BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah khalifah Allah di bumi, dan manusia diwajibkan agar berusaha dengan sekuat tenaga untuk melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah kepada manusia, yaitu sebagai umat Nabi Muhammad Saw agar dapat menyebarkan ajaran Nabi yaitu ajaran Islam. Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang mengajak dan memerintahkan umat-Nya untuk selalu menyebarkan dan menyiarkan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia (Abd. Rosyad Shaleh, 1987: 1) Dakwah Islam sudah ada sejak zaman Nabi, akan tetapi dalam penyampaiannya berbeda dengan dakwah pada saat sekarang, yaitu disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat sebagai obyek dakwah. Seorang da’i dapat menyampaikan dakwahnya dengan berbagai metode, (Asmuni Syukir, 1983: 104 ) seperti : metode ceramah, debat, tanya jawab, percakapan antar pribadi, mengunjungi rumah (silaturrahmi), bahkan juga melalui pendidikan agama serta dapat pula dilaksanakan dengan berbagai media lain, (Asmuni Syukir, 1983: 168) seperti : media massa, organisasi Islam, lembaga pendidikan formal, hari besar Islam, dan bisa juga dengan kesenian sebagai suatu warisan budaya dari nenek moyang. Dengan demikian seorang juru dakwah dalam menyampaikan dakwahnya harus memilih media yang sesuai dengan keadaan obyek dakwahnya, agar dakwahnya dapat diterima dan dipahami oleh obyek dakwah. Meskipun seorang juru dakwah
1
2
menggunakan media yang sudah modern, namun tidak menutup kemungkinan seorang juru dakwah juga bisa menggunakan media seni tradisional seperti : wayang, ketoprak, bahkan kesenian tari sekalipun. Hal itu sesuai yang dilakukan oleh para Walisongo yang menggunakan media seni tradisional sebagai sarana dakwahnya, yaitu seperti seni suara. Para Wali dalam kesenian suara ini banyak menciptakan syair-syair lagu sebagai media dakwahnya. Kegemaran masyarakat Jawa akan kesenian baik itu seni musik, seni suara atau seni tradisional yang berupa pertunjukan, seperti wayang, ketoprak dan lainnya nampaknya mendapat perhatian serius dari para Wali. Oleh karena itu, mereka tidak ketinggalan pula untuk menciptakan lagu-lagu yang indah, yang penuh arti kehidupan. Diantara lagu atau tembang ciptaan para Wali itu adalah lagu Lir Ilir ciptaan Sunan Kalijaga, lagu Asmarandana dan Pucung ciptaan Sunan Giri, lagu Durma ciptaan Sunan Bonang, lagu Maskumambang dan Mijil ciptaan Sunan Kudus, lagu Sinom dan Kinanti ciptaan Sunan Muria, lagu Pangkur ciptaan Sunan Drajat (Nur Amin Fattah, 1984: 56). Begitu juga di Desa Cempoko Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung mempunyai satu kesenian yang bernafaskan Islam yang menurut peneliti dapat digunakan sebagai media dakwah, yaitu kesenian tari Kobro Siswo. Dari informasi yang diperoleh bahwa kesenian tari Kobro Siswo di Desa Cempoko baru muncul sekitar akhir tahun 2000. Namun sebenarnya kesenian tersebut sudah muncul sejak lama, itu dapat diketahui di daerahdaerah lain seperti di Desa Termas Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung dan juga di daerah-daerah Kabupaten Purworejo dan Kabupaten
3
Magelang kesenian tari Kobro Siswo sudah muncul cukup lama, bisa dibilang umurnya sudah mencapai puluhan tahun. Walaupun kemunculannya di Desa Cempoko terbilang masih relatif muda, karena kesenian tersebut dibawa oleh seorang pelatih yang sengaja didatangkan dari Desa Termas Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung yang diberi tugas untuk melatih para anggota kesenian di Desa Cempoko. Kesenian ini merupakan kesenian warisan atau peninggalan kebudayaan yang sudah ada sejak zaman dahulu, dalam perkembangannya tidak mengalami banyak perubahan, hanya ada sedikit perubahan pada kostum dan penambahan alat musiknya, akan tetapi syair dan gerak tarinya sama dengan kesenian tari yang dulu, (Mustofa: 2005). Dikalangan masyarakat Desa Cempoko dan sekitarnya kesenian tari Kobro Siswo masih tergolong kesenian yang berumur muda dalam usianya, akan tetapi kesenian itu telah mampu berbuat banyak dalam usahanya untuk ikut menyebarkan agama atau berdakwah, khususnya bagi anggotanya dan umumnya bagi masyarakat Desa Cempoko (Sutrisno, 2004). Kesenian tari Kobro Siswo memang memiliki keunikan-keunikan tertentu, seperti atraksi, syair lagunya yang bernafaskan islami, kostum, dan musiknya yang dipandang lain dari pada kesenian lain. Hal itulah yang mampu menyerap penonton untuk menyaksikan setiap kali ada pentas kesenian tersebut. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti pesan-pesan dakwah yang terkandung didalam syair-syair lagunya, sebagai salah satu bahan penulisan skripsi dengan judul: PesanPesan Dakwah Dalam Syair Kesenian Tari Kobro Siswo Desa Cempoko Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung.
