1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Iklim dan situasi politik serta pemerintahan yang berlangsung di Negara-negara berkembang patut kita ikuti. Banyak sekali hal-hal kontroversial yang terjadi didalamnya. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang layak diikuti setiap langkah kebijakan dari pemerintah. Pemerintah sebagai wakil yang mampu mewakili dan berjuang untuk masyarakat kini telah dihadapkan kembali dengan situasi yang sulit, yaitu naiknya harga minyak dunia. Indonesia yang notabene merupakan negara yang
kaya
akan
alamnya
bahkan
sebelum
negara
Timur
Tengah
mengeksploitasi minyaknya secara komersial. Tetapi keadaan dewasa ini sangat bertolak belakang karena Indonesia mengalami mimpi buruk lagi pada 22 juni 2013 kemarin akibat melambungnya harga minyak dunia, yaitu naiknya harga bahan bakar minyak atau biasa disebut BBM. Menanggapi hal tersebut masyarakat merasa kinerja pemerintah semakin diragukan. Masyarakat Indonesia semakin lama merasakan beban yang berat. Karena hampir sebagian besar masyarakat di Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dikenal sebagai partai Islam ikut geram terhadap isu kenaikan harga BBM yang terjadi. PKS menolak kenaikan harga BBM, karena pemerintah dapat melakukan kebijakan lain agar kenaikan harga BBM tidak terjadi. Karena apabila kenaikan harga BBM terjadi akan berdampak ke berbagai sektor. commit to user Tetapi PKS sebagai partai koalisi dari beberapa partai, PKS dinilai tidak 1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
konsisten. Dalam pemberitaannya di pada surat kabar Solopos (5/6), ”PD (Partai Demokrat) sebut PKS munafik”. Dari tagline yang terlihat bahwa PKS sebagai anggota koalisi diharapkan mampu mendukung partai yang berkoalisi yang salah satunya merupakan partai besar yaitu Demokrat dimana Presiden kita Susilo Bambang Yudhoyono juga tergabung dalam partai tersebut. Partai Demokrat (PD) mengharapkan PKS dapat sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Tetapi PKS sebagai anggota memilih menolak kebijakan tersebut. Oleh karena itu PD juga ikut geram dan menilai PKS munafik. Pemberitaan terkait politik atau kebijakan dari pemerintah sepertinya berita yang menarik diperbincangkan. Kenaikan BBM menuai banyak pro dan kotra di tengah-tengah masyarakat yang sangat heterogen di Indoneisa sama seperti ciri-ciri komunikasi yang di ungkapkan Herbert Blumer dalam ”Pengantar Komunikasi Massa”, bahwa audiens dari media massa mempunyai banyak perbedaan dari asal kelompoknya dalam masyarakat. Lewat media massa kita dapat mengetahui banyak hal termasuk salah satunya berita kenaikan harga BBM yang kontroversial. Media massa seperti televisi, radio, surat kabar dan media online kini datang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam memberikan informasi. Begitu banyak pilihan bagi masyarakat untuk memperoleh informasi. Media cetak, dalam hal ini surat kabar juga turut menyajikan informasi berita baik lokal, nasional, bahkan internasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
Media tentu tidak hanya menyalurkan realitas ke dalam bentuk teks. Sebab, media mempunyai realitas, kaidah dan kesepakatan – kesepakatan proses yang dilembagakan sendiri. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin orang dalam struktur internal media memiliki agenda atau minimal perspektif sendiri. Hal itu membuat kemasan peristiwa terbingkai sesuai perspektif mereka sendiri. Sebab, satu media dengan media yang lain tentu memiliki visi, misi, karakter dan kebijaksan redaksional sendiri – sendiri. Itu jelas mengandung konsekuensi pada liputan apa yang harus ditulis, bagaimana gaya penulisanya, dan dimana posisi yang harus diambil menjadi hal yang sangat esensial; dalam setiap liputan. Media massa sekarang ini bukanlah hanya sebagai lembaga sosial semata, tetapi tetap berorientasi terhadap profit. Serta didalam sebuah media didalamnya terdapat kepentingan-kepentingan tertentu. Oleh karena itu media massa tidak semata-mata menyebarkan apa berita yang tidak perlu, tetapi menyeleksinya terlebih dahulu. Media massa membutuhkan modal yang besar dan pemilik modal berhak mempunyai kepentingan didalamnya juga, apalagi dibalik itu semua terdapat politikus yang sekaligus menngunakan media massa sebagai kendaraan untuk ideologinya. Kekuatan media untuk mempengaruhi khalayaknya sangatlah kuat. Media dapat membuat seseorang terkenal dengan cepat dan dapat juga menjatuhkan dengan seseorang dengan mudah juga sehingga khalayak sering mengatakan bahwa media massa itu sangatlah powerfull. Pesatnya pertumbuhan industri media sekarang ini mempengaruhi kompetisi diantara media massa itu sendiri. Dengan adanya kebebasan pers commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
saat ini, masyarakat pun dengan mudah mengakses segala macam informasi. Tak terkecuali informasi yang berhubungan dengan kebijaksanaan pemerintah baik pusat atau daerah. Dalam tataran pemerintah daerah, pers lokal lebih dominan dalam pemberitaaan seputar kebijakan pemerintah atau tentang informasi setempat. Beberapa penerbitan pers mulai melirik dan mengelola peristiwa daerah sebagai bahan sajiannya. Hal ini menyangkut karateristik surat kabar yang bersangkutan untuk menjangkau khalayaknya dalam mendapatkan informasi tentang keadaan yang dekat dengannya. Penelitian ini mencoba menganalisis isi berita di Harian Umum Solopos dan Joglosemar sebagai obyek kajian. Ketertarikan ini disebabkan peneliti ingin melihat bagaimana kecenderungan media, dalam hal ini Solopos dan Joglosemar. Solopos dan Joglosemar merupakan harian umum daerah Surakarta.
Bagaimana
keberpihakan
kedua
media
tersebut
tentang
pemberitaan isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan penolakan kenaikan harga BBM oleh PKS pada periode 1 juni – 1 Juli 2013. Pemilihan surat kabar Solopos dan Joglosemar sebagai objek penelitian dikarenakan peneliti ingin membandingkan ke dua surat kabar tersebut. Sebagaimana kita ketahui bahwa Solopos adalah koran daerah yang terbit di Kota Solo sedangkan Joglosemar merupakan koran yang distribusinya meliputi Jawa Tengah. Solopos sebagai koran lokal yang hadir di Kota Solo ternyata sudah mampu menjadi bagian dari masyarakat Kota Solo. Kebutuhan masyarakat Kota Solo terhadap koran Solopos sudah tidak bisa dipisahkan lagi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
Kecenderungan ini karena Solopos dapat memberikan informasi di sekitar Solo yang masyarakat butuhkan, tetapi tetap menampilkan isu-isu nasional. Sedangkan Joglosemar adalah koran yang berdomisili di Kota Solo juga, tetapi lebih besar jangkauan distribusinya yaitu sesuai dengan namanya yang meliputi eks-Karesidenan Surakarta, Solo dan Yogyakarta. Tidak hanya itu saja ke dua harian umum ini juga mempunyai visi dan susunan organisasi yang berbeda. Dari perbedaan perbedaan di atas, penulis ingin mengetahui apakah ada keberpihakan media pada Solopos dan Joglosemar dilihat dari isi berita isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan penolakan kenaikan harga BBM oleh PKS. Pada prinsipnya SOP (Standar Operation Product) SOLOPOS yang didapatkan dari hasil wawancara dengan salah editor SOLOPOS yang diringkas sebagai berikut : 1) Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran. Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang mereka butuhkan untuk berdaulat. Bentuk “kebenaran jurnalistik” yang ingin dicapai ini bukan sekadar akurasi, namun merupakan bentuk kebenaran yang praktis dan fungsional. Ini bukan kebenaran mutlak atau filosofis, 2) Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi. Yang membedakan antara jurnalisme dengan hiburan, propaganda, fiksi, atau seni, adalah disiplin verifikasi. 3) Jurnalis harus tetap independen dari pihak yang mereka liput Jurnalis harus tetap independen dari faksi-faksi. Independensi semangat dan pikiran harus dijaga wartawan yang bekerja di ranah opini, kritik, dan komentar. 4) Jurnalis harus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
melayani sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan. Jurnalis harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan. Wartawan tak sekedar memantau pemerintahan, tetapi semua lembaga kuat di masyarakat. 5) Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik maupun komentar dari publik. Apapun media yang digunakan, jurnalisme haruslah berfungsi menciptakan forum di mana publik diingatkan pada masalah-masalah yang benar-benar penting, sehingga mendorong warga untuk membuat penilaian dan mengambil sikap. 6) Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting itu menarik dan relevan. Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk membuat hal-hal yang penting menjadi menarik dan relevan untuk dibaca, didengar atau ditonton. 7) Jurnalis harus menjaga agar beritanya komprehensif dan proporsional. 8) Jurnalis memiliki kewajiban untuk mengikuti suara nurani mereka. 9) Setiap jurnalis, dari redaksi hingga dewan direksi, harus memiliki rasa etika dan tanggung jawab personal, atau sebuah panduan moral (Wawancara, tanggal 20 Oktober 2013). Mekanisme kerja redaksi Solopos seperti media massa lainnya khususnya surat kabar, mekanisme kerja redaksi dimulai dari berita-berita yang disampaikan oleh reporter. Berita dari reporter dikirim ke masingmasing redaktur. Selanjutnya oleh redaktur diedit dan tentu saja dilengkapi dengan data-data kalau memang memungkinkan. Dengan harapan dengan data-data pendukung tersebut dapat menambah bobot berita dan menambah lengkap isi berita. Oleh redaktur, berita tersebut disampaikan dalam rapat sore sekitar pukul 14.00 apakah sekitanya berita tersebut layak untuk dimuat di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
halaman 1 atau diusukan di halaman Soloraya atau cukup di halaman dalam. Dalam rapat redaksi itulah masing-masing redaktur mengajukan berita yang paling kuat dari masing-masing desk. Hanya berita yang paling kuat dan menarik bagi pembaca lah yang bisa masuk ke halaman 1. Dalam penentuan berita itu layak di halaman 1 atau tidak kadang disertai dengan diskusi panjang atau bahkan perdebatan sengit. Perdebatan sangat biasa bagi kami dan kami anggap wajar. Semuanya bermuara bagaimana bisa menampilkan berita yang berkualitas dan benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat pembaca. Berita yang telah diedit selanjutnya di lay out oleh tim artistik sesuai dengan tata letak yang telah dipersiapkan. Kalau sudah jadi, tim artistik menge print hasilnya untuk diserahkan kepada redaktur yang bersangkutan, dan redaktur halaman menyerahkan ke redaktur piket untuk dikoreksi. Itu semua untuk meminimalisasi kesalahan. Naskah lay out jadikan file PDF dan selanjutnya siap untuk dicetak. Dalam rapat redaksi biasanya memang terjadi silang pendapat. Kebijakan redaksi ditentukan dalam mekanisme rapat redaksi itu. Apabila dalam rapat tersebut terjadi perbedaan, dan belum ada titik temu, maka keputusan bisa diambil oleh redaktur pelaksana. Pemred juga kadang mengambil keputusan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Prinsip kerja di surat kabar adalah kerja tim. Tidak bisa tim tertentu bekerja sendiri tanpa memperhatikan tim lainnya. Desk yang ada harus saling bekerja sama dan saling bersinergi. Biasanya redaktur pelaksana memberikan arahan kepada redaktur untuk suatu isu tertentu termasuk bagaiamana mendesain suatu isu agar dapat menarik bagi masyarakat pembaca. Hal-hal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
