1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Pendidikan secara luas merupakan proses untuk mengembangkan potensi dalam diri seseorang yang meliputi tiga aspek, yakni pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup.1 Pendidikan adalah awal dari sebuah keberhasilan. Jika seseorang tidak berpendidikan seperti pohon yang di tiup angin dan mengikuti ke mana saja arah angin itu menerpanya. Selain itu, orang yang tidak berilmu dan berpendidikan akan mudah terpengaruh dengan hal-hal yang negatif seiring dengan perkembangan zaman. Ia akan mudah terjerumus dalam pergaulan yang tidak benar, karena tidak ada ilmu yang menuntunnya dalam kebenaran. Seseorang tanpa ilmu tidak akan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan terlebih lagi pengetahuan tentang agama maka diperlukan adanya pendidikan. Pendidikan yang awal adalah pendidikan dalam lingkup keluarga. Lingkungan keluarga sebagai Lembaga Pendidikan yang paling awal dikenali anak harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah lingkungan terkecil yang mendidik karena merupakan lingkungan pendidikan pertama dan terutama bagi anak di samping kebutuhan akan kasih sayang. Keluarga yang dimaksud adalah orangtua. Orangtualah yang berkewajiban membina dan mengembangkan fitrah dasar yang diberikan Allah terhadap anak-anaknya.
1
Sri Harini dan Aba Firdaus Al-Halwani, Mendidik Anak Sejak Dini, Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2003, hal. 7
1
2
Fitrah diartikan sebagai potensi dasar dan usaha untuk menumbuhkan potensi dasar akan tergantung orangtua.2 Pendidikan anak sejak lahirnya harus mendapatkan perhatian sepenuhnya dari kedua orangtuanya karena pendidikan mempunyai peranan yang penting dan besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak merupakan anugerah dari Allah Swt yang mempunyai dua potensi bisa menjadi baik dan bisa pula menjadi buruk. Anak ibarat kertas kosong yang putih bersih, yang siap ditulisi apa saja. Kertas bisa ditulisi dengan menggunakan tinta apapun. Begitu juga dengan anak, perilaku dan sifat anak sangat tergantung pada pendidikan yang diberikan orangtuanya, terutama ibu dalam keluarga sangat dibutuhkan untuk mendidik anak. Ibu adalah ibarat sekolah pertama bagi anak-anaknya sebab mulai dari kandungan sampai mengasuh dan mendidik. Peran ibu lebih dominan dibanding ayah. Tapi bukan berarti tanggung jawab seorang ayah pada pendidikan anaknya tidak perlu, melainkan kedua orangtua harus bekerjasama demi kebaikan sang anak. Selain pendidikan yang bersifat umum yang harus diberikan orangtua kepada anaknya, tapi juga yang bersipat agama. Keduanya harus seimbang agar anak tersebut bisa menjadi anak yang berpengetahuan luas serta berperilaku yang berdasarkan kaidah-kaidah agama. Anak sejak kecilnya apabila dibiarkan begitu saja, maka akan berpengaruh negatif pada perkembangannya. Oleh karena itu, sejak dini anak harus dibiasakan untuk mempelajari agama. Pendidikan agama sejak dini akan
2
Jalaluddin Rakhmat, dan Mukhtar Gandaatmaja, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1993, hal. 69
3
seperti tanaman yang akarnya terhunjam dalam sanubari. Seorang anak, bila sejak kecil ditumbuh besarkan atas dasar keimanan kepada Allah swt niscaya ia akan mempunyai kebiasaan yang baik dalam beragama dan keimanan yang kuat nantinya. Keimanan seorang anak banyak sekali tergantung kepada pendidikan yang diberikan orangtunya. Jika anak dididik untuk menjadi seorang pencuri, maka jadilah ia pencuri. Namun, bila ia dididik untuk menjadi seorang yang beriman dan taat beribadah maka tentulah akan terlihat hasilnya dalam diri si anak kebiasaan beribadah. Orangtua hendaknya mendorong minat anaknya untuk belajar ilmu agama yang wajib maupun yang sunah. Untuk mendidik anak dalam hal demikian dengan cara yang halus dan lemah lembut, bukan dengan paksaan atau pun dengan berdebat. Karena hal itu akan mudah dan senang diterima anak. Mendidik anak sangat dianjurkan dengan cara latihan-latihan dan pembiasaan-pembiasaan yang disesuaikan dengan perkembangan jiwanya dan diberikan kepada sedini mungkin. Karena hal tersebut akan memberikan pengaruh positif dalam perkembangan anak selanjutnya walaupun seakan-akan dipaksakan. Pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi sebab telah masuk menjadi bagian dari kepribadiannya, sehingga berangsur-angsur akan tumbuh rasa senang melakukannya, kemudian dengan sendirinya anak akan terdorong untuk melakukannya tanpa suruhan dari luar tetapi dorongan dari dalam dirinya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab seperti halnya mengerjakan puasa wajib dalam hal ini puasa Ramadan.
4
Melaksanakan puasa Ramadan berarti telah melaksanakan salah satu rukun Islam. Bahwa setiap muslim yang telah memenuhi syarat secara Islam diwajibkan menjalankan puasa Ramadan. Perintah puasa ini terdapat dalam AlQuran Surat Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi :
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.(QS. Al-Baqarah :183)3
Anak-anak tidak diwajibkan berpuasa, tetapi para orangtua hendaknya melatih anaknya untuk berpuasa sejak kecil, agar nantinya akan terbiasa melaksanakan puasa ketika sudah dewasa. Berdasarkan observasi di lingkungan RT. 10 desa Samba Danum, peneliti melihat ada keluarga yang anaknya berusia SD ikut sahur
dan ada juga anak lain yang berusia SD berbuka bersama
orangtuanya di mesjid dan di langgar. Pada kesempatan yang lain, peneliti juga menyaksikan bahwa masih terlihat anak-anak usia SD yang sebenarnya mampu untuk berpuasa malah tidak berpuasa dengan makan dan minum seenaknya dihadapan teman-temannya yang sedang berpuasa.4 Hal ini membuat penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai bimbingan puasa wajib terhadap anak usia SD dalam keluarga di RT.10 desa Samba Danum Kabupaten Katingan. 3
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang : Kumudasmoro Grafindo 1994, hal. 44 4
Observasi, hari Kamis 11 Juli 2012/02 Ramadan 1434 H
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti paparkan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana bimbingan orangtua mengenai puasa wajib terhadap anak usia SD dalam keluarga di RT. 10 desa Samba Danum Kabupaten Katingan ? 2. Apakah ada kendala yang dihadapi orangtua dalam membimbing puasa wajib terhadap anak usia SD dalam keluarga di RT.10 desa Samba Danum Kabupaten Katingan? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan bimbingan orangtua mengenai puasa wajib terhadap anak usia SD dalam keluarga di RT. 10 desa Samba Danum Kabupaten Katingan. 2. Untuk
mendeskripsikan
kendala
yang
dihadapi
orangtua
dalam
membimbing puasa wajib terhadap anak usia SD dalam keluarga di RT. 10 desa Samba Danum Kabupaten Katingan. D. Kegunaan Penelitian. Penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut : 1. Sebagai bahan informasi kepada peneliti tentang bimbingan puasa wajib kepada anak usia SD. 2. Sebagai bahan informasi kepada keluarga yang mempunyai anak usia SD agar lebih memperhatikan anaknya untuk melaksanakan ajaran agama khususnya puasa wajib.
6
3. Bagi siswa diharapkan berguna untuk lebih giat dalam mengamalkan ajaran agama khususnya puasa wajib. 4. Untuk memperkaya khasanah perpustakaan STAIN Palangka Raya 5. Bahan studi ilmiah bagi peneliti lain yang berminat untuk mempelajari serta meneliti lebih lanjut mengenai permasalahan yang sama di kemudian hari. E. Sistematika Penulisan Susunan dalam penulisan Skripsi ini terlihat sebagai berikut : BAB I
Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penelitian. BAB II
Kajian Pustaka, Kajian Pustaka ini membahas tentang Penelitian
Sebelumnya, Deskripsi Teoritik yang berkaitan dengan Pengertian Bimbingan, Pengertian Puasa wajib, Bimbingan Puasa Wajib Terhadap Anak usia SD, Pengertian Puasa Secara Bahasa dan Istilah, Kedudukan Puasa, Pembagian Puasa, Sejarah Puasa Ramadan, Syarat, Rukun, Sunat, dan Hal-hal Yang Membatalkan Puasa, Keistemewaan Puasa, Faedah Puasa, Bentuk Bimbingan puasa dan Kendala-kendalanya, Kerangka Pikir dan Pertanyaan Penelitian. BAB III Metode Penelitian, yang meliputi Waktu dan Tempat Penelitian, Pendekatan, Subyek Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Pengabsahan Data dan Analisis Data BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi ; Gambaran umum tempat penelitian tentang Gambaran umum tempat penelitian seperti sejarah singkat desa Samba Danum, letak geografis, tata organisasi, jumlah penduduk, fasilitas pendidikan, sarana ibadah, fasilitas sosial atau umum, dan data keluarga yang mempunyai anak usia SD. Dilanjutkan dengan penyajian data dan analisis data.
7
BAB V Penutup, meliputi Kesimpulan dan saran-saran
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sebelumnya. Belum ada penelitian sebelumnya tentang Puasa wajib secara khusus yang ada hanya penelitian tentang pelaksanaan bimbingan keagamaan orangtua terhadap anak usia SD
yang dilakukan oleh mahasiswi STAIN angkatan
1995/1996 bernama Siti Ismiyati NIM. 960 151 1801 dengan tempat penelitian di desa Sekaramah Kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan, dengan subyek penelitian adalah 3 keluarga yang benar-benar melakukan bimbingan praktek keagamaan terhadap anak-anak mereka yang masih berusia SD baik dari segi ibadah ( shalat, puasa, membaca Al-Quran, zikir dan do`a) maupun akhlak. Hasil penelitiannya diketahui bahwa proses bimbingan ibadah dan akhlak pada anak usia SD sudah dilakukan oleh kedua orangtua meskipun bimbingan yang dilakukan oleh kedua orangtua pada anaknya dilakukan tidak terjadwal dengan teratur. Bimbingan ibadah yang dimaksud adalah mencakup shalat, puasa, membaca Al-Quran, kalimat thayyibah, dzikir, dan do`a serta hiasan yang Islami. Dan dalam proses pembimbingan terdapat faktor-faktor
yang
mempengaruhi seperti faktor keluarga, faktor masyarakat, dan faktor sekolah. 5 Melihat dari penelitian tersebut terdapat persamaan mengenai bimbingan puasa, namun di sini peneliti lebih menekankan pada bimbingan puasa wajib anak usia SD dalam keluarga di desa Samba Danum Kabupaten Katingan. 5 Siti Ismiyati, Bimbingan Keagamaan Orangtua pada Anak Usia Sekolah Dasar di Desa Sekaramah Kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah Laut Kal-Sel, Skripsi, STAIN Palangka Raya: 2002
8
9
B. Deskrisi Teoritik 1. Pengertian Bimbingan Bimbingan dalam Kamus Bergambar Bahasa Indonesia, adalah petunjuk, cara mengerjakan sesuatu, tuntunan. 6 Senada dengan pendapat di atas, Ananda Santosa mengartikan bimbingan adalah mengarahkan, pimpin, tuntun.7 Pengertian bimbingan diatas, mengandung arti mengarahkan dan menuntun untuk mengerjakan sesuatu. 2. Pengertian Puasa Wajib Menurut Kamus Besar Bergambar Bahasa Indonesia, puasa adalah menghindari makan, minum dengan sengaja (terutama bertalian dengan keagamaan), salah satu rukun Islam berupa ibadah menahan diri atau berpantang makan, minum dan segala yang membatalkan mulai terbit fajar sampai terbenam matahari.8 Sedangkan puasa menurut Herdiyansyah Achmad yaitu menahan diri dari segala hal yang bisa membatalkan puasa sehari penuh yakni menahan diri dari hawa nafsu makan, seks, dan segala maksiat badan kita mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan disertai niat.9
6
Nurhasanah, S.Pd, Didik Tumianto, Kamus Besar Bergambar Bahasa Indonesia, Jakarta: CV. Bina Sarana Pustaka, 2007,hal. 67
hal. 5
7
Ananda Santosa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Pustaka Dua, ---, hal. 74
8
Nurhasanah, S.Pd, Didik Tumianto, Kamus Besar…, hal. 570
9
H. Herdiasyah Ahkmad, Lc., Meraih Surga dengan Puasa, Jakarta: Puspa Swara, 2007,
10
Senada dengan pengertian di atas, dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, puasa diartikan menahan makan dan minum dengan sengaja sejak fajar sampai Magrib.10 Kata wajib, diartikan Kamus Besar Bergambar Bahasa Indonesia yaitu harus dilakukan, tidak boleh tidak dilaksanakan. 11 Dalam arti lain wajib adalah mesti diamalkan, lawan sunah menurut ajaran Islam.12 Pengertian puasa dan pengertian wajib di atas jika dihubungkan dengan puasa wajib berarti menahan diri dari makan dan minum dan segala yang membatalkan dari terbit fajar sampai terbenam matahari dan hal ini harus dilaksanakan, tidak boleh tidak harus dilakukan. 3. Bimbingan Puasa Wajib Terhadap Anak Usia SD Dalam Keluarga. Sejak dini, anak hendaknya sudah mulai dibiasakan untuk mempelajari ajaran agama. Dalam hal ini diperlukan bimbingan keluarga. Keluarga yang dimaksud di sini adalah orangtua. Orangtualah yang berkewajiban mendidik dan membimbing anak-anaknya untuk melaksanakan ajaran agama baik itu sunnah maupun yang diwajibkan seperti mengerjakan ibadah puasa Ramadan. Puasa dalam ajaran agama Islam adalah pokok yang termasuk dalam salah satu dari rukun Islam yang lima, yang wajib dikerjakan oleh setiap umat Islam yang telah memenuhi persyaratannya. Meskipun anak usia SD belum diwajibkan berpuasa jika dia belum berakal dan baligh. Akan tetapi, 10
Ananda Santosa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Pustaka Dua,--, hal. 331
11
Nurhasanah, S.Pd, Didik Tumianto, Kamus Besar…, hal. 831
12
Ananda Santosa, Kamus Lengkap…, hal. 444
11
kewajiban tersebut hendaknya dibiasakan sejak kecil, agar setelah mereka dewasa nanti telah terbiasa dengan puasa. Sesuatu yang terbiasa akan mudah dilaksanakan. Menurut Nasution yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah, bahwa masa usia Sekolah Dasar sebagai masa kanak-kanak akhir berlangsung dari usia enam tahun atau tujuh tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun.13 Sebagaimana hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang diterima dari Rubaiyi` binti Muawwidzi bin ‘Afr’i bahwa Rasulullah bersabda, yaitu :
ًﺻﺒَْﺢ َﻣ ُﻔْﻄِﺮا َﺻﺒَْﺢ َﺻ ﺎَ ءﻣِ ًﺎ ﻓﻴـَُﻠْﺘِﻢﱠﺻﻮَ ْﻣ َﻪ ُو َﻣ َﻦ ْ ﻛَ ﺎنَ أ َﻣ َﻦ ْ ﻛَﺎ نَ أ ﺻِﻴَْﺎ ﻧـَﻨَ ﺎ ﻚَ و َﺗُﺼ َمﻮﱢُ ﺒـ ، ِ َﻓﻴـََﻠْﺼﻢُ ْ ﺑ َﻘ ِ ﻴﱠﺔَﻳـﻮَ ْ ﻣِﻪِ ﻓَﻜُﻨﺎﱠﻧَﺼﻮُﻣْ ُﻪُﺑـ َﻌ ْﺪَ ﻟذ َ ﳍَُ ُ ﻠاﻟُّﻌﺒ َْﺖ اﻟﺼﱢﻐَر َ ﻣِﻨﻬـْﻢُ ْ و َﻧَﺬْﻫَﺐ ُﱃإِ َ ﻤاﻟَْﺴ ْﺠ ِﺪ ِ ﻓـَﻨَﺠﻌْﻞَ ُ ﻢ ﺎ ُ ﻌِ ْ ﻦِ ﻓَاﺈِذَ ﺑ َ ﻜَﺎﺣأََﺪُ ﻫﻢُ ْ ﻦﻣِ َ اﻟ ﻌّﻄََﺎ مِ أَﻋْ ﻴـﻄَْﺎﻨَه ُ أ ِ ﻳﺎﱠه ﻦﻣِ َ اﻟْﻬ {ﺣ َﱴﱠ ﻳ َ ﻮﻜُْ نَ ﻋِﻨْﺪَاﻻْ ِ ﻓْﻄَﺎرِ }رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري وﻣﺴﻠﻢ Artinya : “ Barang siapa yang telah berpuasa dari pagi hari, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya, dan barang siapa yang dari pagi hari telah berbuka, maka hendaklah ia mempuasakan hari yang masih tinggal, maka semenjak itu kamu pun berpuasalah dan kami suruh anak-anak kami yang masih kecil berpuasa, dan kami bawa mereka ke mesjid lalu kami buatkan mereka permainan dari bulu, jika ada di antara mereka yang menangis minta makan, 13
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2002, hal. 89
12
kami berikanlah alat permainan tadi. Demikianlah berlangsung sampai dekat waktu berbuka.(HR Bukhari dan Muslim) 14 Hadis ini menceritakan bagaimana para sahabat Anshar membiasakan anak-anak mereka berpuasa dengan membawa mereka ke mesjid dan membuatkan permainan jika anaknya minta makan maka diajaklah bermain sehingga anaknya melupakan puasanya dan dapat terus puasa hingga sampai waktu berbuka. 4. Pengertian Puasa Secara Bahasa dan Istilah a. Secara bahasa Dalam agama Islam puasa diistilahkan dengan Shiyam atau shaum. Kata ini adalah Masdar dari kata : Shaama-yashuumu-shauman wa shiyaman, yang berarti menahan diri dari sesuatu atau meninggalkan sesuatu.15 Menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa sehari penuh, seperti menahan diri dari hawa nafsu, makan dan minum dengan sengaja b. Secara Istilah Dalam mengartikan puasa secara istilah ini ada beberapa macam pendapat ulama, namun secara singkat puasa berarti : menahan diri dari segala dorongan nafsu, mulai terbit fajar sampai terbenam matahari
14
Imam Al-Mundziri, Penerjemah : Achmad Zaidun, Shahih Muslim, Jakarta Pustaka Amani, 2003, hadis no. 1960, hal. 342 15
Syahminan Zaini, Bimbingan Praktis Tentang Puasa, Surabaya : Al-Ikhlas,--, hal. 9
13
dengan beberapa syarat tertentu agar terbina ketaqwaan kepada Allah dalam rohani manusia.16 Menurut K. M. Asyiq, pengertian puasa menurut syara’ (agama Islam) ialah : “ Yang dikerjakan dengan memenuhi syarat dan rukunnya, meninggalkan makan, minum dan bersetubuh pada siang hari dimulai dari terbit fajar hingga waktunya tenggelam matahari, diwajibkan kepada orang yang sudah dewasa dan berakal”.17 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa puasa menurut istilah adalah adalah menahan diri dari hawa nafsu dan segala yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai terbenam matahari yang diwajibkan kepada orang Islam yang sudah dewasa dan berakal. 5. Kedudukan Puasa Puasa termasuk salah satu ibadah yang mempunyai kedudukan yang tinggi atau istemewa di dalam agama Islam. Hal ini disebabkan oleh : a. Puasa termasuk salah satu Rukun Islam yang lima. Hadits diterima dari Ibnu Umar r.a dari Nabi Saw. Bersabda :
ﻻَ ِﻪﻟَا ِ ﻻﱠاﷲ ُو َ أَنﱠ ﺷَ َﺎ دَةِ أَنْ ا ﻬ: ٍﻼَُ ﻋَ ﻠَﻰ ﲬَْﺲ ﲏﺑُِ َ اﻻ ْ ِﺳ ْ م ِﺪً ﺳرﱠﻮَ ْ لُاﷲِو َ إِﻗَﺎمِ اﻟﺼﱠﻼَةِو َﻳـإِْﺘَﺎء ِ اﻟﺰﱠﻛَﺎةِو َﺣ َﺞﱢ ﺒـاﻴﻟَْْﺖ ﳏَُﻤﱠ ا {و َﺻﻮَ ْم ُر ﻣَ َﻀَﺎنَ }ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ Artinya :” Islam didirikan atas lima perkara : membaca syahadat; tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah, dan Nabi Muhammad itu pesuruh Allah; mendirikan Salat, mengeluarkan
