BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) merupakan salah satu pelaku ekonomi, dengan misi dan peran yang dimilikinya saat ini yang menghadapi tantangan kompetisi global. Dengan begitu BUMN mempunyai tanggung jawab yang semakin besar. (Trimanto dan Lena, 2010). Melihat perannya yang sangat besar, maka pengelolaan BUMN dan BUMD haruslah efektif, efisien dan ekonomis, hal itu bisa tercermin dari laporan keuangan. Salah satu cara yang efektif untuk mencapai tujuan tersebut melalui aktivitas pengendalian intern. Pengendalian intern merupakan salah satu kegiatan yang penting di dalam perusahaan karena merupakan aktivitas pengendalian dalam perusahaan terutama pelaksanaan kegiatan dalam perusahaan. Profesi auditor internal sangat dituntut akan kemampuannya memberikan jasa yang terbaik dan sesuai dengan yang dibutuhkan dan diperintahkan oleh manajemen tertinggi organisasi. Untuk meningkatkan kualitas peran auditor dalam mengungkapkan laporan hasil pemeriksaan, auditor internal memerlukan kemampuan profesional yaitu kemampuan individu dalam melaksanakan tugas, yang berarti kualifikasi personalia yang sesuai dengan bidang tugas internal audit dan berkaitan dengan kemampuan profesionalnya dalam bidang audit serta penguasaan atas bidang operasional terkait dengan perusahaan (Bachtiar Asikin, 2006).
Seorang auditor yang tidak memiliki atau telah kehilangan sikap profesionalismenya kemungkinan besar tidak akan dapat menghasilkan hasil kinerja yang memuaskan (Kompang Martina, 2013). Maka dari itu, seorang auditor internal harus memiliki sikap independensi dan objektifitas dalam menjalankan tugasnya, serta memiliki profesionalisme dan kompetensi auditor yang memadai. Menurut Suryo Utomo, profesionalisme diwujudkan melalui komitmen internal auditor untuk selalu menjaga perilaku sesuai dengan kode etik yang berlaku, perbaikan kemampuan dan pengetahuannya, serta melaksanakan aktivitas sesuai dengan standar dan aturan yang berlaku. Profesionalisme audit mengacu pada pilihan auditor untuk melakukan penilaian
individu
secara
professional
dalam
melakukan
tugasnya.
Profesionalisme merupakan suatu kredibilitas, profesionalisme pada auditor internal merupakan salah satu kunci sukses dalam menjalankan perusahaan yang sehat (Evi Herawati, 2013). Auditor akan selalu dituntut untuk profesional dalam melakukan setiap pekerjaan profesinya. Profesionalisme dapat juga tercermin dari ketaatan auditor internal menaati kode etik profesi yang berlaku. Kode etik tersebut menetapkan standar perilaku sebagai pedoman bagi seluruh auditor internal. Prinsip-prinsip perilaku profesional memberikan pedoman bagi anggota dalam kinerja tanggung jawab profesionalnya dan menyatakan tentang prinsipprinsip dasar etika dan perilaku profesional. Prinsip-prinsip tersebut menghendaki komitmen teguh kepada perilaku yang terhormat meskipun mengorbankan keuntungan pribadi (Yeni Siswati, 2012).
Menurut Tjiptohadi dalam Yusar (2013), profesionalisme bisa mempunyai beberapa makna. Pertama, profesionalisme berarti suatu keahliaan, mempunyai kualifikasi tertentu, berpengalaman sesuai dengan bidang keahliannya, atau memperoleh imbalan karena keahliannya. Seseorang bisa dikatakan professional apabila telah mengikuti pendidikan tertentu yang menyebabkan mempunyai keahlian atau kualifikasi khusus. Kedua, pengertian profesionalisme merujuk pada suatu standar pekerjaan yaitu prinsip-prinsip moral dan etika profesi. Prinsipprinsip moral mengarahkan akuntan agar berperilaku sesuai dengan tatanan kehidupan seorang profesional. Ketiga, profesional berarti moral. Kadar moral seseorang yang membedakan antara auditor internal yang satu dengan auditor internal yang lainnya. Moral seseorang dan sikap menjunjung tinggi etika profesi bersifat sangat individual. Memiliki sikap profesionalisme, seorang auditor internal dalam menjalankan perannya akan semakin terjamin dan dapat bertanggungjawab, karena apabila seorang auditor internal tidak berperilaku profesional maka akan dapat mempengaruhi integritas akan apa yang telah dihasilkannya. Beberapa fenomena yang terjadi sebagian besar diakibatkan oleh auditor internal yang tidak bisa mempertahankan sikap profesionalisme dalam pelaksanaan tugasnya (Herty Safitri, 2010). Hasil akhir dari pelaksanaan audit internal dituangkan dalam suatu bentuk laporan tertulis melalui proses penyusunan yang baik dan teratur. Laporan ini merupakan suatu alat penting untuk menyampaikan pertanggungjawaban kepada manajemen.
