BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sastra Bali Modern dari waktu ke waktu menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam bentuk puisi, cerita pendek, maupun novel. Pada saat yang sama juga telah lahir pengarang-pengarang baru dengan karya-karya yang diterbitkan baik di media masa, surat kabar, maupun dalam bentuk buku. Genre novel yang paling sulit berkembang, belakangan ini juga semakin banyak yang terbit, jauh melampaui jumlah novel Bali modern yang terbit sebelum perang kemerdekaan yaitu hanya dua buah. Ada dua pengarang novel yang cukup produktif yaitu Jelantik Santha dan I Made Sugianto. Jelantik Santha antara lain mengarang novel Tresnane Lebur Ajur Satonden Kembang, Sembalun Rinjani, Suryak Suwung Mangmung, Benang-Benang Samben, sedangkan I Made Sugianto antara lain mengarang novel Sentana mendapat Hadiah Sastra Rancage tahun 2012, Sing Jodoh tahun 2013, Sentana Cucu Marep tahun 2014, dan yang terakhir adalah novel Ratna Tribanowati pada tahun 2014. Salah satu novel karya I Made Sugianto yang diteliti adalah novel Ratna Tribanowati. Novel ini menonjolkan peran seorang tokoh wanita yang bernama Men Giro, yang dilukiskan sebagai seorang wanita penyihir. Gambaran tentang adanya tokoh penyihir biasanya ditemukan dalam sastra-sastra Bali tradisional, seperti dalam cerita Calon Arang yang sudah sangat terkenal, geguritan Basur, geguritan Dukuh 1
Suladri, geguritan Wayan Umbaran, dan sebagainya. Tokoh penyihir yang dimaksudkan di sini adalah tokoh yang memiliki kekuatan magis yang sering digunakan untuk mencelakai orang lain. Dalam sastra Bali modern pun gambaran tentang tokoh penyihir juga ditemukan, seperti terlihat di dalam novel Tribanowati karya I Made Sugianto. Novel Ratna Tribanowati ini memang mengingatkan kita pada cerita Calon Arang yang memiliki nuansa magis yang sangat kuat, yang sudah dikenal luas sebelumnya oleh masyarakat Bali. Ada banyak kemiripan antara novel Tribanowati dengan cerita Calon Arang, terutama bila dilihat dari tema, tokoh maupun alur cerita. Agaknya I Made Sugianto sangat terinspirasi oleh cerita Calon Arang dalam menulis novelnya ini. Dihadirkannya tokoh wanita yang digambarkan sebagai seorang penyihir dalam Sastra Bali Modern merupakan hal yang menarik untuk diteliti dari kritik sastra feminis, yaitu sejauh manakah ideologi patriarkhi telah mempengaruhi penciptaan karya sastra Bali dan bagaimanakah citra wanita digambarkan dalam novel karya I Made Sugianto ini. Karya sastra merupakan salah satu cara menumpahkan beragam gambaran kehidupan manusia di masyarakat. Salah satu masalah yang sering muncul dalam karya sastra adalah subordinasi perempuan. Perempuan dikondisikan dalam posisi yang lebih rendah (inferior) dari laki-laki. Dalam karya sastra Bali modern wanita sering dicitrakan sebagai wanita yang patuh pada laki-laki, wanita sebagai ibu yang mengerjakan tugas-tugas domestik, wanita yang menderita, dan juga wanita sebagai 2
“objek sex”. Kesetiaan atau kepatuhan seorang perempuan kepada laki-laki sering menjadi tema dalam karya sastra Bali modern. Bila disimak lebih mendalam, citra yang demikian itu tidak terlepas dari pandangan budaya masyarakat patriarkhal, yang lebih mengutamakan laki-laki. Karena kesetiaan wanita dalam hal itu dilihat terutama dalam hubungannya dengan laki-laki. Pandangan dan tema yang demikian itu justru dengan sadar maupun tidak telah digunakan untuk mengeksploitasi wanita oleh masyarakat, untuk semakin mengukuhkan kemapanan dan dominasi laki-laki atas wanita (dalam Windhu Sancaya 1996). Penampilan citra-citra wanita seperti itu di dalam sastra apapun oleh kaum feminis dipandang sebagai merendahkan wanita, karena mengandung nilai-nilai yang mengeksploitasi wanita. Wanita tidak ditampilkan sederajat dengan laki-laki. Karya sastra yang demikian dianggap mengandung ideologi gender dan ideologi patriarkhi, yang makin mengukuhkan dominasi laki-laki dalam