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. 62
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), hlm 52-55.
47
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :63 a) Repeated Measure atau pengukuran ulang : Seseorang akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya. b) One Shot atau pengukuran sekali saja : Pengukurannya hanya dilakukan sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Croncbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Croncbach Alpha > 0.70
b. Uji Asumsi Klasik Untuk
mengetahui
apakah
model
regresi
benar-benar
menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif maka model tersebut harus memenuhi asumsi klasik. 1) Uji normalitas Pengujian normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis grafik, salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah dengan melihat grafik
63
Ibid., hlm 47-48.
48
histrogam yang mebandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histrogam hal ini dapat menyelesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambrkan data sesungguhnya
akan
mengikuti
garis
diagonalnya.64
Selain
menggunakan analisis grafik, uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Data terdistribusi normal apabila hasil Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan diatas 0,05. Uji kenormalan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis grafik dan Uji Kolmogorov-Smirnov. 2) Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Pengujian multikolinearitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
64
Ibid., hlm 161.
49
Multikolonieritas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan kawannya (2) Varian Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap
variabel
independen
lainnya.
Tolerance
mengukur
variabelitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.65 Dilihat dari nilai VIF dan Tolerance, sebagai dasar acuannya dapat disimpulkan : a) Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi. b) Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan
bahwa
ada
multikolonieritas
antar
variabel
independen dalam model regresi. 3) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
65
Ibid., hlm 106.
50
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.66 Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara uji Durbin-Watson. Uji Durbin-Watson digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel independen.67 Hipotesis yang akan diuji : H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0) Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0) Tabel 1.4 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi Hipotesis Nol Tidak ada autokorelasi positif
Keputusan Tolak
Jika 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif
No desicison
dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi negatif
Tolak
4 – dl < d < 4
Tidak ada autokorelasi negatif
No decisison
4- du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif
Tidak ditolak
Du < d < 4 - du
4) Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance pengamatan 66
Ibid., hlm 110. Ibid., hlm 111.
67
ke
pengamatan
lain
dari residual satu
tetap,
maka
disebut
51
homoskesdatisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah Homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan analisis grafik scatterplot, mengamati dan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel
terikat
(dependen)
yaitu
ZPRED
dengan
residualnya SRESID. Dasar analisis yang digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :68 a) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu
yang
menyempit),
teratur maka
(bergelombang,
melebar
mengindikasikan
kemudian
telah
terjadi
heteroskedastisitas. b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain itu, untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat dilakukan juga dengan menggunakan uji Glejser. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen,
maka
ada
indikasi
terjadi
heteroskedastisitas.69
Kriterianya adalah : a) Sig
>
0,05,
maka
disimpulkan
heteroskedastisitas pada model regresi.
68
Ibid., hlm 139. Ibid., hlm 143.
69
bahwa
tidak
terjadi
52
b) Sig < 0,05, maka disimpulkan bahwa terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis grafik Scatterplot dan uji glejser.
c. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Adapun bentuk persamaan regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan : Y
: Perkembangan UMKM
a
: Koefisien konstanta
b
: Koefisien regresi
X1
: Bantuan modal usaha
X2
: Pelatihan
X3
: Bantuan pemasaran
X4
: Pendampingan usaha
e
: Estimasi error
d. Uji Hipotesis Uji Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari : 1) Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t)
53
Uji t merupakan uji yang menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu
variabel
individual
secara
individual
dalam
menerangkan variasi variabel terikat (dependen).70 Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol. Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol. Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.71 Analisis ini didasarkan pada perbandingan antara nilai signifikansi t dengan nilai α yang digunakan. Dalam penelitian ini tingkat α yang digunakan adalah 5% atau 0,05. Sehingga dapat diambil syarat-syarat sebagai berikut : a) Jika signifikansi t < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti variabel independen
secara
parsial
berpengaruh
terhadap
variabel
dependen. b) Jika signifikansi t > 0,05 maka H0 diterima yang berarti variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
70
Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi : Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis, (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm 218. 71 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, hlm 9899.
