1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Menurut World Tourism Organization (WTO) (1991) pariwisata adalah
aktivitas seseorang melakukan perjalanan ke suatu tempat di luar lingkungan biasanya untuk kurang dari satu tahun dan tujuan umumnya adalah perjalanan dan bukan untuk mendapatkan penghasilan di tempat yang akan dikunjunginya. Menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta dalam Oka A.Yoeti (1996) pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya. Jumlah wisatawan nusantara yang melakukan kegiatan berwisata sudah meningkat dari tahun ke tahun. Begitupun dengan jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dengan tingkat kunjungan wisatawan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam peta kepariwisataan nasional, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menduduki peringkat kedua dalam sebagai daerah kunjungan wisata setelah Bali. Visi pembagunan pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2012-2025 adalah terwujudnya Yogyakarta sebagai destinasi wisata berkelas dunia, memiliki keunggulan saing dan banding, berwawasan budaya,
2
berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerahdan berbasis kerakyatan sebagai pilar utama perekonomian.1 Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun 2009 hingga tahun 2013, devisa negara Indonesia semakin meningkat pada setiap tahunnya. Tahun 2013 pemasukan negara dari sektor pariwisata masuk dalam 5 besar sektor yang memberikan devisa paling tinggi. Devisa dari sektor pariwisata hanya kalah dari batu bara, minyak bumi, dan minyak kelapa sawit.2
Tabel 1.1 Jumlah Devisa Negara dari Sektor Pariwisata No
Tahun
Jumlah Devisa (dalam juta USD)
1
2009
6.298,02
2
2010
7.602,45
3
2011
8.554,40
4
2012
9.120,85
5
2013
10.054,10
Sumber: www.parekraf.go.id (diakses pada tanggal 21 Desember 2014)
1
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012-2025 2
Sumber diakses dari www.parekraf.go.id diakses pada tanggal 21 Desember 2014
3
Industri pariwisata merupakan keterkaitan antara pariwisata, perjalanan, rekreasi, dan waktu luang. Ada beberapa ciri industri pariwisata, yang pertama yaitu industri pariwisata mampu menumbuhkan dan menciptakan lapangan pekerjaan, baik yang terkait maupun yang tidak terkait dengan industri pariwisata itu sendiri. Lalu industri pariwisata sangat berkaitan erat terhadap keadaan sosial, politik, keamanan, dan kenyamanan. Kondisi yang stabil di suatu daerah merupakan faktor penentu bagi wisatawan untuk datang dan melakukan perjalanan wisata. Jumlah peningkatan wisatawan juga bergantung dari waktu, misalnya jika dalam libur panjang atau musim libur (peak season), permintaan wisatawan maupun jumlah wisatawan yang datang akan meningkat daripada hari biasanya. Industri pariwisata juga meningkatkan devisa negara karena wisatawan harus membayar semua kebutuhannya di negara tujuan wisata tersebut (Suwena, 2010:114). Dalam mempelajari pariwisata, kita tidak bisa lepas dari kajian terhadap wisatawan sebagai pelaku kegiatan wisata. Pertanyaan penting yang harus dijawab adalah apakah yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan wisata. Hal ini tentu memiliki kaitan langsung dengan motivasi wisata. Motivasi wisata tentu saja memiliki peranan penting dalam kegiatan berwisata. Motivasi wisata yaitu sebagai penggerak bagi seseorang untuk melakukan kegiatan berwisata. Keinginan untuk melakukan perjalanan dipengaruhi oleh adanya rangsangan baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar. Rangsangan dari dalam berasal dari adanya kesadaran akan sesuatu yang kurang dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan rangsangan dari luar berasal dari adanya iklan, percakapan dengan teman, dan
4
berbagai hal yang memunculkan kesadaran seseorang untuk melakukan kegiatan berwisata (Gartner: 1996:5)
1.2
Rumusan Masalah 1. Bagaimana latar belakang wisatawan yang datang ke Sendangsono? 2. Apa saja motivasi wisatawan
yang datang ke Goa Maria
Sendangsono?
1.3
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apa saja latar belakang wisatawan yang datang ke Sendangsono. 2. Untuk mengetahui motivasi wisatawan yang datang ke Goa Maria Sendangsono.
