1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan yang merupan faktor penentu status kesehatan seseorang. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, apabila keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal juga. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan serta lingkungan. Perilaku menjaga kesehatan bagi manusia dapat dilihat dari perilaku terhadap kesehatan lingkungannya, yakni respon terhadap lingkungan sebagai diterminan kesehatan manusia. Perilaku menjaga kesehatan lingkungan salah
satunya
mecakup
perilaku
terhadap
sampah
dan
pengelolaannya
(Notoatmodjo,2003). Sampah adalah sesuatu benda atau benda padat yang sudah tidak baik dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organisme
2
penyebab penyakit, dan juga binatang serangga sebagai penyebar (vector) penyakit. Sampah yang paling berbahaya adalah sampah anorganik, dimana sampah ini tidak dapat atau sulit untuk diurai. Salah satu sampah anorganik yang menjadi masalah adalah sampah plastik. Sampah plastik adalah salah satu jenis sampah yang digplongkan berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya. Sampah plastik merupakan jenis sampah an-organik yang umumnya tidak dapat membusuk. Bahan plastik merupakan bahan organik yang tidak bisa terurai oleh bakteri. Sampah plastik merupakan masalah yang sudah dianggap serius bagi pencemaran lingkungan, khususnya terhadap pencemaran tanah. Penggunaan plastik memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, penggunaan plastik dilakukan hamper pada seluruh kegiatan masyarakat, namun penggunaan yang tidak terkontrol nantinya akan menimbulkan dampak negative bagi pencemaran lingkungan. Ribuan ton sampah plastik menjadi polutan yang mengancam pencemaran lingkungan di dunia. Dari data dunia pada tahun 2004, tingkat konsumsi plastik tertinggi di dunia adalah Eropa Barat (14,1 kg per kapita) dan Amerika Serikat (15,5 kg per kapita). Menurut data kelautan research foundation, ribuan ton sampah pelastik yang berasal dari AS dan Jepang mengapung di Samudera Pasifik, dimana sampah-sampah plastik ini telah membunuh ribuan ton ikan dan merusak biota laut. Ribuan ton sampah plastik menjadi polutan yang mengancam pencemaran lingkungan di dunia.
3
Menurut Dewi (2009), sampah yang diproduksi di ibu kota khususnya sebesar 6000 ton per hari dengan 70 hingga 80 persen dari sampah tersebut tergolong sampah anorganik, dan proporsi ini terus meningkat. Sampah plastik tidak hanya menjadi masalah di kalangan masyarakat umum tetapi juga menjadi masalah bagi perindustrian di Indonesia. Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahanbahan kimia yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Sampah plastik ini sangatlah sulit untuk diuraikan secara alami. Sampah plastik itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna. Ini adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah. Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakaranya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit pernapasan, kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan memicu depresi. Kantong plastik juga penyebab banjir, karena menyumbat saluran-saluran air, dan pada tahap pembuangan di TPA sampah plastik mengeluarkan gas rumah kaca. Pengolahan sampah plastik adalah perlakuan terhadap sampah plastik yang bertujuan memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengolahan sampah dianggap baik jika sampah yang diolah tidak menjadi tempat berkembang biaknya
4
bibit penyakit serta tidak menjadi perantara penyebarluasan suatu penyakit dan tidak mencemari udara, air, atau tanah (Azwar, 1990). Pengelolaan sampah plastik merupakan cara meminimalkan pencemaran yang diakibatkan oleh plastik yang selama ini di konsumsi oleh masyarakat. Pengelolaan ini tidak hanya mengenyampingkan masalah kesehatan tapi juga melihat keindahan lingkungan. Pengelolaan sampah plastik dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kesehatan manusia ataupun merusak ekologi lingkungan. Tindakan yang dapat dilakukan dalam mengelola sampah plastik yakni dengan mulai mengumpulkan, meilih jinis, memipihkan, mencacah, sampai pada peleburan. Salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam penanganan sampah plastik ini adalah dengan mendaur ulang. Bahan plastik merupakan bahan organik yang tidak bisa terurai oleh bakteri. Seperti yang diungkapkan oleh Vesilind et al (2003), bahwa dalam implementasi sebuah manajemen/pengelolaan sampah dalam sebuah komunitas, hal pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan reduksi sampah langsung pada sumber penghasil sampah. Dibutuhkan sebuah cara efektif agar dalam aktivitas ini, sampah plastik yang terkumpul sudah terpisah berdasarkan kategori jenis plastik, sehingga proses daur ulang di tingkat selanjutnya dapat dilakukan lebih efisien. Pengelolaan daur ulang sampah plastik yang ergonomis dan terintegrasi dengan baik akan dapat membantu kegiatan atau program strategis dalam upaya pengurangan jumlah sampah plastik yang efektif.