148-149
16
Ibid, hal. 10
17
K. M. Asyiq, Petunjuk Lima Ibadah Pokok dalam Islam, Surabaya : Al-Ikhlas, 1993, hal.
14
zakat, mengerjakan haji ke Baitullah, mempuasakan bualan Ramadan.” (Mutafaq Alaih)18 Hadis tersebut menjelaskan bahwa Islam didirikan dari lima perkara yaitu membaca syahadat, mendirikan salat, mengeluarkan zakat, mengerjakan ibadah haji dan berpuasa di bulan Ramadan. b. Orang yang tidak mengerjakannya dinyatakan kafir dan halal darahnya. Nabi Muhammad bersabda:
ُ ﺳﱢ َاﻻ ْ ِﺳ ْﻼَم ﺮﻋَُى اﻻ ْ ِﺳ ْﻼَمِو َﻮﻗـََا ﻋِﺪُ اﻟﻳﺪْﱢ ﻦِ ﺛَﻼَ ﺛَﺔً ﻋَﻴ ْﻠَﻬِﻦﱠ اُﺲ ُﺷَ ﺎَ دَة كَ َاﺣِﺪَةًﻣِﻨﻬـُْﻦﱠ ﻓﻬـَﻮُ َِ َﺎ ﺎﻛَ ﺮﻓٌِﺣ َﻼَ لُ اﻟﺪﱠامِ ﻬ ﻣ َﻦ ْ ﺮﺗـََ و اَنْ اﻻَِﻪﻟَا ِ ﻻﱠاﷲ ُو َ اﻟﺼﱠﻼَةُ ﻤاﻟَْ ﺘﻮﻜْـُ ْﺑ َﺔُو َﺻﻮَ ْم ُر ﻣَ َﻀَﺎنَ }رواﻩ اﺑﻮ {ﻳﻌﻠﻰ واﻟﺪﻳﻠﻤﻲ Artinya :” Ikatan Islam dan sendi agama itu ada tiga, di atasnya didirikan Islam, dan siapa yang meninggalkan salah satu diantaranya, berarti ia kafir terhadapnya dan halal darahnya: mengakui bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah me;lainkan Allah, salat wajib dan puasa Ramadan. (HR. Abu Yu’la dan Dailami) 19 Dari hadis di atas dapat diketahui bahwa ikatan Islam dan sendi agama itu ada tiga, yaitu mengakui bahwa Allah Tuhan yang wajib disembah, salat wajib dan puasa Ramadan. Jika meninggalkan salah satu diantaranya maka termasuk kafir dan halal darahnya. c. Ibadah khusus untuk Allah Dalam sebuah hadis Qudsi Allah berfirman : 18
Ahmad Mudjab Mahalli, Hadits-hadits Mutafaq Alaih, Jakarta : Kencana, 2004, hal. 35
19
Syahminan Zaini, Bimbingan Praktis…, hal. 14
15
ِﺎلَ َﺳﻮُ ْ لُاﷲِ ﺻ َﻰﻠﱠ اﷲ ُ ﻋَﻴ ْﻠَﻪ ﻗَ ر: َ ﻗَﺎل، ُْﺿِ َ اﷲ ُﻋَﻪﻨ ﻋَ ْﰊ ِ أَ ْ ﻫﺮ ُﻳـَﺮ َْ ةَر َﻲ ﻦ ، ُﻪ َﻋَ َ ﻞِ اﺑ ْ ﻦِ أَمدَ َ ﻟ ﻛُﻞﱡ ﻤ: "ﻗَﺎلَاﷲ ُ ﻋَﺰﱠو َﺟ َﻞﱠ: و َﺳ َ ﻠﱠ ﻤﺾ {" }رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري.... ِ ﻓَﺈِﻪﻧﱠُ ﱄ ِو َ اَﻧَ ﺎﺟأَ ْﺰِي ﺑِﻪ، َ اﻟﺼﱢﺎم َ ا ِ ﻻﱠ ﻴ Artinya : “ Dari Abu Hurairah r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda :’ Allah `Azza Wa Jalla berfirman : ‘Semua amalan anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Maka ia adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya…( HR Bukhari)20 d. Pemberi syafaat nanti di akhirat Selain Al-Quran, puasa juga memberikan syafaat pada hari kiamat bagi yang mengerjakannya dengan ikhlas. 6. Pembagian Puasa Pada garis besarnya puasa dapat di bagi kepada dua bagian saja, yaitu: a. Puasa Fardhu (wajib), yakni : 1) Puasa Ramadan Yaitu puasa wajib pada bulan Ramadan sebulan penuh, yang kewajibannya ditetapkan oleh Al-Quran, Sunah, dan Ijma’ seperti yang telah dikemukakan di atas.21 2) Puasa Qadha Yaitu puasa yang wajib dikerjakan disebabkan berbuka di bulan Ramadan karena udzur, seperti sakit dan bepergian. 20
Team Daar Al-Bazz, Penerjemah : Wawan Djunaedi Soffandi, Syarah Hadits Qudsi, Jakarta : Pustaka Azzam, 2003, hal. 317 21
Syahminan Zaini, Bimbingan Praktis…,hal. 19
16
Sebagaimana Allah berfirman;
Artinya :” Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. (QS. AL-Baqarah :184)22 Ayat di atas menjelaskan jika kita tidak mendapat dapat berpuasa karena sakit, haid dan nifas atau dalam perjalanan diwajibkan mengganti dihari lain sebanyak hari yang ditinggalkan. 3) Puasa Nazar Yaitu puasa yang diharuskan oleh seorang muslim terhadap dirinya sendiri demi mendekatkan diri kepada Allah dan harus sesuai dengan nazarnya. Maka barang siapa yang bernazar puasa sehari atau puasa pada hari-hari tertentu, dia harus puasa pada hari itu atau pada hari-hari yang ditentukan tersebut.
.... Artinya :”… dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka (QS. Al-Hajj : 29)23 4) Puasa Kafarat Puasa ini diwajibkan karena beberapa hal sebagai berikut :
22
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: Kumudasmoro Grafindo, 1994, hal 44 23
Ibid, hal. 516
17
a) Karena bersetubuh pada siang hari di bulan Ramadan dengan sengaja yakni dengan memerdekakan budak atau berpuasa dua bulan berturut-turut. b) Karena mengerjakan sebagian larangan ketika sedang ihram dan karena seseorang berhaji Tamattu tidak mampu untuk membayar dam (denda) dengan berpuasa sepuluh hari. c) Karena melanggar sumpah dengan puasa tiga hari d) Karena mendzihar isteri dengan puasa dua bulan berturut-turut. b. Puasa Tathawwu (Sunah) 1) Puasa Arafah Puasa Arafah yaitu puasa pada tanggal 9 Zulhijjah, atau pada waktu Jamaah haji wukuf di padang Arafah. 2) Puasa Asyura Puasa Asyura adalah puasa pada tanggal 10 Bulan Muharram setiap tahun. 3) Puasa enam hari di bulan Syawal Berpuasa pada tanggal 2 Syawal sampai 7 Syawal sunat hukumnya apabila tidak memungkinkan dilaksanakan pada tanggal-tanggal tersebut, karena ada uzur yang lain, maka boleh dilaksanakan selama bulan Syawal masih berlangsung. Pahala puasa enam hari bulan syawal seperti puasa sepanjang tahun. 4) Puasa Bidh (3 hari setiap bulan) Puasa bidh yaitu puasa setiap bulan pada tanggal 13, 14, dan 15. jadi pada waktu terang bulan. Sebelum diturunkannya kewajiban puasa
18
Ramadan, rasulullah ketika baru tiba di Madinah, Rasulullah memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa 3 hari dalam sebulan yakni tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan. 5) Puasa Senin dan Kamis Puasa Senin dan Kamis yaitu puasa dua hari setiap minggu yaitu hari Senin dan Kamis. 6) Puasa bulan Sya’ban Rasulullah terbiasa berpuasa pada bulan Sya’ban. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah mengenai puasa wajib bulan Ramadan. 7. Sejarah Puasa Ramadan Puasa adalah suatu ibadah yang sejak dahulu telah diwajibkan atas umat-umat sebelum umat nabi Muhammad Saw. Begitu pun agama samawi24 pasti mempunyai syariat puasa, sekalipun dengan cara-cara yang berbedabeda. Hal ini tidaklah mengherankan mengingat betapa agung hikmah dan pembelajaran yang terdapat dalam puasa. Puasa Ramadan mulai diwajibkan pada hari Senin tanggal 2 Sya’ban tahun ke-2 Hijriyah.25 Hal ini berarti bahwa puasa Ramadan mulai diwajibkan setelah Nabi berhijrah ke Madinah. Sebelum diturunkan kewajiban itu, tidak berarti bahwa umat Islam tidak pernah melakukan puasa ketika baru tinggal di Madinah. Rasulullah
24
25
Islam, Nasrani, Yahudi
H. A. Thib Raya, dkk, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam, Bogor: Prenada Media, 2003, hal. 213
19
memerintahkan kaum muslimin melaksanakan puasa 3 hari dalam sebulan. Di samping puasa Asyura’, yakni berpuasa pada tanggal 10 bulan Muharram sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi di Madinah ketika itu.26 Menurut pendapat yang kuat, puasa Ramadan hanya diistemewakan kepada umat Muhammad Saw sedangkan puasa yang disyariatkan kepada umat terdahulu bukanlah puasa Ramadan, tapi puasa yang lain bagi kaum muslimin nilainya sunat. Puasa Ramadan merupakan suatu kewajiban yang harus dikerjakan semua orang yang beriman, tanpa kecuali. Akan tetapi Allah mewajibkan puasa tersebut melihat situasi dan kondisi pada setiap orang yang mengerjakannya. Adapun yang menjadi dasar hukum puasa adalah Surah Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi :
Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah : 183)27
26
Murid kelas III Aliyah TM Madrasah Miftahul Ulum, Menuju Puasa Paripurna Puasa, Zakat, Dan Sekitar Ramadan, Jatim : Pustaka Sidogiri, 2002, hal. 1 27
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: Kumudasmoro Grafindo 1994, hal. 44
20
8. Syarat, Rukun, Sunat, dan Hal-hal Yang membatalkan Puasa Syarat puasa dapat dibagi atas dua bagian, yaitu syarat wajib dan syarat sah puasa. Syarat wajib puasa, yaitu : a. Islam, orang yang bukan Islam tidak diwajibkan berpuasa. b. Baligh, yaitu sudah dewasa dan tidak diwajibkan bagi anak-anak, tetapi orangtua hendaklah melatih anak untuk berpuasa semampunya atau sudah pernah haid bagi wanita. c. Berakal, orang gila atau hilang akalnya tidak memenuhi syarat wajib puasa d. Mampu berpuasa, orang yang lemah atau sudah lanjut usia atau sudah pikun tidak memenuhi syarat wajib puasa. Syarat sah puasa, yaitu : a. Tamyiz, yakni dapat membedakan yang baik dan yang buruk, yang halal dan yang haram. b. Suci dari haid dan nifas, orang yang haid dan nifas tidak sah berpuasa. c. Sesuai dengan waktu yang ditentukan, yakni puasa dilakukan pada bulan Ramadan bukan pada hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) serta hari Tasyrik. Adapun rukun puasa ada dua, yaitu : a. Niat Niat harus dilakukan setiap kali akan berpuasa. Tempatnya niat ada di dalam hati, sedangkan melafalkan niat dengan lisan hukumnya sunat. Waktu pelaksanaan niat itu berbeda-beda tergantung pada puasanya. Jika
21
puasa Fardu, maka harus niat pada malam harinya (sejak terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar Shadiq). Jika puasa sunat, maka waktu niat diperpanjang hingga sebelum zawal (tergelincirnya matahari dari garis tengah sebelum vertikal bumi ke arah barat), dengan catatan dalam interval waktu sejak terbitnya fajar Shadiq sampai zawal dia tidak makan atau melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. b. Menahan makan, minum, dan menjauhi semua yang membatalkan puasa. Sedangkan sunat puasa, yaitu : a. Mengakhirkan makan sahur Waktu kesunatan makan sahur adalah mulai tengah malam. Hikmahnya untuk menjaga stamina tubuh agar tidak loyo dan tetap semangat dalam melakukan segala kegiatan. b. Menyegerakan berbuka (ta’jil) Dalam ta’jil ini, secara urut makanan yang disunatkan terlebih dahulu dikonsumsi adalah kurma, air putih, dan makanan yang manis-manis. c. Membaca do`a ketika berbuka. d. Memperbanyak ibadah. Seperti salat Tarawih dan witir, Tadarus Al-Quran, membukakan orang yang berpuasa, berzikir, i’tikaf, bersalawat. Namun pada saat puasa, aktifitas ini sangat dianjurkan agar lebih dipergiat. Sebab ibadah yang dilaksanakan saat bulan Ramadan nilai pahalanya berlipat ganda. e. Memperbanyak sedekah. Di samping mempunyai nilai pahala yang berlipat ganda. Sedekah di bulan ramadan menjadi momen yang tepat untuk memesrakan hubungan
22
antar si kaya dan si miskin. Dalam suatu hadis dijelaskan bahwa kedermawanan
Rasulullah
saw
di
bulan
Ramadan
melebihi
kedermawanannya di bulan-bulan yang lain. Hal-hal yang membatalkan puasa menurut Zainal Abidin,28 yaitu : a. Memasukkan sesuatu ke dalam rongga (lubang) badan dengan sengaja. Misalnya makan, minum, dan lain-lainnya b. Muntah dengan sengaja, dengan memasukkan apa saja kedalam kerongkongan c. Bersetubuh di waktu siang hari, sedangkan dibolehkan melakukannya pada malam hari. d. Keluar mani dengan sebab bermesraan, adapun keluar mani dengan sendirinya (mimpi) tidak mebatalkan puasa. e. Haid atau nifas bagi perempuan. Maka menggantinya dihari yang lain sebanyak hari tidak puasa. f. Gila atau hilang akal sewaktu berpuasa. g. Murtad (keluar dari Islam) baik dengan perkataan, perbuatan, atau pun dengan kepercayaan. Sedangkan menurut Labib MZ, yang termasuk membatalkan puasa adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. f.