1.4
Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi untuk perkembangan ilmu pariwisata, terutama dengan melihat latar belakang dan motivasi wisatawanserta dapat dijadikan bahan kajian untuk mengembangkan suatu destinasi wisata religi.
5
2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengurus Sendangsono dan bagi masyarakat sekitar. Diharapkan juga dengan adanya penelitian ini, proses pengembangan yang dilakukan pengelola Sendangsono dapat memenuhi harapan wisatawan.
1.5
Tinjauan Pustaka Penelitian tentang motivasi wisatawan sudah pernah dilakukan oleh Sallaludin
pada tahun 2006 yang menulis tesis dengan judul “Preferensi Wisatawan Terhadap Objek dan Daya Tarik wisata (ODTW) dan Implikasinya Bagi Penentuan Strategi Pemasaran Wisata”. Penelitian tersebut dilakukan terhadap wisatawan di Kabupaten Tasikmalaya. ODTW yang diteliti mewakili alam, budaya, dan buatan. Indikator preferensi yang digunakan berdasarkan karateristik demografi, sosial ekonomi, dan psikografi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pasar masing-masing jenis ODTW tersebut tersegmentasi ke dalam beberapa segmen. Selanjutnya berdasarkan segmentasi pasar tersebut ia merekomnedasikan penentuan strategi pemasaran yang sesuai. Namun penelitian itu tidak mebahas bagaimana proses pengambilan keputusan berwisata tersebut dibuat. Padahal jika mengetahui keputusan berwisata merupakan hal penting karena seseorang memutuskan akan berwisata atau tidak, berawal dari pengambilan keputusan dengan proses yang kompleks.
6
Isniyati (2014) dengan judul skripsi “Karateristik dan Motivasi Wisatawan di Pantai Somandeng Kabupaten Gunungkidul” telah melakukan penelitian dengan membahas apa saja motivasi wisatawan untuk berkunjung ke Pantai Somandeng. Hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja karateristik wisatawan yang berkunjung ke Pantai Somandeng, karateristik wisatawan meliputi daerah asal, berapa kali berkunjung, moda transportasi, dan lain-lain. Sedangkan motivasi wisatawan adalah untuk mengetahui apa saja motivasi wisatawan untuk berkunjung ke Pantai Somandeng. Supratman (2006) yang menulis tesis dengan judul “Kualitas Layanan Jasa Kepariwisataan dan Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Wisatawan” juga telah melakukan penelitian yang dilakukan di Kota Pagar Alam. Permasalahan yang diteliti adalah pengaruh pelayanan jasa terhadap kepuasan wisatawan. Sotya Sasongko yang menulis tesis (2007) dengan judul “Analisis Terhadap Profil, Motif, dan Tujuan Perjalanan Wisatawan Asal DIY” meneliti tentang profil, motif, dan tujuan perjalanan wisata wisatawan asal DIY. Penelitian itu dilakukan dengan melakukan penelitian deskriptif dan data primer dilakukan melalui wawancara via telepon. Data yang digunakan meliputi profil, motivasi, tujuan perjalanan, moda transportasi, penelitian terhadap atraksi yang dikunjungi, serta niat berwisata kembali. Hasil penelitiannya menunjukkan sebagian besar wisatawan asal DIY memilih daerah tujuan wisata di Pulau Jawa dan Bali, dengan tujuan utama berlibur, mengunjungi saudara, pendidikan, bisnis, maupun kesehatan. Sebagian
7
besar wisatawan tersebut lebih memilih wisata alam daripada atraksi budaya dan buatan. Hermansyah yang menulis tesis (2008) dengan judul “Analisis Psikografi Wisatawan Dalam Keputusan Memilih Objek dan Daya Tarik wisata Gunung Dempo di Kota Pagar Alam” juga pernah melakukan penelitian tentang psikologis wisatawan dan hubungannya dengan keputusan memilih ODTW di Gunung Dempo. Penelitian tersebut menitikberatkan kepada pengambilan keputusan berwisata berdasarkan analisis psikografis wisatawan, karateristik demografi, dan sosial ekonomi. Hasil penelitian tersebut adalah bahwa keputusan berwisata seseorang dipengaruhi oleh mottivsi berwisata. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daya tarik atraksi wisata, tingkat pengeluaran, pencarian pengalaman, aktivitas selama berwisata, alasan berwisata, bentuk perjalanan, lama kunjungan, dan alat transportasi. Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, beberapa penelitian mengenai motivasi wisatawan sudah pernah diteliti. Penelitian ini berbasis pada motivasi wisatawan yang berkunjung ke Goa Maria Sendangsono. Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan, belum pernah ada yang meneliti motivasi yang berlokasi di Goa Maria Sendangsono.
