BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Di antara pertumbuhan berbagai macam industri yang berkembang pesat di Indonesia, terdapat industri tekstil dan salah satu produknya yang bernilai seni tinggi dan semakin digemari sampai saat ini adalah industri batik. Batik tetap eksis dan tidak lekang termakan zaman, walau masih ada beberapa kalangan yang mengkonotasikan batik sebagai sesuatu yang kuno dan kurang begitu menarik, dibandingkan dengan tekstil modern. Batik merupakan salah satu industri sandang yang sifatnya padat karya, khususnya untuk batik tulis dan batik cap. Fenomena batik sangat menarik karena tidak diketahui siapa penemunya, hanya dapat diperkirakan seni membatik adalah teknologi kuno yang hampir setua seni pembuatan kain itu sendiri. Banyak hal yang dapat terungkap dari seni batik, seperti latar belakang kebudayaan, kepercayaan, adat istiadat, sifat dan tata kehidupan, alam dan lingkungan serta cita rasa dan tingkat keterampilan. Semenjak diresmikan oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai warisan budaya Indonesia dan bagian dari World Heritage, batik menemukan momentumnya untuk menjadi produk tekstil andalan Indonesia. Jika UNESCO sebagai organisasi dunia sudah mengakui batik sebagai kekayaan asli budaya bangsa Indonesia, maka sebagai bangsa Indonesia seharusnya juga memiliki rasa memiliki, bangga dan semakin
1
mencintai batik. Ini membuktikan bahwa batik merupakan warisan budaya bangsa Indonesia, bukan milik bangsa lain dan tidak bisa diklaim bangsa lain. Ditinjau dari pembuatannya, disamping mengandalkan teknologi, batik juga kaya akan unsur seni. Pada perkembangannya, batik di Indonesia dan Pulau Jawa khususnya, dipengaruhi budaya Cina dan Persia. Hal ini dapat ditemukan pada industri batik di sepanjang pesisir Pulau Jawa, sedangkan pengaruh Hindu dan Budha terdapat di pusat-pusat kerajaan seperti Yogyakarta dan Surakarta. Sebagai hasil interaksi dengan zaman dan lingkungan historis, batik dibedakan menurut pola, motif, corak, dan warna. Batik keraton memadukan budaya Hindu yang masuk ke keraton di Jawa pada awal abad VII melalui ornamen-ornamen yang ada pada candi Hindu dan Budha, seperti garuda (gurda), naga, bunga, dan lain- lain. Sedangkan pengaruh batik dari Cina masuk pada zaman Sriwijaya yang kaya ornamen oriental seperti ular, naga, singa dan burung merak dalam warna cerah dan pastel. Kini ada pula Batik yang terpengaruh budaya Jepang, yang biasa disebut dengan Batik Jawa Hokokai, dengan kekhasan pada motif bunga dan burung, dengan motif yang kecil dan warna yang tidak terlalu tua dan mencolok. Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri batik yang masih eksis dan bertahan hingga saat ini di tengah persaingan yang semakin ketat karena banyaknya pelaku pasar adalah perusahaan batik
2
Danar Hadi. Dalam perjalanannya, Danar Hadi telah berkembang di berbagai wilayah di Indonesia, salah satunya Rumah Batik Danar Hadi Surabaya dimana penulis akan melakukan penelitian. Seiring dengan kondisi persaingan perusahaan batik yang semakin kompetitif saat ini, Rumah Batik Danar Hadi Surabaya tentunya memiliki serta menerapkan suatu strategi agar dapat menghadapi persaingan di industri batik saat ini. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian pada Rumah Batik Danar Hadi Surabaya yang berjudul “Analisis Strategi Bersaing Rumah Batik Danar Hadi Surabaya”. Surabaya dipilih menjadi tempat penelitian karena perkembangan Danar Hadi di Surabaya cukup pesat, meskipun toko ini tidak berdiri di Jawa Tengah dimana Danar Hadi pertama kali berdiri. Ini dapat dilihat dari masuknya Danar Hadi ke retailer kelas atas Sogo Department Store. Department Store sekelas Sogo tentunya menerapkan aturan serta standar mutu yang tinggi untuk setiap produk yang masuk ke gerai mereka. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, Surabaya sebagai ibukota Jawa Timur termasuk dalam kategori kota metropolitan dengan penduduk lebih dari 1 juta jiwa. Saat ini terdapat 10 kota yang masuk kategori metropolitan di Indonesia. Tujuh kota metropolitan terletak di Pulau Jawa, yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Bekasi, Tangerang, Semarang, dan Depok. Sedangkan dua lainnya terletak di Pulau Sumatera yaitu Medan dan Palembang. Dan satu kota di Pulau Sulawesi yaitu kota Makassar. Di antara kota-kota metropolitan tersebut tujuh kota merupakan ibukota