apa yang harus dilakukan agar berita yang dihasilkan bisa komprehensif dan unggul dibandingkan dengan media kompetitor. Hal itu juga dilakukan oleh redaktur kepada reporter khususnya mengenai perancangan peliputan. Beritaberita apa yang akan disajikan untuk edisi besok dan investigasi apa yang harus dilakukan.bahkan seorang redaktur pelaksana juga mendapat arahan dari pemimpin redaksi ataupun dari wakil pemimpin redaksi. Arahan-arahan tersebut bukan hanya bersifat top down tapi bisa jadi masukan dari sesama redaktur. Biasanya masukan-masukan itu disampaikan dalam rapat redaksi. Namun demikian, masukan bisa disampaikan langsung kepada redaktur atau reporter sesuai dengan kebutuhan yang ada. Pengambilan Keputusan Bagian Redaksi dalam Surat Kabar Joglosemar dengan mengacu pada studi pendahuluan yang telah dilakukan diantaranya : 1) Mengadakan rapat budgeting atau rapat redaksi, 2) Memilih isu-isu yang menarik di khalayak, 3) Pengolahan isu-isu, 4) Berita atau isu-isu yang menyangku hajat hidup orang banyak atau khalayak seperti berita kenaikan BBM mempunyai porsi yang besar untuk dimunculkan pada media, 5) Sudut pandang diambil dari banyak aspek yang dapat dimunculkan, 6) Isuisu yang menyangkut politik, pemerintah dan masyarakat di sajikan berimbang, sesuai porsi, 7) Untuk mengurangi keberpihakan media atau untuk tindakan netralitas media, Joglosemar biasanya mereduksi atau menyaring berita pada bagian redaksi. Serta menambah narasumber sebagai bahan pemberitaan agar tidak cenderung berpihak kepada pihak manapun, 8) Redaktur dalam proses pengolahan isu yang terjadi biasanya mendapatkan isucommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
isu tersebut dari jurnalis dilapangan yang selalu dikawal dan diberi ramburambu agar isu-isu yang dipilih sesuai dengan bagian redaksi dan tentu sesuai dengan jargon Joglosemar itu sendiri, yaitu jernih dan Bernilai. Pemberitaan dalam media harus menjunjung tinggi obyektivitas dalam kaitannya dengan kualitas informasi. Maka prinsip objektivitas sangatlah dijunjung tinggi terutama wartawan dalam menyajikan beritanya. Menurut Mc Quail, objektivitas mengandung banyak pengertian antara lain, objektivitas merupakan nilai sentral yang mendasari disiplin profesi yang dituntut wartawan sendiri, prinsip itu sangat dihargai dalam kebudayaan modern, termasuk di luar bidang media massa terutama kaitannya dengan rasionalitas ilmu pengetahuan dan birokrasi. Objektivitas mempunyai korelasi dengan independensi, prinsip tersebut sangat dihargai bilamana kondisi keanekaragaman mengalami kemunduran, yaitu kondisi yang diwarnai semakin menurunnya jumlah sumber dan semakin meningkatnya uniformitas (dengan kata lain situasi monopolitis semakin hampa). Dengan demikian, objektifitas diperlukan untuk mempertahankan kredibilitas. (Mc Quail, 1996: 129) Memang lebih mudah menyatakan secara tegas makna yang seharusnya dikandung oleh prinsip objektifitas. Digambarkan dalam buku Teori Komunikasi Suatu Pengantar, pelbagai komponen prinsip itu ditampilkan oleh J. Watershahl dalam skema yang diciptakan secara khusus untuk kepentingan penilaian kadar netralitas dan keseimbangan sistem siaran. Skema ini juga mengakui bahwa penyajian laporan atau berita secara objektif commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
harus mencakup nilai- nilai dan fakta- fakta itu sendiri memiliki implikasi evaluativ. (Watershahl, 1996: 130) Skema 1 1. Komponen utama obyektivitas berita menurut Westersthal Objektifitas Kefaktualan
Impartialitas
Kebenaran
Relevansi
Keseimabangan
Faktual
Normatif
Akses Proposional
Akurasi
Jurnalistik
Lengkap
Khalayak
Dua sisi
Netralitas Non-Evaluatif Non-sensasional
Real-world
Dalam skema tersebut,Westerstahl membagi objektifitas ke dalam dua kriteria, yakni faktualitas dan impartialitas. Faktualitas dapat diwujudkan jika didukung oleh kebenaran (truth) dan relevansi (relevance). Sementara itu, impartialitas hanya bisa ditegakkan jika didukung oleh keseimbangan (balance) dan netralitas (neutrality). Kefaktualan dikaitkan dengan bentuk penyajian laporan tentang peristiwa atau pernyataan yang dapat dicek kebenarannya pada sumber dan disajikan tanpa komentar. Impartialitas dihubungkan dengan sikap netral wartawan (reporter), suatu sikap yang menjauhkan setiap penilaian pribadi (personal) dan subjektif demi pencapaian sasaran yang diinginkan. Kefaktualan
ditentukan
oleh
beberapa
kriteria
kebenaran
antara
lain,keutuhan laporan, ketetapan yang ditopang oleh pertimbangan commit to user independen dan tidak adanya keinginan untuk menyalaharahkan atau
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menekan. Relevansi lebih sulit ditentukan dan dicapai secara objektif, namun pada dasarnya relevansi sama pentingnya dengan kebenaran dan berkenaan dengan proses seleksi, bukannya dengan bentuk atau penyajian. Obyektivitas mempersoalkan kebenaran fakta, apakah fakta yang sesungguhnya sama dengan fakta dalam pemberitaan pers. Dihubungkan dengan soal representasi fakta dalam jurnalisme, maka obyektivitas memiliki dua elemen, yakni faktualitas dan impartilitas. Faktualitas menyangkut kebenaran dan relevansi, sedangkan impartilitas memiliki dimesi keberimbangan dan netralitas. Sub dimensi netralitas dapat ditentukan dengan penyajian yang non- evaluative (tidak adanya pencampuran antara fakta dan opini) dan non- sensional (kesesuaian judul dan isi, serta tidak ada dramatisasi) Imparsialitas juga mensyaratkan adanya peliputan yang tidak memihak salah satu pihak. Tidak memihak ini dalam kurun waktu lama bisa dilakukan dengan peliputan cover both sides (meliput dua sisi secara seimbang). Jika ada dua pihak yang bertikai, maka pers punya tugas untuk meliput kedua belah pihak itu secara seimbang. Pers jelas tidak diperkenankan melihat dengan lebih membela salah satu pihak saja. (Nurudin, 2009:90) Pemberitaan tentang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dikeluarkan dari partai koalisi diberitakan oleh Solopos dan Joglosemar memiliki perspektif dan gaya bahasa yang berbeda pada
beritanya.
Pemberitaan pada Harian Solopos dan Joglosemar dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
Table 1.1 Perperspektif dan Gaya Pemberitaan di Surat Kabar Solo Pos Joglosemar Cover depan Sifat/Isi Cover depan Sifat/Isi Kamis, 13 PKS didepak Berita ini bersifat SBY Berita ini bersifat Juni 2013 dari setgap favorable karena ceraikan favorable karena merujuk pada isi PKS isinya memberi yang dukungan dukungan positif positif SBY untuk SBY untuk mendepak PKS mengeluarkan dari Setgap. PKS dari Setgap. Selasa, 21 3 menteri Berita bersifat Menteri PKS Berita ini Juni 2013 PKS hadir Netral, berita di juga hadir disampaikan oleh saat sampaikan olej saat Menteri Jero pengumuman Menteri ESDM pengumuman Wacik dengan isi Jero Wacik yang informasi bahwa berisi informasi menteri PKS hadir bahwa fakta pada bahwa ada pengumumna kehadiran menteri kenaikan BBM, PKS pada yang semula pengumuman menolak kenaikan kenaikan BBM. BBM itu Sumber : Surat Kabar Solo Pos dan Joglosemar, 2013. Hari/tanggal
Dari tabel diatas, berisi berita pengumuman kenaikan BBM ini memiliki perspektif yang hampir sama, kedua media memiliki tujuan yang sama yaitu pengumuman BBM yang dihadiri oleh ketiga menteri PKS yang sebelumnya diberitakan menolak kenaikan BBM. Sedangkan isi berita bersifat netral karena berisi informasi yang disampaikan oleh menteri ESDM. Detapi dalam prakteknya tidak sesederhana itu. Pertama, mengenai penafsiran terhadap prinsip keberimbangan atau both- side, apabila ditafsirkan sebagai sumber berita hanya berasal dari dua pihak yang berkonflik mungkin pers bisa membuat berita yang berimbang secara commit to user kuantitatif tetapi bukan itu tujuannya. Tujuan jurnalisme dengan prinsip
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keberimbangan adalah menemukan kebenaran, namun tugas ini bukan tugas sederhana. Ada banyak kepentingan “berbicara” yang pada akhirnya memberi bentuk pada kebenaran. Itu terjadi sejak reporter mengumpulkan fakta di lapangan, siapa yang diwawancarai, apa yang ditanyakan, bagaimana berita ditulis, bagian yang mna yg ditonjolkan dan diabaikan, hingga saat redaktur melakukan penyuntingan dan pemuatan. Pers dipilihannya sendiri telah menempatkan diri ditengah ketegangan antara pihak yang memiliki kepentingan dan khalayak sebagi konsumen berita. Dengan posisinya itu pers menanggung kewajiban utama menyampaiakan kebenaran melalui, antara lain sikap tidak memihak (netral). Dengan kata lain, pers dituntut menyampaikan berita secara objektif. Kemudian yang kedua, jurnalisme harus dipahami lebih luas. Artinya, both- side harus ditafsirkan all- side. Dengan all- side, fakta akan diverifikasi, dicek, dikonfirmasi, bukan hanya pada kubu lawan tapi juga dengan sumber lain. Ketiga, validitas data penting agar kebenaran tidak menjadi monopoli satu sumber berita atau wartawan. Pada dasarnya dalam berita merupakan hasil interaksi antar wartawan dan berbagai sumber berita, dikenal sebagai intersubyektivitas. Keseimbangan
dalam
pemberitaan
(balance)
dan
netralitas
(neutrality) sering disamakan dengan ketidakberpihakan. Keseimbangan berhubungan dengan seleksi dan substansi sebuah berita, yakni seleksi fakta yang ingin ditampilkan dalam berita. Keseimbangan dalam berita dapat dilihat dari elemen keseimbangan representasi sumber berita yang dikutip commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
dalam peliputan, kecenderungan pernyataan yang berlebihan di dalam pemberitaan, melalui kalimat pujian atau kritikan, dan keseimbangan dalam data dan fakta yang dibutuhkan dalam menyampaikan berita. Bila keseimbangan berita dapat dilihat dengan jelas pada berita, maka aspek netralitas dapat dipahami bila keseluruhan berita telah dimengerti dan seringkali netralitas tidak eksplisit. Pada dasarnya netralitas menempatkan berita pada posisi seimbang dan tidak melebih- lebihkan fakta. Di dalam aspek netralitas terdapat dua sub dimensi, yakni non- evaluative (berita tidak memberikan penilaian atau judgement) dan non- sensasional (berita tidak melebih- lebihkan fakta yang diberitakan). Dalam Journal of Communication 4 (2010: 721), Yasmine T. Dabbous mengatakan: “Together, fairness and balance constitute one of the main tenets of objectivity (Cohen-Almagor, 208; Mindich, 1998). Others include detachment, nonpartisanship, accuracy, and truthfulness. The two concepts have replaced the unachievable sense of objectivity as scientific neutrality, popular at the beginning of the 20th century (Durham, 1998; Fico & Cote, 1997). Mindich (1998) compares fairness and objectivity to a seesaw. “The idea here is that journalists can find truth by offering two competing truth claims,” he wrote (p. 7). Although journalism reviews and textbooks frequently refer to objectivity, fairness, and balance as standards of quality journalism, the concepts have been strongly questioned in the academic field, especially in the latter part of the 20th century (Durham, 1998). Some scholars questioned the sometimes be distorting or unjust (Cohen-Almagor, 2008; Fuller, 1996; Hackett, 1984; Mindich, 1998; Rosen, 1993). Scholars pointed out that objectivity is an ideological device that serves to protect journalists (Tuchman, 1972), to improve the media’s profit margins by maximizing circulation. Hackett (1984) argued that language is not neutral; the use of words and idioms necessarily implies the presence of bias. Stuart Hall (1982) contended that media were not independent agencies that merely reflected reality. By structuring, selecting, and presenting facts, the press “defined, not commit to user merely reproduced, reality,” Hall wrote (p. 64).