54
Model hipotesis yang digunakan : a) H0 : b1 = 0, artinya variabel bantuan modal usaha tidak berpengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem yang menerima program pemberdayaan UMKM dari Disperindagkop Kabupaten Batang b) Ha : b1 ≠ 0, artinya variabel bantuan modal usaha pengaruh berpengaruh perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem yang
menerima
program
pemberdayaan
UMKM
dari
Disperindagkop Kabupaten Batang c) H0 : b2 = 0, artinya variabel pelatihan tidak berpengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem
yang
menerima program pemberdayaan UMKM dari Disperindagkop Kabupaten Batang. d) Ha : b2 ≠ 0, artinya variabel pelatihan berpengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem
yang
menerima program pemberdayaan UMKM dari Disperindagkop Kabupaten Batang. e) H0 : b3 = 0, artinya variabel bantuan pemasaran tidak berpengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem yang menerima program pemberdayaan UMKM dari Disperindagkop Kabupaten Batang. f) Ha : b3 ≠ 0, artinya variabel bantuan pemasaran berpengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem yang
55
menerima program pemberdayaan UMKM dari Disperindagkop Kabupaten Batang. g) H0 : b4 = 0, artinya variabel pendampingan tidak berpengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem yang menerima program pemberdayaan UMKM dari Disperindagkop Kabupaten Batang. h) Ha: b4 ≠ 0, artinya variabel pendampingan berpengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem
yang
menerima program pemberdayaan UMKM dari Disperindagkop Kabupaten Batang. Kriteria pengambilan keputusan a) Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak, berarti masing-masing variabel bebas
secara
parsial/individu
mempunyai
pengaruh
yang
signifikan terhadap variabel terikat. b) Jika thitung < t
tabel,
maka H0 diterima , berarti masing-masing
variabel bebas secara parsial/individu tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. 2) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol. Artinya
56
apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol. Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.72 Analisis pengujian ini dapat didasarkan pada perbandingan antara nilai signifikansi F dengan nilai α yang digunakan. Dalam penelitian ini tingkat α yang digunakan adalah 5% atau 0,05. Sehingga dapat diambil syarat-syarat sebagai berikut : a) Jika signifikansi F < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. b) Jika signifikansi F > 0,05 maka H0 diterima yang berarti variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen Model hipotesis yang digunakan : a) H0 : b1 = b2 = b3 = b4, artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas. b) Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4, artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas. Kriteria pengambilan keputusan :
72
Ibid., hlm 98.
57
a) Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak, berarti masing-masing variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. b) Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima, berarti masing-masing variabel bebas secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat
e. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang
dibutuhkan
untuk
memprediksi
variasi-variasi
dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi.73
73
Ibid., hlm 97.
58
I.
Sistematika Penulisan Bab I merupakan BAB PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, penelitian terdahulu dan kajian teori yang mendukung penelitian ini, kerangka berfikir, hipotesis, metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan BAB LANDASAN TEORI, menguraikan tentang telaah pustaka mengenai strategi pemberdayaan UMKM, teori tentang modal usaha, pelatihan, pemasaran, pendampingan usaha dan perkembangan UMKM. Bab III merupakan BAB PEMBAHASAN, menguraikan tentang profil Kecamatan Warungasem dan potensi UMKM di Kecamatan Warungasem, profil Disperindagkop serta program pemberdayaan UMKM yang dilakukan Disperindagkop Kabupaten Batang. Bab IV merupakan BAB HASIL PENELITIAN, berupa analisis dan pembahasan yang dilakukan mengenai pengaruh program pemberdayaan UMKM yang dilakukan Disperindagkop Kabupaten Batang terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem. Bab V merupakan BAB PENUTUP, berisikan kesimpulan dan saransaran sebagai rekomendasi dalam penelitian.