1.6
Landasan Teori 1.6.1
Wisata Religi Wisata Religi adalah salah satu jenis produk wisata yang berkaitan erat
dengan religi atau keagamaan yang dianut oleh manusia. Wisata religi
8
dimaknai sebagai kegiatan wisata ke tempat yang memiliki makna khusus bagi umat beragama, biasanya berupa tempat ibadah, makam ulama atau situs-situs kuno yang memiliki kelebihan. Kelebihan ini misalnya dilihat dari sisi sejarah, adanya mitos dan legenda mengenai tempat tersebut, ataupun keunikan dan keunggulan arsitektur bangunannya. Menurut Nyoman S. Pendit (2002 : 42), Wisata ziarah ini banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang puas untuk tujuan memperoleh berkah dan kekayaan melimpah. Dalam hubungan ini, orang Katholik misalnya melakukan wisata ziarah ke istana Vatikan di Roma, orang Islam ke Tanah Suci Mekkah, agama Budha di India, Nepal, Tibet dan sebagainya. Di Indonesia tempat-tempat yang dikategorikan ke dalam objek wisata ziarah diantaranya adalah makam, masjid, gereja, wihara, klenteng dan lainnya. Masyarakat Jawa mempunyai tradisi berziarah ke makam para leluhur, yaitu kebiasaan mengunjungi makam, misal makam Raden Umar Said, leluhur, makam para Wali, pujangga keraton ataupun makam yang dikeramatkan untuk nyekar atau mengirim bunga dan mendoakan orang yang telah dikubur kepada Tuhan. Hal ini merupakan tradisi religi dari para pendahulu yang tidak pernah tergoyahkan oleh berbagai paham baru yang berbeda sama sekali.
9
1.6.2
Motivasi Wisatawan Motivasi pada hakekatnya adalah keadaan dalam pribadi seseorang
yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Sudah banyak teori-teori yang berkembang yang berkaitan dengan motivasi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Dalam kaitannya dengan pariwisata, terdapat dua macam tipe motivasi yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Jika seseorang pada hakekatnya memiliki motivasi intrinsik maka dia tidak memerlukan imbalan dari luar. Perilaku ini dibawa dan dinikmati sendiri oleh individu (Fridgen, 1996). Seperti halnya perilaku yang distimulasi dan diperkuat oleh kepuasan dari dalam diri seperti perasaan yang muncul dalam diri karena pemenuhan keinginannya. Motivasi instrinsik adalah personal dan psikologis yang membuatnya sulit dimengerti dan lebih sulit untuk dimanipulasi orang lain. Imbalan dari luar yang termasuk uang dan barang. Kebanyakan pariwisata memiliki 2 fungsi, baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik. Maslow (via Ross:1998) membagi motivasi manusia secara hierarki kedalam lima tahapan meliputi: a.
Motif fisiologis; misalnya rasa lapar, haus, beristirahat, beraktifitas
b.
Motif psikologis; misalnya rasa aman bebas dari rasa takut
c.
Motif kasih sayang dan rasa memiliki; misalnya rasa dicintai dan mencintai, ingin menjadi bagian dari suatu kelompok, berhubungan dengan orang lain.
10
d.
Motif penghargaan; misalnya harga diri, status, pengakuan.
e.
Motif aktualisasi diri; misalnya pengembangan diri.
