BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Cendana (Santalum album L) dikategorikan sebagai spesies Critically
Endangered atau terancam punah pada level kritis oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada tahun 2001. Persebaran habitat alaminya hanya terdapat di daratan China, India, Indonesia dan Filipina (Rahayu et al, 2002; Sumanto et al, 2011; Surata, 2006). Di Indonesia, habitat alami cendana (S. album L) terdapat secara sporadik di 13 Kabupaten yaitu Kupang, TTS (Timor Tengah Selatan), TTU (Timor Tengah Utara), Belu, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah, Sumba Timur, Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur, Alor, dan Solor (Fathoni dan Lebu Raya, 2010). Inventarisasi tahun 1987 menunjukkan jumlah populasi cendana (S. album L) sebanyak 544.952 pohon dan tahun 1997 diinventarisasi kembali dengan jumlah 250.940 pohon. Data tersebut menunjukkan bahwa selama 10 tahun telah terjadi penurunan populasi cendana (S. album L) sebesar 46,05% (Kusumawardani, 2010). Tabel. 1.1 Hasil inventarisasi cendana (S. album L) tahun 1987 Kabupaten Kupang TTS TTU Belu Jumlah
Jumlah Induk 10.521 80.655 42.266 43.507 176.949
Anakan 17.069 193.365 85.235 92.334 388.003
Jumlah 27.590 274.020 107.501 135.841 544.952
Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi NTT (1998)
1
Tabel 1.2 Hasil inventarisasi cendana (S. album L) tahun 1997 Kabupaten Kupang TTS TTU Belu Jumlah
Jumlah Induk Anakan 2.230 10.952 16.968 95.742 16.090 17.988 16.129 74.841 51.417 199.523
Jumlah 13.182 112.710 34.078 90.970 250.940
Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi NTT (1998)
Eksploitasi/penebangan pohon cendana (S. album L) tahun 1969/19701996/1997 diperkirakan sebanyak 246.201 batang dengan produksi kayu cendana (S. album L) sebesar 16.976.361 kg. Rinciannya sebagai berikut (Prasetyo et al, 2011): a. Tahun 1969/1970-1986/1987 sebanyak 102.885 pohon, dengan produksi kayu cendana (S. album L) sebesar 9.510.444 kg; b. Tahun 1987/1988-1996/1997 sebanyak 143.316 pohon, dengan produksi kayu cendana (S. album L) sebesar 7.465.917 kg. Saat itu cendana (S. album L) ditebang di habitat aslinya dan tidak ada upaya pembudidayaan. Pengelolaan cendana (S. album L) di NTT telah melalui beberapa rezim, diawali pada masa kerajaan kecil di NTT pada tahun 1611 sampai dengan era reformasi pada tahun 1997/1998. Terjadi pasang surut produksi cendana (S. album L) seiring dengan perkembangan wilayah Nusa Tenggara. Cendana (S. album L) merupakan komoditi yang menarik bangsa asing untuk sampai ke NTT (Raharjo et al, 2013). Pada awalnya, pengelolaan cendana (S. album L) di Timor dilakukan bersama-sama antara pemerintah Belanda dan raja-raja melalui perjanjian. Perjanjian tersebut berisi aturan bahwa seluruh cendana (S. album L) adalah milik penguasa. Jika ada pembukaan lahan untuk pertanian rakyat yang mematikan cendana (S. album L) maka akan didenda dengan kerbau, sapi atau babi. Jika mencuri cendana (S. album L) maka akan dipasung atau dikubur hidup-hidup. Jika sengaja mematikan cendana (S. album L) maka akan
2
dihukum menanam lontar sampai lontar berbuah (Widyatmika, 1986 dalam Raharjo et al, 2013). Pada awal kemerdekaan, cendana (S. album L) yang berada di hutan masyarakat,
dikelola
dan
menjadi
hak
milik
masyarakat.