system kemasyarakatan maupun kebudayaan. Jadi karya-karya sastra seperti itulah yang antara lain menjadi sasaran kritik sastra feminis. Istilah feminisme pada dasarnya mengandung makna sebagai suatu gagasan, nilai-nilai yang bertolak dari suatu kesadaran bahwa ada ketidakadilan terhadap wanita, salah satunya ketidakadilan dari budaya patriarkhi. Feminis merupakan suatu gerakan dalam rangka mengakhiri penindasan kaum wanita dari ketidakadilan gender. Feminisme sebagai sebuah teori kritik sastra pada dasarnya juga merupakan sebuah nilai yang mencoba menganalisis karya sastra dari pandangan nilai-nilai feminisme,
3
yaitu menentukan sampai seberapa jauhkah ideologi yang berbau seks mengontrol suatu teks (Newton, 1994:190). Hal yang berbeda dikisahkan dalam novel Ratna Tribanowati karya I Made Sugianto. Perbedaan itu terlihat pada kekuatan yang ada pada tokoh utama Men Giro (ibu dari Ratna Tribanowati). Tokoh utama ini tidak seperti tokoh utama lainnya.yang kekuatannya memperjuangkan hak perempuan tetapi penggambaran tokoh yang mempunyai kekuatan dalam hal meneluh orang dan tidak terkalahkan oleh laki-laki. Meski demikian, novel ini tidak hanya menghadirkan tokoh wanita penyihir. Ada wanita dalam novel ini yang mempunyai karakter yang berbeda. Sang ibu Men Giro digambarkan sebagai tokoh sakti mandraguna dalam ilmu hitam yang tidak terkalahkan, sedangkan Ratna Tribanowati sebagai sosok yang cantik, lemah lembut yang tidak suka dengan ilmu sihir. Meskipun demikian, penggambaran tokoh wanita dalam novel ini tidak terlepas dari pandangan dunia patriarkhis.
1.2 Rumusan Masalah Pada penelitian kali ini terdapat dua buah masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut. 1) Bagaimanakah struktur novel Ratna Tribanowati? 2) Bagaimanakah citra wanita penyihir digambarkan dalam novel Ratna Tribanowati? 3) Sejauh manakah ideologi gender mewarnai penciptaan novel Ratna Tribanowati?
4
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Keduanya diuraikan sebagai berikut.
1.3.1
Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan serta menambah
pengetahuan dan informasi dalam memahami sebuah karya sastra khususnya sastra modern berupa novel. Selain itu juga dapat meningkatkan minat baca serta meningkatkan apresiasi masyarakat Bali terhadap karya-karya sastra Bali modern yang bermanfaat bagi kehidupan di masyarakat.
1.3.2
Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk memecahkan permasalahan
yang telah dipaparkan dalam rumusan masalah, yakni : 1) Mendeskripsikan dan mengetahui struktur yang membangun novel Ratna Tribanowati. 2) Mendeskripsikan dan mengkaji citra wanita penyihir yang terdapat dalam novel Ratna Tribanowati. 3) Mendeskripsikan dan mengetahui sejauh mana ideologi gender mewarnai penciptaan novel Ratna Tribanowati.
5
1.4 Manfaat Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan tentu akan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat penelitian merupakan kegunaan yang diperoleh dari adanya suatu penelitian sehingga memiliki arti penting. Adapun manfaat penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yakni, (1) manfaat teoretis dan (2) manfaat praktis. Berikut disajikan sebagai berikut. 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai sumber untuk memberikan informasi dan pengembangan ilmu sastra dalam kaitannya dengan struktur dan citra wanita penyihir yang terkandung dalam novel Ratna Tribanowati. 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini, dapat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengetahui dan memahami citra wanita penyihir yang terkandung dalam novel ini, tanpa melewati satuan-satuan struktur yang membangunnya serta sejauh mana ideologi gender mewarnai penciptaan novel Ratna Tribanowati. Disetiap penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti tidak melupakan sastra Bali modern khususnya novel, karena novel juga hasil karangan dari pengarang Bali.
6