Gambar 1.1 Teori Hierarki Piramida Maslow
Teori Maslow mengasumsikan bahwa manusia cenderung untuk memenuhi kebutuhan yang paling mendasar terlebih dahulu yaitu kebutuhan fisiologis sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum orang tersebut memiliki motivasi lebih. Hal ini penting menurut Maslow untuk menimbulkan motivasi yang lain bagi seseorang. Hal ini akan berlangsung sampai ke tahap
11
kebutuhan yang paling tinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri yang bertujuan untuk memenuhi keinginan diri sendiri. Berkaitan dengan motivasi wisata, Mill & Morrison (1985:5) juga mengungkapkan bahwa hierarki kebutuhan menurut Maslow juga dapat digunakan untuk merujuk berbagai motivasi yang mendasari seseorang untuk melakukan kegiatan wisata. Mereka membagi motivasi wisata berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow menjadi beberapa kategori sebagai berikut: a.
Kebutuhan fisiologis, motif wisatanya adalah untuk bersantai. Wujud kegiatan wisata yang dilakukan meliputi membebaskan diri dari rutinitas sehari-hari, bersantai, mengurangi stress, mencari kesenangan jasmani.
b.
Kebutuhan psikologis, motif wisatanya berupa mencari rasa aman. Wujud kegiatan wisata yang dilakukan adalah wisata kesehatan, berolah raga, dan melakukan aktivitas yang menimbulkan rasa aman dan mencari ketenangan.
c.
Kebutuhan kasih sayang dan rasa memiliki, motif wisatanya adalah kasih sayang atau cinta. Wujud kegiatan wisata yang dilakukan meliputi mengunjungi keluarga, teman, pacar, menjalin silaturahmi mempererat hubungan kekerabatan atau persaudaraan serta menunjukkan kepedulian kepada lingkungan dan orang lain.
d.
Kebutuhan harga diri, motif wisatanya adalah untuk meningkatkan status pribadi atau penghargaan. Bentuk kegiatan wisata yang dilakukan adalah
12
ingin menunjukkan pencapaian pribadi pada orang lain, menunjukkan eksistensi pribadi, pengakuan sosial, dan meningkatkan prestise. e.
Kebutuhan aktualisasi diri, motif wisatanya adalah untuk mencari jati diri yang sesungguhnya. Wujud kegiatan wisata yang dilakukan adalah mengeksplorasi kamampuan diri, pemuasan diri serta penemuan jati diri pribadi.
f.
Kebutuhan rasa ingin tahu, motif wisatanya adalah ilmu pengetahuan. Bentuk aktivitas wisata yang dilakukan hanya berupa mempelajari kebudayaan dan pengetauan baru, sejarah, dan ketertarikan akan tempat serta hal-hal yang baru.
g.
Kebutuhan
akan
rasa
keindahan,
motif
wisatanya
adalah
untuk
mengapresiasi keindahan. Wujud kegiatan wisatanya meliputi melihat pemandangan alam yang indah serta mengagumi ciptaan Tuhan.
1.7
Metode Pengumpulan Data a. Studi Pustaka Metode studi pustaka dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang akan menjadi dasar dari penelitian ini. Penelitian studi pustaka dilakukan dengan melalui perpustakaan, internet, pamflet yang disediakan oleh pengurus Sendangsono, serta jurnal ilmiah yang memiliki kaitan dengan penelitian ini. Penelitian ini juga menggunakan beberapa artikel ilmiah sebagai bahan
13
perbandingan dalam menganalisis data yang diperoleh. Studi pustaka ini dilakukan dengan cara mencari sumber referensi berupa teori maupun penelitian lain yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini.
b. Observasi Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke suatu objek penelitian.Observasi penelitian ini berada di komplek peziarahan Gua Maria Sendangsono, Dusun Semagung, Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan mengamati wisatawan yang datang ke Sendangsono ini. Pengamatan mengenai perkembangan yang dilakukan oleh pengurus Sendangsono mulai dari sistem kepengurusan, sistem pegawai, dan juga perkembangan dari segi infrastruktur.
c. Wawancara Menurut Koentjaraningrat (1983), wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk tujuan tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan dan pendirian secara lisandari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka. Wawancara
14
dilakukan kepada para pengurus Peziarahan Goa Maria Sendangsono dan
juga
kepada
para
peziarah
yang datang
mengunjungi
Sendangsono. Dalam hal ini, wawancara dilakukan kepada para peziarah dengan tujuan untuk mengetahui apa saja latar belakang para peziarah serta motivasi mengujungi Goa Maria Sendangsono. Sedangkan wawancara dengan para pengurus Peziarahan Goa Maria Sendangsono bertujuan untuk mengetahui jumlah kunjungan serta latar belakang Goa Maria Sendangsono itu sendiri.