28
Makan dan minum dengan sengaja. Suami istri yang bersenggama pada siang hari Niat berbuka puasa, walaupun tidak makan dan minum Mengeluarkan sperma dengan sengaja Muntah dengan sengaja Haid dan nifas bagi kaum wanita
Zainal Abidin, Tauhid dan Fiqih Kunci Ibadah, Semarang : Toha Putra, 2001, hal. 95
23
g. Makan dan minum karena mengira bahwa matahari sudah tenggelam padahal belum. h. Murtad, yakni keluar dari agama Islam i. Hilangnya akal disebabkan pingsan atau mabuk j. Melakukan perbuatan keji yang dilarang oleh Allah Swt. 29 9. Keistemewaan Ibadah Puasa. a. Ibadah pembina ketaqwaan kepada Allah. Orang-orang yang berpuasa mendahulukan kehendak Allah dari kehendak emosi dan akal sehatnya sendiri. Menurut emosi dan akal sehat, orang yang lapar harus makan dan orang yang haus harus minum. Tetapi orang-orang yang berpuasa tidak bersedia menuruti emosi dan akal sehatnya itu, karena ada larangan dari Allah. Dengan demikian berarti orang yang berpuasa menundukkan kemauan emosi dan akal sehatnya kepada Allah. Orang-orang seperti inilah yang disebut orang-orang yang bertaqwa. Sebulan lamanya hal itu dilakukan tentu kalau kiranya puasa itu dilakukan dengan penuh pengertian, pastilah orang-orang yang telah berpuasa itu akan menjadi hamba-hamba Allah yang taqwa. b. Ibadah Pelatih hidup sederhana. Puasa dapat melatih seseorang hidup sederhana dan hidup sederhana termasuk salah satu ciri khas orang beriman. c. Ibadah pembina solidaritas / ukhuwah Puasa pembina persaudaraan ini ada dengan tiga cara, yaitu :
29
hal. 62
Labib MZ, Pelajaran Shalat & Puasa Romadhon, Surabaya : Bintang Usaha Jaya, 2004,
24
1) Merasakan penderitaan lapar yang sering diderita saudara-saudara kita yang miskin. 2) Memanggilnya makan berbuka bersama kita atau bersedekah. 3) Dengan zakat Fitrah d. Membina kesabaran dan daya tahan Hidup memang menghendaki kesabaran dan tahan uji, sebab hidup itu adalah perjuangan. Bagi seotang mukmin, perjuangan menyelesaikan misinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dan memenuhi janjinya sendiri kepada Allah. Tanpa kesabaran dan tahan uji perjuangan tersebut akan mengalami kegagalan. Untuk itu harus dilatih, dan puasa adalah salah satu latihan utama. e. Latihan pengendalian nafsu Seperti telah diketahui,
puasa memanglah ibadah untuk
mengendalikan nafsu yakni dari makan minum dan hal-hal yang dilarang dikerjakan pada waktu berpuasa. f. Membina Kerajinan beramal. Selama berpuasa kita diperintahkan melaksanakan bermacammacam ibadah, antara lain : salat Tarawih, Witir, tadarus Al-Quran, bersedekah, zikir, salawat dan lain-lain. g. Ibadah Pengampunan dosa. Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda :
َ ﻣ َﻦ ْ ﺻ َﺎم َر ﻣَ َﻀَﺎنَ إِﳝَْﺎﺎﻧً و َﺣ ْﺴﺘِ ﺎَ ﺑ ً ﺎ ﺮﻏُﻔَِ ﻪﻟَُ ﻣ َﺎ ﺗـَﻘَ ﺪمﱠ
25
ِﻣِ ْ ذَﻧْﺒِﻪ ﻦ Artinya : “Barang siapa melakukan puasa Ramadan semata-mata karena beriman dan mencari ganjaran, niscaya diampuni dosadosanya yang telah lalu.”(HR. Bukhari Muslim)30 h. Membina kedisiplinan hidup. Puasa membina hidup yang disiplin, Antara lain : 1) 2) 3) 4) i.
Disiplin makan dan minum Disiplin perkataan dan perbuatan Disiplin amal atau ibadah Displin waktu.31
Menyehatkan jasmani Menurut Mc. Phodoun dalam buku Herdiansyah Akhmad, Lc setelah mengadakan penelitian, menyatakan : “Bahwa setiap manusia memerlukan puasa, sekalipun dalam keadaan sakit, karena racun makanan dan obat-obatan kalau sudah terhimpun pada diri manusia, akan menyebabkan diri itu seperti sakit, terasa berat dan kurang bergairah, jika puasa timbangannya akan ringan dan racun sedikit demi sedikit akan hilang dan bersih setelah lama berkumpul lalu dapat mengembalikan timbangan dan memperbaharui tubuh dalam tempo 20 hari sesudah berbuka dan akan merasakan lebih kuat dari sebelum berpuasa.”32
10. Faedah Puasa. Faedah puasa itu amat besar, yaitu : a. Menanamkan dalam diri manusia rasa takut kepada Allah swt, dengan senantiasa melaksanakan perintah-perintah-Nya baik dalam keadaan 30
Mustafa Muhammad Amarah, Jawahirul Bukhari, Beirut Libanon : Darul Fiqri, 1994, hal.
31
Syahminan Zaini, Bimbingan Praktis …, hal. 53
32
H. Herdiansyah Achmad, Meraih Surga…, hal. 55
122
26
terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, dan meninggalkan segala larangan-Nya. b. Sarana menumbuhkan rasa kasih sayang dan rasa persaudaraan terhadap orang lain sehingga terdorong untuk membantu dan menyantuni orangorang yang melarat dan tidak berkecukupan c. Mendidik bersifat amanah, karena dengan puasa dapat melatih diri menjadi orang yang dapat dipercaya meskipun dalam keadaan lapar dan haus, segala yang akan dimakan dan diminum sudah tersedia dan tidak seorang pun yang mengetahuinya, namunia sedikitpun tidak mau makan atau minum. Dengan demikian jiwa orang yang berpuasa itu akan terbentuk sikap dapat dipercaya oleh orang lain dan dengan puasa itu mendidik orang menjauhi hak orang lain (yang bukan haknya sendiri) walau begitu kuat dorongan hawa nafsunya. d. Menanamkan sifat sabar, karena orang yang berpuasa terdidik menahan lapar, haus dan nafsu. Tentu akan berhati sabar dalam menahan segala kesukaran dan kesengsaraan e. Mendidik bersifat Sidiq (benar), karena dengan puasa orang dapat menjaga diri dari sifat pendusta yang hal itu dapat menghapus pahala puasa dan dilarang keras oleh Allah. f. Menambah kesehatan, karena orang yang berpuasa itu menahan nafsunya, makan, minum dan lain-lainnya. Sehingga akan terjaga kesehatannya. Karena kita mengetahui bahwa penyakit-penyakit itu berawal dari perut, dan jika kurang pemeliharaannya, tentu akan merusak kesehatan. Maka dengan berpuasa perut kita dikosongkan dan
27
dibersihkan dari segala kotoran yang dapat menjauhkan dari bebagai penyakit.33 11. Bentuk Bimbingan Puasa Wajib dan Kendala-kendalanya. Berkenaan dengan proses pemberian bimbingan puasa wajib memang hendaknya dimulai dari masa anak-anak sebagaimana perintah melaksanakan salat, yakni mulai usia 7 tahun sampai 10 tahun dan pada usia tersebut merupakan usia Sekolah Dasar (SD). Sedangkan masa akhir anak-anak (1014 tahun) merupakan rentang usia anak-anak memasuki masa baligh. Anakanak sudah dekat sekali atau bahkan sudah baligh. Oleh karena itu, pemberian bimbingan atau tugas sudah harus dilengkapi pula dengan sangsi yang diberikan bila anak tidak menjalankan tugasnya. Tentu saja, nasihat dalam bentuk verbal tidak boleh ditinggalkan. Pemberian bimbingan atau penanaman nilai-nilai Islam terutama berhubungan dengan ibadah, baik itu salat atau puasa wajib pada diri anak akan berhasil bila diwujudkan dengan mengikuti langkah-langkah yang baik dan
benar.
Sehubungan
dengan
ini,
Abdurrahman
An-Nahlawi
mengemukakan tujuh kiat dalam membimbing anak. Berikut adalah kiat tersebut. a. Hiwar (Dialog) Mendidik anak dengan cara dialog merupakan suatu keharusan bagi orangtua. Oleh karena itu, kemampuan berdialog mutlak harus ada pada setiap orangtua. Dengan berdialog, akan terjadi komunikasi yang dinamis antara orangtua dengan anak, serta labih mudah dipahami dan 33
Zainal Abidin, Tauhid dan Fiqih…, hal 96 -97
28
berkesan. Selain itu, orangtua akan mengetahui perkembangan pemikiran dan sikap anak. b.
Kisah. Mendidik dan membimbing anak dengan cara berkisah sangat penting bagi perkembangan jiwa anak. Sebuah kisah yang baik akan menyentuh jiwa dan memotivasi anak untuk mengubah sikap. Kalau kisah yang diceritakan itu baik, maka kelak anak akan berusaha menjadi orang yang baik. Sebaliknya, bila kisah yang dipaparkan tidak baik, maka sifat jelek tokoh tersebut akan ditiru oleh anak yang bersangkutan. Banyak sekali kisah-kisah sejarah, baik kisah para nabi, sahabat, pahlawan, atau orang-orang shalih, yang bisa dijadikan sebagai pelajaran dalam membentuk dan membimbing menuju kepribadian anak yang diinginkan sesuai ajaran Islam.
c.
Perumpamaan. Al-Quran dan Hadits banyak mengemukakan perumpamaan. Jika Allah dan Rasul-Nya mengungkapkan perumpamaan, secara tersirat berarti orangtua juga harus mendidik dan membimbing anak-anaknya dengan perumpamaan. Sebagai contoh, orantua berkata kepada anaknya, “Bagaimana pendapatmu bila ada seorang anak yang rajin salat, berpuasa, giat belajar, dan hormat kepada kedua orangtuanya, apakah anak itu akan disukai ayah dan ibunya ?” Maka, si anak pasti berkata, “tentu, anak itu akan disukai oleh ibu dan bapaknya.” Dari ungkapan itu, orang harus terus menerus memberikan arahan terhadap anaknya sampai sang anak betul-betul menyadari bahwa
29
kalau mau disayang oleh orangtua, yang harus dilakukan sang abak adalah rajin salat, suka berpuasa, giat belajar, dan hormat pada kedua orangtuanya. Begitu pun dengan persoalan-persoalan yang lain. d.
Keteladanan Orangtua merupakan pribadi yang sering ditiru oleh anakanaknya. Kalau perilaku orangtua baik, maka anak akan meniru hal-hal yang baik. Sebaliknya, bila perilaku orangtuanya buruk, maka anaknya akan meniru hal-hal yang buruk pula. Dengan demikian, keteladanan yang baik merupakan salah satu kiat yang harus diterapkan dalam mendidik dan membimbing anak. Kalau orangtua menginginkan anakanaknya menjadi anak shalih, maka yang harus shalih terlebih dahulu adalah orangtua.
e. latihan dan Pengamalan. Anak yang shalih bukan hanya rajin berdo’a untuk kedua orantuanya.
Tetapi,
ia
juga
berusaha
secara
maksimal untuk
melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat mengamalkan ajaran Islam, seorang anak harus dilatih sejak dini. Ia harus dilatih sejak awal tentang shalat, puasa, berjilbab, dan lain sebagainya. Tanpa latihan yang dibiasakan, seorang anak akan sulit mengamalkan ajaran Islam, walaupun ia telah memahaminya. Oleh karena itu,seorang ibu harus menanankan kebiasaan yang baik kepada anak-anaknya dan melakukan kontrol agar sang anak disiplin dalam menjalankan ajaran Islam.
30
f.
Ibrah dan Mau’izah. Para orangtua bisa mengambil pelajaran bagi anak-anaknya dari berbagai kisah, misalnya tentang sejarah. Begitu pun dengan peristiwa yang aktual, bahkan dari kehidupan makhluk lain, banyak sekali pelajaran yang diambil. Bila orangtua sudah berhasil mengambil pelajaran dari suatu kejadian bagi anak-anaknya, langkah berikutnya adalah memberikan nasihat (mau’izah) yang baik. Misalnya, dengan iman yang kuat, umat Islam yang sedikit mampu mengalahkan orang kafir yang jumlahnya banyak pada perang Badar. Sesuatu yangt benar dan besar bisa dipindahkan bila kita mau bekerja sama sepeerti semutsemut yang bergotong-royong membawa sesuatu, dan seterusnya. Memberi nasihat tidak selalu harus dengan kata-kata. Nasihat bisa dilakukan melalui kejadian-kejadian tertentu yang menggugah hati, seperti menjenguk orang sakit, memberi makan orang miskin untuk berbuka puasa, takziah dan lain-lain.
g.
Targhib dan Tarhib. Targhib adalah janji yang menyenangkan bagi seseorang yang melakukan
kebaikan,
sedangkan Tarhib
adalah
ancaman
yang
mengerikan terhadap orang yang melakukan keburukan. Banyak sekali ayat atau hadits yang mengungkapkan janji dan ancaman. Itu artinya, orangtua juga mesti menerapkan metode ini dalam mendidik anak. Dalam Islam, Targhib dan tarhib dikaitkan dengan persoalan akhirat. Janji-janji yang menyenangkan berupa kenikmatan surga, sedangkan ancaman berbentuk siksa neraka.
31
Metode ini erat kaitannya dengan keimanan pada Allah dan hari Akhir. Sehingga, dengan diterapkannya metode ini dalam pendidikan dan bimbingan, diharapkan sikap seorang anak akan kokoh. Metode ini dimaksudkan untuk menggugah dan mendidik anak agar memiliki perasaan dekat dan takut dengan Tuhan, khusuk, serta mahabbah kepada Allah dan rasul-Nya. Jadi , jelas sekali bahwa agar seorang anak seorang anak menjadi anak shalih, maka proses pendidikan harus mendapatkan perhatian yang serius oleh masing-masing orangtua, terutama para ibu. Dalam mendidik anak, penghargaan dan hukuman sangat dibutuhkan. Penghargaan harus diberikan kepada anak yang berhasil meraih prestasi. Fungsinya, untuk mendidik dan memotivasi anak agar mengulangi dan meningkatkan kembali prestasi itu. Penghargaan yang doberikan kepada anak dapat berupa pujian, bingkisan, pengakuan, ataupun perlakuan istemewa. Sebaliknya, hukuman merupakan sangsi fisik atau psikis yang hanya boleh diberikan ketika anak melakukan kesalahan dengan sengaja. Berat ringannya hukuman disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak dalam
menerima
hukuman
tersebut.