3
provinsi
sedangkan
3
lainnya
merupakan bagian dari Kawasan
Metropolitan Jabodetabek, yaitu Kota Tangerang, Kota Bekasi, dan Kota Depok. Surabaya merupakan kota dengan CDI (City Development Index) tertinggi di luar Jakarta. CDI adalah suatu metode penilaian kondisi pembangunan kota yang digunakan untuk mengevaluasi kebijakan tingkat keberhasilan pembangunan suatu kota. Indeks ini tersusun dari sejumlah variabel
sektor
yang
dianggap
mewakili
kualitas
pelaksanaan
pembangunan suatu kota, yaitu penyediaan infrastruktur, kualitas penyediaan fasilitas pendidikan, persampahan, dan produk ekonomi suatu kota secara keseluruhan. CDI merupakan suatu alat yang dirumuskan oleh salah satu badan dibawah naungan PBB, yaitu UN-Habitat yang digunakan untuk membuat perbandingan kinerja kota-kota di dunia. Dalam survei kota-kota Indonesia terbaik untuk bisnis yang dilakukan oleh Business Digest, unit riset bisnis Grup SWA (Indonesia Most Recommended Cities For Business) yang dilakukan bulan Juli 2012, Surabaya berada di peringkat ke 6 dari 20 kabupaten/kota. Pemilihan kabupaten/kota dilakukan dengan cara menyaring 20 kabupaten/kota yang memiliki nilai PDRB terbesar (Produk Domestik Regional Bruto) terbesar (diluar migas, pertambangan dan penggalian). Dengan jumlah penduduk yang mencapai 2.9 juta jiwa, Surabaya merupakan pasar yang sangat potensial bagi perdagangan. Surabaya juga memiliki jumlah tenaga kerja yang cukup banyak, ditambah dengan stabilitas politik dan keamanan yang
4
cukup kondusif menjadikan Surabaya sebagai kota yang layak untuk berinvestasi. Dalam kurun dua dasawarsa terakhir, kelompok usaha Batik Danar Hadi telah menjadi perusahaan manufaktur batik yang terpadu, yang telah dikenal sebagai produsen kain batik yang halus dan bermutu tinggi. Kemajuan ini adalah hasil kombinasi tersedianya modal usaha yang mencukupi, ketekunan, keahlian serta manajemen yang solid. Selain itu, Danar Hadi juga amat menyadari tanggung jawab usahanya dalam upaya melestarikan seni batik itu sendiri. Danar Hadi menaruh perhatian besar terhadap upaya pelestarian seni tradisional ini yang diwariskan dari generasi ke generasi sejak abad ke-17. Kerja keras dari seluruh elemen perusahaan selama ini telah membuahkan hasil nyata berupa peningkatan nilai produk batik Danar Hadi yang membuka pintu ke masa depan untuk eksistensi komoditi historis ini. Memadukan keuletan, keahlian, pengalaman dan jiwa wiraswasta serta keterbukaan menerima perkembangan mode dan cita rasa, Batik Danar Hadi berkembang dari sekadar usaha wiraswasta menjadi aset nasional yang kini melayani konsumen batik mene ngah ke atas. Sejak 1975, Batik Danar Hadi telah melebarkan sayap usahanya ke ibukota, Jakarta, dan kota-kota besar di seluruh propinsi Indonesia dengan membuka Rumah-Rumah Batik serta rangkaian outlet lainnya. Prestasi yang telah ditorehkan oleh Batik Danar Hadi antara lain dengan meraih sertifikat sebagai Superbrands 2012 yang merupakan penghargaan
5
bergengsi bagi merek pilihan konsumen Indonesia dan lambang jaminan kepercayaan konsumen. Kelompok usaha Danar Hadi, dengan pencapaian dalam kualitas dan keahlian, memiliki masa depan cerah dalam industri batik. Semua itu didukung filosofi perusahaan yang mengakar kuat pada seni tradisional yang diusungnya, fasilitas, pengalaman dan keahlian dalam manajemen usahanya. Berpijak pada idealisme mendasar untuk menyumbangkan sesuatu yang bernilai terhadap seni tradisional batik, pengembangan produk Batik Danar Hadi bersifat multi dimensional yang taat asas. Secara luas batik dapat dipresentasikan ke dalam beragam perangkat kebutuhan sehari- hari, perangkat khusus, dan perangkat eksklusif. Pada pola pengembangan yang demikian, disamping tetap mengembangkan batik secara fungsional (mendasar) sebagai busana dalam arti seluas- luasnya, Batik Danar Hadi telah menentukan pengembangan kepada fungsi- fungsi lain, seperti piranti griya, piranti perkantoran, piranti hantaran pernikahan, dan sebagainya. Meski kini telah memasuki abad industri, batik tetaplah berakar pada seni tradisional yang adiluhung sehingga eleme n kreativitas setiap individu, dalam hal ini pengrajin batik, menentukan kualitas tiap-tiap helainya.