5
Pengolahan sampah menjadi solusi terbaik. Jika rumah tangga atau komunitas terkecil di lingkungan belum bisa mengolahnya, di daur ulang, maka pemilahan menjadi langkah kecil terbaik . Sampah plastik dapat dinilai memiliki nilai jual dan nilai ekonomis yang cukup tinggi untuk diolah kembali menjadi berbadai produk berbahan plastik, sehingga pengolahannya (daur ulang) harus dilakukan secara maksimal (Wasto,2008). Dari data perindustrian Jepang pada tahun 2006, jepang mampu memeningkatkan pemanfaatan tingkat efektifitas selama bertahun-tahun sebanyak 72% sampah plastik diolah dengan dengan baik. 20% dari sampah plastik tersebut di kelola dengan mendaur ulang sedangkan 52% di bakar untuk tujuan pemulihan energi yaitu pembangkit listrik atau pembangkit tenaga panas. Di Indonesia tidak sedikit komunitas yang bergerak di bidang pengelolaan sampah plastik dalam rangka menjaga kelestarian dan ekologi lingkungan serta disisi lain juga dapat meningkatkan tingkat ekonomi, karena dari pengelolaan sampah plastik ini dapat menjadi sebuah usaha bagi masyarakat.data Dinas Kebersihan Kota Surabaya mencacat pada tahun 2006 telah terlaksana sistem pengelolaan sampah plastik yang terintegrasi pada masyarakat dengan memperdayakan masyarakat sekitar untuk pengelolaan sampah plastik yang bermanfaat bagi tingkat perekonomian, 11 % dari 8.700 sampah adalah sampah plastik yang dikelola oleh pemulung dibawah langsung dinas kebersihan Kota Surabaya.
6
Pengetahuan tentang pengelolaan sampah plastik dan perilakunya sangatlah berguna bagi pemulung sampah plastik yang nantinya akan mereka kelola, dikatakan berguna karena nantinya dari pengetahuan yang baik dan benar yang telah mereka dapatkan mengenai pengelolaan sampah plastik akan menjadi suatu acuan bagi mereka dalam melakukan pengelolaan sampah plastik. Semakin spesifik seseorang mendapatkan pengetahuan di bidangnya, maka semakin mudah menerapkan serta mengembangkan perilaku yang sesuai dengan apa yang mereka ketahui dan mereka alami. Perkampungan Kedaung Wetan merupakan perkampungan dengan tingkat hunian ekonomi rendah kebawah yang terletak di Kelurahan Kedaung Wetan, Kecamatan Neglasari Kota Tangerang Profinsi Banten. Jumlah penduduk sebesar 29.918.118 jiwa yang mayoritas penduduknya 70 % bermata pencaharian sebagai pemulung,
kebanyakan
masyarakatnya
menggantungkan
hidupnya
pada
pengelolaan sampah plastik yang mereka ambil dari TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang berada di Kelurahan Kedaung Wetan. Pengelolaan sampah plastik yang dilakukan oleh masyarakat Kedaung Wetan masih sederhana, karena saran dan prasarana pengelolaan sampah plastik yang mereka miliki terbatas hanya menggunakan alat pencacah yang blom menggunakan mesin. Di tempat pengelolaan sampah plastik yang mereka lakukan belum ada yang menggunakan alat pelindung diri seperti, tidak adanya pemulung yang menggunakan masker, sarung tangan dan sepatu boot pada saat melakukan
7
pengelolaan sampah plastik. Tidak sedikit dari mereka yang mendapatkan dampak negatif dari pengelolaan sampah plastik seperti terluka saat proses pencacahan karena tidak menggunakan sarung tangan, dan tekinfeksi gangguan pernapasan karena debu dari pencacahan sampah plastik karena mereka tidak menggunakan masker. Pengetahuan yang mereka miliki tentang pengelolaan sampah plastik hanya sebatas dari pengalaman orang-orang sebelum mereka, jadi perilaku pengelolaan sampah plastik yang mereka terapkan pun hanya sebatas yang mereka ketahui dari kebanyakan orang di sekeliling mereka, dengan pengetahuan yang sebatas hanya dari orang-orang sebelum mereka itulah mereka tidak mengetahui dampak negatif dari pengelolaan sampah plastik yang slama ini mereka lakukan. Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pemulung tentang pengelolaan sampah plastik dengan perilaku pengelolaan sampah plastik. 1.2 Identifikasi Masalah Perilaku pengelolaan sampah plastik adalah suatu upaya untuk mengurangi voleme atau merubah bentuk plastik untuk dimanfaatkan kembali atau dikelola menjadi bentuk baru, dimana sampahnya berasal dari berbagai sumber dan dilakukan pada tempat tertentu (Depkes,1989). Pengelolaan sampah plastik merupakan cara meminimalkan pencemaran yang diakibatkan oleh plastik yang selama ini dikonsumsi oleh manusia. Perilaku pengelolaan sampah plastik menurut Sudiarno (2006) mulai dari pengumpulan sampah plastik, pemilahan sampah
8
