BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Burung mempunyai daya tarik khusus bagi manusia karena berbagai alasan diantaranya adalah burung lebih mudah dilihat dari hewan lain. Beberapa burung memiliki ukuran yang besar, sebagian burung diurnal, sehingga burung banyak hidup berdampingan dalam lingkungan manusia. Burung memiliki keindahan bentuk dan warna serta cara perkawinan yang menarik. Beberapa aspek pada burung seperti pola terbang, makanan dan kegiatan kawin tidak terlalu sulit untuk diamati. Aspek lain yang menarik adalah tingkah laku burung, suara, siulan, dan nyanyian yang indah yang sangat spesifik bagi tiap-tiap burung serta bentuk anatomi dan morfologi terkait dengan pola hidup (Storer et al., 1977). Merpati merupakan salah satu jenis burung yang unik dan menarik. Selain penampilan luar tubuhnya (morfologi) menarik dengan warna bulu cerah bahkan ada yang berwarna metalik, merpati juga memiliki paruh sangat pendek berbentuk kerucut dan mempunyai cere berdaging di pangkalnya, kaki panjang tetapi kuat, sayap panjang meruncing, serta anggotanya berjalan di tanah (arboreal) dengan ukuran berkisar 15-84 cm (Supriatman, 1995). Blakely dan Bade, 1998 membagi burung merpati menjadi tiga kelompok utama yaitu untuk tujuan produksi daging, pameran dan penampilan. Burung merpati yang dimanfaatkan untuk produksi daging lebih menekankan pada jumlah anak burung merpati yang berat badannya besar. Begitu juga Cartmill, 1991
1
2
membedakan burung merpati menjadi tiga tipe yaitu: utility group yaitu kelompok burung merpati penghasil daging, fancy breed yaitu bangsa yang diambil keindahannya untuk pameran, dan performing breed yaitu bangsa yang dinilai ketangkasannya. Contoh bangsa burung yang termasuk dalam utility group adalah King, Carneau, Swiss Mondain, Runt dan White King; fancy breed adalah India, America Fantail, Pouter, Jacobin, Swallow, Chinese Owl, English Trumpeter, Modena dan Helmet; performing breed adalah Homer, Birmingham Roller, Racing Homer dan Parlor Tumbler. Merpati sangat dekat dengan manusia, karena hidupnya menyatu dengan tempat tinggal pemeliharanya. Bukan hanya dekat secara fisik, merpati sering oleh manusia, kelompok organisasi, atau badan usaha digunakkan sebagai nama atau identitas. Selain dijadikan nama atau identitas kelompok atau kegiatan bisnis, merpati selalu menjadi obyek pemeriah acara-acara atau kegiatan-kegiatan tertentu, baik berupa acara adat istiadat maupun acara resmi (Suparman, 2007). Acara resmi yang saat ini semarak yaitu bentuk lomba-lomba merpati di berbagai daerah di Indonesia. Jenis-jenis Merpati yang dilombakan yaitu: merpati hias, merpati tinggian, dan merpati balap. Merpati hias memiliki struktur bulu dan bentuk tubuh unik, merpati tinggian memiliki daya terbang yang mampu mencapai ketinggian dengan arah horizontal, serta merpati balap memiliki postur yang mendukung untuk lomba balapan dengan arah vertikal dan mampu menempuh jarak jauh dengan waktu singkat. Salah satu daerah di Jawa Barat tepatnya kota Cirebon, merpati jenis balap sering diikutsertakan dalam lomba sprint (500 m), lomba galatama (1000 m), dan lomba utama (1,1 km). Merpati
3
balap pun memiliki organisasi yang sah yaitu persatuan penggemar merpati balap seluruh Indonesia (PPMBSI) pada tahun 2000-2003 salah satu sekjen PPMBSI yaitu Herman Tanubrata dari Jakarta (Tanubrata & Syamkhard, 2004). Perkembangan merpati balap di kota Cirebon berkembang pesat pada tahun 90-an. Perkembangan terjadi dimulai dari kabupaten sampai kota, banyak ditemukannya para penggemar merpati balap dan memiliki burung dengan kualitas yang baik. Menurut para penggemar merpati balap Cirebon yaitu Cirebon memiliki potensi besar dalam dunia merpati balap, dan fenomena tersebut menjadi daya tarik dari masyarakat biasa sampai kalangan para penggemar yang menjadi tradisi budaya daerah di Cirebon. Kalangan menengah ke bawah sampai tokohtokoh mania andhokan Cirebon masih ikut terjun meramaikan persaingan balapan di trek-trek perlombaan lokal (Galatama) atau nasional yaitu PPMBSI dan BnR (Para penggemar merpati balap Cirebon, 2011). Postur tubuh merpati balap mengesankan, merpati