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terjemahan dari kutipan diatas adalah: Keadilan dan keseimbangan merupakan salah satu prinsip utama objektivitas (Cohen-Almagor, 208; Mindich, 1998). Lainnya termasuk detasemen, nonpartisasi, akurasi, dan kejujuran. Dua konsep telah menggantikan ketidakobjektivitasan sebagai netralitas ilmiah, populer pada awal abad ke-20 (Durham, 1998; Fico & Cote, 1997). Mindich (1998) membandingkan keadilan dan objektivitas untuk jungkat-jungkit. "Idenya di sini adalah bahwa wartawan dapat menemukan kebenaran dengan menawarkan dua klaim kebenaran yang bersaing. Meskipun jurnalisme ulasan dan buku teks sering mengacu kepada objektivitas, keadilan, dan keseimbangan sebagai standar jurnalisme berkualitas, konsep telah sangat dipertanyakan dalam bidang akademik, terutama di bagian akhir abad ke-20 (Durham, 1998). Beberapa ahli mempertanyakan kadang menjadi distorsi atau tidak adil (Cohen-Almagor, 2008; Fuller, 1996; Hackett, 1984; Mindich, 1998; Rosen, 1993). Para ahli menunjukkan objektivitas yang merupakan perangkat ideologis yang berfungsi
untuk
melindungi
wartawan
(Tuchman,
1972),
untuk
meningkatkan margin keuntungan media dengan memaksimalkan sirkulasi. Hackett (1984) berpendapat bahasa yang tidak netral, penggunaan kata-kata dan idiom tentu menyiratkan adanya bias. Stuart Hall (1982) berpendapat bahwa media tidak lembaga independen yang hanya mencerminkan realitas. Dengan fakta penataan, memilih, dan penyajian, pers didefinisikan, bukan hanya direproduksi, kenyataannya. commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Westerstahl (1983) dalam buku Teori Komunikasi Suatu Pengantar Dennis Mc Quail menyebutkan bahwa penyajian laporan atau berita secara objektif harus mencakup nilai- nilai dan fakta- fakta sendiri memiliki implikasi evaluatif, sehingga dapat diakui kepentingan penilaian kadar netralitas dan kesimbangan. (Westerstahl, 1994: 130) Di samping itu, John C. Merrill dalam Jurnalisme Dasar mengatakan bahwa subyektivitas dalam menilai suatu berita meresap ke seluruh proses jurnalisme, walaupun tidak bisa dihindarkan, tetap menghadirkan bahaya, terutama bila wartawan dan editor berita mencoba meloloskan prasangka pribadi mereka sebagai objektivitas. (Merrill, 2011: 66) Wartawan seyogianya bersikap netral dengan tidak memihak sesulit apapun. Jika tidak, wartawan hanya akan jadi kambing hitam semua sebab. Jadi,
objektivitas
adalah
gabungan
antara
unsure
faktualitas
dan
imparsialitas. Menurut Nurudin, objektivitas yang murni tidak ada. Berita bukan kejadian itu sendiri, tetapi kejadian aktual yang ada banyak persoalan mengitarinya. Kejadian itu adalah fakta objektif, tetapi bagaimana kejadian itu dipilih, dipilah, diberikan makna, interpretasi, data pendukung dan bagaimana cara melaporkan adalah sesuatu yang subjektif. Agar masyarakat paham benar yang dilaporkannya, memberika peliputan sedetail mungkin harus dilakukan. Maka yang berkembang kemudian adalah realitas subjektif, atau realitas objektif yang subjektif. (Nurudin, 2009:92) commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebaga berikut : ”Apakah ada perbedaan yang signifikan antara keberpihakan pemberitaan penolakan kenaikan harga BBM dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terkait isu kenaikan harga BBM pada surat kabar Solopos dan Joglosemar periode 1 Juni – 1 Juli 2013 ?”
C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada penyajian informasi berita pemberitaan penolakan kenaikan harga BBM dari PKS Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terkait isu kenaikan harga BBM pada surat kabar Solopos dan Jogliosemar periode 1 Juni – 1 Juli 2013.
D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini adalah 1. Dapat memberikan sumbangan terhadap kajian analisis isi surat kabar sekaligus mendorong munculnya kajian penelitian serupa. 2. Secara praktis penelitian ini juga dapat memberikan informasi dan masukan kepada media baik Solopos maupun Joglosemar.
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. LANDASAN TEORI 1. Komunikasi Istilah Komunikasi berasal dari kata Latin “communication” yang bersumber dari kata communis yang berarti sama. Maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan (Effendy, 1997:10 ) Webster’s New Colleglate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang lambang, tanda tanda, atau tingkah laku. Sementara itu menurut Carl I. Havland sebagaimana dikutip oleh Onong Uchjana Effendy dalam bukunya komunikasi, Teori dan Praktek, menyatakan bahwa ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara azas azas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Berelson dan Stainer mendefinisikan komunikasi sebagai proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka, dan lain-lain (Abdullah, 2005 ) Dari definisi tersebut dapat ditarik tiga pikiran utama dalam definisi komunikasi : a. Proses komunikasi mengharuskan sebuah proses. Komunikasi hanya terjadi jika terdapat proses penyampaian dari pengirim (sender) kepada penerima (receiver).
commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Pesan, dalam komunikasi pesan merupakan inti dari komunikasi. Pesan bisa berupa informasi, ide gagasan, emosi, dan lain-lain. c. Simbol merupakan representasi pesan. Pesan yang abstrak diwujudkan dalam bentuk simbol. Tujuannya agar pesan yang disampaikan bisa dipahami orang lain. Simbol merupakan kesepakatan bersama (konvensi) dan harus dimengerti oleh pihak yang melakukan komunikasi. Menurut David K. Berlo, komunikasi merupakan suatu aliran yang berkelanjutan (a continual stream) dari perilaku yang unik yang tidak dapat diulangi sehingga memperkirakan komunikasi kelihatannya tidak mungkin. Berlo menyatakan bahwa pemaknaan ada pada manusia, tidak pada kata-kata. Dengan kata lain, penafsiran terhadap suatu pesan lebih bergantung pada pemaknaan mengenai kata-kata atau gerak tubuh pengirim dari pada pesan itu sendiri. Penekanan akan pentingnya pemaknaan disisipkan pada pesan yang disampaikan sumber kepada penerima ( Antoni, 2004 : 43 ) Robert E. Park mendefinisikan komunikasi sebagai proses psikologi sosial yang didalamnya seseorang dimungkinkan untuk mengasumsikan sejumlah pemikiran, sikap, dan pandangan pihak lain. Selain itu ia juga menurut Antoni ( 2004:43 ) mengungkapkan beberapa hal mengenai komunikasi, yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
a. Komunikasi merupakan sebuah proses yang didalamnya hal-hal rasional dan moral diantara manusia dipertukarkan secara psikologis dan instingtif. b. Komunikasi melibatkan perasaan empatik pasangan komunikasi dan membuat karakteristik sosial dari masyarakat menjadi mungkin. Charles C. Wright mengemukakan fungsi komunikasi dalam bukunya Nurudin (2000:13-14) adalah sebagai berikut : a. Penjagaan lingkungan. b. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk menanggapi lingkungan. c. Menurunkan warisan sosial dari suatu generasi ke generasi berikutnya. d. Hiburan (entertainment) Stuart Hall memperkenalkan model encoding-decoding (mengirimmenerima) yang sangat berpengaruh dalam memperhatikan hubungan antara teks dan khalayak. Hall berpendapat bahwa teks disusun dalam sebuah cara yang berisi sebuah pemaknaan yang dominan atau yang diinginkan mambatasi cakupan panafsiran khalayak secara berbeda. Model Hall mengidentifikasi tiga jenis khalayak dalam proses komunikasi dalam bukunya Nurudin (2000:192-194) sebagai berikut : a. Suatu posisi hegemoni dibangun ketika khalayak mengambil pemaknaan yang diinginkan secara penuh dari teks. b. Suatu posisi negosiasi dibangun ketika terjadi percampuran dari adaptasi dari perlawanan kepada kode dominan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
c. Suatu posisi opsisional dibangun ketika pemaknaan yang diinginkan dipahami, tetapi dibangun kembali pada nilai-nilai dan sikap alternatif. Hall juga sebagai pengguna pendekatan penerimaan (reception approach) yang memandang bahwa pesan-pesan media selalu bersifat terbuka dan polisemi (memiliki banyak makna) serta ditafsirkan sesuai dengan kontek budaya penerima. Hall menilai bahwa pesan dikonstruksi dari tanda-tanda yang dapat memilki makna-makna denotative dan konotatif, bergantung pada pilihan yang dibuat oleh pembuat pesan (encoder). 2. Komunikasi Politik Komunikasi politik adalah salah satu dari tujuh fungsi sistem
politik yang terdiri dari: sosialisasi politik; rekrutmen politik; artikulasi politik; agregasi politik, pembuatan keputusan politik; penerapan keputusan politik; komunikasi politik. Dengan demikian, realitas komunikasi politik sangat tergantung pada realitas sistem politik, yaitu: Pertama, suprastruktur politik (institusi negara) sebagai komunikator politik. Kedua, infrastruktur politik (institusi nonnegara) sebagai source sekaligus receiver komunikasi politik. Komunikasi politik adalah salah satu dari tujuh fungsi yang dijalankan oleh setiap sistem politik, sebagaimana dikatakan sendiri oleh Almond sebagai berikut: “ All of the functions performed in the political system—political socialization and recruitment, interest articulation, interest aggregation, rule making, rule application, and rule adjudication—are performed by commit 1990) to user means of communication.”(Rauf:
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan di atas menunjukkan bahwa komunikasi politik bukanlah fungsi yang berdiri sendiri akan tetapi merupakan proses penyampaian pesan-pesan yang terjadi pada waktu keenam fungsi lainnya dijalankan. Hal ini berarti bahwa fungsi komunikasi politik terdapat secara inherent di dalam setiap fungsi sistem politik. Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa fungsi komunikasi politik dapat ditemukan di dalam fungsi-fungsi sistem politik lainnya. Namun meskipun komunikasi politik mempunyai ciri seperti itu, tidaklah berarti bahwa komunikasi politik kecil peranannya; justru sebaliknya. Komunikasi politik adalah proses yang menentukan keberhasilan fungsi – fungsi yang lain, sehingga keberhasilan penyampaian
pesan-pesan
dalam
setiap
fungsi
itu
menentukan
keberhasilan pelaksanaan fungsi yang bersangkutan. Komunikasi politik dapat dipahami menurut berbagai cara, McQuail, misalnya mengatakan bahwa komunikasi politik merupakan : all processes of information (including facts, opinions, beliefs, etc) transmission, exchange and search engaged in by participants in the course of institutionalized political activities” (Semua proses penyampaian informasi termasuk fakta, pendapat-pendapat, keyakinan-keyakinan dan seterusnya, pertukaran dan pencarian tentang itu semua yang dilakukan oleh para partisipan dalam konteks kegiatan poltik yang lebih bersifat melembaga) (Pawito, 2009 : 2) Cakupan dari komunikasi politik terdiri dari komunikator politik, user komunikasi politik, khalayak pesan politik, persuasi commit politik, tomedia
