2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Etika profesi menjadi topik pembicaraan yang sangat penting dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis
multidimensi di
Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku etis karena selama ini perilaku etis selalu diabaikan. Etika menjadi kebutuhan penting bagi semua profesi
yang
ada
agar
tidak
akuntan
juga
melakukan tindakan yang menyimpang dari hukum. Sebagai
anggota
dari
suatu
profesi,
mempunyai tanggung jawab untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi
dimana
mereka
bernaung,
profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri. Akuntan mempunyai
tanggung
jawab
untuk
kompeten
dan menjaga
integritas dan obyektifitas mereka. Kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis berhubungan dengan adanya tuntutan masyarakat terhadap peran profesi akuntan, khususnya
atas
kinerja
merupakan
pengguna
akuntan jasa
publik.
profesi
Masyarakat
membutuhkan
yang seorang
akuntan yang profesional. Label profesional disini mengisyaratkan suatu
kebanggaan, komitmen pada kualitas, dedikasi pada
kepentingan
klien
dan
keinginan
1
yang
tulus
membantu
2
permasalahan yang dihadapi klien sehingga profesi tersebut dapat menjadi kepercayaan masyarakat. Secara umum, dapat ditunjukkan bahwa pekerjaan akuntan merupakan pekerjaan yang sarat dengan acuan normatif dan muatan moral. Acuan normatif dan muatan moral ini dapat dicermati antara lain pada kode etik profesi akuntan publik, standar profesionalisme akuntan publik, dan standar akuntansi keuangan yang telah dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (Unti Ludigdo, 2007: 52). Untuk itu pengembangan dan pertimbangan moral memainkan peran kunci dalam semua area profesi akuntansi. Etika profesional bagi praktik akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Ikatan Akuntansi Indonesia adalah satusatunya organisasi profesi akuntan Indonesia yang beranggotakan auditor dari berbagai tipe (auditor pemerintah, auditor intern dan auditor independen), akuntan manajemen, akuntan yang bekerja sebagai pendidik, serta akuntan yang bekerja di luar profesi auditor, akuntan manajemen dan pendidik. Untuk mendukung profesionalisme akuntan, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sejak tahun 1975 telah mengesahkan “Kode Etik Akuntan Indonesia” yang telah mengalami revisi pada tahun 1986, tahun 1994 dan terakhir pada tahun 1998. Mukadimah prinsip etika profesi antara lain menyebutkan bahwa dengan menjadi anggota,
3
seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga displin diri diatas dan melebihi yang disyaratkan oleh hukum dan peraturan. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik Indonesia menyatakan pengakuan profesi akan tanggung jawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Selain itu, prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi (IAI, 1998 dalam Unti Ludigdo, 2007: 58). Dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik disebutkan bahwa tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Ikatan Akuntansi Indonesia telah berupaya untuk melakukan penegakan etika profesi bagi akuntan. Namun, perilaku tidak etis dari para akuntan masih tetap ada. Etika profesi berperan penting dalam membentuk tenaga– tenaga yang profesional dengan mempertahankan kode etik. Penelitian mengenai etika profesi akuntan ini dilakukan karena dalam melaksanakan pekerjaannya, profesi akuntan tidak terlepas dari aktivitas bisnis yang menuntut mereka untuk bekerja secara profesional sehingga harus memahami dan menerapkan etika profesinya. Penelitian ini juga dilakukan kepada mahasiswa jurusan
4
akuntansi karena mereka adalah calon akuntan yang seharusnya terlebih dulu dibekali pengetahuan mengenai etika sehingga kelak bisa bekerja secara profesional berlandaskan etika profesi. Kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka terhadap persoalan etika sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada. Lingkungan dunia pendidikan dapat juga mempengaruhi seseorang berperilaku etis. Pemahaman seorang mahasiswa akuntansi dalam hal etika sangat diperlukan dan memiliki peranan penting dalam perkembangan profesi akuntansi di Indonesia. Calon akuntan perlu diberi pemahaman yang cukup terhadap masalah-masalah etika profesi yang akan mereka hadapi. Persepsi perlu diteliti karena sebagai gambaran pemahaman terhadap etika profesi (Kode Etik Akuntan). Dengan pengetahuan, pemahaman, kemauan yang lebih untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai dapat mengurangi berbagai pelanggaran etika (Unti Ludigdo 1999, dalam Ronald Arisetyawan, 2010: 5). Peneliti memfokuskan penelitian pada Prinsip-Prinsip Etika dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik yaitu Tanggung Jawab Profesi, Kepentingan Publik, Integritas, Objektivitas, Kompetensi dan Kehatihatian Profesional, Kerahasiaan, Perilaku Profesional, serta Standar Teknis.