Menghukum
anak
yang
memecahkan gelas, misalnya, harus berbeda bentuknya dengan anak yang melalaikan salat atau tidak mau puasa. Artinya pelanggaran yang bersifat syar’i harus lebih berat dibandingkan dengan kesalahan lain yangtidak terlalu penting. Beberapa hikmah mendidik dengan hukuman adalah, melatih sikap seorang anak dan mengenalkan konsep balasan setiap amal
32
perbuatan. Jika sejak kecil seorang anak telah dilatih untuk berhati-hati terhadap larangan dan bersungguh-sungguh melaksanakan kewajiban, maka akan mudah baginya untuk melakukan hal yang sama ketika ia dewasa. Akhirnya, akan tertanam rasa tanggung jawab dalam diri anak.34 Upaya mendidik dan membimbing anak dalam naungan Islam memang sering mengalami kendala. Perlu disadari, betapapun besar dan beratnya kendala yang terjadi, namun orangtua harus menghadapinya dengan sabar, serta menjadikan kendala-kendala tersebut sebagai tantangan dan ujian. Setidaknya, ada dua kendala dan tantangan dalam mendidik dan membimbing anak, yakni tantangan yang bersifat internal dan bersifat eksternal.35 Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan sebagai berikut : a. Kendala Internal. Sumber tantangan internal yang utama adalah orangtua, bisa berbentuk : Ketidakcakapan orangtua dalam mendidik anak. Misalnya memanjakan anak, memaksakan terlalu keras, dan lainlain. Suasana rumah tangga. ketidakharmonisan hubungan antara anggota keluarga, tegang, sering cekcok, pertengkaran sering menghiasi dalam rumah tangga
34
Subhan Husain AlBari, Agar Anak Rajin Beribadah, Yogyakarta : DIVA Press, 2011, hal.
35
Ibid, hal 66
47-53
33
sehingga bagaimana mungkin orangtua kan memperhatikan dan membimbing anaknya bila dalam suasana yang demikian. Kurangnya perhatian dan pengawasan terhadap lingkungan anak. Seperti siapa teman bermain, apa yang dilakukan sepulang sekolah, apa yang ditonton dan sebagainya.
Apabila orangtua
tidak memperdulikannya maka anak tidak akan tumbuh seperti yang diharapkan oleh Islam. Latar belakang budaya orangtua. Yang dimaksud di sini adalah kebiasaan dalam keluarga baik dari ayah atau dari ibu. Orangtua yang tidak biasa berpuasa tentunya berbeda dengan orangtua yang terbiasa puasa dalam memberi bimbingan dan contoh kepada anak-anak mereka dalam hal beribadah seperti puasa. b. Kendala Eksternal. Tantangan eksternal adalah kendala yang berasal dari luar diri orangtua yang bersumber dari diri anaknya sendiri. Hal ini dapat berbentuk :
Interaksi si anak dengan teman bermain atau teman sekolahnya. Apabila lingkungan tempat si anak tidak Islami dapat melunturkan nilai-nilai islami yang telah ditanamkan di rumah. Dia puasa tapi teman-teman
sebayanya
tidak
puasa,
maka
jelas
sangat
mempengaruhi motivasi dalam menyelesaikan puasanya jika tidak ada perhatian dan bimbingan terhadap jiwanya.
34
Kondisi kesehatan. Pelaksanaan puasa jelas akan terganggu jika faktor kesehatan anak terganggu, seperti dalam keadaan kelelahan fisik atau sakit yang harus istirahat dan minum obat.
Minat dan motivasi yang rendah. Maka dalam hal ini orangtualah yang paling dominan memberikan motivasi agar jiwa si anak tetap kuat menjalankan ibadah puasa tidak dibiarkan begitu saja.36
C. Kerangka Pikir dan Pertanyaan Penelitian 1. Kerangka Pikir Keluarga adalah terdiri dari ayah dan ibu yang disebut orangtua, ditambah anak-anak yang merupakan karunia dari Allah Swt yang harus dijaga dan dipelihara dari hal-hal yang tidak diinginkan dengan cara dididik, dibimbing dan dilatih dalam menghadapi permasalahan hidup, baik yang berhubungan dengan Tuhan atau juga berhubungan dengan sesama manusia dan lingkungannya. Berhubungan dengan Allah berupa ibadah yang harus dilaksanakan seperti salat, puasa dan haji. Puasa adalah kewajiban yang harus dikerjakan bagi muslim yang sudah dewasa dan berakal. Akan tetapi kewajiban ini tentu berat dilaksanakan jika tidak diajarkan sejak kecil terlebih lagi pada anak usia Sekolah Dasar sebagai masa yang paling penting dalam peletakan nilainilai dan kedisiplinan keagamaan. Untuk itu, orangtualah yang membimbing dalam melaksanakan dan membiasakan puasa wajib yakni puasa Ramadan. 36
Ibid, hal 67
35
Dalam pembimbingan melaksanakan puasa wajib terhadap anak usia SD ini pada beberapa keluarga tidak menjadi kendala, akan tetapi dalam keluarga yang lain dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tidak sama bisa saja menemukan kendala dalam membimbing puasa wajib ini. Oleh sebab itu, hendaknya keluarga tentunya orangtua di sini segera mencarikan solusi atau jalan keluarnya agar pelaksanaan bimbingan puasa wajib dapat berjalan dengan baik. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir di atas dapat dilihat pada skema di bawah ini : Puasa Wajib
Bimbingan puasa wajib terhadap anak usia SD
Kendala dalam membimbing puasa wajib
Solusi yang dilakukan orangtua 2. Pertanyaan penelitian. Pertanyaan yang akan diajukan dalam penelitian ini agar sesuai dengan perumusan masalah, yaitu : a. Bimbingan orangtua mengenai puasa Ramadan terhadap anak usia SD di Desa Samba Danum Kabupaten Katingan : 1) Mengajarkan puasa kepada anak ?
36
2) Sejak usia berapa anak mulai dibiasakan puasa ? 3) Cara membimbing anak puasa ? 4) Bagaimana memotivasi anak agar berpuasa ? 5) Yang dilakukan jika anak ingin berbuka sebelum waktunya ? b. Kendala-kendala yang dihadapi anda dalam membimbing puasa Ramadan : 1) Kesulitan yang dihadapi dalam membimbing puasa anak ? 2) Bagaimana mengatasi kesulitan yang dihadapi ?
37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan terhitung mulai dikeluarkannya Surat Ijin Penelitian oleh Ketua STAIN Palangka Raya yaitu tanggal 20 Juli 2012 sampai dengan 20 September 2012 ( 01 Ramadan
s/d 4 Dzulqaidah). Pengambilan waktu penelitian ini untuk
memudahkan penulis memperoleh data mengenai bimbingan orangtua terhadap anaknya melaksanakan puasa wajib pada bulan puasa Ramadhan dari lokasi penelitian.
Sedangkan tempat penelitian adalah di Desa Samba Danum
Kecamatan Katingan Tengah Kabupaten Katingan. B. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah Kualitatif dengan jenis Deskriptif. Pendekatan Kualitatif merupakan suatu
pendekatan dalam
pelaksanaan penelitian yang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang telah memanipulasi keadaan dan kondisinya. Pengambilan data dilakukan dari keadaan yang sebenarnya. 37 Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
37
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi revisi IV, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006, hal. 12
37
38
C.
Subyek dan Objek Penelitian. Adapun yang menjadi Subjek dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak usia SD di RT. 10 desa Samba Danum Kabupaten Katingan berjumlah 97 Kepala Keluarga. Dari jumlah tersebut dipakai teknik Proposive Sampling yaitu dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu.38 Berdasarkan pengamatan terdapat 12 keluarga yang memenuhi kriteria untuk menjadi subyek penelitian, kriteria tersebut adalah : 1. Berada di lingkungan tempat tinggal peneliti sehingga mudah untuk melaksanakan penelitian. 2. Keluarga yang mempunyai anak usia SD yang sedang duduk di kelas II sampai IV, karena sudah dianggap mampu melaksanakan puasa. 3. Orangtua yang tinggal se rumah dengan anak, karena lebih mudah dalam membimbing dan memperhatikan anaknya. 4. Orangtua yang lengkap dan benar-benar mengajak serta membimbing anaknya berpuasa. Sebagai
informan adalah anak usia SD mereka. Sedangkan objek
penelitian ini adalah bimbingan puasa wajib terhadap anak usia SD dalam keluarga di desa Samba Danum Kabupaten Katingan. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini terdiri dari :
38
S. Nasution, Metode Research, Jakarta : Bumi Aksara, 2003, hal. 98
39
1. Teknik Observasi Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.39 Adapun data yang akan digali pada teknik ini adalah kegiatan orangtua dalam bimbingan puasa wajib terhadap anak usia SD di desa Samba Danum Kabupaten Katingan. 2. Teknik Wawancara. Metode lain yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaanpertanyaan pada para responden. 40 Sedangkan menurut Restu Kartiko Widi yang disebut wawancara adalah interaksi orang-perorang di antara dua atau lebih individu dengan tujuan yang spesifik dalam pikirannya.41 Melalui teknik ini akan diperoleh data sebagai berikut : a. Identitas keluarga mengenai ; nama Kepala Keluarga, pendidikan terakhir, dan pekerjaan. b. Bimbingan puasa Ramadan terhadap anak usia SD dalam keluarga. c. Kendala-kendala yang dihadapi orangtua dalam membimbing puasa Ramadan.
39
Suharsismi Arikunto, Prosedur Penelitian…, hal. 156
40
Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 2004,
41
Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian, Yogyakarta : Graha Ilmu, cet. 1, 2010,
hal. 39 hal. 241
40
3. Teknik Dokumentasi. Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.42 Adapun data yang dicari dari teknik ini adalah : a. Letak geografis Desa Samba Danum Kecamatan Katingan Tengah kabupaten Katingan b. Keadaan penduduk di desa Samba danum Kabupaten Katingan E. Pengabsahan data Keabsahan data adalah untuk menjamin bahwa semua yang diamati dan diteliti penulis sesuai dengan sesungguhnya dan menjamin data atau informasi yang dihimpun atau dikumpulkan memang benar-benar ada. Dalam memperoleh data, penulis membandingkan sumber yang satu dengan sumber yang lainnya. Cara ini menurut Moleong, adalah Triangulasi atau teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu di luar data itu untuk keperluan pendekatan.43 Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Triangulasi data yakni membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dan hal hal ini dapat dicapai dengan : 1. membandingkan data hasil observasi dengan hasil wawancara. 2. Membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang terkait.
hal 178
42
Suharsismi Arikunto, Prosedur…, hal. 158
43
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000,
41
F. Analisis Data Setelah
seseorang
memperoleh
dan
mengumpulkan
data
yang
dikehendaki maka selanjutnya data tersebut harus dianalisis agar diperoleh suatu gambaran yang bermanfaat dari semua data yang telah diperoleh tersebut. Data yang diperoleh tidak akan berarti apapun jika seseorang tidak menganalisisnya dan merubahnya menjadi suatu bahasan yang bermakna. Analisis data adalah proses penghimpunan atau pengumpulan data, pemodelan dan transformasi data dengan tujuan untuk menyoroti dan memperoleh informasi yang bermanfaat, memberikan saran, kesimpulan dan mendukung pembuatan keputusan. 44 Dalam menganalisis data, penulis berpedoman pada pendapat Milles dan Huberman, yang menjelaskan bahwa teknik analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan melalui tiga kegiatan yang terjadi secara bersamaan Yaitu : reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan / verifikasi.45 Gambarannya sebagai berikut : 1. Reduksi data Reduksi data adalah “sebagai proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data ‘kasar’ yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.”46 Reduksi data berlangsung secara terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung.
44
Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian, Yogyakarta : Graha Ilmu, cet. Pertama , 2010, hal. 253 45
Matthew b. Miles dan Michael Huberman, Alih bahasa : Tjetjep Rohendi Rohidi, Analisis Data Kualitatif, Jakarta : Universitas Indonesia Press, 2009, hal. 16 46
Ibid hal 16
42
Bahkan sebelum data benar-benar terkumpul, reduksi data sudah terlihat pada waktu peneliti membuat kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian, pendekatan yang dipilih. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, menulis memo) terus berlanjut sampai laporan akhir lengkap tersusun. Jelasnya reduksi data kualitatif dapat disederhanakan dalam aneka macam cara : melalui seleksi ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang luas, dan sebagainya. Kadangkala dapat juga mengubah data ke dalam angka-angka atau peringkat-peringkat. 2. Penyajian Data Penyajian data sebagai “Sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.”47 Dalam penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Maka oleh sebab itu segala data yang terkumpul harus dicatat dengan seksama sebagaimana halnya dengan reduksi data. 3. Penarikan Kesimpulan / verifikasi Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Dalam hal ini makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya,
kekokohannya,
dan
kecocokannya
yakni
yang
merupakan validitasnya. Jika tidak demikian, yang kita miliki adalah citacita
47
Ibid, hal. 17
43
yang menarik mengenai sesuatu yang terjadi dan yang tidak jelas kebenarannya dan kegunaannya. Jadi, analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul.
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian. 1. Sejarah Singkat Berdirinya Desa Samba Danum Samba Danum sebelumnya adalah sebuah dukuh atau dusun kecil yang penduduknya kebanyakan pindahan dari Dukuk Tampang yang jaraknya kurang lebih 4 Km sebelah utara desa Samba Danum sekarang. Mereka berkumpul dengan mendirikan rumah-rumah sederhana hingga membentuk sebuah dukuh yang oleh mereka dinamakan Tumbang Nyahu. Kurang lebih pada sekitar tahun 1818 M akhirnya menetaplah mereka di sana. Setelah jumlah penduduknya mulai bertambah hingga pada sekitar tahun 1850 M Dukuh Tumbang Nyahu oleh penduduknya diganti nama Samba Danum hingga sampai sekarang ini. 48 Samba Danum adalah sebuah desa yang berada Kecamatan Katingan Tengah Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah. 2. Letak Geografis Desa Samba Danum Desa Samba Danum yang merupakan tempat penelitian memiliki geografis sebagai berikut : a. Batas wilayah. - Utara berbatasan dengan Kelurahan Samba Kahayan - Timur berbatasan dengan Jl. Negara Tumbang Samba-Kereng Pangi - Selatan berbatasan dengan Desa Unggang Kecamatan Pulau Malan 48
Wawancara dengan tokoh masyarakat pada hari Minggu 22 Juli 2012
44
45
- Barat berbatasan dengan Desa Mirah Kalanaman b. Luas wilayah - Wilayah seluruhnya
: 4.500 Ha
- Lahan pertanian
: 50 Ha ( sawah 10 Ha dan lahan kering 40 Ha)
- Perkebunan
: 2.300 Ha
- Hutan belukar
: 1.350 Ha
- Rawa/perairan
: 50 Ha
- Pemukiman
: 800 Ha
- Lain-lain
: 50 Ha
3. Tata organisasi Desa Samba Danum Kabupaten Katingan Adapun susunan aparat desa dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1 DAFTAR NAMA APARATUR DESA SAMBA DANUM No Nama Jabatan 1 Edy Setiawan, A.Ma Kepala Desa 2 Utuy Tatang Suntani Sekretaris Desa 3 Trianto Kaur Pemerintahan 4 Rahmat Kaur Pembangunan 5 Tribuanto Kaur umum 6 Mujiman Ketua RT. 01 7 Hersi Ketua RT. 02 8 Martinus Astro Ketua RT. 03 9 Karandau Ketua RT. 04 10 Drs. Nirwana Ketua RT. 05 11 Madie Ketua RT. 06 12 Harto A.L Tasal Ketua RT. 07 13 Sugie Ketua RT. 08 14 H. Rahmadi Ketua RT. 09 15 Supriono Ketua RT. 10 (Sumber Data : Dokumentasi desa Samba Danum tahun 2012 )
46
4. Jumlah Penduduk -
Jumlah penduduk seluruhnya
: 5.357 jiwa
-
Laki –laki
: 1.937 jiwa
-
Perempuan
: 3420 jiwa
-
Kepala Keluarga
: 947 KK
5. Fasilitas Pendidikan Selanjutnya di bawah ini digambarkan sarana pendidikan yang ada di desa Samba Danum yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2 FASILITAS PENDIDIKAN DI DESA SAMBA DANUM No 1 2 3 4 5 6 7
Tingkat Pendidikan Jumlah Sekolah Jumlah Murid PAUD 1 20 TK/RA 4 200 SD/MI 5 856 SLTP/MTS 3 623 SMA/SMK/MA 4 637 Pondok Pesantren Perguruan Tingga Jumlah 17 unit 2.336 murid Sumber data : Dokumentasi desa Samba Danum tahun 2012)
Jumlah Guru 2 8 59 32 34 135 guru
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa fasilitas pendidikan berjumlah 17 unit dengan jumlah murid seluruhnya berjumlah 2.336 dan 135 guru. Sedangkan sarana pendidikan pondok pesantren dan Perguruan Tingga belum ada. 6. Sarana Ibadah. Di desa Samba Danum terdapat beberapa sarana peribadatan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
47
Tabel 3 SARANA IBADAH No Sarana Jumlah unit Kondisi 1 Mesjid dan langgar 6 buah Baik 2 Gereja 2 buah Baik 3 Vihara 1 buah Baik 4 Kuil (Sumber data : Dokumentasi desa Samba Danum tahun 2012) Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah saran peribadatan penduduk desa Samba Danum berjumlah 9 buah yakni 6 buah mesjid dan langgar, 2 buah gereja dan1 buah Vihara serta belum ada kuilnya.