4
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka muncul beberapa pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dan permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Apa sajakah syair-syair yang dilagukan pada Kesenian Tari Kobro Siswo? b. Pesan dakwah apa saja yang terkandung dalam Syair Kesenian Tari Kobro Siswo tersebut? c. Sejauhmana ketepatan Syair-Syair Kesenian Tari Kobro Siswo sebagai materi dakwah pada masa kini? 1.3 Tujuan Penelitian Setelah mengetahui pokok permasalahan yang muncul, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui syair-syair yang dilagukan dalam Kesenian Tari Kobro Siswo. b. Untuk mengetahui pesan dakwah apa saja yang terkandung dalam Syair Kesenian Tari Kobro Siswo. c. Untuk mengetahui masih tepatkah Syair-Syair Kesenian Tari Kobro Siswo sebagai materi dakwah pada masa kini. 1.4 Tinjauan Pustaka Sebagai bahan telaah pustaka pada penelitian ini, penulis mengambil judul-judul skripsi yang penulis kaji dari beberapa skripsi yang ada di fakultas Dakwah, diantaranya adalah sebagai berikut :
5
1. Skripsi Titi Nurhayati (1997) yang berjudul “Pesan-pesan Dakwah Dalam Syair
Lagu
Neno
Warisman”.
Dalam
skripsi
tersebut
penulis
mengemukakan hasil penelitiannya yaitu bahwa pesan dakwah dalam syair lagu Neno Warisman mengkaji tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh Neno Warisman melalui syair lagu-lagunya. Pesan yang disampaikan ditujukan kepada anak-anak kecil, hal ini terlihat dari syair lagu tentang Anak Shaleh, Shalat Tepat Waktu, Berwudlu, dan Syair tentang Berbakti Kepada Kedua Orang Tua. Dalam analisisnya menjelaskan bahwa pesan-pesan yang disampaikan oleh Neno Warisman tersebut mempunyai nilai edukatif yang efektif, memberi motivasi kepada mereka yang mendengarkannya. 2. Skripsi Asrori (1992) yang berjudul “Nilai-nilai Dakwah Islam Dalam Syair-syair Gending Jawa Santisuara” (Studi Analisis Gending-gending Jawa di RRI Semarang). Hasil penelitiannya adalah bahwa syair gendinggending jawa RRI Semarang sama dengan sarana dakwah dan tabligh, sebagai media dakwah islamiyah serta pendidikan Islam. Hal itu sama saja pada zaman para Wali, dimana mereka melakukan dakwah kepada masyarakat menggunakan media ini. Dalam analisisnya setiap kali pentasnya hampir sama dengan gendinggending yang lain, akan tetapi yang membedakannya hanya terletak pada salah satu gending yang diberi nama “Santisuara”, merupakan gending yang berupa syair-syair lagunya yang menggunakan bahasa Arab yang
6
diambil dari kitab barjanzi, dan ada syair-syair lain yang diciptakan oleh crew gending jawa RRI Semarang. 3. Skripsi Irham (2003) yang berjudul “Dakwah Melalui Seni Budaya Masyarakat” (Studi Analisis Kesenian Dayak Topeng di Desa Tuksongo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang. Hasil penelitiannya adalah dalam aktifitas dakwahnya kesenian Dayakan memiliki daya intensitas khususnya dalam pementasannya mampu menyajikan syair yang sarat akan nilai-nilai moral. Syair-syair dalam Kesenian Dayakan mengandung ajaran Islam yang meliputi syariah, aqidah, dan akhlak. Dari ketiga unsur tersebut berkaitan dengan ajakan kepada umat Islam agar segera menjalankan syariah Islam atau melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya yang disampaikan oleh kesenian tersebut melalui syair-syair yang disampaikan. Analisis dalam skripsi tersebut adalah pada pelaksanaan dinamika dakwah yang diterapkan melalui pementasan seni Dayakan pada masyarakat di Desa Tuksongo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang memiliki kadar efektifitas dan efisiensi. Indikator yang mendukung statemen efektifitas dan efisiensinya adalah adanya penambahan pengetahuan dan keimanan setelah menyaksikan dan mendengarkan syair-syair maupun materi kesenian tersebut. Dari ketiga skripsi di atas, penulis ingin mengambil segi-segi yang belum diteliti maupun yang penting untuk diteliti ulang atau mungkin celahcelah yang belum disentuh dengan menggunakan pendekatan yang berbeda.