Laporan hasil pemeriksaan auditor internal merupakan media untuk menyampaikan permasalahan serta temuan berikut dengan rekomendasi yang terdapat dalam suatu unit kepada manajemen unit tersebut. Laporan hasil pemeriksaan dapat menjadi sebuah instrumen yang kuat jika dibuat dan dipergunakan dengan baik. Laporan hasil pemeriksaan dapat menciptakan kesan keprofesionalan audit. Laporan tersebut dapat memberitahukan kepada klien, manajemen senior, mengenai kejadian kejadian penting yang tidak akan mereka ketahui jika diberitahukan. Laporan yang diterbitkan oleh auditor internal tentunya yang berkualitas sehingga dapat memberikan manfaat untuk perusahaan (Sawyer, 2006). Pada umumnya, suatu pemeriksaan dinilai berdasarkan mutu laporannya. Demi menjaga standar keahlian yang tinggi dan guna memenuhi tujuan-tujuan pelaporan yang efektif, maka pelaporan hasil pemeriksaan haruslah yang berkualitas sehingga dapat memberikan manfaat untuk perusahaan. Kualitas laporan hasil pemeriksaan auditor internal dapat dinilai dari objektif, jelas, singkat, lengkap, konstruktif, akurat, dan tepat waktu. Ketujuh nilai tersebut sesuai dengan International Standards for the Professional Practice of Internal Auditing. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sangat berpotensi adanya penyimpangan keuangan negara akibat kelemahan Sistem Pengendalian Intern dan ketidaktaatan perundang-undangan. Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) mensinyalir kinerja Sistem
Pengendalian Intern PT. Kereta Api Indonesia (Persero) tidak efektif, sehingga BUMN ini berpotensi mengalami kerugian negara. Berdasarkan fenomena yang terjadi, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) pada tahun 2014 mengungkapkan sebanyak 6.531 kasus kelemahan sistem pengendalian intern dan 8.323 kasus ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan senilai Rp 30,87 triliun. Dari jumlah kasus ketidakpatuhan tersebut, sebanyak 4.900 kasus senilai Rp 25,74 triliun merupakan temuan yang berdampak finansial yaitu temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan. Hasil pemeriksaan atas laporan keuangan Semester I Tahun 2014 menunjukkan adanya 5.948 kasus kelemahan Sistem Pengendalian Intern dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan sebanyak 7.173 kasus senilai Rp 10,92 triliun. Selama proses pemeriksaan keuangan, entitas telah menindaklanjuti temuan ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan dengan penyerahan aset dan/atau penyetoran
uang
ke
kas
negara/daerah
senilai
Rp
540,56
miliar.
(www.bpk.go.id/news) Sistem Pengendalian Intern berkaitan dengan kinerja auditor internal. Fenomena tersebut dapat terjadi karena dipengaruhi oleh faktor luar pribadi auditor internal, faktor dari dalam diri auditor internal, dan hal lainnya seperti kurangnya sikap profesionalisme auditor internal, sehingga berdampak pada kinerja auditor. Sadar akan pentingnya profesionalisme yang harus dimiliki oleh auditor internal, banyak perusahaan yang berupaya untuk merekrut, dan
menempatkan pegawainya pada bagian auditor internal dari aspek pendidikan formal saja. Sementara aspek pengetahuan yang bersumber dari pendidikan teknis pada disiplin ilmu yang relevan masih kurang. Sampai akhir tahun 2014 terdapat 3.899 pemegang sertifikat Qualified Internal Audit (QIA) di seluruh Indonesia, mulai dari staf yunior hingga direksi dari berbagai instansi BUMN, BUMD, BUMS serta dari sektor publik/Aparat. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan atau pemahaman auditor internal masih harus ditingkatkan. (YPIA/QIA.co.id) Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang ahli di bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dan praktek audit (SPAP, 2001). Selain itu, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Guna menunjang profesionalisme sebagai internal audit maka auditor dalam melaksanakan tugas audit harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan (Ikatan Akuntan Indonesia, IAI). Sikap profesionalisme seorang auditor internal sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas, karena dengan adanya sikap profesional seorang auditor dalam menjalankan perannya akan semakin terjamin dan dapat bertanggungjawab, karena apabila seorang auditor internal tidak berperilaku profesional maka akan dapat mempengaruhi integritas akan apa yang telah dihasilkannya. Dari sekian banyak fenomena yang terjadi sebagian besar diakibatkan oleh auditor internal yang tidak bisa mempertahankan sikap profesionalisme dalam pelaksanaan tugasnya.
Berdasarkan uraian diatas penulis akan meneliti
“PENGARUH
PROFESIONALISME AUDITOR INTERNAL TERHADAP KUALITAS LAPORAN AUDITOR INTERNAL (Studi Kasus Pada PT. Kereta Api Indonesia di Kota Bandung).”
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah yang dapat penulis
identifikasi dalam penelitian ini adalah: 1.
Apakah profesionalisme auditor internal di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sudah dilaksanakan secara memadai.
2.
Apakah kualitas laporan auditor internal di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sudah dilaksanakan secara memadai.
3.
Apakah profesionalisme auditor internal berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan auditor interal pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero).
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara sikap
profesionalisme auditor internal terhadap kualitas laporan auditor internal perusahaan. Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian adalah memberikan bukti empiris: 1.
Untuk mengetahui sejauh mana profesionalisme auditor internal yang dilaksanakan di PT. Kereta Api Indonesia (Persero).
2.
Untuk mengetahui sejauh mana kualitas laporan auditor internal pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero).
3.
Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme auditor internal terhadap kualitas laporan auditor internal pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero).
1.4
Kegunaan Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis mengharapkan bahwa
hasilnya akan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut: 1.
Bagi perusahaan yang diteliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran dan masukan, serta
menjadi
bahan
pertimbangan
dalam
mengembangkan
profesionalisme auditor internal terhadap kualitas laporan auditor internal. 2.
Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan menambah pengetahuan tentang teori-teori dan konsep-konsep yang diperoleh selama perkuliahan serta memperoleh gambaran nyata, dan juga merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Widyatama.
3.
Bagi pihak lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk sumber informasi, bahan pembanding bagi peneliti lainnya dan menjadi bahan referensi atau tambahan informasi yang diperlukan.
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang dibahas, dalam
penyusunan skripsi ini penulis melakukan penelitian pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yang berlokasi di JL. Perintis Kemerdekaan No.1 Bandung dan waktu penelitian dilakukan mulai pada bulan Februari 2016.