Sejak
awal,
Batik
Danar
Hadi
menyadari
pentingnya
membangun suatu etos kerja yang profesional agar dapat konsisten melahirkan karya batik yang unggul. Memberikan yang terbaik, itulah frase paling tepat untuk mengambarkan sikap tiap insan yang terlibat
6
dalam segenap jajaran kegiatan Batik Danar Hadi. Dari garis terdepan yang berhadapan langsung dengan konsumen sampai garis belakang yang merencanakan produksi di atas lembar- lembar desain dari jajaran pelaksana paling bawah di ujung- ujung ranting kegiatan sampai di tingkat tertinggi perusahaan. Kondisi yang kian kompetitif di segala sektor bisnis secara otomatis akan mendorong perusahaan untuk senantiasa menjaga kualitas produknya agar dapat bertahan di tengah persaingan. Selain itu perusahaan juga harus meningkatkan performa dan kinerjanya dengan menjaga eksistensinya melalui kejelian dalam melihat peluang yang dimiliki. Agar dapat bertahan menghadapi persaingan, suatu perusahaan diharapkan memiliki strategi yang tepat dan unggul dalam mencapai tujuan perusahaan. Suatu perusahaan dengan strategi yang baik harus memiliki kemampuan untuk memfokuskan pelayanan yang terbaik bagi target pasarnya sehingga loyalitas mereka tetap terjaga. Masing- masing Rumah Batik Danar Hadi di Setiap kota diberi keleluasaan untuk mengatur strategi maupun layout tokonya. Karena itu bisa dilihat bahwa di berbagai Rumah Batik Danar Hadi di masing- masing kota, layout maupun desain toko disesuaikan dengan kultur masingmasing kota. Rumah Batik di Solo, dengan yang di Jakarta, maupun di Surabaya, akan berbeda layout serta strateginya. Ini dikarenakan Danar Hadi memandang bahwa tiap kota memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri.
Danar
Hadi
Surabaya
memiliki
agenda
rutin
yang
7
membedakannya dengan Rumah Batik Danar Hadi lainnya yang berupa fashion show yang diadakan setiap kali ada event pariwisata di Surabaya, misalnya Imlek, hari jadi kota Surabaya, dan sebagainya. Manajemen perusahaan perlu memperhatikan setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis yang mencakup faktor internal dan eksternal. Pada faktor internal meliputi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) sedangkan faktor eksternal meliputi peluang (opportunity) dan ancaman (threat) dimana seluruh elemen tersebut akan sangat membantu dalam penentuan strategi bersaing perusahaan, sejalan dengan perencanaan strategik manajemen. Bila terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan strategik walau sekecil apapun akan mengakibatkan hilangnya peluang perusahaan untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan hasil penjualan dan pangsa pasarnya. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut penulis akan menganalisis strategi bersaing yang diterapkan Rumah Batik Danar Hadi Surabaya dalam usahanya menghadapi persaingan dan mempertahankan serta memperluas pangsa pasarnya. Seiring makin banyaknya pemain pasar di bisnis batik, Danar Hadi perlu menganalisis posisi bisnis serta lingkungan industrinya agar dapat merumuskan alternatif strategi yang akan diterapkan untuk menghadapi persaingan bisnis batik.