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
komunikasi politik, dan akibat-akibat komunikasi politik. Sedangkan menurut Kraus dan Davis membagi cakupan komunikasi politik menjadi komunikasi massa dan sosialisasi politik, komunikasi massa dan proses pemilu, komunikasi dan informasi politik, penggunaan media dan proses politik, konstruksi realitas politik di masyarakat (Nimmo, 1999 : vi-vii ) Meadow sendiri mengemukakan bahwa istilah komunikasi politik merujuk pada segala bentuk pertukaran simbol atau pesan yang sampai tingkat tertentu dipengaruhi atau mempengaruhi berfungsinya sistem politik (Pawito, 2009 : 2) Sebagaimana dengan disiplin ilmu lainnya, komunikasi politik sebagai body of knowledge juga terdiri atas berbagai unsure, yakni : sumber (komunikator), pesan, media atau saluran, penerima dan efek menurut Nimmo ( 2009 : 37-39 ) yaitu : a. Komunikator Politik Sumber atau komunikator politik adalah mereka-mereka yang dapat memberi informasi tentang hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik, misalnya presiden, menteri, anggota DPR, MPR, Gubernur, bupati atau walikota, LSM dan kelompok-kelompok penekan dalam masyarakat yang bisa mempengaruhi jalannya pemerintahan. b. Pesan Politik Pesan politik adalah pernyataan yang disampaikan baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun non verbal, commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersembunyi maupun terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang isinya mengandung bobot politik. Misalnya pidato politik, undang-undang kepartaian, pernyataan politik, artikel, surat kabar, internet, televisi dan radio yang berisi ulasan politik dan pemerintahan, iklan politik, makna logo, warna logo, warna baju atau bendera, dan iklan politik propaganda. c. Saluran atau Media Politik Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan oleh para komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Media massa adalah saluran komunikasi politik yang sangat luas dan karenanya juga sangat berperan. Media massa hadir pada setiap saat terdapat peristiwa penting, mengamati, mencatat dan merekam, dan kemudian melaporkannya kepada public dengan frame atau sudut pandang tertentu. organisasi atau institusi dan kelompok, selain sebagai aktor politik, sampai tingkat tertentu, juga dapat berperan sebagai saluran. Organisasi dan kelompok mengartikulasikan tuntutantuntutan para anggota atau warganya kemudian menyampaikannya kepada masyarakat luas (publik). Sementara itu, partai politik merupakan saluran komunikasi politik yang sangat penting untuk mengagregasikan dan mengartikulasikan aspirasi, tuntutan, dan kepentingan warga partai yang sangat istimewa dalam kesempatan pemilihan umum. Saluran komunikasi politik lain yang tidak kalah penting adalah saluran-saluran khusus untuk agregasi dan commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
artikulasi kepentingan. Tergolong dalam kelompok saluran komunikasi politik ini adalah pemberian suara dalam pemilihan umum, aksi mogok para buruh atau pekerja untuk menuntut perbaikan upah dan kondisi kerja, aksi-aksi protes atau demonstrasi. d. Sasaran atau Target Politik Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat member dukungan dalam bentuk pemberian suara (vote) kepada partai atau kandidat dalam pemilihan umum. e. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman terhadap system pemerintahan dan partai-partai politik, dimana nuansanya akan bermuara pada pemberian suara (vote) dalam pemilihan umum. Selain itu jika dikaji lebih lanjut, komunikasi politik memilki beberapa fungsi yang sangat penting. Sebagai sebuah disiplin ilmu, komunikasi politik menurut Mc Nair dalam bukunya Hafied Cangara (2009 : 39-40) memiliki lima fungsi dasar, yakni sebagai berikut : a. Memberikan
informasi
kepada
masyarakat
apa
yang
terjadi
disekitarnya. Disini media komunikasi memiliki fungsi pengamatan dan juga fungsi monitoring apa yang terjadi dalam masyarakat. b. Mendidik masyarakat terhadap arti dan signifikan fakta yang ada.
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Menyediakan diri sebagai platform untuk menampung masalahmasalah politik sehingga bias menjadi wacana dalam membentuk opini public, dan mengembalikan hasil opini itu kepada masyarakat. d. Membuat publikasi yang ditujukan kepada pemerintah dan lembagalembaga politik. e. Dalam masyarakat yang demokratis, media politik berfungsi sebagai saluran advokasi yang bisa membantu agar kebijakan dan programprogram lembaga politik dapat disalurkan kepada media massa. Mc Nair dalam Goran Hedebro dalam Hafied Cangara (2009 : 39-40) mengatakan bahwa komunikasi politik berfungsi sebagai : a. Memberikan informasi kepada masyarakat terhadap usaha-usaha yang dilakukan lembaga politik maupun dalam hubungannya dengan pemerintah dan masyarakat. b. Melakukan sosialisasi tentang kebijakan, program, dan tujuan lembaga politik. c. Memberi motivasi kepada politisi, fungsionaris, dan para pendukung partai. d. Menjadi platform yang bisa menampung ide-ide masyarakat sehingga menjadi bahan pembicaraan dalam bentuk opini public. e. Mendidik masyarakat dengan pemberian informasi, sosialisasi, caracara pemilihan umum dan penggunaan mereka sebagai pemberi suara.
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Menjadi hiburan masyarakat sebagai masyarakat sebagai “pesta demokrasi” dengan menampilkan para juru kampanye, artis, dan para komentator atau pengamat politik. g. Menumpuk integrasi dengan mempertinggi rasa kebangsaan guna menghindari konflik dan ancaman berupa tindak separatis yang mengancam persatuan nasional. h. Menciptakan iklim perubahan dengan mengubah struktur kekuasaan melalui informasi untuk mencari dukungan masyarakat luas terhadap gerakan reformasi dan demokratisasi. i. Meningkatkan aktivitas politik masyarakat melalui siaran berita, agenda setting, maupun komentar-komentar politik. j. Menjadi watchdog atau anjing penjaga dalam membantu terciptanya good governance yang transparasi dan akuntabilitas. Fungsi komunikasi politik mempunyai makna dan arti yang sangat penting dalam setiap proses politik dalam sebuah sistem politik baik itu oleh infra maupun supra struktur politik. Sudijono Sastroadmodjo menyatakan bahwa : “Fungsi komunikasi politik itu adalah fungsi struktur politik menyerap berbagai aspirasi, pandangan-pandangan dan gagasangagasan yang berkembang dalam masyarakat dan menyalurkan sebagai bahan dalam penentuan kebijaksanaan. Selain itu, fungsi komunikasi politik juga merupakan fungsi penyebarluasan rencana-rencana atau kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah kepada rakyat. Dengan demikian fungsi ini membawakan arus informasi timbal balikdari rakyat kepada pemerintah dan dari pemerintah kepada rakyat” (Sastroadmodjo, 1995 : 123.) commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Realisasi dari pengambilan kebijaksanaan yang berdasarkan kepentingan seluruh rakyat merupakan pencerminan dari keikutsertaan rakyat, sebagaimana yang diajarkan oleh teori demokrasi itu sendiri, dimana anggota masyarakat mengambil bagian atau berpartisipasi di dalam proses dan penentuan kebijaksanaan pemerintahan (Arbi Sanit, 1985 : 203)
3. Partai Politik Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai, dan cita-cita yang sama (Budiarjo, 1998 : 160). Banyak sarjana ilmu politik mendefinisikan partai politik dari berbagai pandangan atau pendekatan diantaranya : a. Carl J. Friedrich mendefinisikan partai politik sebagai kelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kememfaatan bersifat idiil maupun material (Haryanto, 2004 : 7). b. Leon D. Eisptern berpendapat partai politik adalah sekelompok orang yang secara peran terlibat dalam politik dan mempunyai tujuan utama, terwakilinya secara formal dalam institusi dan pembuat kebijakan pemerintah (Haryanto, 2004 : 7). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
c. Mark N. Hagopian, partai politik adalah suatu organisai yang dibentuk untuk mempengaruhi bentuk karakter kebijaksanaan publik dalam rangka prinsip-prinsip dan kepentingan ideologi tertentu melalui praktek kekuasaan secara langsung atau partisipasi rakyat dalam pemilihan. d. R. H Soltou menjelaskan bahwa partai politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyak teroganisir, yang bertindak sebagai satu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih bertujuan mengusai pemerintahan kebijaksanaan umum mereka. Partai politik merupakan salah satu suprastruktur kenegaraan disamping pressure groups, media massa, gerakan mahasiswa, organisasi kemasyarakatan dan berbagai institusi informal lainnya dalam suatu negara. Dari sekian suprastruktur kenegaraan tersebut, partai politik memiliki tempat yang istimewa dibanding yang lain. Keistimewaan partai politik tersebut disebabkan urgennya peran partai politik dalam tata kelola kenegaraan kita. Partai politik adalah urat nadi dari seluruh sistem politik dan demokrasi yang ada dalam suatu negara. Di tangan partai politik rekrutmen sumber daya institusi legislatif dan kepala eksekutif di negara kita dipertaruhkan. Di tangan partai politik pula, pemilihan umum sebagai mekanisme demokrasi dapat dipengaruhi. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, partai politik dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
internal yang mempengaruhi terdiri dari regulasi yang berlaku secara internal masing-masing partai politik, gaya kepemimpinan, budaya politik di dalam partai, platform partai yang bersangkutan dan lain sebagainya. Faktorfaktor demikian merupakan faktor yang berasal dari dalam diri partai politik yang bersangkutan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi, antara lain ; regulasi yang berkaitan dengan partai politik, baik berupa Undang-Undang (UU) maupun peraturan perundangundangan lainnya. Pengaruh rezim yang sedang berkuasa juga merupakan faktor eksternal lainnya. Jika faktor internal yang mempengaruhi pencapaian tujuan partai politik merupakan kajian dalam bidang ilmu politik, maka faktor eksternal yang mempengaruhi sebagaimana disebutkan diatas merupakan wilayah kajian hukum tata negara, melalui pendekatan politik hukum. Melalui pendekatan ini, hendak dilihat sejauh mana pengaruh politik dalam menciptakan produk hukum tertentu dalam hal ini hukum dalam bidang kepartaian. Tulisan ini hendak melihat interaksi politik dan hukum dalam bidang kepartaian dari masa orde lama sampai dengan sekarang ini.