7. Gambaran Umum Subjek Penelitian . Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini berjumlah 12 Kepala Keluarga atau orangtua yang benar-benar melaksanakan bimbingan puasa wajib terhadap anak mereka yang masih berusia SD yang berdomisili di RT. 10. Yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4 DAFTAR KEPALA KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANAK USIA SD JL. DANAU MARIE RT. 10 SAMBA DANUM
1 2 3 4 5 6 7
Nama orangtua RG YT MM HK GY UD SY
8
YK
9 10 11 12
ML MT AM MS
NO
Pendidikan terakhir SLTP SLTA SLTP SLTP SLTP SLTA SLTA
Petani Petani Petani Petani Petani Nelayan Pedagang
Anak usia SD (tahun) 7 8 8 7 8 9 7
SLTP
Petani
7 dan 9
SLTA SLTP SLTP SLTA
PNS Petani Petani Buruh
9 9 8 9
Pekerjaan
Nama Anak Kusniah Regu Sutiarni M. Nanda Madian Nita M. Jamil Iguyanto & A. Ashari M. Raihan Saudah Hidayat Puput
Alamat Samba Danum Samba Danum Samba Danum Samba Danum Samba Danum Samba Danum Samba Danum Samba Danum Samba Danum Samba Danum Samba Danum Samba Danum
48
(Sumber data : wawancara dengan Ketua RT 10 hari Minggu 22 Juli 2012) B. Penyajian Data. Anak adalah amanah yang diberikan Allah kepada orangtua. Sebagai amanah yang harus dijaga dan dipelihara serta dididik sesuai ajaran agama Islam. Oleh karena itu, anak memerlukan perlindungan untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, serta sosialnya secara utuh dan seimbang. Maka untuk itu, diperlukan pendidikan bagi anak tersebut, dan hendaknya para orangtua tidak menyepelekannya. Jangan sampai mereka menganggap bahwa tugas mereka hanyalah memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal. Sehingga, disibukkan oleh aktivitas bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Mereka telah melalaikan perintah Allah SWT :
…. Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka …..(QS. At-Tahrim :6)49 Nampak jelas Allah sangat mengecam para orangtua yang sampai melalaikan anak-anaknya kepada pendidikan. Yang tidak saja, pendidikan untuk kecakapan secara umum tetapi yang terpenting adalah pendidikan agama sebagai pondasi kejiwaan untuk kebahagiaan di dunia lebih-lebih di akhirat kelak.
49
Departemen agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang : Kumudasmoro Grafindo, 1994, hal. 951
49
Salah satu tugas penting orangtua adalah memperkenalkan ibadah terhadap anak sedini mungkin. Anak hendaknya sudah mulai dibiasakan untuk mempelajari dan menjalankan ajaran agama. Dalam hal ini diperlukan bimbingan
keluarga.
Orangtualah
yang
berkewajiban
mendidik
dan
membimbing anak-anaknya melaksanakan baik itu yang wajib maupun yang sunah seperti mengerjakan puasa wajib di bulan Ramadhan. Puasa Ramadhan seperti yang telah kita ketahui adalah salah satu pokok dalam rukun Islam, yang wajib dilaksanakan oleh setiap umat Islam yang telah memenuhi persyaratannya. Anak yang belum baligh memang belum diwajibkan mengerjakan puasa Ramadhan, meskipun begitu ibadah wajib tersebut hendaknya dibiasakan sejak kecil, agar setelah dewasa nanti telah terbiasa dengan puasa. Namun, jika tidak dibiasakan maka anak akan merasa berat dan terbebani jika sampai waktu puasa diwajibkan atas dirinya. Anak yang harus dibiasakan berpuasa sejak kecil adalah anak yang berusia antara enam sampai dua belas tahun, dimana usia tersebut anak sedang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Dalam hal ini yang sangat berperan adalah keluarga atau orangtua si anak dalam melaksanakan bimbingan selama bulan Ramadhan, baik itu dari mengajak salat fardu berjamaah, sahur, menuntun bacaan saat niat puasa dan saat berbuka, serta mengajak salat tarawih berjamaah. Begitu pun yang dilakukan oleh keluarga yang memiliki anak usia SD di desa Samba Danum Kabupaten Katingan. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, yang menjadi subyek penelitian adalah 12 keluarga atau orangtua yang mempunyai anak usia 7-9 tahun atau sedang duduk di kelas II sampai IV karena dianggap sudah kuat melaksanakan
50
puasa. Untuk lebih jelasnya, mengenai bentuk bimbingan dan kendala yang dihadapi dalam melaksanakan puasa wajib di desa Samba Danum Kabupaten Katingan. Penulis sajikan sebagai berikut : 1. Bimbingan orangtua mengenai puasa wajib terhadap anak usia SD dalam keluarga di RT. 10 desa Samba Danum Kabupaten Katingan. a. RG Bapak RG yang berprofesi sebagai petani padi mempunyai anak bernama Kusniah (7 tahun) menjelaskan : “ Tarus mengawas anak dengan menyuhu bapuasa, tapi Indu dia tahan nampayah anak ah bapuasa jadi nalua dia bapuasa masih kurik pasi, tapi sabanar jadi ajar bapuasa bara umur hanya nyelu hung kelas telo. Ikei dia mamaksa bapuasa amun handak impisik umba sahur, dan inenga lanja telo ribu jadi lime ribu, dan ijanji milie baju taheta amun andau hari raya, amun dia hakun atawa dia ulih tau iye buka asal puasa jewu hendai biar ih satengah andau, dia narai ih ”.50 ( selalu mengawasi dengan menyuruh berpuasa, tapi kadang mamanya yang tidak tega melihat anaknya berpuasa, jadi dibiarkannya tidak puasa, masih kecil kasihan, jarnya! Tapi sebenarnya sudah diajari puasa sejak umur 8 tahun di kelas 3. Kami tidak memaksakan berpuasa bila mau ya dibanguni sahur, dan diberi uang belanja biasa Rp. 3.000,- jadi Rp. 5.000,- dan dijanjikan dibelikan baju baru bila hari raya, tapi jika tidak mau atau sudah tidak tahan, boleh buka saja asalkan esok puasa lagi biar ja setengah hari, tidak apa-apa!) Berdasarkan pernyataan dari RG di atas dapat diketahui bahwa ia dan keluarganya dalam membimbing anaknya dengan mengajak berpuasa. Akan tetapi mereka tidak memaksakan kepada anaknya itu jika mau berpuasa maka akan diikut sertakan dalam sahur bersama. Adapun cara mereka memberi motivasi agar anaknya berpuasa adalah dengan diberi hadiah tambahan uang jajan dan akan dibelikan baju bagus ketika lebaran 50
Wawancara hari Minggu tanggal 22 Juli 2012
51
tiba. Sedangkan menghadapi anak mereka yang mau berbuka sebelum waktunya, keluarga RG membolehkan berbuka bila sudah setengah hari asalkan esok puasa lagi. Berdasarkan observasi, ketika datang ke rumah RG jam 13.15 WIB penulis melihat anak mereka yang perempuan sedang makan di depan TV berbuka puasa sebab tidak tahan puasa dan dibolehkan berbuka karena sudah setengah hari sebagai latihan. 51 Lalu peneliti mendekati Kusniah dan menanyakan apakah ia diajak berpuasa oleh orangtuanya, dia menjawab : “ Iyoh, bapaku manyuhu bapuasa, tapi induku manyuhu ih aku dia puasa awi iyei dia tega nampayah aku bapuasa saharian. (iya, bapakku menyuruh saya berpuasa, akan tetapi ibuku kadang menyuruh tidak puasa oleh karena tidak tega melihat saya berpuasa seharian)52 b. YT YT sama halnya dengan RG yang bekerja sebagai petani padi di Samba Danum yang mempunyai anak bernama Regu (8 tahun), ia menyatakan : “ Iyoh aku malajar iye bapuasa, tapi dia halajur bapuasa, masih nampayah iye bapuasa, aku gin kanatik dia bapuasa. Maka ikie rancak dia nampisik iye sahur. Aku nampara malajar iye bara wayah tuh, sahendai jite ikie dia puji manyuhu iye awie masih tabela. Cara ikie akan iyie maku bapuasa dengan mimbit iyie sahur dan manenga nasehat biar ih puntung andau ih asal iyie bapuasa.” (Iya aku mengajarinya, tapi kadang-kadang menyuruh berpuasa, kasihan melihatnya, aku saja kadang tidak tahan apalagi dia, makanya sering tidak kami bangunkan untuk ikut sahur. Aku mulai mengajarinya berpuasa sejak sekarang, sebelumnya tidak pernah karena masih anak-anak. Cara kami supaya ia mau 51
Observasi hari Minggu tanggal 22 Juli 2012
52
Wawancara hari Minggu tanggal 22 Juli 2012
52
berpuasa dengan diajak sahur dan diberi nasehat biar saja setengah hari dulu, asalkan mau berpuasa)53
Saat berkunjung ke rumah YT yang kebetulan salah satu anggota keluarga peneliti dan bermalam di sana dan melihat langsung aktivitas sahur 03.00 WIB di rumah YT. Penulis melihat istrinya YT memanggil dan menggoyang-goyangkan badan Regu anak mereka yang laki-laki untuk menanyai mau ikut puasa atau tidak. Sambil menguap dan mata mengantuk anak mereka bangun tapi langsung berbaring lagi di depan makanan yang telah disediakan. Akan tetapi, ibunya cepat mengambilkan air untuk mengusap matanya agar ngantuknya hilang serta mengajak puasa dan memberi nasehat biar saja setengah hari asalkan puasa.54 Setelah sahur peneliti menanyai Regu, dia menjawab : “ iyoh, aku nyuhu ih dia jejandau, karancakan aku nyuhu iwen satangah andau bapuasa” (iya, saya dibolehkan tidak berpuasa, sering saya disuruh orangtua saya setengah hari saja berpuasa.)55
c. MM Penulis mewawancara MM yang memiliki anak usia SD dua orang, ketika ia sedang duduk-duduk di serambi depan rumahnya bersama salah satu anak perempuannya Sutiarni (8 tahun) ia memberikan penjelasan :
53
Wawancara hari Selasa tanggal 24 Juli 2012
54
Observasi hari Rabu tanggal 25 Juli 2012
55
Wawancara hari Selasa tanggal 24 Juli 2012
53
“ Inggih ulun menyuruh inya nih badua adingnya agar bapuasa, supan mun kada puasa, pabila lagi. Buhannya nih, sudah ulun suruh bapuasa mulai umur 7 tahun waktu di kelas II supaya mereka tabiasa jadi kada ngalih lagi kaina waktu ganal. Tapi ngarannya kakanakan inya kadang kada tahan bila kauyuhan bamainan bisa handak babuka, si Sutiarni ini kadang kaya itu. jadi ujar mamanya, ‘satumat lagi buka..! sayang puasanya..! ayo barabah haja.! Jangan uyuh-uyuh lagi”56 (iya saya memerintahkan ia berdua dengan adiknya agar berpuasa, malu kalau tidak puasa. Mereka ini, sudah aku suruh berpuasa mulai umur 7 tahun waktu di kelas II agar terbiasa puasa jadi tidak susah lagi ketika dewasa. Tapi namanya anak-anak kadang tidak tahan puasa bila terlalu capek bermain bisa mau berbuka, si Sutiarni ini kadang seperti itu. jadi ibunya mengatakan : ‘sebentar lagi buka, sayang puasanya, ayo..berbaring saja istirahat, jangan bermain lagi) Dari pernyataan bapak MM di atas dapat diketahui bahwa cara mereka membiasakan berpuasa ialah dimulai dari usia 7 tahun tapi tidak dipaksakan harus tunai satu hari. Akan tetapi jika si anak tidak tahan mereka membesarkan hatinya dengan mengatakan bahwa waktu berbuka sebentar lagi supaya anak-anaknya menyayangi puasa mereka. Berdasarkan observasi ketika penulis berkunjung ke sana memang penulis melihat salah satu anak mereka (Sutiarni) terlihat berbaring saja di pangkuan ayahnya sambil memainkan
game di HP. Sedangkan anak
mereka yang satunya sedang di dalam bersama ibunya. 57 Sedang asyikasyiknya ia bermain HP lalu Peneliti menegur dan menanyainya. Dia (Sutiarni) menjawab : “ Inggih, ulun bapuasa ai tarus, kuat ja ulun” (ya, saya berpuasa terus setiap hari, saya kuat melakukannya) 58 56
Wawancara hari Kamis tanggal 26 Juli 2012
57
Observasi hari Kamis tanggal 26 Juli 2012
58
Wawancara anak MM hari Kamis tanggal 26 Juli 2012
54
d. HK HK pekerjaannya sehari-hari sebagai petani, yang mempunyai anak usia SD bernama M. Nanda (7 tahun) dia memberikan jawaban yang ditanyakan kepadanya, sebagai berikut : “ Kanatik manyuhu, nampayah situasi ikie awi bela iye haban ikie nantalua ih iye dia bapuasa, dia impisik sahur. Sabujur iye jadi imbit bapuasa bara umur uju nyelo kanatek umba sahur ih jewu kuman ih iye dia mingat metuh puasa. Amun dia maku bapuasa ikie bajanji manenga hadiah baju taheta dengan sandal metuh andau hari raya kareh. Kanatik iye dia ulih bapuasa dan handak buka ih gawie, metuh te ikie ngentau iye supaya iye batiruh ih.” (kadang-kadang menyuruh, lihat situasi anak kami, sebab bila sakit kami biarkan saja tidak berpuasa, tidak dibangunkan sahur. Sebenarnya dia sudah diajak puasa sejak usia 7 tahun tapi kadang hanya ikut sahur saja esoknya makan dia lupa sedang puasa. Tapi apabila ia mau berpuasa maka kami menjanjikan memberi upah berupa baju baru dan sandal ketika hari raya nanti. Kadang ia tidak tahan puasa dan mau berbuka, saat itu kami hibur dia dan disuruh tidur saja.)”59 Pernyataan Bapak HK di atas
dapat diketahui bahwa cara
membimbing anak mereka berpuasa adalah dengan melihat situasi si anak bila sehat maka akan diajak berpuasa dengan dibangunkan sahur. Akan tetapi bila sakit, mereka konsentrasi memberi perhatian kepada anaknya yang sakit untuk berobat agar
cepat sembuh maka diijinkan tidak
berpuasa. Bila si anak mampu berpuasa mereka menjanjikan hadiah berupa baju dan sandal baru. Jika dilihat anaknya sudah tidak tahan puasa mereka menyikapinya dengan menyuruh ia tidur saja. Ketika penulis melihat saat berkunjung pada malam hari ke rumah HK yang juga adalah salah satu keluarga penulis, dan melihat anak mereka M. Nanda sedang sakit batuk-batuk, sehingga oleh orangtua 59
Wawancara hari Sabtu tanggal 28 Juli 2012
55
mereka dibiarkan saja tidak puasa sampai sembuh sebab bagaimana ia minum obat sedangkan dalam keadaan puasa.60 Peneliti menyapa M. Nanda
dan
menanyakan
keadaannya,
lalu
bertanya
bagaimana
orangtuanya membimbingnya berpuasa, sambil batuk sesekali dia menjawab : “ Bujur ih aku nyuhu indu bapaku bapuasa, tapi kadang-kadang aku dia tahan puasa handak buka tapi induku nyuhu aku batiruh mampalaya aku” ( Benar saja saya disuruh ibu dan bapakku berpuasa, akan tetapi kadang saya tidak tahan mau berbuka puasa tetapi orangtua saya menyuruh supaya tidur agar saya tidak ingat lagi puasa.)61 e. GY GY adalah salah seorang warga desa Samba Danum yang pekerjaanya juga sebagai petani. Ia mempunyai anak laki-laki berusia 8 tahun yang bernama M. Raihan, ketika diwawancara diwakili oleh istrinya TTD karena sedang tidak ada di rumah, ia memberikan penjelasan, yakni “ Iye, tarus nyuhu bapuasa, bara umur uju nyelo, sampai wayah tuh. Cara ikie mangajar iye bapuasa dengan cara isut-isut, nampara bara satengah andau sampai jam due belas, jewu nduem ih…dan kareh sampai kia janda-jandau. Rancak ikie manenga semangat akae tuntang manenga pujian akae bapuasa biar je baya puntung andau te. Limbas te metuh wayah babuka impakasak akae bari sanga..! mangat iye tahan bapuasa ikie dia manyuhu iye bangang balua bara huma, istirahat ih sambil manonton TV awi masih libur hindai muhun sakula.” (ya, selalu disuruh berpuasa, sejak usia 7 tahun hingga sekarang ini. Cara kami membiasakan puasa adalah bertahap, awalnya dari setengah hari dulu sampai jam 12, esoknya biar ja lagi... dan akhirnya sampai juga seharian. Sering kami memberi motivasi kepadanya dengan memuji-muji ia berpuasa meskipun hanya setengah hari. Dan saat berbuka dimasakkan kesukaannya nasi goreng..! supaya dia kuat berpuasa kami tidak ijinkan dia bermain 60