7
Dalam kaitan ini penulis berusaha untuk dapat menyajikan data yang cukup memadai, sehingga nantinya dapat diketahui pesan-pesan dakwah dalam syair kesenian tari Kobro Siswo. 1.5 Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat analisa terhadap teks yang berupa syair kesenian tari, maka digunakan metode Semiotik dan Hermeneutik. Metode Semiotik adalah metode khusus yang biasanya digunakan untuk analisis pemaknaan suatu karya Satra yang mengacu pada tanda-tanda dalam bahasa. Hermeneutik merupakan telaah pada totalitas atau keseluruhan karya Sastra, yang berupa sajak atau bait-bait syair yang terkait dalam satu tema atau keseluruhan karya itu sendiri, (Noeng Muhajir, 1996: 166). E. Sumaryono (1999: 26) dalam bukunya Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat mengemukakan bahwa pada dasarnya penggunaan metode Hermeneutik sangat berhubungan dengan bahasa. Jadi dalam hal ini metode Hermeneutik berfungsi untuk menjelaskan atau menafsirkan makna suatu teks bahasa yang sulit difahami, tanpa mengurangi makna yang terkandung didalamnya. Dalam penelitian ini Hermeneutik diartikan untuk menafsirkan simbol dalam syair untuk dicari arti dan maknanya. Metode ini digunakan untuk lebih menekankan pada kemampuan untuk menafsirkan isi dari syair kesenian tari Kobro Siswo itu sendiri agar lebih mudah difahami dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam syair kesenian tersebut.
8
Menurut Friedrich Ernst Daniel Schleiermacher dalam bukunya E. Sumaryono (1999: 41) mengemukakan ada dua tugas hermeneutik yang pada hakikatnya identik satu sama lain, yaitu interpretasi gramatikal dan interpretasi psikologis. Bahasa gramatikal merupakan syarat berpikir setiap orang. Sedangkan aspek psikologis interpretasi memungkinkan seseorang memahami “setitik cahaya” pribadi penulis. Hermeneutika Schleiermacher berpijak pada prinsip dasar bahwa teks merupakan ekspresi perangkat linguistik yang mentransformasikan ide pengarang kepada pembaca. Dalam aspek linguistik, oleh karenanya, Schleiermacher menunjuk pada bahasa dan kelengkapannya dan dalam aspek psikis dia menunjuk ide subyektif pengarangnya. Dalam pandangan Schleiermacher, agar kita memahami unsur-unsur partikuler dalam teks, pertama sekali, harus memahami teks secara totalitas, pemahaman teks dalam totalitasnya harus tumbuh dari pemahaman unsur-unsur partikuler pembentuk teks, (Nashr Hamid Abu Zaid, 2004: 15) 1.5.1 Metode Pengumpulan Data a. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 1996: 234). Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data yang
berkaitan
dengan
penelitian,
data
tersebut
meliputi
9
organisasinya, kegiatannya, dan untuk menggali data yang belum diperoleh pada saat interview (wawancara). Melalui media seni materi dakwah dapat disampaikan kepada mad’u. Materi dakwah itu meliputi penyampain pesan dengan syair yang dilagukan dalam kesenian tari kobro siswo, dimana syair tersebut berisi seruan atau dakwah yang dapat dipahami melalui lantunan dari lagu-lagu syair tersebut pada setiap pementasan kesenian tersebut. Diantara syair-syair lagu yang dilantunkan pada setiap pementasan tari kobro tersebut, seperti: PUTRO SANTRI Putrone wong santri kudu tansah lungo ngaji Tansah lungo ngaji angudi ilmu agami Putro santri, putro santri putro utomo Monggo poro sepuh meniko jaman wis tuwo Milo poro sepuh angudi ilmu agomo Poro sepuh, poro sepuh pepunden kawulo SISWA ISLAM Bahagia kita siswa Islam putra yang tunduk pada Tuhan bersembahyang pada siang malam untuk ingat pada nikmat Tuhan sholatlah-sholatlah wajib lima waktu kerjakan dengan sungguh-sungguh tak akan lupakan selalu untuk ingat Allah Tuhanku.1 b. Interview (Wawancara) Dalam penelitian ini penulis menggunakan salah satu metode pengumpulan data yaitu interview (wawancara). Yang
1
Syair di ambil oleh penulis dari Buku Dokumen Syair Kesenian Tari Kobro Siswo “Bintang Siswo” Desa Cempoko Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung.