4. Media Surat Kabar Media tidak hanya sekedar penyebar informasi. Media memiliki sejumlah tanggung jawab ikut aktif melibatkan diri dalam interaksi sosial dan kadangkala menunjukkan arah atau memimpin, serta berperanserta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
dalam menciptakan hubungan dan integrasi. Dalam masyarakat, media bergerak dengan ditandai oleh adanya penyebaran kekuasaan, yang diberikan kepada individu, kelompok, dan kelas sosial secara tidak merata. McQuail (1989), menyebutkan media seringkali dipandang sebagai alat kekuasaan yang efektif karena kemampuannya untuk melakukan salah satu atau lebih dari beberapa hal seperti : menarik dan mengarahkan perhatian, membujuk pendapat dan anggapan, mempengaruhi pilihan sikap, memberikan status dan legitimasi, mendefinisikan dan membentuk persepsi realitas. Media yang sering digunakan dalam membentuk persepsi realitas sebagaimana disebutkan di atas adalah surat kabar. Surat kabar telah lama dipergunakan untuk penyebaran informasi. Sejalan dengan berjalannya waktu, surat kabar tidak hanya berfungsi sebagai alat informasi saja, tetapi banyak fungsi yang dapat diberikan oleh surat kabar. Suwardi (1993) menjelaskan bahwa fungsi-fungsi dari surat kabar adalah sebagai berikut : a. Fungsi menyiarkan informasi, berbagai informasi dengan cepat dan akurat dapat disampaikan oleh surat kabar. Pembaca menjadi pembeli ataupun berlangganan surat kabar karena ingin mengetahui informasi apa yang terjadi di berbagai tempat di dunia. b. Fungsi mendidik, surat kabar secara tidak langsung memberikan fungsi pendidikan pada pembacanya. Ini bisa dilihat dari materi isi seperti artikel, feature dan juga tajuk. Materi isi tersebut disamping commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberikan informasi juga penambah perbendaharaan pengetahuan pembacanya walaupun bobot pemahaman tiap pembaca berbeda-beda. c. Fungsi mempengaruhi, berita pada surat kabar secara tidak langsung mempengaruhi para pembacanya, sedangkan tajuk rencana dan artikel dapat memberikan pengaruh langsung kepada pembacanya. Pengaruh ini pada mulanya timbul dari persepsi pembaca terhadap suatu masalah yang kemudian membentuk opini pada pembacanya. Menurut Suwardi (1993), umumnya isi dari suatu surat kabar terdiri dari berita utama yang terletak di halaman depan, berita biasa, rubrik opini, reportase, wawancara, feature, iklan, cerita pendek, cerita bergambar, dan lain-lain. Semua komponen itu diramu sedemikian rupa agar pembaca tertarik membaca dan menjadi pelanggan surat kabar itu. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi akan berlangsung dengan melibatkan unsur-unsur sebagai berikut : sumber, pesan, saluran, penerima dan efek. Menurut McQuail (1989), komunikasi merupakan suatu proses dimana seorang individu (komunikator) menyampaikan rangsangan biasanya dalam simbol-simbol verbal untuk mengubah perilaku individu lain (komunikan). Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa saluran atau media merupakan salah satu unsur penting dalam proses komunikasi. Saluran komunikasi sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu saluran commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
personal dan saluran massa atau media massa yang kerap disebut dengan komunikasi massa. Menurut Devito (1996), komunikasi massa adalah komunikasi dengan radio, televisi, surat kabar, majalah, hasil rekaman radio kaset dan piringan hitam. Dengan begitu, media massa dapat diklasifikasikan menjadi media massa cetak dan media massa elektronik. Surat kabar sebagai salah satu media massa cetak merupakan lembaga yang menyebarkan informasi atau berita sebagai karya jurnalistik kepada masyarakat. Menurut Effendi (1993), surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri ; publisitas (isi surat kabar tersebut disebarluaskan kepada publik), periodisitas (surat kabar terbit secara teratur setiap hari, seminggu sekali atau dua mingguan), universalitas (isi surat kabar tersebut bersifat umum yang menyangkut segala aspek kehidupan) dan aktualitas (yang dimuat surat kabar mengenai permasalahan aktual).
5. Tinjauan tentang Berita a. Pengertian Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media masa di samping views (opini). Mencari bahan berita lalu menyusunnya erupakan tugas pokok wartawan dan bagian redaksi sebuah penerbitan per (media massa) (Juwito, 2008:51). commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Micthel V. Charnley dalam Juwito (2008:52) mengemukakan pengertian berita sebagai berikut : Berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, Serta menyangkut kepentingan merek. Dari pengertian tersebut, kita melihat terdapat empat unsure yang harus dipenuhi oleh sebuah berita, sekaligus menjadi "karakteristik utama" sebuah berita dapat dipublikasikan di media massa (layak muat). Menurut Juwito (2008), Keempat unsur ini pula yang dikenal dengan nilai-nilai berita (news values) atau nilai-nilai jurnalistik. 1. Cepat, yakni aktual atau ketepatan waktu. Menurut Al Hester, dalam unsur ini terkandung makna harfiah berita (news), yakni sesuatu yang baru (new). Tulisan jurnalistik adalah tulisan yang memberi pembaca pemahaman atau informasi yang tidak ia ketahui sebelumnya. 2. Nyata (faktual), yakni informasi tentang sebuah fakta (fact), bukan fiksi atau karangan. Fakta dalam dunia jurnalistik terdiri dari kejadian nyata (real event), pendapat (opinion), dan pernyataan (statement) sumber berita. Dalam unsur ini terkandung pula pengertian, sebuah berita harus merupakan informasi tentang sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya atau laporan mengenai fakta sebagaimana commit adanya.to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Penting, artinya menyangkut kepentingan orang banyak. Misalnya peristiwa yang akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat secara luas, atau dinilai perlu untuk diketahui dan diinformasikan kepada orang banyak, seperti kebijakan baru pemerintah, kenakan harga, dan sebagainya. 4. Menarik, artinya mengundang orang untuk membaca berita yang kita tulis. Berita yang biasanya menarik perhatian pembaca, disamping yang aktual dan faktual Serta menyangkut kepentingan orang banyak, juga berita yang bersifat menghibur (lucu), mengandung keganjilan atau keanehan, atau berita human interest (menyentuh emosi, menggugah perasaan). Secara ringkas dan praktis dapat disimpulkan berita adalah laporan peristiwa yang memenuhi keempat unsur tersebut – karena tidak semua peristiwa layak dilaporkan. Dengan demikian, seorang reporter hendaknya mampu membedakan mana peristiwa yang mempunyai nilai berita dan mana yang biasa-biasa Saja. b. Unsur-unsur Berita Juwito (2008:52), Unsur-unsur berita itu dikenal dengan 5W + 1 H, kependekan dari : 1) What = apa yang terjadi 2) Where = dimana hal itu terjadi 3) When = kapan peristiwa itu terjadi commit dalam to userkejadian itu 4) Who = siapa yang terlibat
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Why = kenapa hal itu terjadi, dan 6) How = bagaimana peristiwa itu terjadi Rumusan Indonesia" 5W + 1 H adalah 3A – 3M, kependekan dari Apa, si-Apa, meng-Apa, bila-Mana, di Mana, dan bagai-Mana. Sebuah berita hendaknya memenuhi keenam unsur tersebut.