Observasi hari malam sabtu tanggal 28 Juli 2012
61
Wawancara hari Sabtu tanggal 28 Juli 2012
56
keluar rumah, istirahat saja sambil nonton TV karena masih libur belum turun sekolah.)62 Berdasarkan pernyataan dari TTD di atas menunjukkan bahwa mereka membimbing anak berpuasa sejak usia 7 tahun secara bertahap yaitu dari setengah hari dulu terus menerus hingga sampai seharian penuh. Hal itu dilakukan dengan memberikan dorongan agar selalu berpuasa meskipun hanya dengan setengah hari saja. Sikap mereka agar anak tunai berpuasa seharian adalah dengan tidak mengijinkan bermain di luar rumah khawatir kecapean dan minta berbuka. Supaya tidak terjadi hal yang demikian anaknya di rumah saja. Berdasarkan observasi penulis ketika berkunjung di sana, memang tidak terlihat anak bermain bersama-sama dengan temannya di luar rumah tetapi terlihat di dalam rumah sedang nonton TV sambil berbaring malasmalasan.63 Setelah meminta ijin kepada ibu TTD maka peneliti dipersilakan masuk dan memanggil anaknya yang bernama Madian (8 tahun) dan membiarkan bercakap-cakap dengan anaknya. Madian menjelaskan : “ Bujur ih bapak dan induku manyuhu aku bapuasa, puntung andau ih, supaya aku ulih bapuasa jandajandau maka induku mempelaya aku nonton DVD mangat aku dia beluwa huma” (Benar saja bapak dan ibuku memerintahkan berpuasa setengah hari saja dulu. Namun agar saya dapat berpuasa seharian penuh, maka ibuku melengahkan aku dengan menonton DVD supaya aku tidak keluar rumah.) 64
62
Wawancara hari Senin tanggal 30 Juli 2012
63
Observasi hari Senin tanggal 30 Juli 2012
64
Wawancara anak GY hari Senin tanggal 30 Juli 2012
57
f. UD UD adalah seorang nelayan yang mencari ikan di sungai untuk dijual ke pasar yang memiliki anak usia SD bernama Nita (9 tahun), yang saat peneliti datang ke rumahnya sedang tidak ada di rumah, tetapi istrinya yang bernama RH yang menjelaskan sebagai berikut : “ Abahnya Nita jarang di rumah, macari iwak di seberang di Danau Marie, kadang sampai bamalam di wadah sapupunya di sana, tapi sidin bapasan pang supaya si Nita dibanguni tarus untuk bapuasa, sebab bila kada dibanguni inya kada kuat bapuasa, makanya am ulun banguni tarus inya sahur, alhamdulillah kuat ja inya saharian bapuasa” (Bapak Nita jarang ada di rumah, bekerja mencari ikan di seberang Danau Marie kadang sampai bermalam di rumah sepupunya di sana. Akan tetapi beliau selalu berpesan agar si Nita dibangunkan untuk makan sahur, karena apabila dia tidak bangun diajak makan sahur ia tidak kuat berpuasa. Oleh sebab itu saya selalu membangunkan ia untuk makan sahur, alhamdulillah ternyata ia kuat berpuasa seharian)65 Berdasarkan wawancara singkat di atas tergambar bahwa sikap keluarga UD memperhatikan pelaksanaan berpuasa anak mereka di samping kesibukan mencari nafkah yang tentunya lebih didominasi oleh ibu rumah tangga yang lebih banyak di rumah. Ketika penulis datang ke sana, terlihat bapak memang tidak ada di rumah, kata istrinya sedang mencari ikan di kampung seberang Danau Marie.
66
Peneliti juga melihat ada tiga anak perempuan yang sedang
asyik bermain rumah-rumahan dengan boneka, lalu peneliti bertanya
65
Wawancara hari Rabu tanggal 01 Agustus 2012
66
Observasi hari Rabu tanggal 01 Agustus 2012
58
mana yang namanya Nita. Setelah ditanya mengenai orantuanya yang di rumah berkenaan dengan pelaksanaan puasa, dia menjawab : “ Ulun kuat ai bapuasa, bila mama ulun mambanguni ulun sahur tapi bila mama kada mambanguni ulun kada bapuasa, kada tahan.” (saya kuat berpuasa, apabila ibu saya membanguni saya untuk makan sahur tetapi bila beliau tidak membanguni saya, maka saya tidak puasa karena tidak tahan) 67 g. SY SY adalah seorang pedagang kecil yang membuka tokonya di depan rumah. Dimana ia memiliki anak usia SD bernama Jamil (7 tahun), saat diwawancara, ia memberi penjelasan sebagai berikut : “ manyuruhai aku, cuma asa kasian aku melihatnya bapuasa, jadi biar ja kada puasa masih halus juwa, kaina inya ganal kelas V supan surangan kada puasa, malihat kawalannya puasaan. Biasanya takuni dulu, puasakah esok nyaman dibanguni saurnya..! bila jarnya kada. Biar digarak tatap ai inya kada mau bangun sahur. Rajin bila mau puasa di bari duit 5.000 balain saharian ja barabah tarus, kada kawa disuruh-suruh tu pang. Letoy banar !”68 (aku menyuruhnya, cuma rasa kasihan melihatnya berpuasa, jadi kami biarkan saja karena masih kecil juga, nanti dia akan malu sendiri jika sudah besar kelas V malu melihat kawan-kawannya pada puasa. Biasanya ditanya terlebih dahulu, mau puasakah esok agar dibangunkan waktu sahur. Biasanya bila mau puasa dikasih uang 5.000 diluar uang jajan tapi seharian saja berbaring, tidak bisa disuruh-suruh, lemah lunglai!) Dari pernyataan keluarga SY di atas menunjukkan bahwa mereka mengajak anaknya berpuasa dengan membangunkan anaknya waktu sahur. Akan tetapi, kadang dibiarkan tidak berpuasa hingga timbul sendiri kemauan untuk berpuasa. Tapi bila mau berpuasa maka mereka
67
Wawancara anak SY hari Rabu tanggal 01 Agustus 2012
68
Wawancara hari Jumat tanggal 03 Agustus 2012
59
memotivasinya dengan memberi motivasi berupa uang jajan lebih. Saat puasa anak mereka dibiarkan malas-malasan saja. Berdasarkan observasi penulis, saat datang ke rumah SY terlihat di dalam toko anaknya sedang makan snack sambil asik main Playstation (PS) dan dibiarkan saja bersama kawannya. 69 Ketika peneliti bersama orangtuanya menanyakan langsung kepada si Jamil kenapa tidak puasa, sambil tersenyum ia menjawab : “ kada dibanguni abah malam tadi sahur, amun dibanguni puasa ai ulun.” (tidak dibangunkan oleh bapak saya tadi malam untuk sahur, jika dibangunkan untuk makan sahur maka saya akan puasa)70 h. YK YK yang berprofesi sebagai petani dan pekerja serabutan, mempunyai anak usia SD dua orang yaitu Iguyanto (7 tahun) dan Ahmad Ashari (9 tahun), yang diwakili oleh istrinya EH menjelaskan : “ Bapa ih jarang sihuma, manunggu menggetem parei iaye manggau gawie sei danau marie, kawal ih are huang kanih. Jadi masalah puasa te aku ih ji maimbit iwen anakku te kuman sahur, tapi si Ashari tuh bahali mampisik iye awe iye bakulas misik sahur’jatun babelai kuman’kua. Tapi biasa ih ngatau kuh mangat iye maku kuman sahur supaya barigas puasa ih biar isut iye kuman.gitamlah si budi te kurik ih kunga kuat ih bapuasa kurik bara ikau.tapi area anak uluh amun iye pahalu bangang tau kahausan dan handak babuka puasa, ‘ hanjulu hindai tukep jam 12 karih tau ikau buka.kuang kuh” (Jadi, masalah puasa Bapaknya jarang ada di rumah, menunggu panen padi biasanya ia mencari pekerjaan di danau marie, kawankawannya banyak di sana. Jadi, masalah puasa itu aku yang mengajak anak-anakku bangun sahur, tapi si Ashari ini sulit dibangunkan untuk sahur sebab ia malas makan sahur ‘tidak ada selera’, jarnya. Tapi biasanya kubujuk dan dinasehati agar mau 69
Observasi hari Jumat tanggal 03 Agustus 2012
70
Wawancara hari Jumat tanggal 03 Agustus 2012
60
makan supaya kuat puasanya biar sedikit. ‘ itu nah, si Budi kecil badannya kuat berpuasa kecil dari pada kamu’. Tapi namanya anak-anak bila sedang asik bermain akhirnya kehausan dan minta buka, ‘sebentar lagi setengah hari jam 12 baru boleh buka’ ujarku.)71 Berdasarkan pernyataan keluarga YK di atas dapat diketahui bahwa ibu si anaklah yang paling berperan dalam membimbing dan mengajak anak-anaknya melaksanakan puasa. Saat penulis datang ke rumah, YK memang tidak ada terlihat di rumah ternyata sedang bekerja di Danau Marie. Maka oleh sebab itu keterangan berkenaan dengan bentuk bimbingan terhadap anak mereka di wakili oleh istrinya EH.72 Dan pada saat peneliti hendak berpamitan pulang, peneliti melihat ada dua anak laki-laki yang sebaya sedang berada di samping rumah sedang bermain air di keran, langsung saja peneliti menyapa mereka, ternyata mereka adalah anak dari YK dan EH. Ketika ditanya mengenai puasa mereka, salah satu yang paling kecil (Iguyanto) menjelaskan : “ iyoh, aku kuat ih bapuasa, tapi abangku dia ulih bapuasa.” (iya, saya kuat berpuasa, tetapi kakakku dia tidak tahan berpuasa)73
i.
ML ML adalah seorang PNS di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Katingan Tengah, Ia memberi penjelasan sebagai berikut :
71
Wawancara dengan keluarga YK hari Minggu tanggal 05 Agustus 2012
72
Observasi hari Minggu tanggal 05 Agustus 2012
73
Wawancara dengan anak YK hari Minggu tanggal 05 Agustus 2012
61
“ iye memang mimbit, tapi bahali impisik waktu sahur. Jadi, imbiaranih batiruh awi iye masih kurik, dia narai-narai amun iye dia bapuasa. Padahal bara hanya nyelo huang kelas telo sudah diajari bapuasa. Pada waktu hanjewu iye bapuasa, tapi hayak huang sakula nampayah kawan ih bapili-pili umba-umba kia iye bapili. Jadi aku dia manenga iye uang jajan, tapi indu manenga iye uang jajan. Jika iye bapuasa dan buli bara sakula dalam keadaan balemu maka aku manyuhu iye batiruh mangat dia mangkemi kauyuh ah bapuasa. amun iye ulih bapuasa samapai halime aku manyanjung dan ma ucuk ih agar jewu puasa hindai.” (iya memang mengajak, tapi sulit dibanguni waktu saur. Jadi, dibiarkan saja tidur masih kecil juga, tidak apa-apa jika tidak puasa. Padahal sejak 8 tahun saat di kelas III sudah dilajari berpuasa. Pada waktu pagi puasa, tapi saat disekolah melihat kawan-kawannya belanja akhirnya ikut-ikutan belanja. Jadi aku tidak memberi uang jajan, tapi mamanya yang memberi uang sangunya. Jika ia berpuasa dan pulang dari sekolah dalam keadaan lunglai maka aku biasanya langsung menyuruh ia tidur supaya puasanya tidak terasa. Bila dia kuat berpuasa sampai penuh seharian aku memujinya dan membujuknya agar puasa lagi esok.)74 Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa keluarga ML memberikan bimbingan dengan memerhatikan anaknya melaksanakan puasa di mulai mengajak dengan membangunkan waktu sahur, tapi tidak dipaksakan harus bangun dan makan sahur karena mereka beranggapan bahwa anak usia SD masih terlalu kecil untuk dipaksakan berpuasa. Meskipun begitu mereka tetap menuntun anaknya agar berpuasa dengan memberi motivasi berupa pujian dan perhatian terhadap anaknya seperti disuruh tidur siang sampai dekat waktu berbuka agar si anak puasanya tidak terasa. Berdasarkan
observasi
ketika
penulis
datang
berkunjung
mewawancara keluarga ML peneliti melihat anak mereka sedang tidur di
74
Wawancara dengan keluarga ML hari Selasa tanggal 07 Agustus 2012
62
depan TV dimana kipas angin menyala kearah anaknya yang sedang tidur itu. Begitulah yang dilakukan anaknya bila sedang berpuasa, tidur melulu. j.
MT MT adalah seorang petani yang biasa mengambil upah mengarapkan sawah orang lain, yang mempunyai anak bernama Saudah (9 tahun), ia memberi jawaban sebagai berikut : “ iye nyuhu ku puasa, bara anakku Saudah umur bara uju nyelu, iye jadi kuat bapuasa, jadi sampai wayah tuh tabiasa bapuasa. Sulak ih aku dia maksa iye bapuasa. Ternyata iye kuat ih sampai halime. Pad waktu sahur iye kabuat minta impisik umba kuman sahur awi iye manggau manginan je hanjak ih. Ikie dia bahali hindai manyuhu iye puasa. Kabuat ih balaku impisik sahur akan puasa jewu. Amun jadi bapuasa iye tahan sampai halime walau pun iye heka Manahan balau.” (iya aku suruh berpuasa sejak anakku Saudah berumur 7 tahun, ia sudah kuat berpuasa, jadi sampai sekarang sudah terbiasa puasanya. Awalnya aku tidak memaksakan ia harus puasa, tapi ternyata ia kuat sampai seharian penuh, waktu sahur pun ia selalu minta dibangunkan agar ikut makan sahur dengan makanan kesukaannya mie goreng. Kami tidak sulit lagi mengajaknya puasa, dia sendiri yang minta dibangunkan sahur agar puasa esok harinya. Kalau sudah berpuasa ia tidak akan mau berbuka meskipun dalam keadaan yang payah.)75 Bagi keluarga MT
membimbing anak berpuasa tidak menjadi
masalah, sebab minat dan motivasi untuk berpuasa sudah tumbuh dari diri si anak. Berdasarkan observasi di lapangan, penulis melihat si Saudah ini adalah anak yang rajin dan berprestasi serta anak yang penurut di sekolah tempat penulis bekerja sebagai pendidik. Hal tersebut selaras dengan apa yang disampaikan oleh orangtuanya tidak susah diajak berpuasa.76
75
Wawancara dengan keluarga MT hari Kamis tanggal 09 Agustus 2012
76
Observasi hari Kamis tanggal 09 Agustus 2012
63
k. AM Ia mempunyai anak bernama Hidayat (8 tahun) yang biasa bekerja sehari-hari juga sebagai petani, yang ketika diwawancara tentang bentuk bimbingan keluarganya dalam membimbing anaknya melaksanakan puasa wajib, ia memberi gambaran, yaitu : “ Ulun biasanya yang manggarak anak-anak ulun basahur, tarutama si dayat tu ngalih banar dibanguni sampai pernah ulun manampungasi inya, iya am tatap juwa inya taguring dihadapan makanannya. Jadi mamanya am yang mauyuni supaya makan sadikit barang asal makan supaya kuat puasa. (Saya yang biasa membanguni agar makan sahur, terutama si Dayat itu susah benar kalu dibangunkan untuk sahur sampai pernah saya cuci mukanya dengan air supaya hilang kantuknya, ternyata tetap saja ia ketiduran di depan makanannya. Jadi ibunya lah yang membujuk ia supaya makan sahur biarpun sedikit agar kuat berpuasa pada esok harinya)77 Dari pernyataan AM di atas dapat diketahui bahwa ia ikut aktif mengajak anak-anaknya untuk melaksanakan puasa di mulai dari aktivitas makan sahur pada waktu dini hari. Dalam pelaksanaannya tentunya tidak lepas dari peran ibu si anak atau istrinya dalam membujuk agar anak mereka mau berpuasa semampunya. Berdasarkan observasi penulis melihat bapak AM sedang dudukduduk di kursi depan rumahnya sambil memegang buku yasin kecil dan terlihat beliau sangat tenang dan santai menjalani puasa bersama keluarganya. Menurut peneliti bahwa ia terlihat begitu agamis karena pelaksanaan ibadah sudah dibiasakan dalam keluarganya. 78 Ketika peneliti menanyakan keberadaan anaknya Hidayat (8 tahun) beliau AM langsung 77
Wawancara dengan keluarga MW hari Jumat 10 Agustus 2012
78
Observasi hari Jumat 10 Agustus 2012
64
mencari dan memanggil anaknya itu. Setelah datang peneliti menanyakan tentang bagaimana sikap orangtuanya dalam membimbing ia berpuasa : “ Ulun bapuasa ai, cuma kauyuhan jadi kulir banar sahurnya, ngantuk.!”79 Berdasarkan hasil keterangan dari Hidayat anak AM di atas ternyata keluarga meraka memang biasa mengajak dan memberi perhatian terhadap anak mereka yang masih berusia SD untuk melaksanakan puasa dengan segala kondisi semampunya. l.
