BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pariwisata menjadi salah satu hal yang penting bagi suatu daerah karena
berkembangnya sektor pariwisata di suatu daerah akan menarik sektor lain untuk berkembang.
Berkembangnya
sektor
kepariwisataan
akan
menghasilkan
pendapatan wilayah dari berbagai sisi diantaranya retribusi obyek wisata, pajak hotel, restoran dan industri makanan, perijinan usaha maupun penyerapan tenaga kerja.
Kegiatan
pariwisata
merupakan
kegiatan
yang
strategis
untuk
dikembangkan di Kabupaten Bantul dalam upaya meningkatkan pendapatan daerah dan memperluas lapangan usaha serta kesempatan kerja. Masyarakat Kabupaten Bantul memang sejak lama mengandalkan pemenuhan kebutuhan hidupnya dari kegiatan pertanian dan pariwisata (Asyiawati et.al., 2002). Kabupaten Bantul didominasi oleh obyek wisata pantai sebagai komoditas unggulannya, pantai yang sedang dikembangkan saat ini adalah Pantai Baru Pandansimo. Di pantai ini selain dapat menikmati wisata alamnya, disuguhkan pula aneka makanan ikan laut dari puluhan warung kuliner, dan tersedia juga Tempat Pelelangan Ikan (TPI) bagi wisatawan yang ingin membeli ikan. Banyaknya warung kuliner, adanya TPI, dan semakin meningkatnya wisatawan akan menimbulkan permasalahan sampah karena terakumulasinya sampah organik berupa sisa-sisa makanan dari warung kuliner ditambah lagi belum adanya sistem pengelolaan sampah di Pantai Baru Pandansimo. Menurut (Ardhanu, 2013), potensi limbah ikan berupa tulang, kepala dan jeroan ikan di pantai Baron mencapai 2 kuintal perpekan. Sedangkan di Pantai Depok mencapai 1
2
1 ton pada hari libur, atau rata-rata 4-5 kuintal perpekan. Limbah sebanyak itu, jika tidak ditangani secara tepat akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sebab limbah tersebut dapat meningkatkan Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Saat ini, pengelolaan sisa-sisa makanan di Pantai Baru Pandansimo hanya dibuang, ditimbun dan dibiarkan membusuk sehingga menimbulkan bau kurang enak dan mengganggu kenyamanan wisatawan. Oleh karena itu pengembangan wilayah pantai ini akan diarahkan kepada konsep zero waste. Bahwa zero waste tersebut mencakup proses untuk memaksimalkan recycling, meminimalisasi limbah, mengefektifkan konsumsi dan memastikan suatu produk dapat didaur ulang sehingga limbah yang dihasilkan mendekati nilai nol. Walaupun secara umum proses zero waste akan menghasilkan zat sisa limbah kembali, tapi yang paling diharapkan dalam prinsip zero waste adalah limbah yang dihasilkan dapat direduksi seminimal mungkin dari sumbernya dengan mudah dan cepat serta dapat membimbing masyarakat dalam mengubah gaya hidup mereka. Jadi, untuk mendukung kebijakan zero waste di Pantai Baru Pandansimo dengan mengolah limbah yang dihasilkan pada kawasan tersebut guna mengurangi tingkat bahaya limbah dan menciptakan nilai ekonomis dari limbah. Sehingga pada tanggal 8 Juli 2013 Pantai Baru Pandansimo dicanangkan sebagai kawasan zero waste oleh Bupati Bantul dan Dekan Fakultas Teknik UGM. Pengelolaan limbah dengan cara ramah lingkungan memerlukan upaya yang tepat, salah satunya dengan cara memanfaatkan limbah dari warung kuliner
3
berupa tulang ikan dan limbah udang menjadi pakan ikan karena tingginya kandungan protein pada limbah tersebut sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi ikan. Kendala mahalnya harga pakan ikan di pasaran saat ini dan masih tingginya kebutuhan masyarakat sekitar terhadap pakan ikan tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan limbah ini menjadi pakan ikan. Pemanfaatan limbah menjadi pakan buatan dinilai sebagai salah satu solusi untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan nilai ekonomi dari limbah (Alex, 2011). Pakan ikan yang berkualitas tidak hanya bisa dilihat dari jumlahnya, tetapi juga dari nilai gizinya antara lain protein, lemak, dan mineral (Dharmawan, 2011). Sehingga dengan adanya pakan buatan berbahan baku limbah sisa makanan dari warung kuliner di Pantai Baru Pandansimo selain dapat meringankan beban masyarakat dalam pembelian pakan juga memberi solusi dalam mengurangi limbah organik sehingga Pantai Baru Pandansimo sebagai kawasan zero waste dapat terealisasi.