10
dimaksud dengan interview (wawancara) adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan mengajukan beberapa pertanyaan langsung kepada informan atau seorang autoritas (Gorys Keraf, 1970: 157). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan interview adalah memberikan beberapa pertanyaan kepada pelatih, anggota atau sumber lain yang ada hubungannya dengan kesenian tari Kobro Siswo di Desa Cempoko Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung dan warga setempat untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini. Interview yang digunakan oleh peneliti adalah interview dengan teknik bebas, maksudnya dalam mengajukan pertanyaan sudah terlebih dahulu menyiapkan pertanyaan agar tidak terjadi kekeliruan dalam penyampaiannya dan untuk menghindari hal-hal atau ketegangan yang dapat mengganggu jalannya interview tersebut. “Suharsimi Arikunto (1996: 231) menyebutkan bahwa hal lain yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan wawancara adalah interview itu sendiri dilakukan dengan efektif, artinya dalam kurun waktu yang sesingkat-singkatnya dapat diperoleh data sebanyak-banyaknya. Bahasa harus jelas, terarah, suasana harus tetap rileks agar data yang diperoleh adalah data yang obyektif dan dapat dipercaya”. Wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, dimana data tersebut berhubungan sarana yang dimiliki, dan aktifitas yang dilaksanakan oleh anggota
11
kesenian tari Kobro Siswo di Desa Cempoko Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung dalam hubungannya sebagai media dakwah. 1.5.2 Analisis Data Untuk mengalisa data yang terkumpul, dalam penelitian ini akan digunakan metode deskritif kualitatif, yaitu menerangkan data yang disajikan dengan apa adanya pada waktu sekarang (Lexy J. Moleung, 1989: 90). Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Sumadi Suryabrata, 2003: 75). Sebelum data-data tersebut disusun, data yang terkumpul diurutkan menurut kategori yang berbeda, kemudian disusun dalam bentuk teks atau tulisan. 1.6 Sistematika Penulisan Skripsi Untuk dapat memudahkan dalam memperoleh gambaran tentang penulisan skripsi ini, maka perlu penulis sampaikan dalam sistematika penulisan skripsi ini dalam tiap-tiap bab, sebagai berikut : Bab pertama, bab ini memuat secara global mengenai kerangka skripsi yang meliputi : Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teoritik, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi. Bab ke dua, berisi tentang: Tinjauan Tentang Dakwah dan Seni, yang penulis bagi menjadi beberapa sub bab. Sub bab pertama kajian tentang dakwah yang berisikan tentang : Pengertian Dakwah, Hukum Dakwah, Tujuan
12
Dakwah, Materi, Subyek, dan Obyek Dakwah, Metode dan Media Dakwah. Sub bab ke dua membahas tentang seni, yang meliputi : Pengertian Seni, Bentuk-bentuk Seni, Seni dalam Pandangan Islam, Seni sebagai media dakwah. Bab ke tiga, berisi Gambaran Kesenian Tari Kobro Siswo, Syair yang dilantunkan dalam kesenian tersebut dan materi yang terkandung dalam syair tersebut. Bab ke empat, berisi tentang Pesan-Pesan Dakwah dalam Syair Kesenian Tari Kobro Siswo dan ketepatan Syair-syairnya sebagai materi dakwah pada saat sekarang. Bab ke lima, bab ini merupakan bab terakhir yang berisi tentang Kesimpulan, Saran-saran, dan Penutup.