MS MS adalah seorang buruh bangunan serabutan, yang mempunyai anak bernama Puput (8 tahun), ia memberi penjelasan dalam membimbing anaknya berpuasa wajib, sebagai berikut : “ Aku manyuhu anakku ih Puput bapuasa. Tapi aku bagawi huang dipah, dia ulih aku mangawasi penuh, maka indu ih jenyuhuku mengawasinya, mangat iyei bapuasa setangah andau barang” (Aku memerintahkan berpuasa, tetapi karena aku bekerja di seberang jadi aku tidak bisa mengawasinya secara penuh. Oleh sebab itu ibunya yang aku suruh mengawasi agar dia berpuasa walau setengah hari saja asal mau berpuasa)80 Berdasarkan pernyataan dari Bapak MS di atas dapat diketahui bahwa ia meskipun sibuk tapi tetap memberikan bimbingan dengan mengajak anaknya berpuasa wajib. Hal tersebut sebenarnya
cocok
sebagai orangtua yang memberikan contoh yang tepat. Ketika peneliti menanyakan langsung pernyataan ayahnya MS, Puput (8 tahun) menjawab :
79
Wawancara dengan anak AM hari Jumat 10 Agustus 2012
80
Wawancara dengan bapak MS hari Minggu tanggal 12 Agustus 2012
65
“ iyoh bujur ih bapak kadang bagawi huang dipah di seberang, induku ih je menyuhu aku bapuasa” (iya benar saja bahwa bapak kadang bekerja di seberang, mamakulah yang memberi bimbingan akau berpuasa)81 Berdasarkan wawancara dan observasi menunjukkan bahwa dari 12 keluarga yang mempunyai anak usia SD, mereka ada yang benar-benar melakukan bimbingan dengan mengajak, menuntun dan memberi motivasi anak mereka dalam melaksanakan puasa wajib, yang pada kenyataannya mereka lebih cenderung tidak memaksakan anak-anaknya berpuasa dalam artian sesuai dengan kemampuan. Bahkan ada juga anak yang memiliki kesadaran sendiri untuk berpuasa. Semua itu terjadi dan berjalan dengan lancar dikarenakan pelaksanaan ibadah puasa di lingkungan rumah mereka sudah dilatih atau dibiasakan hidup dalam suasana yang agamais. 2. Kendala-kendala yang dihadapi orangtua dalam membimbing puasa wajib terhadap anak usia SD di RT. 10 desa Samba Danum Kabupaten Katingan. Memberi bimbingan terhadap
anak yang berusia SD dalam
melaksanakan puasa wajib mungkin menemukan kesulitan-kesulitan berupa halhal yang menjadi penghambat atau kendala dalam melakukannya apakah faktor itu berasal dari dalam maupun dari luar diri orangtua yang membimbing anak dan bagaimana cara mengatasi masalah-masalah yang menjadi kesulitan itu dicarikan solusinya. Mengenai itu penulis melanjutkan mewawancara ke 12 keluarga yang memiliki anak usia SD tersebut, berikut datanya :
81
Wawancara dengan anak bapak MS hari Minggu tanggal 12 Agustus 2012
66
a. RG Hambatan
atau
kendala
yang
dihadapi
oleh keluarga
RG
dalam membimbing melaksanakan puasa wajib berupa kesulitan yang dihadapi dapat digambarkan dari pernyataan mereka sebagai berikut : “Kadang-kadang cerewet, baesek tarus, entahi kah hindai babuka tuh jete maka jete je esek ih. Kadang aku rese mahining ih, nenga aku nasehat akae ‘ bahwa puasa tuh puna ampi dia kuman dia mihup… jadi itah puasa tuh harus sabar, apabila iye dia tahan, indu ih dia tega nampayah iye langsung nyuhu iye babuka, kuan indu” (Kadang-kadang cerewet tanya jam melulu, lama kah lagi bukanya itu..itu terus yang ditanyakannya. Jadi kadang saya sedikit kesal, jadi diberi nasehat ‘namanya puasa tidak makan dan minum ... jadi harus sabar, tapi kalau ia sudah merengek tidak tahan, mamanya yang tidak tega, ya.. buka ja sana, jar mamanya.!)82 Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa kendala yang dihadapi keluarga RG dalam mengajak anaknya melaksanakan puasa wajib adalah perasaan berat dan lelah secara fisik dan psikis si anak sehingga puasa terasa lama. Akan tetapi, mereka tidak memaksakan harus penuh seharian maka oleh sebab itu diperbolehkan berbuka saja. b. YT. Kesulitan yang dihadapi keluarga YT adalah dapat digambarkan dari pernyataan mereka berikut ini : “ Regu, amun impisik dia maku bahali impisik ih, tapi ikie kadangkadang dia tega nampayah ih bapuasa sehingga ikie dia impisik iye kuman sahur. Tapi amun jadi puasa ikie biaran ih sampai kueh iye tahan.” (Regu, kalau dibangunkan tidak sulit untuk puasa, tapi kami yang kadang tidak tega melihat dia puasa sehingga tidak kami banguni sahur. Tapi kalau sudah puasa dibiarkan saja sampai dimana ia kuat menahan puasanya.)83 82
Wawancara hari Minggu tanggal 22 Juli 2012
83
Wawancara hari Selasa tanggal 24 Juli 2012
67
Berdasarkan wawancara di atas bahwa keluarga YT tidak mengalami masalah dalam mengajak anaknya berpuasa terutama saat dibangunkan sahur. Akan tetapi, orangtuanyalah yang merasa berat mengajak anaknya berpuasa karena merasa kasihan. Oleh sebab itu mereka tidak memaksakan anaknya berpuasa. c. MM Kendala yang dihadapi keluarga MM dalam membimbing anak mereka melaksanakan puasa wajib adalah, : “kadada masalah pang, dalam mambawa i bapuasa, anakku badua itu. Tapi itu tadi pang kadang kauyuhan bamainan lawan kawannya lalu kahausan. Jadi jar mamanya di rumah haja guringan.”84 (tidak ada masalah dalam mengajak berpuasa anakku berdua itu, tapi kadang karena kecapeaan bermain dengan kawannya akhirnya kehausan. Jadi ibunya menasehati agar tiduran saja di rumah.) Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa keluarga MM mengalami sedikit kesulitan ketika anak mereka meminta berbuka sebab kecapean bermain dengan kawan-kawannya. Namun mereka menyikapinya dengan menyuruh anaknya beristirahat saja. d. HK. HK yang memiliki anak bernama M. Nanda (7 tahun) menerangkan yakni : “ iye bahali impisik sahur awe iye pahalau bangang handau. Amun bahali impisik nyuhu iye batiruh sungsung dan dia usah umba salat tarawih, supaya iye impisik sahur dan bapuasa.” (dia sulit dibangunkan untuk saur karena kelelahan waktu siang harinya, maka supaya mudah dibangunkan kami suruh dia tidur lebih
84
Wawancara hari Kamis tanggal 26 Juli 2012
68
cepat dan tidak usah ikut salat tarawih, supaya bisa bangun saur dan berpuasa.)85 Dari pernyataan keluarga HK di atas dapat diketahui bahwa mereka kesulitan dalam membangunkan anak mereka untuk makan sahur bersama. Sebab jika tidak dibangunkan sahur, maka anaknya tidak akan puasa. Oleh sebab itu, mereka mengatasinya dengan menidurkan lebih cepat agar dapat bangun waktu sahur dengan tidak merasa berat. e. GY. Dalam wawancara yang diwakili oleh istrinya TTD, menyatakan : “ Oleh jadi tabiasa bapuasa helu, jadi anak ikie tuh tahan bapuasa. Cuma bahali apabila mampisik waktu sahur, iye dia belai kuman, pabila impakasak bari sanga iye maku kuman walaupun isut.” (karena sudah terbiasa puasa pada tahun-tahun sebelumnya, jadi anak kami kuat berpuasa. Cuma agak sulit saja bila di ajak sahur, dia tidak mau makan, tapi bila dimasak nasi goreng dia mau makan meskipun sedikit.)86 Berdasarkan wawancara di atas nampak anak mereka sudah mampu berpuasa karena sudah dibiasakan sebelumnya. Tapi mengalami kendala yaitu saat sahur tidak memiliki selera makan. Akan tetapi hal itu dapat diselesaikan dengan dimasakkan makanan kesukaannya. f. UD Keluarga UD saat diwawancara oleh penulis, memberi penjelasan sebagai berikut : “ Ulun jarang ada di rumah, tapi mamanya Nita mamadahi lawan ulun bahwa Nita kada ngalih dibawai bapuasa asalkan dibanguni waktu saurnya”
85
86
Wawancara hari Sabtu tanggal 28 Juli 2012 Wawancara hari Senin tanggal 30 Juli 2012
69
(saya jarang ada di rumah, akan tetapi ibunya Nita memberitahukan kepadaku bahwa si Nita tidak sulit untuk berpuasa asalkan dibangunkan waktu sahurnya) 87
Dari pernyataan singkat di atas dapat diketahui bahwa keluarga UD di samping kesibukannya mencari nafkah untuk keluarga masih memberi perhatian dengan mengajak anak mereka berpuasa dengan saling memberi dukungan dari kedua orangtua. Ketika Peneliti menanyakan kepada istri bapak UD, beliau menjawab : “ Memang abahnya sering kada umpat saur, tapi ulun yang paling tahu biasanya anak ulun susah makannya ja kada salera ujarnya, tapi mau ja inya puasa. Makanya ulun maulahan mie bakuhop lawan hintalu bajarang hanyar inya mau makan. (memang bapak sering tidak ikut sahur, tapi saya yang paling mengetahui dengan anak saya yakni susah diajak makan sahur padahal ia mau saja berpuasa, supaya ia mau makan maka saya rebuskan mie dan telor barulah ia mau makan dan berpuasa esoknya”88 Dari penjelasan istri dari bapak UD di atas menerangkan bahwa ibunyalah yang biasa membangunkan anak mereka tanpa sepengetahuan dari beliau sebagai bukti perhatian terhadap perintah agama untuk berpuasa walau dalam keadaan bagaimanapun juga harus dilaksanakan semampunya. g. SY SY adalah orang keturunan suku Banjar yang merantau di desa Samba Danum sebagai pedagang, menjelaskan sebagai berikut : “ inya puasa kadang kahandaknya surangan, bila mau pasti minta dibanguni sahur, tapi bila kada jarnya, biar digarak tatap kada mau sahur dan puasa. Jadi kami biarakan ai asal ada ha puasa.”89 87
Wawancara hari Rabu 01 Agustus 2012
88
Wawancara hari Senin tanggal 30 Juli 2012 Wawancara hari Jumat 03 Juli 2012
89
70
( ia puasa kadang kehendaknya sendiri, bila mau pasti dia meminta dibangunkan untuk sahur, tapi bila ia tidak mau, biar diajak bangun untuk sahur dan berpuasa, tetap saja tidak mau)
Pernyataan dari keluarga SY di atas dapat diketahui bahwa minat dan motivasi anaknya berpuasa sudah tumbuh, hanya perlu semangat dan sedikit ketegasan saja dari mereka. h. YK. Waktu diwawancara diwakili oleh EH, dia menyatakan : “ si Ashari te, je bahali impisik akan sahur, sedangkan andi ih maku i misik tapi dia maku bapuasa. oleh sebab itu, ikie ma ucuk iye biar kuman sahur isut beh.” (si Ashari itu nah, yang sulit dibangunkan untuk sahur, sedangkan adiknya tidak, tapi enggan berpuasa. Oleh sebab itu, biasa kubujuk untuk bangun makan sahur sedikit saja) 90
Dari pernyataan istri JN di atas dapat diketahui bahwa salah satu anaknya sulit dibangunkan tidur untuk sahur, sedangkan salah satunya mudah dibangunkan tetapi tidak mau berpuasa, maka oleh sebab itu, EH memberi semangat anaknya agar mau berpuasa walau pun dengan hanya makan sedikit sampai setengah hari juga tidak jadi soal. i. ML. ML memberi jawaban sebagai berikut : “ je bahali te anak ikie Imansyah te bahali impisik akan sahur. Sebab amun dia sahur pasti iye dia handak puasa. Biasa ih amun iye mau misik manyapu bau dengan danum maka iye langsung bangun, tapi iye tetap bakulas.” (kesulitan kami itu Imansyah sulit dibangunkan tidur untuk sahur. Sebab kalau tidak sahur pasti ia tidak mau puasa. Biasanya supaya
90
Wawancara hari Minggu 05 Agustus 2012
71
mau bangun itu saya usapi mukanya dengan sedikit air langsung bangunlah ia. Tapi tetap malas malasan.)91 Berdasarkan pernyataan di atas bahwa keluarga ML juga mengalami kesulitan serupa dengan keluarga yang lain sebelumnya yaitu susah kalu dibangunkan untuk makan sahur. Sedangkan itu sangat menentukan puasa tidaknya anak pada esok harinya. Namun, mereka tetap bersabar agar anaknya mau berpuasa. j. MT. MT mengatakan bahwa : “ amun anakku tuh dia uyuh aku impisik iye sahur, awi iye bakahandak bangun kabuat, awi iye kuat bapuasa. nyelo male gin, dua puluh hanya iye duan bapuasa.” (kalau anakku ini tidak sulit dibangunkan untuk sahur, ia sendiri yang meminta dibangunkan, dan ia pun kuat berpuasa. Tahun tadi ja, ia 28 hari berpuasa.)92
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa keluarga MT tidak mengalami kesulitan mengajak anak mereka berpuasa, karena anak mereka mempunyai motivasi yang sudah timbul dalam dirinya sebab ia hidup dilingkungan yang agamis dimana ayah dan ibunya sudah memberikan contoh dan keteladanan dalam berpuasa. k. AM. MW mempunyai anak bernama Hidayat (8 tahun) ia menegaskan bahwa :
91
Wawancara hari Selasa 07 Agustus 2012
92
Wawancara hari Kamis 09 Agustus 2012
72
“si Dayat sabanarnya kuat ja bapuasa tatapi ngalih dibanguni saurnya sampai sarik-sarik aku lawan inya, handak umpat bapuasa tapi kulir bangun saur lawan makannya.” (si Dayat sebenarnya ia kuat berpuasa tetapi sulitnya bila dibangunkan untuk sahur sampai pernah aku marah-marah dengan dia, mau ikut berpuasa tapi susah untuk bangun sahur dan makannya)93
Berdasarkan wawancara singkat di atas menunjukkan bahwa keluarga AM begitu memperhatikan anak-anak mereka melaksanakan puasanya, hal ini dipertegas lagi oleh pernyataan istri Pak AM yaitu : “ Iya, kadang ayahnya dayat tidak sabaran dengan anak, jadi sayalah yang membujuk ia agar makan sahur meskipun sedikit. Yaitu susah dibanguni, kalau sudah bangun, ya tidur lagi bahkan di samping makan yang disiapkan.” 94 Berdasarkan wawancara di atas bahwa ternyata juga mengalami permasalahan yang biasa dihadapi orangtua yang lainnya yakni kesulitan membiasakan bangun sahur sedang anaknya sedang asik-asiknya tidur. l. MS MS juga memberikan penjelasan yang serupa dengan AM yaitu : “ tapi anakku Puput inyuhuku bapuasa tarus, ela sampai Nihau. Amun ada masalah puasa, indu ih je ketawa. oleh aku jarang sihuma. Kuan sawangkuh iyei bahali mamisik saur dan bahali kuman” ( tetapi anakku Puput itu aku haruskan berpuasa. Jadi, jika ada masalah puasa anakku ini mamanya yang lebih tahu. Karena aku jarang ada di rumah. Ujar istriku ia susah dibangukan untuk sahur dan susah juga makannya)95