c. Jenis dan Struktur Berita Juwito (2008), Jenis-jenis berita yang dikenal di dunia jurnalistik antara lain : 1) Straight News : berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman depan Surat kabar atau yang menjadi berita utama (headline) merupakan berita jenis ini. 2) Depth News : berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan. 3) Investigation News : berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber. 4) Interpretative News : berita yang dikembangkan dengan pendapat atau penilaian wartawan berdasarkan fakta yang ditemukan. 5) Opinion News : berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan sarjana, ahli atau pejabat, mengenai suatu hal peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya. Juwito (2008:53), Struktur berita, khususnya berita langsung (straight news), pada umumnya mengacu pada Struktur piramida commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terbalik (inverted pyramid), yaitu memulai penulisan berita dengan mengemukakan fakta/data yang dianggap paling penting, kemudian diikuti bagian-bagian yang dianggap agak penting, kurang penting dan seterusnya. Al Hester dalam Juwito (2008:54), Bagian paling penting ini dituangkan dalam bagian kepala (lead) atau alinea pertama berita. "Sudah menjadi hokum jurnalistik, bagi sebagian besar berita yang akan ditulis dengan menampilkan lebih dulu fakta-fakta yang paling penting." Susunan berita bentuk piramida terbalik ini menguntungkan pembaca dalam hal efisiensi waktu karena langsung mengetahui berita paling penting. Karenanya, bentuk ini bisa lebih menarik perhatian pembaca. Selain itu, bentuk ini pun memudahkan kerja redaktur / editor / penyunting untuk melakukan pemotongan naskah (cutting) jika kolom / ruang yang tersedia terbatas atau tidak cukup untuk memuat seluruh bagian berita. Struktur berita selengkapnya adalah sebagai berikut 1) Judul (head) 2) Dateline, yakni tempat atau waktu berita itu diperoleh dan disusun. 3) Teras berita (Lead) 4) Isi berita (Body)
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Analisis Isi a. Pengertian Analisis Isi Analisis Isi (Content Analysis) menurut Bell (2001:13) secara sederhana diartikan sebagai metode untuk mengunpulkan dan menganalisis muatan dari sebuah “teks”. Teks dapat berupa katakata, makna gambar, simbol, gagasan, tema dan bermacam bentuk pesan yang dapat dikomunikasikan. Analisis Isi berusaha memahami data bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik, tetapi sebagai gejala simbolik untuk mengungkap makna yang terkadang dalam sebuah teks, dan memperoleh pemahaman terhadap pesan yang direpresentasikan (Ekomadyo, 2006 : 2). Menurut Ekomadyo, (2006 : 3), metode Analisis Isi menjadi pilihan untuk diterapkan pada penelitian yang terkait dengan isi komunikasi dalam sebuah teks. Ada beberapa pertanyaan tipikal yang dapat dijawab dengan menggunakan metode Analisis Isi, yaitu: 1) Pertanyaan tentang prioritas/ hal penting dari isi teks, seperti frekuensi, dimensi, aturan dan jenis-jenis citra atau cerita dari peristiwa yang direpresentasikan. 2) Pertanyaan tentang “bias” informasi dalam teks, seperti komparasi relatif tentang durasi, frekuensi, prioritas, atau hal yang ditonjolkan dalam berbagai representasi. 3) Perubahan historis dalam modus representasi. commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Prosedur Analisis Isi Menurut Penelitian Analisis Isi berusaha melihat konsistensi makna dalam sebuah teks. Konsistensi ini dapat dijabarkan dalam pola-pola
terstruktur
yang
dapat
membawa
peneliti
kepada
pemahaman tentang sistem nilai dibalik teks itu. Metode Analisis Isi menuntut beberapa persyaratan: objektif, sistematis, dan dapat digeneralisasikan. Objektif berarti prosedur dan kriteria pemilihan data, pengkodean serta cara interpretasi harus didasarkan pada aturan yang telah ditentukan sebelumnya. Sistematis berarti inklusi dan ekslusi atau kategori harus berdasarkan aturan yang konsisten. Dapat digeneralisasikan, berarti tiap temuan harus memiliki relevansi teoretis (Ekomadyo, 2006 : 5). Neuman (2000 : 296-298) menyebutkan langkah-langkah dalam meneliti dengan metode Analisis Isi, yaitu (1) menentukan unit analisis (misalnya jumlah teks yang ditetapkan sebagai kode), (2) menentukan sampling,
(3)
menentukan
variabel,
(4)
menyusun
kategori
pengkodean, dan (5) menarik kesimpulan. Philip Bell lebih detail menjelaskan proses mengkodekan isi dengan menentukan variabel (variables) dan nilai (values). Sebuah variabel isi adalah macam-macam dimensi (ukuran, jangkauan range warna, posisi dalam sebuah halaman atau dalam sebuah buletin berita). Sebuah
variabel
terdiri
atas
nilai-nilai
(values)
yang
dapat
disubstitusikan satu sama lain karena mereka mempunyai kelas yang commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sama. Nilai yang didefinisikan dalam setiap variabel sebaiknya juga saling ekslusif dan mendalam. Hasil kuantitatif dari Analisis Isi berupa perbandingan (comparison) dan tabulasi silang (cross tabulations) dapat digunakan untuk menguji eksplisitas/ ketegasan hipotesis komparatif, serta kualifikasi kategori-kategori dari manifestasi wujud/ isi. Prosedur Analisis Isi yang disusun oleh beberapa pakar di atas sebenarnya menunjukkan prinsip-prinsip yang tidak terlalu berbeda satu sama lain, hanya varian yang bisa diterapkan dengan menyesuaikan objek dan lingkup penelitian. Secara umum, penulis mencoba menyimpulkan langkah-langkah umum dalam metode Analisis Isi yang akan dikembangkan dalam penelitian teks arsitektur, yaitu: a. Tentukan topik penelitian b. Tentukan objek yang akan diteliti dan dan sampel penelitiannya c. Tentukan hipotesis secara jelas agar dapat dibuktikan secara terukur. Hipotesis sebaiknya diturunkan dari sebuah teori yang berlaku. d. Tentukan unit analisisnya (variabel dan nilai yang bisa dikodekan) e. Analisis secara kuantitatif tiap variabel dan nilainya. f. Penyimpulan, interpretasi dari hasil kuantitatif (Ekomadyo, 2006:5). commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. HIPOTESIS Hipotesis merupakan merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. (Sugiyono, 2009: 63) Dalam penelitian ini, hipotesis yang diangkat yaitu : Ho : Tidak ada perbedaan yang berbeda terhadap pemberitaan penolakan kenaikan harga BBM dari PKS terkait isu kenaikan harga BBM pada surat kabar harian Solopos dan Joglosemar karena keduanya mempunyai wilayah sirkulasi yang berbeda. Ha : Ada perbedaan yang berbeda terhadap pemberitaan penolakan kenaikan harga BBM dari PKS terkait isu kenaikan harga BBM pada surat kabar harian Solopos dan Joglosemar karena keduanya mempunyai wilayah sirkulasi yang berbeda. G. DEFINISI KONSEPTUAL 1. Definisi Konseptual a. Media Cetak Pesan- pesan yang disiarkan oleh media cetak dapat diulangkaji dan
dipelajari
serta
disimpan
dan
dibaca
pada
tiap
kesempatan…pesan- pesan yang disiarkan oleh media cetak dapat canggih (sophisticated) dan ilmiah yang menyebabkan media cetak commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lebih tinggi daya persuasinya karena pesan- pesan persuasive melalui media cetak lebih banyak ditujukan pada rasio atau pikiran. (Effendy, 1990: 145- 146) b. Berita Menurut Walter Lippman (1922) pengertian berita adalah isyarat jelas yang obyektif yang memberartikan suatu peristiwa. Jadi berita bukanlah cermin kondisi sosial, tetapi laporan tentang suatu aspek yang telah menonjolkannya sendiri (Mc Quail, 1996:190). Berita dalam arti teknis jurnalistik adalah lapoan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena ia luar biasa, entah karena pentingnya atau akibatnya, entah pula karena ia mencakup segi- segi human interest seperti humor, emosi atau ketegangan. (Assegaff, 1983: 24) c. Kebijakan Pemerintah Kebijakan pemerintah merupakan tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah dalam mengendalikan pemerintahannya. Dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, kebijakan publik dan hukum mempunyai peranan yang penting. Pembahasan mengenai hukum dapat meliputi dua aspek: Aspek keadilan menyangkut tentang kebutuhan masyarakat akan rasa adil di tengah sekian banyak dinamika dan konflik di tengah masyarakat dan Aspek legalitas ini menyangkut apa yang disebut dengan hukum positif yaitu sebuah commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
aturan yang ditetapkan oleh sebuah kekuasaan Negara yang sah dan dalam pemberlakuannya dapat dipaksakan atas nama hukum. (Wibowo, 2004: 14) d. Subsidi Bahan Bakar Minyak Dalam naskah RAPBN dan Nota Keuangan, subsidi BBM adalah “pembayaran yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia kepada Pertamina (pemegang monopoli pendistribusian BBM di Indonesia) dalam situasi dimana pendapatan yang diperoleh Pertamina dari tugas menyediakan BBM di Tanah Air adalah lebih rendah dibandingkan biaya yang dikeluarkannya untuk menyediakan BBM tersebut”. Dalam hal ia bernilai positif, seperti dulu sering dialami, angka itu disebut Laba Bersih Minyak. Definisi mengenai subsidi BBM yang dikembangkan oleh pemerintah tersebut telah diturunkan ke dalam perhitungan akuntansi yang angka-angkanya kemudian menjadi dasar bagi program pemerintah untuk menghapuskan subsidi BBM, termasuk perancangan program-program pengurangan dampak kenaikan harga BBM.
H. KATEGORISASI Ide dasar teori ini adalah media memberikan perhatian yang berbeda pada setiap isu. Dari banyak isu yang muncul, isu penolakan PKS terhadap kenaikan harga BBM yang diberitakan dengan porsi besar. Perbedaan commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perhatian media pada isu penolakan PKS terhadap kenaikan harga BBM akan memberikan kebijakan berbeda di setiap media dalam penulisannya : 1. Kategori penempatan isu (dimana isu diposisikan dalam halaman surat kabar) yang dapat diartikan seberapa penting bagi media isu tersebut disajikan. a. Halaman Depan Headline Posisi atau letak berita berada di halaman depan, dan berada di posisi utama (headline). Headline umumnya ditulis dengan huruf lebih besar di bagian depan surat kabar dan panjang berita lebih besar. b. Halaman depan, tidak headline Posisi atau letak berita di halam depan dengan tetapi tidak berada di posisi berita utama (headline). c. Halaman belakang Berita ditempatkan di halaman belakang surat kabar. d. Halaman dalam Posisi atau letak berita di halaman dalam surat kabar (di luar halaman 1 dan halaman belakang surat kabar) e. Halaman khusus (Suplemen) Posisi atau letak berita di halaman khusus (suplemen) surat kabar. Ini adalah halaman khusus yang disediakan oleh surat kabar dalam liputan mengenai isu kenaikan BBM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
2. Kategori frekuensi arah atau sifat dari penyajian berita,menjelaskan sejauh mana tingkat netralitas pers dalam menanggapi suatu fenomena atau isu dengan kecenderungan pers terhadap orientasi pemiliknya. Berita dikatakan netral: a. Bahasa jurnalistik harus demokratis, bersifat netral, tidak membedabedakan posisi sumber berita. Wartawan harus menyajikan berita secara seimbang (tanpa berat sebelah) dan tidak tendensius. b. Posisi yang tidak berpihak atau condong kepada golongan tertentu c. Bersifat objektivitas d. Tidak bersifat ambiguitas (dapat membedakan fakta dan opini) e. Tidak mementingkan kepentingan umum dan media f.