Namun,
dengan
dikeluarkannya Peraturan Daerah Timor No. 4 Tahun 1953 tentang penguasaan cendana (S. album L) oleh Pemerintah daerah Timor dan Peraturan Pemerintah Nusa Tenggara Timur Nomor 16 tahun 1986 menetapkan bahwa semua cendana (S. album L) yang berada di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi hak pemerintah dan digunakan untuk meningkatkan pendapatan daerah. Pemerintah menguasai semua cendana (S. album L) yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan negara. Penanaman, pemeliharaan, perlindungan, pemungutan hasil, eksploitasi, pengangkutan dan penjualan diatur oleh pemerintah (Armini, 2011; Raharjo et al, 2013; Sumanto et al 2011). Pada tahun 1996 dikeluarkannya kebijakan pemutihan cendana (S. album L) yang menyebabkan masyarakat mencabut dan membakar setiap anakan cendana (S. album L) yang tumbuh di pekarangan mereka, dan menebang pohon cendana (S. album L) yang berada dalam kawasan hutan (Sumanto et al, 2011). Dampak dari peraturan-peraturan daerah tersebut menyebabkan masyarakat kehilangan haknya atas cendana (S. album L) sehingga pada akhirnya mengubah pandangan masyarakat terhadap cendana (S. album L) yang pada awalnya disebut sebagai kayu harum (hau meni) diganti menjadi kayu pembawa sial (hau lasi) atau kayu setan (hau nitu) (Armini, 2011; Raharjo et al, 2013; Sumanto et al, 2011). Cendana (S. album L) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang tumbuh di daerah karst dan terbanyak ditemukan di Kecamatan Biboki Selatan dan Biboki Anleu. Cendana menjadi penting untuk dibudidaya kembali pada habitat aslinya karena kayu yang berbau wangi ini digunakan sebagai bahan baku ukiran, berbagai barang kerajinan dan minyak (Sumanto, 3
2011), sebagai salah satu persembahan kepada uis neo dan uis pah. Aroma wangi cendana (S. album L) diyakini dapat mengusir roh jahat (Armini, 2011) dan dapat digunakan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Karst memiliki topografi khusus sebagai hasil pelarutan batuan-batuan yang mudah larut. Karakteristik karst ditandai dengan adanya alur dan galur, memiliki porositas batuan yang tinggi sehingga tidak mampu menampung air dalam jumlah yang banyak. Lapisan tanahnya juga tipis dan miskin hara (Heilman et al, 2009; Lu et al, 2014; Liu et al, 2012). Ekosistem karst sangat rentan terhadap gangguan. Vegetasi yang hidup dalam ekosistem ini memiliki toleransi yang tinggi akan kekeringan. Penyebab kerusakan di daerah karst karena penebangan, penggembalaan, pengembangan untuk area wisata, dan lain-lain. Aktivitas ini mengakibatkan terjadinya degradasi lingkungan yang cukup serius berupa perubahan struktur dan komposisi vegetasi di dalamnya (Fuping et al, 2007). Gangguan yang terjadi pada komunitas hutan cendana (S. album L) berupa penebangan secara besar-besaran pada tahun 1996 ini menyebabkan perubahan struktur dan komposisi vegetasi penyusunnya. Setelah tahun 1996 hingga tahun 2014 kondisi vegetasi pada hutan cendana (S. album L) perlu diketahui. Penebangan yang dilakukan oleh masyarakat dan perubahan penggunaan hutan menjadi lahan pertanian saat ini mengakibatkan perlunya kajian mengenai pengetahuan dan persepsi masyarakat akan keberadaan hutan. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena dengan mengkaji kondisi terkini vegetasi penyusun komunitas hutan cendana (S. album L) pasca 18 tahun penebangan, yang didukung dengan adanya informasi berupa persepsi masyarakat setempat akan hutan cendana (S. album L) dan hasil-hasil pertanian yang mereka peroleh saat ini, dapat menjadi informasi dasar untuk upaya rehabilitasi dan pelestarian kembali cendana (S. album L) pada 4
hutan alaminya apabila aspek biotik, fisik kimia tanah maupun aspek sosial masyarakat mendukung untuk upaya pelestarian kembali cendana (S. album L). Upaya rehabilitasi dengan penanaman kembali cendana dan vegetasi lain pada habitat asli cendana (S. album L) akan meminimalisir kerusakan pada komunitas hutan cendana. Kerusakan tersebut akan berlalu bilamana masyarakat tidak hanya memiliki persepsi yang baik akan keberadaan hutan namun memiliki tingkat partisipasi yang baik pula dalam menjaga dan mengelola hutan secara lestari dan berkelanjutan. 1.2
Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah struktur dan komposisi vegetasi penyusun komunitas hutan cendana (S. album L)? 2. Bagaimanakah kondisi fisik meliputi: tekstur tanah, suhu tanah, kelembaban tanah, suhu udara, kelembaban udara, intensitas cahaya, dan pH tanah dan kimia tanah yang meliputi: N total, P total, K total dan Kapasitas Tukar Kation pada komunitas hutan cendana (S. album L)? 3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap hutan cendana (S. album L) dan hasilhasil pertanian yang diperoleh saat ini?
5
1.3 Keaslian Penelitian Tabel 1.3 Keaslian Penelitian Tahun
Peneliti
2008
Seran, Y. N
2011
Prasetyo, B.D, dan S. A. S. Raharjo
2011
Kaho, L. M. R
Judul
Tujuan
Metode
Hasil
Struktur Vegetasi dan Produktivitas Serasah Komunitas hutan cendana (S. album L) di Oemanu Kefamenanu Kota, Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur
1. Mengetahui struktur vegetasi komunitas hutan cendana di Oemanu Kefamenanu Kota, Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur 2. Mengetahui pola hubungan vegetasi dan faktor lingkungan khususnya temperatur, kelembaban, pH tanah di komunitas hutan cendana di Oemanu Kefamenanu Kota, Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur 3. Mengetahui produktivitas serasah di komunitas hutan cendana (S. album L) di Oemanu Kefamenanu Kota, Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur
Metode plot dengan penempatan plot disepanjang garis transek
Pelestarian Cendana Secara Swadaya (S. album L) oleh Masyarakat di Desa Nansean Kabupaten Timor Tengah Utara
Memperoleh informasi tentang upaya pelestarian cendana (S. album L) secara swadaya yang dilakukan masyarakat
1. Wawancara terstruktur dengan menggunakan kuisioner 2. Wawancara mendalam 3. Studi literature
Ecological Distribution of Sandalwood at Different Altitude in Timor Tengah Selatan District, East Nusa Tenggara
Mempelajari respon populasi cendana (S. album L) dengan perbedaan kondisi biofisik
1. 2.