93
Wawancara hari Jum’at 10 Agustus 2012
94
Wawancara hari Jum’at 10 Agustus 2012
95
Wawancara hari Minggu 12 Agustus 2012
73
Memang dari penjelasan dari keluarga MS di atas, mereka sama halnya dengan AM. Akan tetapi MS cukup memberi perhatian terhadap anaknya dengan mengharuskan anaknya berpuasa. Selanjutnya istrinya menambahkan : “ Puput disuruh oleh bapaknya berpuasa, jadi akulah yang mengawasinya, ya namanya anak-anak sering tidak tahan puasa dan susah dibanguni sahurnya karena kecapean bermain pada siang harinya”96 Dari penjelasan di atas bahwa ibunya Puput atau istri bapak MS yang berperan dalam mengajak dan mengawasi anaknya berpuasa walaupun mengalami sedikit kendala berupa keluhan dari anaknya yang mau berbuka puasa kartena tidak tahan dan ketika sahur pun kendala yang dihadapi adalah susah dibanguni karena masih mengantuk. C. Analisis Data. Dalam pembahasan sebelumnya telah di paparkan bahwa yang dimaksud dengan puasa adalah suatu
ibadah kepada Allah yang mengutamakan
kebersihan diri dan jiwa dalam bentuk menahan diri dari tidak makan dan minum serta hal-hal yang merusak dan membatalkan dari terbit pajar hingga terbenam matahari yang diwajibkan bagi orang Islam yang telah memenuhi syarat seperti telah baligh atau dewasa. Apabila seorang muslim telah memenuhi syarat untuk melaksanakan kewajiban puasa, maka tidak boleh tidak ia harus mengerjakanya karena akan berdosa bila meninggalkannya. Meskipun begitu, ibadah apapun juga hendaknya sudah diajarkan atau dibiasakan sejak kecil agar ketika sampai waktu kewajiban itu wajib dikerjakan, ia tidak akan
96
Wawancara hari Minggu 12 Agustus 2012
74
canggung lagi dan terbebani sebab sudah terbiasa, seperti halnya salat dan puasa. Sejak dini, anak hendaknya sudah mulai dibiasakan untuk mempelajari ajaran agama. Dalam hal ini diperlukan bimbingan keluarga. Keluarga yang dimaksud di sini adalah orangtua. Orangtualah yang berkewajiban mendidik dan membimbing anak-anaknya untuk melaksanakan ajaran agama baik itu sunnah maupun yang diwajibkan seperti mengerjakan ibadah puasa Ramadan. Bimbingan yang dimaksud di sini adalah berbentuk memberikan perhatian, pengarahan, dan tuntunan baik secara jahir maupun batin dengan menjauhi hal-hal yang merusak dan yang membatalkan puasa kepada anak-anak yang masih usia Sekolah Dasar (SD). Dimana
pun
berada
orangtua
muslim
tetap
berkewajiban
membimbing dengan memberikan tuntunan dan arahan kepada anaknya untuk mengerjakan puasa sejak dini. Seperti halnya juga di desa Samba Danum Kabupaten Katingan. 1. Bimbingan puasa wajib terhadap anak usia SD dalam keluarga di RT. 10 desa Samba Danum Kabupaten Katingan. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian keluarga yang memiliki anak usia SD telah melaksanakan bimbingan dengan memberikan arahan dan tuntunan dalam mengerjakan puasa wajib, seperti mengajak anaknya ikut sahur, buka bersama, membimbing pelaksanaannya dengan memperhatikan kegiatan anaknya selama melaksanakan puasa. Hal itu karena mereka sadar akan pentingnya perintah agama untuk dilaksanakan, dan diajarkan kepada anak-anak
75
mereka serta para orangtua mengerti apa akibatnya jika anak-anaknya tidak dibiasakan berpuasa sejak usia SD yang jelas susah atau mengalami kesulitan memberi bimbingan jika sudah dewasa yang tidak terbiasa berpuasa. Oleh sebab itulah para orangtua mengajak, menuntun, melatih dengan membiasakan berpuasa sejak kecil yang tentunya harus dikuatkan dengan keteladanan dari mereka sendiri. Selain itu, proses pembimbingan melaksanakan puasa tidaklah dilakukan oleh kepala keluarga atau bapak saja, sang ibu pun ikut berperan aktif memberi perhatian sehingga pihak bapak yang kurang memberi bimbingan dan pelajaran tentang puasa tertutupi dengan bantuan si istri atau ibu si anak yang tidak membiarkan anak mereka tidak berpuasa. Memberi bimbingan yang dilakukan orangtua dalam mengerjakan puasa tidak saja dituntut mampu mengajak, menuntun dan mengarahkan dalam pelaksanaan puasa wajib, tetapi harus diimbangi dengan memberikan keteladanan yang baik kepada anak-anak mereka. Sebab bimbingan tanpa contoh mengerjakannya maka bimbingan itu dirasakan akan kurang bermakna dan membekas dalam diri si anak. Pada kenyataan lain, memberikan hadiah berupa uang jajan tambahan atau lainnya sebagai bentuk memberi penghargaan dan meningkatkan motivasi agar anak mengulangi puasanya tidaklah salah, akan tetapi harus ditanamkan bahwa ibadah puasa bukan untuk mendapatkan hadiah tetapi ibadah keikhlasan kepada Allah.
Selain memberikan penghargaan berupa
hadiah alangkah baiknya penghargaan juga berbentuk pujian kata-kata yang tulus dari keluarganya terhadap anak yang mampu melaksanakan
76
puasa dengan cukup baik. Hal itu akan berdampak positif terhadap jiwanya agar terdorong melakukan lagi tanpa imbalan apapun. Selain itu melaksanakan bimbingan terhadap anak usia SD sebaiknya secara bertahap tanpa harus dipaksakan harus bisa puasa seharian penuh, bisa setengah hari dulu dengan tetap diberi pengertian dan diawasi pelaksanaannya. Akan tetapi jika dipaksakan maka akan berdampak negatif terhadap dirinya yakni merasa terpaksa dan merasa berat melaksanakan puasa secara fisik maupun psikisnya. Oleh sebab itu, orangtua yang mempunyai anak usia SD harus pandai-pandai menyikapi situasi dan kondisi anak mereka dalam mengerjakan puasa wajib ini. Pelaksanaan bimbingan puasa wajib ini dapatlah kita ambil keteladanan dari para sahabat Rasululah Saw. Diceritakan oleh Rubaiyi binti Muawwidzi bin ‘Afri’
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim, bahwa Rasulullah bersabda :
ًﺻﺒ َْﺢ َﻣ ُﻔْﻄِﺮا َﺻﺒَْﺢ َﺻﺎَ ءﻣِ ًﺎ ﻓﻴـَُﻠْﺘِﻢﱠﺻﻮَ ْﻣ َﻪُو َﻣ َﻦ ْ ﻛَ ﺎنَ أ َﻣ َﻦ ْ ﻛَﺎ نَ أ ﺻِﻴَْﺎ ﻧـَﻨَ ﺎ ﻚَ و َﺗُﺼ َمﻮﱢُ ﺒـ ، ِﻓﻴـََﻠْﺼﻢُ ْ ﺑ َﻘِ ﻴﱠﺔَﻳـﻮَ ْ ﻣِﻪِ ﻓَﻜُﻨﺎﱠﻧَﺼﻮُﻣْ ﻪُ ُﺑـ َﻌ ْﺪَ ذَﻟ َ ﳍَُ ُ ﻠاﻟُّﻌﺒ َْﺖ اﻟﺼﱢﻐَر َ ﻣِﻨﻬـْﻢُ ْو َﻧَﺬْﻫَﺐ ُﱃإِ َ ﻤاﻟَْﺴ ْﺠ ِﺪِ ﻓـَﻨَﺠﻌْﻞَ ُ ﻢ ﺎ ُ ﻣِ َ اﻟّﻌﻄَﺎ مِ أَﻋْ ﻴـﻄَْﺎﻨَ ه ُ أ ِ ﻳﺎﱠه ﻫُ ْ ﻦ ﻦﻣِ َ اﻟْﻌِﻬ ْ ﻦِ ﻓَاﺈِذَ ﺑ َ ﻜَﺎﺣأََﺪُ ﻢ {ﺣ َﱴﱠﻳ َ ﻮﻜُْ نَ ﻋِﻨْﺪَاﻻْ ِ ﻓْﻄَﺎرِ }رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري وﻣﺴﻠﻢ
77
Artinya : “ Barang siapa yang telah berpuasa dari pagi hari, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya, dan barang siapa yang dari pagi hari telah berbuka, maka hendaklah ia mempuasakan hari yang masih tinggal” maka semenjak itu kami pun berpuasalah dan kami suruh anak-anak kami yang masih kecil berpuasa, dan kami bawa mereka ke mesjid lalu kami buatkan mereka permainan dari bulu, jika ada di antara mereka yang menangis minta makan, kami berikanlah alat permainan tadi. Demikianlah berlangsung sampai dekat waktu berbuka.(HR Bukhari dan Muslim) 97 Hadis di atas memberi penjelasan kepada orangtua yang memiliki anak terutama yang berusia SD agar membiasakan dengan menyuruh, mengajak, dan menuntun mereka berpuasa wajib dengan memotivasi dan memberi penghargaan berupa pujian serta hiburan agar si anak dapat melaksanakan puasanya dengan baik dan tentunya harus dilengkapi pula keteladanan dari orangtua dalam menjalankan puasa wajib tersebut dan terus dibiasakan secara berkelanjutan sehingga terlatih dan tidak merasa beban dan berat melaksanakan perintah agama. 2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam bimbingan melaksanakan puasa wajib terhadap anak usia SD dalam keluarga di RT. 10 desa Samba Danum Kabupaten Katingan. Melaksanakan bimbingan puasa wajib terhadap anak usia SD tentunya menemui kesulitan atau permasalahan berupa kendala-kendala yang dihadapi secara normal terjadi pada setiap orangtua yang melaksanakan bimbingan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa kendala yang terbanyak dihadapi dalam mengajak,
97
Imam Al-Mundziri, Penerjemah : Achmad Zaidun, Shahih Muslim, Jakarta Pustaka Amani, 2003, hadis no. 1960, hal. 342
78
menuntun anak melaksanakan puasa adalah susah dibangunkan untuk makan sahur, padahal itu adalah kunci anak mau dan mampu berpuasa esok harinya. Sebab jarang anak mampu puasa tanpa sahur terlebih dahulu.
Menyikapi hal itu orangtua harus bijaksana dengan tidak
memaksakan anaknya, dan tidak juga harus membiarkan tetapi diberi nasehat apa keuntungan berpuasa dan kerugian bila tidak puasa. Selain itu, selaku orangtua harus memberikan contoh teladan dalam artian mengajak anak melaksanakan puasa, ia pun harus puasa, tidak hanya memerintahkan berpuasa. Pada kenyataan lain ditemukan anak yang mempunyai kemauan sendiri untuk berpuasa dan itu tumbuh dari dalam dirinya sendiri. Hal itu dikarenakan dia hidup di lingkungan dan situasi yang agamis dalam keluarga sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Menyikapi hal positif ini keluarga terutama ayah dan ibu atau orangtua harusnya memberi dorongan baik berupa semangat dan penghargaan yang sepantasnya, dengan begitu si anak akan terdorong untuk melakukan perbuatan itu lagi, yakni berpuasa dengan lebih giat dan bersemangat. Akan tetapi, bila menemukan kesulitan dalam mengajak dan menuntun anak melakukan puasa baik yang datangnya dari dalam dirinya maupun yang datang dari lingkungan pergaulannya, orangtua harus pandai menyikapinya tidak harus dengan kekerasan tapi dengan lemah lembut tapi tegas. Namun bila kesulitan dalam membimbing ini datang dari diri orangtua itu sendiri, maka mereka harus dapat menyesuaikan dengan keadaan dan dapat memberikan perkataan dan perbuatan yang tepat dihadapan anak-anak
79
mereka. Seperti tidak hanya memerintahkan puasa kepada anaknya tapi dia sendiri harus berpuasa meskipun dengan susah payah dan tidak terbiasa. Tapi jika tidak, maka perintah melaksanakan puasa tidak akan membekas dalam hati si anak dan tidak bermakna sama sekali. Sebab pepatah mengatakan bahwa “bagaimana mungkin bayangan akan tegak jika kayunya bengkok”. Jadi antara perkataan dan perbuatan orangtua harus selaras.
80
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang bimbingan melaksanakan puasa terhadap anak usia SD dalam keluarga di RT. 10 desa Samba Danum Kabupaten Katingan, dapat penulis simpulkan sebagai berikut : 1. Bentuk bimbingan melaksanakan puasa wajib terhadap anak usia SD dalam keluarga di RT. 10 desa Samba Danum Kabupaten Katingan dari 12 Kepala Keluarga yaitu RG, YT, MM, HK, GY, UD, SY, YK (EH), ML, MT, AM, dan MS adalah : mereka telah melaksanakan bimbingan seperti menyuruh, mengajak, dan menuntun berpuasa dengan tidak memaksakan harus seharian penuh tetapi secara bertahap setengah hari dulu asalkan mau berpuasa. Sebagian lain tidak menemukan kesulitan yang berarti dalam memberi bimbingan karena sudah dibiasakan dari kecil sehingga tinggal pengawasan dan motivasi saja. Sebagian orangtua lainnya mengajak tapi tidak memaksakan anaknya berpuasa wajib karena dianggap masih kecil. Bahkan ada juga keluarga yang ibunya saja yang aktif membimbing. 2. Kendala-kendala yang dihadapi orangtua dalam membimbing puasa wajib terhadap anak usia SD di RT. 10 desa Samba Danum Kabupaten Katingan dari 12 Kepala Keluarga yaitu : sebagian besar kendala yang biasa dihadapi mereka seperti cerewet dan minta buka karena tidak tahan lapar dan haus. Sebagian lagi kesulitan membangunkan waktu sahur, dan diajak makan sahur. Sebagian orangtua yang lain tidak menemui kendala apapun dalam mengajak dan menuntun anaknya berpuasa wajib karena sudah dibiasakan.
80
81
B. Saran-saran 1. Kepada orangtua yang memiliki anak usia SD agar selalu mengajak, dan menuntun anaknya melaksanakan puasa wajib karena perintah puasa bulan Ramadan adalah kewajiban yang diperintahkan Allah yang harus dibiasakan sejak kecil. 2. Kepada orangtua yang memiliki anak usia SD agar memberikan motivasi kepada anaknya supaya timbul minat dalam dirinya untuk mengerjakan puasa wajib tanpa paksaan atau terpaksa, selain itu diharapkan menciptakan lingkungan yang agamis dan memberikan penghargaan serta menyemangati sehingga akan menambah motivasi anak dalam melaksanakan ajaran agama. 3. Kepada orangtua yang memiliki anak usia SD agar menciptakan kenyamanan dalam lingkungan keluarga sehingga anak lebih mudah dalam menjalankan ajaran agama terutama puasa wajib
akhirnya
kesulitan atau kendala-kendala yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik. 4. Kepada orangtua yang memiliki anak usia SD agar menjadi suri tauladan terhadap anak-anaknya terutama dalam melaksanakan atau menjalankan puasa wajib.