Tidak memasukkan opini atau sudut pandang wartawan
Berita dikatakan tidak netral a. Tidak seimbang, tidak akurat, menonjolkan kepentingan pemiliknya b. Berita yang disampaikan hanya dari satu pihak yang tengah berkonflik Menurut Laswell dalam Kriyantono (2008) dengan judul Teknik Praktis Riset Komunikasi dibagi menjadi tiga: a. Favorable Suatu pernyataan secara positif menunjuk pada kekuatan (kuat, perkasa, pemenang), moralitas (baik, sopan, jujur) atau kegiatan (aktif, rajin) dari pemerintah yang identifikasi dengan sasaran- sasarannya. Setelah melihat konteks permasalaham, maka yang dimaksudkan dengan favourable yang ada pada semua dukungan terhadap commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemberitaan dengan menunjukan secara positif kepada SBY dan kronikroninya serta pemerintahan SBY dan lembaga penegak hukum yang berniat baik untuk menyelesaikan permasalahan BBM. b. Unfavorable Suatu pernyataan tersebut secara negative menunjuk pada kekuatan (lemah, tidak tegas), moralitas (suka korupsi, buruk, tidak jujur) atau kegiatan (malas, tidak aktif) dari pemerintah yang diidentifikasi dengan sasaran- sasarannya. Dengan melihat konteks permasalahan, unvourable yang dimaksudkan adalah pemberitaan secara negative terhadap moral, tindakan serta langkah yang dilakukan oleh SBY dan orang- orang yang berpihak pada SBY. c. Netral Suatu pernyataan yang tidak sama sekali mengandung indikasi tentang
kekuatan,
moralitas
dan
kegiatan
pemerintah
yang
bersangkutan. (Laswell, 2007: 243) Netral yang dimaksudkan disini adalah semua pemberitaan yang tidak mengandung indikasi favourable dan unvourable, hanya berupa pemberitaan yang bersifat informative atau pernyataan yang bersifat retoris tidak menyindir. 3. Kategori Sumber berita Sumber berita adalah sesuatu yang melahirkan berita. Sesuatu itu bisa manusia, tempat dan bisa pula alam dan peristiwa. (Pareno, 2003: 31) commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam pengantar dasar jurnalisme dijelaskan, satu atau lebih sudut pandang berita akan dipilih untuk diteliti, dan narasumber dicari untuk mendapatkan bahan guna mengembangkan berita. Pada tahap ini wartawan atau reporter mempertimbangkan aspek keadilan dan relevansi dari sudut pandang yang dipilihnya dan mempertimbangkan kualifikasi serta reliabilitas fakta dari sumber berita. (Tom, 2008: 364) Adapun pihak atau orang yang dijadikan nama sumber dalam berita, terbagi dalam tiga sub kategori: a. Birokrat Birokrat adalah pegawai pemerintah yang memulai karir dari birokrasi tingkat rendah, yang mendasarkan otoritas kekuasaannya pada penguasaan seluk beluk adsministrasi. Yang termasuk dalam kategori ini misalnya adalah presiden, wakil presiden, menteri dan juru bicara kepresidenan. b. Politisi Politisi adalah kelompok sosial yang mempunyai kemampuan dalam mempengaruhi pengambilan kebijaksanaan negara seperti MPR, DPR dan Parpol. c. Intelektual Intelektual adalah warga negara yang mempunyai pengetahuan secara akademis atau non akademis seperti LSM, akademis, aktivis, sejarawan, tokoh agama dan peneliti. commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I. METODELOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif untuk mengetahui perbedaan pemberitaan penolakan kenaikan harga BBM oleh PKS terkait isu kenaikan harga BBM. Penelitian ini merupakan perbandingan antara dua surat kabar harian Solopos dan Joglosemar yang didukung oleh analisis data statistik. Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini adalah penelitian perbandingan
(Comparative
Content
Analysis)
kuantitatif
yang
menggambarkan atau mengidentifikasikan pemberitaan tentang isu penolakan kenaikan bahan bakar minyak oleh PKS di Indonesia yang ditulis dan dipublikan atau telah dicetak oleh surat kabar harian Solopos dan Joglosemar. 2. Teknik Penelitian Teknik penelitian yang digunakan adalah Analisis Isi. Yaitu metode studi dan analisa tentang isi komunikasi (tersurat dan tersirat) secara sistematis, logis, baik dengan pendekatan kuantitatif atau mengukur variabel – variabel. Analisis isi kuantitatif dapat didefinisikan sebagai suatu teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi untuk mengidentifikasikan secara sistematis isi komunikasi yang tampak (manifest), dan dilakukan secara objektif, valid, reliable, dan dapat direplikasi. (Eriyanto, 2011: 15) Menurut Klaus Krippendorff keunggulan analisis isi: commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Merupakan
teknik
riset
yang
tidak
kentara,
sehingga
tidak
mempengaruhi kewajaran data. b. Analisis isi menerima materi sebagaimana adanya tanpa disusun terlebih dulu dalam suatu struktur oleh penelitinya. c. Teknik analisis isi sangat peka terhadap konteks data, dengan demikian mampu mengolah bentuk- bentuk simbolik (symbolic form). d. Teknik analisis isi dapat menangani data yang jumlahnya sangat besar. (Krippendoff, 1991: 79) 3. Populasi dan Sampel Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.(2002: 55) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemberitaan dalam surat kabar harian Solopos dan Joglosemar rentang waktu 1 Juni sampai 1 Juli 2013 yang berkaitan tentang rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak. Periode ini dipilih karena pada bulan tersebut, semua elemen masyarakat menyoroti perkembangan pemberitaan mengenai isu kenaikan Bahan Bakar Minyak dan penolakan dari pihak PKS. Sampel adalah bagian yang diamati dan merupakan sebagian yang diambil dari populasi. (Rakhmat, 1995: 106) Cara memasukan semua anggota populasi sebagai sampel atau sampel total atau sensus. Hal ini berarti seluruh pemberitaan yang commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengandung isu kenaikan Bahan Bakar Minyak dan penolakan PKS pada surat kabar Harian Solopos dan Joglosemar periode 1 Juni - 1 Juli 2013 sebagai populasi dan sampel. 4. Teknik Pengumpulan Data Sumber data pada penelitian ini adalah : a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari surat kabar harian Solo Pos dan Joglosemar periode 1 Juni – 1 Juli 2013 yang memuat tentang berita penolakan PKS terhadap kebijakan pemerintah tentang kenaikan BBM. Data dikumpulkan dengan lembar coding (coding sheet) yang dibuat berdasarkan kategori yang ditentukan sebelumnya.Pengumpulan data ini dilakukan dengan mencatat, menyeleksi dan mengkode data yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian. b. Studi Kepustakaan Untuk memperlengkapi data yang diperoleh penulis juga menggunakan web Solopos dan Joglosemar, buku, skripsi, jurnal dan beberapa referensi lain. 5. Unit Analisis Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis atau satuan analisis sesuai dengan tujuan penelitian adalah: a. Unit referens Kalimat yang muncul dalam berita tentang Kenaikan Harga commit to user BBM. Unit referen merupakan rangkaian kata atau kalimat yang
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menunjukkan sesuatu yang mempunyai arti sesuai kategori (Rachmat, 2007: 233). b. Unit Sintaksis Kata yang muncul dalam berita berkenaan dengan kebijakan yang dihasilkan. Unit sintaksis berupa kata atau symbol, perhitungannya adalah frekuensi atau simbol itu (Rachmat, 2007: 233). 6. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan isi pesan tersebut maka dilakukan analisis data dengan test uji chi square. Dalam uji Chi square tidak memperhitungkan jumlah sampel tetapi yang diperhitungkan hanyalah jumlah frekuensi yang diperoleh pada tiap kategori yang telah ditentukan. Dikutip dari karangan Nurgiyantoro, pada dasarnya chi square mempertanyakan apakah perbedaan frekuensi itu signifikan ataukah hanya terjadi secara kebetulan (Eriyanto, 2011: 330). Adapun rumus Chi Square sebagai berikut : X2 = i = 1bj = 1 k (Aij-Hij)2Hij Keterangan : Aij
: jumlah kasus yang diamati dan terkategori pada baris ke-i dan kolom ke-j
Hij
: jumlah kasus yang diharapkan dan terkategori pada baris ke-I dalam kolom ke-j
i=1 j=1 : adalah jumlah keseluruhan dari baris dan kolom atau jumlah keseluruhan baris. commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan derajat kebebasan: Df (Degree of freedom)=(b-1) (K-1) Dimana :
b= jumlah baris K=Jumlah Kolom
7. Reabilitas dan Validitas Uji reliabilitas dalam analisis isi pesan komunikasi untuk menguji reliabel tidaknya data yang diperoleh dari observasi (pengamatan isi pesan). Untuk mendapatkan hasil yang valid maka dilakukan uji reliabilitas antar pelaku koding (hasil observer) dari berbagai indikator kategori dan unit analisa yang telah ditentukan. Kemudian hasil pengkodingan dibandingkan dengan menggunakan rumus Holsty. Dikutip dari Analisis Isi, rumus Holsti adalah uji reliabilitas antar- coder yang banyak dipakai selain presentase persetujuan (Neuendorf, 2011: 289-290). Reabilitas ditunjukkan dalam presentase persetujuan berapa presentase persamaan antar-code ketika menilai suatu isi. Rumus untuk menghitung reliabilitas adalah sebagai berikut: CR = 2 MN1 + N2 Ket : CR
: Coefisient Reliability
M
: Jumlah pernyataan yang disetujui oleh pengkoding dan
periset. commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
N1+N2
: Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan
periset Meskipun sederhana dan banyak dipakai, formula Holsti dan presentase persetujuan (percent agreement), mempunyai kelemahan mendasar. Kedua perhitungan reabilitas ini tidak memperhitungkan peluang
(chance)
probabilitas,
sehingga
hanya
memperhitungkan
persetujuan atau tidak tanpa memperhitungkan berapa kategori yag dipakai. Untuk mengatasi kelemahan itu, kemudian digunakan rumus Cohen Koppa untuk memperkuat hasil uji reabilitas kedua coder diperhitungkan. Berikut rumus Cohen Koppa: (Neuendorf, 2002: 202) Pi = Persetujuan nyata a – Persetujuan harapan1 – persetujuan yang diharapkan
Keterangan : Pi : Nilai keterandalan 1
: Konstanta
commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka penelitian dapat disajikan dalam bagan sebagai berikut :
Surat Kabar Harian Solopos
Surat Kabar Joglosemar
•
Kebijakan Redaksional
•
Kebijakan Redaksional
•
Kepentingan Pembaca
•
Kepentingan Pembaca
Pemberitaan mengenai isu kenaikan BBM
Pemberitaan mengenai isu kenaikan BBM
Penolakan kenaikan harga BBM oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Proses produksi pemberitaan antara kedua surat kabar terhadap penolakan kenaikan harga BBM oleh PKS selama bulan Juni 2012
Perbedaan dari tiap kategori yang dihasilkan surat kabar harian Solopos dan Joglosemar
Netralitas atau Keberpihakan Media yang disajikan dalam pemberitaan kedua surat kabar to user Pemikiran Gambarcommit 1.2 Kerangka
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