1. Struktur umur tegakan pohon di komunitas hutan cendana (S. album L) di Oemanu degan jumlah individu ppohon terbanyak pada kelas diameter keempat yaitu 10 cm - < 20 cm 2. Struktur umur tegakan komunitas hutan cendana Oemanu sebagian besar berbentuk huruf V terbalik yang menunjukkan struktur umur hutan yang kurang baik 3. Hasil superiompose dengan faktorfaktor lingkungan pola ordinasi tumbuhan umumnya hampir sama. Artinya faktor-faktor lingkungan yang diukur tidak berpengaruh besar terhadap pola ordinasi tumbuhan di lokasi penelitian Produktivitas serasah seluruh tegakan di komunitas hutan cendana (S. album L) Oemanu adalah sebesar 13,5 t/ha/tahun Persepsi masyarakat tentang cendana di Desa Nensean secara umum menggambarkan bahwa potensi cendana sangat besar meliputi sebaran vegetasi cendana alam, kecocokan lahan dan penguasaan teknik budidaya 1. Cendana (S. album L) dapat tumbuh pada kisaran ketinggian antara 300-1200 m dpl 2. Kondisi fisikokimia tanah sesuai untuk kehidupan cendana (S. album L) 3. Cendana (S. album L) memiliki kisaran
Metode Transek Verifikasi data primer dengan data sekunder
6
1.
2.
2013
Kurniawan, H., Soenarno, dan N. A. Prasetiyo
Kajian Beberapa Aspek Ekologi Cendana (S. album L) pada Lahan Masyarakat di Pulau Timor
Mendapatkan informasi tentang habitat, populasi dan sebaran cendana (S. album L) di lahan masyarakat
1. Wawancara dengan stakeholder terkait 2. Pengamatan langsung di lapangan untuk data pertumbuhan, biofisik dan dinamika tegakan 3. Data sekunder dari laporan perorangan dan lembaga
3.
4.
kehidupan bersama dengan spesies lain yang sangat tinggi Mayoritas cendana (S. album L) yang terdapat di Kabupaten TTS, TTU, dan Belu merupakan tingkat sapih dan semai. INP cendana (S. album L) menunjukkan bahwa dominansi tanaman cendana (S. album L) pada setiap kabupaten cukup merata. Mayoritas tanah tempat cendana (S. album L) tumbuh mengandung fraksi pasir. Analisis fisikokimia tanah menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman cendana (S. album L) baik pada pH di atas 7,5 sampai dengan 8. Tanah yang memiliki unsur N, C organik, dan BO (bahan organik) memiliki pertumbuhan cendana (S. album, L) yang baik.
Telah banyak penelitian mengenai vegetasi, namun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya bahwa penelitian ini tidak hanya mengkaji komposisi vegetasi namun mengkaji juga mengenai struktur yang akan ditampilkan dalam bentuk penggambaran profil hutan. Dari aspek fisik juga akan diukur di bawah kanopi pohon dan di luar kanopi pohon dengan untuk mengetahui kondisi makroklimat dan mikroklimat pada lokasi kajian. Selain itu, penelitian ini juga mengkaji tentang persepsi masyarakat terhadap hutan cendana (S. album L) setelah cendana (S. album L) sudah tidak ada lagi dan persepsi masyarakat terhadap hasil-hasil pertanian karena berdasarkan survei awal terlihat bahwa hutan cendana (S. album L) telah digunakan sebagai lahan pertanian. 7
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah
1. Mengkaji struktur dan komposisi vegetasi penyusun komunitas hutan cendana (S. album L); 2. Mengkaji kondisi fisik meliputi tekstur tanah, suhu tanah, kelembaban tanah, suhu udara, kelembaban udara, intensitas cahaya, dan pH tanah dan kimia tanah yang meliputi: N, P, dan K total serta Kapasitas Tukar Kation; 3. Mengkaji persepsi masyarakat terhadap hutan cendana (S. album L) dan hasil-hasil pertanian yang diperoleh masyarakat saat ini. 1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1. Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah 1. Memberikan informasi mengenai struktur dan komposisi vegetasi penyusun komunitas hutan cendana (S. album L); 2. Memberikan informasi mengenai kondisi fisik dan kimia tanah di komunitas hutan cendana (S. album L); 3. Memberikan masukan bagi pemerintah maupun masyarakat setempat untuk upaya rehabilitasi dengan penanaman kembali cendana (S. album L) serta vegetasi lain pada hutan alaminya. 1.5.2 Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Ekologi dan Sosial Ekonomi Masyarakat.
8