1.8
Metode Analisis Data Dalam penelitian yang menggunakan analisis konten ini, pengolahan data yang berasal dari wawancara dengan beberapa responden yang berhasil dilakukan dengan melakukan beberapa langkah. Data yang didapat dari wawancara dengan responden, pertama-tama diklasifikasikan terlebih dahulu menjadi beberapa unit. Pengunitan itu sendiri dibagi berdasarkan motivasi para responden. Setiap responden bisa memiliki lebih dari satu motivasi untuk dimasukkan ke tiap-tiap unit. Sampling adalah cara untuk menyederhanakan penelitian dengan membatasi jumlah sampel dari semua populasi. Penyamplingan responden bisa dilakukan dengan memilih pengunjung yang datang ke Sendangsono untuk diwawancarai. Penyamplingan responden dilakukan dengan membatasi
15
responden yang dilakukan berjumlah 44 orang. Pengumpulan data yang dilakukan memiliki rentang waktu selama satu bulan, namun dilakukan pada setiap akhir pekan saja. Responden yang diwawancarai tidak terbatas pada jenis kelamin dan rentang usia namun responden yang satu dengan yang lain tidak boleh pada rombongan yang sama. Mengumpulkan data juga dilakukan dengan merekam percakapan dengan responden ketika sedang melakukan wawancara. Melakukan perekaman suara ketika sedang wawancara bertujuan juga agar aspek-aspek yang sudah dibagi menjadi beberapa unit bisa diolah berulang-ulang tanpa harus mengubah isi dari percakapan dengan responden tersebut. Oleh karena itu, dengan merekam percakapan dengan narasumber berfungsi untuk menjelaskan kepada para pembaca situasi pada saat wawancara dengan menggunakan penjelasan naratif maupun gambar pendukung. Penyederhanaan data juga dilakukan sebagai salah satu langkah dalam analisis isi yang dimana cara ini digunakan untuk menyediakan data yang efisien. Hasil dari penyederhanaan data ini yaitu data yang tersedia menjadi lebih singkat, padat, dan jelas. Pada langkah ini penyederhanaan data bisa dilakukan dengan membuat kolom-kolom data supaya data lebih mudah dibaca dengan jelas dan mudah. Pengambilan kesimpulan adalah tahap utama dalam metode analisis konten. Pada tahap ini, data-data yang sudah dikelompokkan dan
16
disederhanakan pada tahap sebelumnya akan diolah untuk mencari makna dan kesimpulan dari data-data diatas. Dalam tahap ini, akan mencoba untuk mengungkap makna dari data-data yang sudah diolah sebelum diolah menjadi narasi untuk disampaikan pada para pembaca.
1.9
Sistematika Penulisan Penelitian skripsi ini dibagi menjadi 4 bab utama
yang memiliki
pembahasan yang berbeda pada setiap bab nya. Pada setiap bab ini saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya sehingga bisa menjadi satu kesatuan yang membahas mengenai motivasi wisatawan. Sistematika penyusunan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab satu merupakan bab pendahuluan yang membahas latar belakang mengapa memilih tema, lokus dan fokus penelitian ini, teori yang digunakan, metode analisis data, serta metode penulisan yang digunakan pada penelitian ini. Bab dua membahas tentang gambaran umum mengenai lokasi penelitian. Pembahasan mengenai sejarah, lokasi, struktur organisasi, jumlah pengunjung, dan fasilitas Sendangsono sebagai salah satu destinasi wisata religi.
17
Bab tiga merupakan bab yang berisi tentang pembahasan utama dari penelitian ini. Apa saja latar belakang para pengunjung yang datang ke Sendangsono serta apa saja motivasi bagi seseorang yang datang ke Sendangsono akan dibahas pada bab ini. Bab empat merupakan bab penutup pada penelitian ini. Bab empat ini merupakan kesimpulan dan saran bagi pengurus Sendangsono. Semoga penulisan penilitian ini bermanfaat bagi pengurus peziarahan Sendangsono sebagi salah satu destinasi wisata religi yang paling terkenal di Indonesia.