Keterangan : Media massa dalam penelitian ini surat kabar memiliki fungsi utama yang paling penting adalah fungsi memberikan informasi. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi adalah berita-berita yang disajikan. Iklan pun dalam beberapa hal memiliki fungsi memberikan informasi di samping fungsifungsi yang lain. Pers dalam menyampaikan informasi harus bisa melihat dari banyak aspek agar kejadian yang diinformasikan dapat dipahami publik secara luas serta berkesinambungan, informasi harus bisa mempertahankan masa lalu, keadaan masa kini dan dapat berperspektif untuk masa depan. Media massa tidak mungkin menyajikan seluruh realita sosial dalam medium yang terbatas sehingga ada proses seleksi ketika para editor sebagai ‘gate keeper’ memilih berita-berita mana saja yang akan dimuat dan tidak akan dimuat. Pemilihan ini jelas sangat subjektif dan tergantung pada visi misi atau ideologi yang ingin disampaikan oleh media tersebut kepada masyarakat. Maka bisa dikatakan bahwa ketika suatu media menyeleksi pemuatan berita, media itu telah berpihak kepada suatu nilai. Dalam penelitian ini berita yang dijadikan adalah isu kenaikan BBM yang dikaitkan dengan sikap Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam menyajikan informasi dalam berita surat kabar Solo Pos dan Joglo Semar. Suatu Pengantar menjelaskan bahwa surat kabar (dalam kurun waktu modern) lebih memusatkan perhatian pada kekuasaan pemerintah dan lebih cenderung pula melawan setiap kekuasaan yang berkuasa. Penyajian laporan atau berita secara objektif harus mencakup nilai- nilai dan fakta- fakta sendiri memiliki commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
implikasi evaluatif, sehingga dapat diakui kepentingan penilaian kadar netralitas dan kesimbangan. Subyektivitas dalam menilai suatu berita meresap ke seluruh proses jurnalisme, walaupun tidak bisa dihindarkan, tetap menghadirkan bahaya, terutama bila wartawan dan editor berita mencoba meloloskan prasangka pribadi mereka sebagai objektivitas. Wartawan harus bersikap netral dengan tidak memihak sesulit apapun. Jika tidak, wartawan hanya akan jadi kambing hitam semua sebab. Jadi, objektivitas adalah gabungan antara unsure faktualitas dan imparsialitas. Objektivitas yang murni tidak ada. Berita bukan kejadian itu sendiri, tetapi kejadian aktual yang ada banyak persoalan mengitarinya. Kejadian itu adalah fakta objektif, tetapi bagaimana kejadian itu dipilih, dipilah, diberikan makna, interpretasi, data pendukung dan bagaimana cara melaporkan adalah sesuatu yang subjektif. Agar masyarakat paham benar yang dilaporkannya, memberika peliputan sedetail mungkin harus dilakukan. Maka yang berkembang kemudian adalah realitas subjektif, atau realitas objektif yang subjektif. Suatu berita merupakan laporan tentang suatu kejadian yang actual dan bermakna. Kejadiannya sendiri merupakan sesuatu yang objektif. Sedangkan bagaimana kejadian itu dipilih menjadi berita atau dilaporkan sebagai berita jelas sesuatu yang subjektif. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya sudut pandang yang berbeda antarwartawan, visi media yang mempengaruhi, kemampuan daya tangkap terhadap fakta, daya tafsir dan selera tentang apa yang harus dilaporkan. Banyak commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
segi yang mempengaruhi objektivitas. Dapat dikatakan tidak ada objektivitas apa adanya, yang ada adalah objektivitas yang subjektif. Media mempresentasikan banyak kepentingan terhadap suatu fakta, namun media juga memiliki realitas medianya sendiri. Penelitian ini meneliti bagaimana sebuah media mempunyai kebijakan masing-masing terhadap informasi apa yang ditulis serta seberapa sering informasi tersebut muncul. Disinilah tugas dari gate keeper sebagai penapis berita. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan isi pesan yang disampaikan oleh surat kabar Solopos dengan Joglosemar dengan tema berita yang sama yaitu PKS dan Isu kenaikan Bahan Bakar Minyak pada Juni 2013.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Buku : Almond. A. Gabriel. (1990). Sosialisasi, Kebudayaan dan Partisipasi Politik. Dalam Mohtar Mas’oed dan Colin Mc Andrew. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Antoni, (2004). Riuhnya Persimpangan Itu, Profil dan Pemikiran Para Penggagas Kajian Ilmu Komunikasi, Solo : Tiga Serangkai. Arbi Sanit, (1985). Perwakilan Politik di Indonesia, Jakarta : CV. Rajawali. Bell, Philip. (2001). Content Analysis of Visual Images.” Dalam Jewit, Carey, dan Van Leewen, Theo. Handbook of Visual Analysis. London: Sage Publications. Budiardjo, Miriam dkk, (1985). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Haryanto, (2004). Partai Politik Suatu Tinjauan Umum, Liberty, Yogyakarta. Burgi, Burhan. (2003). Analisis Data Penelitiaan Kualitatif, Jakarta :PT Raja Grafindo Persada. Cangara, Hafied. (2009). Komunikasi Politik : Konsep, Teori dan Strategi, Jakarta : Rajawali Pers. Effendy, Onong Uchjana. (1997). Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya. Juwito, 2008. Menulis Berita Dan Feature’s, Penerbit : Unesa University Press. Kriyantono, Rachmat. (2008). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Maswadi Rauf & Mappa Nasrun. (1993). Indonesia dan Komunikasi Politik, Jakarta : AIPI. Nimmo, Dan. (2000). Komunikasi Politik : Khalayak dan Efek, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. __________, (1999). Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan, dan Media, Bandung : Remaja Rosdakarya Offset. Masduki. (2004). Jurnalistik Radio : Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar. LKIS. commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Muda, Deddy Iskandar. (2005). Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya. Moleong, Lexy J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT RemajaRosdakarya. Neuman W. Lawrence. (2000). Sosial Research Methods: Qualitative and Quantitative, Approaches. Boston: Allyn and Bacon. Nurudin. (2000). Sistem Komunikasi Indonesia. Yogyakarta : Bigraf Publishing. Paton, M.Q. (1980). qualitative Research and Evaluation Methods, Sage Publications, London. Pawito, ( 2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta : LKIS. __________, (2009). Komunikasi Politik : Media Massa dan Kampanye Pemilihan.Yogyakarta : Jalasutra. Rakhmat, Jalaluddin. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda Karya. Sastroadmodjo, Sudijono, (1995). Perilaku Politik, Semarang; IKIP Semarang Press. Sutopo, H.B. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan terapannya dalam Penelitian. Surakarta :UNS Press. Walgito, Bimo, (1990), Pengantar Psikologi Umum. Jogjakarta : Andi Offset. Zamroni, Muhammad. (2005). Partisipasi Perempuan dalam Komunikasi Politik di Yogyakarta pada Pemilu 2005. Surakarta: Tesis Pascasarjana UNS. Jurnal Penelitian Agus S. Ekomadyo, (2006). Prospek Penerapan Metode Analisis Isi (Content Analysis) Dalam Penelitian Media Arsitektur. Jurnal Itenas: Jurnal Ilmu Pengetahuan Teknologi Dan Seni No.2 Vol.10. Agustus 2006, Halaman 51-57. Program Studi Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung. Sainuddin, (2010). Teknik Penulisan Berita. Pengembangan Bahan Ajar. Universitas Mercubuana. commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bog/website : Bentley, Jim. (2012). Types of News Stories (power point presentation), (http://mrbentley.wikispaces.com/file/view/Types+of+News+Stories.ppt) diakses pada 25 November 2012. Bleyer, Grosvenor Willard. 1916. Types of News Writing. Boston New York Chicago, Houghton Mifflin Company, (http://archive.org/details/typesofnewswriti00bleyrich) diakses pada 27 November 2012. Deahl, Rachel. (2012). News Writing: The Essentials of News Writing, (http://mediacareers.about.com/od/thenecessaryskills/a/WritingSkills.htm) diakses pada 24 November 2012. Deahl, Rachel. (2012). What is Hard News?, (http://mediacareers.about.com/od/glossary/g/HardNews.htm) diakses pada 25 November 2012. Gaulin, Pam. (2007). Different Types of News for the Beginning News Writer, (http://voices.yahoo.com/different-types-news-beginning-news-writer216369.html) diakses pada 27 November 2012. Harahap, S. Arifin. (2007). Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita, (http://repository.unib.ac.id/276/1/2-BukuJURNALISTIK%20TV.pdf ) hal. 3, diakses pada 23 November 2012. Harahap, S. Arifin. (2007). Jurnalistik Televisi :Teknik Memburu dan Menulis Berita, (http://repository.unib.ac.id/276/1/2-BukuJURNALISTIK%20TV.pdf ) hal. 13, diakses pada 23 November 2012. Iradat, Damar. (2010). Apresiasi Buku "Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter Profesional" Karangan Deddy Iskandar Muda, (http://tugasoj2009.blogspot.com/2010/11/apresiasi-buku-jurnalistiktelevisi_4385.html) diakses pada 25 November 2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
Iradat, Damar. (2010). Apresiasi Buku "Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter Profesional" Karangan Deddy Iskandar Muda, (http://tugasoj2009.blogspot.com/2010/11/apresiasi-buku-jurnalistiktelevisi_4385.html) diakses pada 23 November 2012. Karthik, Praveen. (2012). What are the Three Main Parts of a News Story, (http://www.preservearticles.com/what-are-the-three-main-parts-of-a-newsstory.html) diakses pada 25 November 2012. Nordquist, Richard. (2012). Inverted Pyramid, (http://grammar.about.com/od/il/g/Inverted-Pyramid.htm) diakses pada 25 November 2012. Nordquist, Richard. (2012). Journalists’ Questions (5 Ws and an H), (http://grammar.about.com/od/il/g/journalistquestionsterm.htm) diakses pada 25 November 2012. Prior, Markus. (2003). Any Good News in Soft News? The Impact of Soft News Preference on Political Knowledge, (http://www.princeton.edu/~mprior/Prior2003.Soft%20News.pdf) diakses pada 25 November 2012. Sembiring, Kesatria. (2011). Pengertian dan Jenis Berita, (http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-mediastudies/2185169-pengertian-dan-jenis-berita/) diakses pada 26 November 2012. Shirkey, Clay (2008). Here Comes Everybody. Penguin. p. 328. ISBN 978-159420-153-0, (http://en.wikipedia.org/wiki/News) diakses pada 25 November 2012. Steve Weinberg. (1996). The Reporter's Handbook: An Investigator's Guide to Documents and Techniques," St. Martin's Press, (http://en.wikipedia.org/wiki/Investigative_journalism) diakses pada 26 November 2012. Subekti, A. Mukodas.(2011). Jenis Berita, (http://odazzander.blogspot.com/2011/12/jenis-berita.html) diakses pada 23 commit to user November 2012.
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
The 6 Most Important Characteristics of NEWS, dalam (http://uvmmedia.files.wordpress.com/2008/02/the-characteristics-ofnews.pdf) diakses pada 25 November 2012. Zhuikov, Marie. (2011). The Media’s Definition of News, (http://www.seagrant.umn.edu/downloads/theMedia.pdf ) diakses pada 25 November 2012. Cole, Peter. "News Writing." The Guardian, Sep. 25, 2008. Rabe, A. Robert. (2008). Inverted Pyramid. Encyclopedia of American Journalism, ed. by Stephen L. Vaughn. Routledge. Palms, C. Roger. (2000). Effective Magazine Writing: Let Your Words Reach the World. Shaw Books. Patterson, T. E. (2000). Doing well and doing good: How soft news and critical journalism are shrinking the new audience and weakening democracy—And what news outlets can do about it (Faculty Research Working Paper Series, RWP01-001). Cambridge, MA: John F. Kennedy School of Government, Harvard University.
commit to user