5
Sebagai acuan dari studi ini dapat disebutkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Ronald Arisetyawan (2010) meneliti tentang “Persepsi Akuntan Publik dan Mahasiswa Pendidikan Profesi Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia”. Hasil penelitiannya bahwa terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi PPAk dan akuntan publik terhadap kode etik ikatan akuntan Indonesia. Dalam hal ini hipotesis penelitian diterima. Perbedaan persepsi tersebut lebih banyak dipengaruhi karena faktor perbedaan sudut pandang mengenai pelaksanaan kode etik dalam penerapannya di lapangan. Penelitian oleh Andi Besse Nurlan (2011) meneliti tentang “Persepsi Akuntan
Dan Mahasiswa Jurusan Akuntansi Terhadap
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia”. Hasil penelitiannya bahwa terdapat perbedaan persepsi mahasiswa jurusan akuntansi dan akuntan mengenai kode etik profesi akuntan. Dalam hal ini hipotesis penelitian diterima. Di bawah naungan profesi, akuntan memposisikan diri sebagai penjual jasa, oleh karena itu akuntan diwajibkan mempunyai kepedulian
yang
tinggi,
secara
teknis
menguasai
dan
mampumelaksanakan standar (kode etik, SAK dan SPAP) yang dikeluarkan asosiasi profesi. Standar tersebut minimal harus dipenuhi oleh setiap anggota profesi karena dengan standar tersebut
6
akuntan dapat menjaga kemampuan teknis dan profesional serta selalu menempatkan aspek moralitas ditempat yang tertinggi. Dalam menjual jasanya, seorang akuntan bukan hanya sekedar ahli tetapi dia harus dapat melaksanakan pekerjaan profesinya dengan
hati-hati atau “due professional care” dan selalu
menjunjung tinggi standar yang telah ditetapkan. Due professional care ini tercermin dalam Kode Etik P r o fes i Akunt an P ubl ik (prinsip pertama) tentang tanggung jawab profesi yaitu dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional,
setiap
anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukan, kode etik profesi akuntan publik (prinsip
ketujuh)
mengenai
perilaku
profesional yaitu setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi (Media akuntansi : 2001) Untuk mendukung
profesionalitas
seorang akuntan,
Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) mengeluarkan suatu standar profesi yang memuat seperangkat prinsip-prinsip moral dan mengatur tentang perilaku profesional yaitu kode etik ikatan akuntan yang berisi tentang norma
perilaku
dan mengatur hubungan antara akuntan dengan
para klien, antara akuntan dengan sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakat.
7
Alasan
yang mendasari diperlukannya kode etik
sebagai
standar perilaku profesional tertinggi pada profesi akuntan adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi akuntan terlepas dari yang dilakukan perorangan. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa profesional akuntan akan meningkat jika profesi mewujudkan standar yang tinggi
dan
kepercayaan
memenuhi semua kebutuhan Namun akhir-akhir ini masyarakat
semakin
berkurang terhadap profesi
akuntan publik. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan observasi terhadap persepsi antara Mahasiswa Akuntansi dan Akuntan Independen,
observasi
terhadap
persepsi
dilakukan
dengan
alasan bahwa persepsi merupakan tanggapan langsung seseorang atas sesuatu atau merupakan proses
seseorang
mengetahui
beberapa hal melalui panca inderanya (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sedangkan observasi mengenai persepsi terhadap kode etik dilakukan karena profesi akuntan merupakan profesi yang dalam
aktifitasnya
tidak
berhubungan dengan etika
terpisahkan
dengan
aktifitas
yang
sehingga
seorang
akuntan
harus
memahami secara mendalam tentang kode etik yang menjadi standar profesinya.
8
Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbedaan Persepsi Mahasiswa Akuntansi Universitas Mercu Buana Dengan Akuntan Publik Terhadap Kode Etik Profesi Akuntan Publik Di Jakarta Barat”.
B. Perumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Bagaimana persepsi mahasiswa akuntansi universitas mercu buana dengan akuntan publik terhadap kode etik profesi akuntan publik di jakarta barat ?
2.
Apakah
terdapat
perbedaan
signifikan
persepsi
antara
mahasiswa akuntansi universitas mercu buana dengan akuntan publik terhadap kode etik profesi akuntan publik d i jakart a barat ?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan menjelaskan p e r b e d a a n
persepsi
mahasiswa akuntansi universitas mercu buana dengan akuntan publik tentang kode etik profesi akuntan publik di jakarta barat. 2. Untuk mengetahui dan menjelaskan perbedaan persepsi secara signifikan antara mahasiswa akuntansi universitas mercu buana dengan akuntan publik tentang kode etik profesi akuntan publik di jakarta barat.
9 7
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pihak-pihak berikut. 1. Bagi
pimpinan
kantor
akuntan
publik
(KAP),
sebagai
referensi bagi mereka untuk melakukan suatu usaha perbaikan kinerja profesi akuntan yang bekerja di KAP-nya khususnya bagi akuntan yunior yang belum memiliki banyak pengalaman kerja. 2. Bagi akuntan yang bekerja di KAP, untuk mengetahui seberapa jauh kode etik profesi akuntan yang diterapkan telah melembaga dalam diri mereka sehingga
secara
umum
dapat
dikatakan
bahwa perilakunya dapat mencerminkan citra profesi yang baik. 3. Bagi
pemakai
jasa
profesi,
hasil
penelitian
ini
dapat
meningkatkan kepercayaan mereka terhadap profesi akuntan sebagaimana layaknya yang mereka harapkan. 4. Bagi mahasiswa akuntansi, untuk memahami lebih mendalam mengenai kode etik profesi akuntan sebagai bekal jika kelak berprofesi sebagai akuntan. 5. Bagi penulis, Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai kode etik profesi akuntan, terutama yang terkait dengan masalah dalam penelitian ini, serta sebagai wadah dalam rangka menerapkan teori yang telah dipelajari.
10
6. Bagi penulis selanjutnya, Sebagai wahana pembelajaran terutama bagi para mahasiswa sebagai dasar pembanding dalam rangka melakukan penelitian lebih lanjut pada bidang kajian ini, serta bagi pihak yang memerlukan referensi yang terkait dengan isi skripsi ini, baik itu sebagai bahan bacaan atau sebagai literatur.