plastik, proses pemipihan bagi jenis plastik botol, proses pencacahan, dan sampai pada akhirnya proses peleburan untuk menjadi produk baru. Perilaku pengelolaan sampah juga tidak terlepas dari sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang baik, yakni lokasi yang tidak berdekatan dengan hunian, sikap kerja yang aman bagi pemulung yang mengelola sampah dengan menggunakan ADP, pengelolaan sampah yang tidak menimbulkan dampak negative bagi kesehatan masyarakat sekitar dan ekologi lingkungan. Masalah yang ditemui, sarana dan prasarana yang terbatas dan seadanya menjadi salah satu faktor penghambat kinerja dalam pengelolaan sampah plastik. Pengelolaan yang dilakukan secara manual, namun tidak sepenuhnya dilakukan dalam proses pengelolaan yang bener yang terhenti hanya sampai pada proses pencacahan tidak sampai pada proses peleburan karena keterbatasan alat yang dimiliki oleh para pemulung yang sekaligus pengelola sampah plastik. Lokasi pengelolaan sampah plastik dilakukuan berdekatan dengan hunian secara individu, masih sedikit yang mengorganisisr, karena nantinya masing-masing dari mereka setelah slesai proses pencacahan akan menjual langsung kepada pengumpul. Dampak yang ditimbulkan dalam pengelolaan limbah plastik terhadap kesehatan masyarakat perlu mendapat perhatian sejak sampah dihasilkan, proses perencanaan sampai pada penatalaksanaan pengelolaan sampah plastik itu sendiri. Pengelolaan yang tidak sesuai dengan perilaku pengelolaan sampah plastik yakni timbul kegagalan ekosistem pada air dan tanah, limbah pengelolaan limbah yang tidak diperdulikan akan merusak ekologi tanah yang nantinya akan menggumpal
9
dan menghambat penyerapan air tahah, pengelolaan sampah plastik yang dilakukan dengan pembakaran akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakaranya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia.
Dampaknya
antara
lain
memicu
penyakit
kanker,
hepatitis,
pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan memicu depresi. Pengelola sampah plastik yang tidak memperdulikan sikap kerja akan terjadi kecelakaan luka bakar, luka irisan alat cacah plastik atau iritasi kulit akibat pencucian saat pemilihan sampah plastik.
1.3 Pembatasan Masalah Karena keterbatasan waktu, biaya, tenaga dan teori, maka penelitian ini hanya dibatasi pada masyarakat RT.004 RW.04 Pemukiman TPA Kedaung Wetan yang berprofesi sebagai pemulung sampah plastik, dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui : Hubungan Pengetahuan mengenai Pengelolaan Sampah Plastik dengan Perilaku Pengelolaan Sampah Plastik pada Pemulung.
1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka masalah dalam penelitian ini adalah
10
“ Apakah ada hubungan pengetahuan mengenai pengelolaan sampah plastik dengan perilaku pengelolaan sampah plastik pada Pemulung di Pemukiman TPA Kedaung Wetan-Tangerang? “ 1.5 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan mengenai pengelolaan sampah plastik dengan perilaku pengelolaan sampah plastik pada pemulung di Pemukiman TPA Kedaung Wetan Tangetang. 1.4.2 Tujuan Khusus a) Mengidentifikasi karakteristik pemulung berupa umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja sebagai pemulung dan tingkat pendapatan. b) Mengidentifikasi pengetahuan pemulung mengenai pengelolaan sampah plastik di pemukiman TPA Kedaung Wetan. c) Mengidentifikasi perilaku pemulung mengenai pengelaolaan sampah plastik di pemukiman TPA Kedaung Wetan. d) Menganalisis hubungan pengetahuan pemulung tentang pengelolaan sampah plastik dengan perilaku pengelolaan sampah plastik di pemukiman TPA Kedaung Wetan.
11
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat bagi pemulung di tempat penelitian Memberi manfaat kepada pemulung plastik di tempat penelitian di pemukiman TPS Kedaung Wetan sebagai masukan tentang perilaku dalam pengelolaan sampah plastik dan nantinya dapat menjadi panutan bagi pengelola sampah plastik lainnya.
1.5.2 Manfaat bagi peneliti a) Menambah pengalaman, pengetahuan, wawasan tentang pengetahuan dengan perilaku pemulung dalam hal pengelolaan sampah plastik. b) Dapat mengaplikasikan teori yang didapat selama di bangku kuliah. c) Mendapatkan gambaran umum tentang pengetahuan pemulung dalam pengelolaan sampah plastik. 1.5.3 Manfaat bagi Fakultas a) Sebagai kelengkapan pustaka tentang studi kesehatan masyarakat b) Memberikan sumbangan pemikiran secara teoritis bagi penerapan dan perkembangan substansi
disiplin ilmu di bidang Ilmu Kesehatan
Masyarakat khususnya ilmu Kesehatan Lingkungan c) Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan informasi bagi peminat dan peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian lebih mendalam.