1.2
Perumusan Masalah Pengelolaan sampah sampai saat ini masih menjadi masalah di Pantai
Baru Pandansimo. Bermacam-macam sampah telah diproduksi dari berbagai kegiatan di kawasan Pantai Baru Pandansimo setiap harinya mulai dari sampah organik seperti sisa-sisa makanan berupa tulang ikan, limbah udang serta limbah daun dan non-organik berupa plastik, kertas, dan botol, namun pengolahannya masih bersifat pasif yaitu sampah yang tertimbun hanya dibuang atau dibakar tanpa melalui proses pengolahan lebih lanjut. Pertambahan wisatawan di Pantai Baru Pandansimo yang semakin banyak terutama di hari libur berbanding lurus
4
dengan jumlah timbunan sampah. Permasalahan semakin rumit ketika pengunjung dan masyarakat sekitar pantai tidak mempunyai kepedulian untuk membuang sampah pada tempat yang telah disediakan, bahkan kebanyakan orang tidak mau tahu akan volume timbunan sampah yang diproduksi dan bahaya yang akan ditimbulkan. Oleh karena itu, perlu penanganan secara serius untuk menciptakan suatu kawasan pantai yang bersih, aman, nyaman, sejuk dan asri menuju terciptanya kawasan zero waste. Diperlukan manajemen sampah yang baik dan terintegrasi seiring pertambahan volume sampah terutama sampah organik berupa limbah sisa makanan dari warung kuliner yang semakin meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan penyelesaian yang cepat dan mudah agar terjaganya siklus pengolahan sampah yang baik dengan konsep zero waste. Pengolahan sampah dengan konsep zero waste tidak hanya dititik beratkan pada pengolahan sampah yang dihasilkan tetapi juga untuk mereduksi produksi sampah dengan reuse dan reduce. Sehingga dengan berkurangnya produksi sampah maka timbunan sampah juga akan berkurang. Dengan memanfaatkan limbah yang dihasilkan di kawasan Pantai Baru Pandansimo menjadikan limbah tersebut lebih berdaya guna dan memberikan dampak positif bagi lingkungan pantai. Salah satu solusinya yaitu dengan pembuatan pakan ikan dengan memanfaatkan limbah sisa makanan dari warung kuliner yang berupa tulang ikan dan limbah udang, hal ini memberikan solusi dalam mengurangi limbah organik tersebut dan menciptakan kawasan zero waste di Pantai Baru Pandansimo.
5
Dari penjelasan permasalahan diatas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penanganan limbah organik berupa tulang ikan dan limbah udang yang dihasilkan pada kawasan Pantai Baru Pandansimo dapat dijadikan sebagai komoditi yang bermanfaat guna menciptakan kawasan zero waste. 2. Apakah pemanfaatan limbah tulang ikan dan limbah udang yang dihasilkan di Pantai Baru Pandansimo dapat dibuat pakan ikan dalam mendukung implementasi zero waste di kawasan tersebut. 3. Apakah volume limbah tulang-tulang ikan dan limbah udang yang diolah menjadi pakan ikan akan mengurangi kuantias limbah organik di kawasan Pantai Baru Pandansimo.
1.3
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui sejauh mana dampak positif pemanfaatan limbah sisa makanan dari warung kuliner terhadap Pantai Baru Pandansimo untuk menciptakan kawasan zero waste. 2. Mengurangi kuantitas limbah sisa makanan dari warung kuliner yang dihasilkan pada kawasan Pantai Baru Pandansimo dengan memanfaatkan limbah tersebut menjadi pakan ikan. 3. Mengetahui variasi formulasi pakan ikan dari limbah sisa makanan dari warung kuliner yang memiliki gizi lebih baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ikan.