8
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Alternatif strategi bersaing seperti apa yang dapat diterapkan oleh Rumah Batik Danar Hadi Surabaya dalam menghadapi persaingan di dunia bisnis serta menciptakan keunggulan bersaing (Compettitive Advantage)? 1.3
Batasan Masalah Mengingat luasnya pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, dalam usaha untuk menghindari penyimpanan penafsiran pada perumusan masalah di atas, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Penelitian difokuskan pada strategi bersaing yang diterapkan Rumah Batik Danar Hadi Surabaya dalam menghadapi persaingan dan mencari alternatif strategi yang dapat diterapkan. 2. Penelitian tidak dilakukan di seluruh cabang Danar Hadi melainkan hanya dilakukan di Rumah Batik Danar Hadi Surabaya.
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Memformulasi strategi bersaing (Competitive Advantage) yang tepat untuk diterapkan Rumah Batik Danar Hadi Surabaya berdasarkan formulasi keunggulan sumber daya dan kemampuan Rumah Batik Danar Hadi dari analisis posisi perusahaan dalam lingkungan industrinya.
9
1.5
Manfaat Penelitian Manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah : Bagi akademisi Memberikan kontribusi dalam membangun pemahaman mengenai daya saing yang berkelanjutan serta menjadi bahan referensi bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian serupa. Bagi peneliti. Memberikan pemahaman mengenai proses penciptaan serta pengembangan strategi
bersaing
melalui
formulasi keunggulan sumber daya dan
kemampuan Rumah Batik Danar Hadi dari analisis posisi perusahaan dalam lingkungan industrinya.
10
1.6
Desain Penelitian
Faktor internal
Faktor eksternal
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Citra produk Citra Rumah Batik Variasi produk Kualitas produk Penetapan harga Cara pembayaran dengan card Lokasi Rumah Batik Promosi Pelayanan Kualitas SDM Biaya peningkatan mutu Saluran distribusi Riset dan pengembangan Aspek keuangan
Daya beli konsumen Pertumbuhan pasar Ukuran pasar Pesaing baru yang potensial Hambatan memasuki pasar Perubahan selera pasar Peningkatan daya beli konsumen 8. Perubahan pendapatan konsumen
Analisis SWOT Analisis 5 Forces Porter
Kondisi/situasi umum RB Danar Hadi Surabaya
Analisis strategi generik
Analisis value chain
Strategi di industri
Strategi pemberdayaan sumberdaya dan kemampuan dalam aktivitas usaha
Keunggulan bersaing
Posisi industri
Gambar 1.1 : Kerangka Pemikiran Pengembangan Strategi Bersaing
11
Dari hasil analisis terhadap faktor internal Rumah Batik dengan matriks IFE (internal factors evaluation) serta faktor-faktor eksternal dengan matriks EFE (external factors evaluation), maka diperoleh kondisi Rumah Batik
Danar
Hadi
Surabaya
setelah
dilakukan
analisis
dengan
menggunakan matriks SWOT. Kemudian dengan menggunakan analisis 5 forces Porter, akan diketahui posisi perusahaan dalam industri dan dengan melakukan analisis strategi generik akan diketahui strategi yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk mengantisipasi posisinya di lingkungan industri, sedangkan dengan analisis rantai nilai maka akan diketahui sumber daya yang dimiliki Rumah Batik serta kemampuannya dalam mengelola sumber daya dalam rangka penciptaan nilai perusahaan yang akan menjadi value added bagi perusahaan dibandingkan perusahaan lain 1.7
Sistematika Penulisan Bab I
Pendahuluan Membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, desain penelitian (kerangka berpikir).
Bab II
Tinjauan Pustaka Berisi tentang landasan teori dan konsep yang digunakan untuk mendukung penelitian ini yang dapat memberikan gambaran untuk menganalisis keunggulan bersaing.
12
Bab III
Metode Penelitian dan Profil Perusahaan Membahas tentang metode penelitian dan alat analisis yang akan digunakan pada penelitian ini serta profil dan gambaran perusahaan.
Bab IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan Membahas tentang analisis yang dilakukan terhadap Rumah Batik Danar Hadi Surabaya dikaitkan dengan alternatif strategi bersaing yang tepat, berdasarkan kondisi dan posisi bisnis Rumah Batik pada saat ini.
Bab V
Simpulan dan Saran Berisi simpulan dari keseluruhan penelitian yang telah dilakukan dan saran terhadap Rumah Batik Danar Hadi Surabaya
untuk
mempertahankan
posisinya
dan
memperoleh keunggulan bersaing.
13