balap tersebut mampu menjadi penerbang handal. Hal ini tampak dari postur tubuh yang tidak terlalu besar, sayap kuat, dan kepakannya berakselerasi tinggi. Gaya terbangnya yang meliuk-liuk di udara sangat mempesona dan mampu mendarat di betinanya dengan tepat (Suparman, 2007). Dalam perkembangan selanjutnya, merpati-merpati lokal atau merpati biasa yang juga sebagai merpati pos sedikit ditinggalkan dari penggemar merpati balap yang beralih ke merpati dari luar. Diantaranya jenis Carrier Pigeon dari Timur Tengah dan Modern Racing Homer dari Belgia namun, karena kedua jenis merpati ini memiliki kelemahan dengan memiliki kecepatan terbang (200 m) dan
4
tidak memiliki gaya menukik yang bagus, para penangkar atau penggemar merpati balap, berupaya mengembangbiakkan persilangan antara merpati impor dan merpati lokal yang memiliki keunggulan-keunggulan lain, baik gaya terbang, kecepatan terbang, ketinggian terbang, lama waktu terbang, dan gaya menukik landas yang pasti. Merpati-merpati yang memiliki keunggulan-keunggulan tersebut sudah pernah menjadi juara dalam lomba, sehingga lahirlah merpati balap kelas jagoan (Suparman, 2007). Karakter Postur tubuh merpati balap memiliki keterkaitan dengan ciri-ciri morfologi (bentuk dan sruktur luar mahkluk) dan anatomi, Karakteristik tersebut dapat dikaitkan dengan kecepatan dan gaya menukik landas terbang merpati yang dijadikan merpati balap (Tanubrata & Syamkhard, 2004). Morfologi dan anatomi yang dimiliki oleh merpati terutama merpati balap belum banyak dilakukan penelitian, penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan karakteristik merpati balap dari daerah Jawa Barat, tepatnya Kabupaten Cirebon yang memiliki potensi besar dalam dunia merpati balap dan sebagai data primer untuk memberikan wawasan lebih jauh dalam kesulitan membedakan jenis merpati yang dijadikan merpati balap bagi orang awam dan masyarakat umum (Milan, 2009).
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dari masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana karakteristik Merpati (Columba livia) yang dijadikan Merpati Balap berdasarkan ciri-ciri morfologi? 2. Bagaimana karakteristik Merpati (Columba livia) yang dijadikan Merpati Balap berdasarkan ciri-ciri anatomi?
C. Batasan Masalah Pada penelitian ini permasalahan dibatasi sebagai berikut: 1. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah burung merpati jenis merpati balap (Columba livia). 2. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah burung merpati balap jantan dari daerah Kabupaten Cirebon. 3. Aspek yang akan diukur pada penelitian ini adalah identifikasi karakteristik morfologi dan anatomi, berat otot pectoralis mayor dan minor dalam satuan (gram). a. Karakteristik morfologi yang diidentifikasi dalam satuan (cm) yaitu: 1) Ukuran panjang total sayap 2) Ukuran panjang total tubuh 3) Ukuran panjang leher (cervical vertebrae) 4) Ukuran panjang pundak 5) Ukuran lingkar tubuh tanpa sayap
6
6) Ukuran panjang paruh (kulmen dan tomia mandubula) 7) Ukuran lingkar kepala 8) Ukuran panjang ekor (caudal vertebrae) 9) Ukuran panjang cere 10) Ukuran kaki yang meliputi panjang (tibia femur-metatarsus-digit I,II,III,IV), serta 11) Warna mata (iris) b. Karakteristik anatomi yang didentifikasi yaitu: 1) Bentuk bulu plumae, plumulae dan filoplumae 2) Berat otot pectoralis mayor dan minor
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik merpati yang dijadikan merpati balap dari identifikasi anatomi morfologi. Dengan demikian dari penelitian ini diharapkan dapat: 1. Mengidentifikasi karakteristik merpati yang dijadikan merpati balap dari identifikasi morfologi dan anatomi dapat mendeskripsikan keterkaitan dengan kecepatan terbang pada jenis merpati balap di Kabupetn Cirebon. 2. Memberikan informasi yang dapat dijadikan panduan oleh penggemar merpati balap awam dari ciri-ciri morfologi dan anatomi untuk memilih kualitas merpati balap yang baik dalam balapan.
7
E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat diaplikasikan oleh penggemar merpati balap mengenai karakteristik merpati yang dijadikan merpati balap dari identifikasi morfologi dan anatomi.