6
1.4
Batasan Masalah 1. Kuantitas sampah yang dimaksud adalah jumlah sampah organik khususnya limbah tulang ikan dan limbah udang pada kawasan Pantai Baru Pandansimo dari warung kuliner. 2. Bakan baku yang dipakai dalam penelitian ini adalah limbah tulangtulang ikan dan limbah udang dari warung kuliner di Pantai Baru Pandansimo. 3. Analisis yang dilakukan adalah analisis proksimat yaitu uji laboratorium untuk mengetahui kandungan protein, lemak, dan mineral yang terdapat pada pelet pakan ikan hasil formulasi penelitian.
1.5
Manfaat Penelitian 1. Memberikan solusi masalah pencemaran limbah sisa makanan dari warung kuliner di Pantai Baru Pandansimo dengan menerapkan konsep zero waste yang mengintegrasikan prinsip 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) dengan pengolahan limbah tersebut sedekat mungkin dari sumbernya. 2. Merencanakan kawasan zero waste dengan pengelolaan limbah tulangtulang ikan dan limbah udang sebagai pakan ikan yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
7
1.6
Keaslian Penelitian Penelitian tentang pembuatan pakan ikan dari limbah belum banyak
dilakukan, ada beberapa penelitian menurut studi literatur yang sudah pernah dilakukan yaitu tentang karakterisasi dan pemanfaatan sludge hasil samping produksi biogas sampah buah di Pasar ‘Gemah Ripah’ Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian (Martutik, 2010) dari enam sampel sludge hasil proses anaerobic digestion produksi biogas, sampah buah hari ke 40 lebih berpotensi sebagai pakan hewan ternak/ikan dibandingkan hari ke 100, karena semakin lama proses anaerobic digestion kurang baik sebagai pakan hewan ternak/ikan. Sehingga, perlu meningkatkan kualitas/mutu pakan ternak lele dumbo induk agar memenuhi SNI dengan menambahkan makanan alamiah dan makanan tambahan pada pakan ikan lele dumbo yang mengandung protein tinggi agar memenuhi SNI pakan ternak lele dumbo. Pada penelitian lainnya tentang pemanfaatan limbah udang putih (Penaeus merguensis) dan limbah sawi putih (Brasica chinensis) sebagai pakan ikan alternatif menunjukkan bahwa kandungan abu, serat kasar, tekstur dan daya apung pakan di air belum memenuhi persyaratan yang ditentukan berdasarkan SNI-01-4087-2006, sedangkan kandungan air, protein, lemak, karbohidrat dan kestabilan pakan di dalam air telah memenuhi persyaratan yang ditentukan berdasarkan SNI-01-4087-2006 (Lokra, 2009). Kemudian penelitian (Supomo, 2012) tentang optimasi sistem pemanfaatan ekskreta ayam petelur sebagai bahan baku pembuatan pelet pakan ikan lele. Dari uji proksimat, didapatkan kandungan
8
protein yang memenuhi SNI yaitu FR3 dan FR4 sebesar 25,02% dan 25,21%, dengan standar protein minimal 25%. Kandungan lemak yang memenuhi SNI adalah FR3 dan FR4 yaitu 5,52% dan 5,76% dengan standar minimal 5%. Kemudian menurut (Sahwan, 2004) dalam Strategi Pengelolaan Sampah di Kawasan Pantai Kepulauan Seribu, dalam penelitiannya pengelolaan sampah yang baik sangat penting untuk melindungi kesehatan masyarakat pulau, menjaga kebersihan kawasan wisata dan pemukiman serta menjaga kulitas lingkungan. Kebijakan pengelolaan sampah di Kepulauan Seribu sebaiknya mengacu pada sistem pengelolaan sampah terpadu yang memandang sampah sebagai sumberdaya. Penelitian mengenai zero waste di Pantai Baru Pandansimo sendiri belum banyak dilakukan namun sudah ada beberapa diantaranya penelitian (Darmawi, 2013) dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan melakukan proses pengomposan daun cemara udang di kawasan Pantai Baru, mampu mengurangi volume timbulan sampah sebesar 77% dan mengurangi berat timbulan sampah sebesar 61%. Pengolahan sampah akan memberikan manfaat positif sebanyak 80% tidak terjadinya penumpukan sampah dan sebanyak 20% memberikan edukasi kepada masyarakat tentang manfaat pengolahan sampah. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sabono, 2013) yang berjudul Perancangan Konsep Zero Waste pada Master Plan Kawasan Pantai Baru Pandansimo Bantul, dalam penelitian yang akan dilakukannya perlu adanya sebuah penanganan jangka panjang dalam menentukan keberlangsungan kawasan yang sehat dan eksistensi kawasan wisata bahari pada Pantai Baru Pandansimo yakni dengan melakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
9
faktor-faktor
yang
menyebabkan
terjadinya
permasalahan
sampah
serta
memberikan arahan atau usulan berupa penataan master plan kawasan dengan konsep zero waste sehingga menciptakan kawasan Pantai Baru Pandansimo sebagai kawasan yang bebas limbah kedepannya. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah penulis kutip diatas dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis “Pemanfaatan Limbah Tulang-Tulang Ikan Menjadi Pelet Pakan Ikan untuk Menciptakan Kawasan Zero Waste di Pantai Baru Pandansimo Kabupaten Bantul” adalah karya penulis dimana penelitian ini tidak hanya membahas proses pembuatan pakan saja, melainkan juga membahas bagaimana proses pembuatan pakan tersebut memberikan dampak yang signifikan terhadap penyelesaian masalah sampah di kawasan pantai. Pemanfaatan Limbah Tulang-Tulang Ikan Menjadi Pelet Pakan Ikan untuk Menciptakan Kawasan Zero Waste di Pantai Baru Pandansimo Kabupaten Bantul
Penelitian pakan ikan
Penelitian zero waste
Penelitian Kawasan Pantai
Gambar 1.1 Keaslian Penelitian
10
1.7 Kerangka Berfikir Kerangka pemikiran dari penelitian ini secara skematis disampaikan pada Gambar 1.2 dibawah ini. Sumber sampah dari Pantai Baru Pandansimo menghasilkan limbah organik dan anorganik berupa sampah plastik, kertas, botol, steroform, serta sisa makanan. Sampah tersebut berasal dari pengunjung pantai dan warung kuliner yang berjumlah puluhan, juga terdapat limbah sisa-sisa makanan dari warung kuliner dalam jumlah cukup banyak dan limbah tersebut belum dikelola untuk dimanfaatkan kembali oleh masyarakat sekitar, karena selama ini kebiasaan masyarakat sekitar pantai pengelolaan sampah hanya dibuang, ditimbun, ataupun dibakar. Namun, hal ini menyebabkan rusaknya lingkungan sekitar pantai dan mengganggu kenyamanan para wisatawan. Sebaiknya sampah dipilah terlebih dahulu dan mengolahnya agar sampah memiliki nilai fungsi. Contohnya saja limbah sisa makanan dari warung kuliner tersebut ternyata masih mengandung protein yang tinggi sehingga berpotensi jika diolah menjadi pelet pakan ikan. Pelet yang dihasilkan akan menjadi input bagi kawasan Pantai Baru Pandansimo untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi ikan di tambak ikan di kawasan tersebut. Selain dapat meringankan beban bagi petani budidaya ikan dalam pembelian pakan ikan juga dapat tercipta kawasan zero waste di Pantai Baru Pandansimo.
11
Kawasan Pantai Baru Pandansimo Sumber sampah di Pantai Baru Pandansimo Pemisahan sampah
Sampah anorganik
Sampah organik
Limbah perikanan, sisa makanan, sisa buahbuahan, limbah sayuran, jerami padi.
Dibuat pelet pakan ikan Dimanfaatkan untuk pelet pakan ikan di tambak ikan warga sekitar.
Sampah berbahaya
Besi, kaca, baterai, steroform
Residu
Kain, plastik basah, kayu
Diserahkan kepada petugas kebersihan dan dibuang ke TPA
Kawasan Zero Waste Gambar 1.2. Kerangka pemikiran.
Sampah laku jual
Botol, kaleng, kertas, plastik, kardus, dll Dijual ke pengepul