BAB I PENDAHULUAN 1.1.
LATAR BELAKANG Bank Syariah merupakan Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
serta hukum Islam. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah ialah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya, Sedangkan prinsip syariah ialah hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia dari awal kemunculannya yakni pada tahun 1992 sampai dengan tahun ini tergolong cukup pesat, pertumbuhan ini tercermin dari jumlah Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, serta Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang semakin bertambah sampai dengan tahun 2015. Hal ini berdasarkan data dari Badan Statistik Otoritas Jasa Keuangan bulan Juni 2015 menunjukan terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 161 Bank Pembiayaan Rakyar Syariah (BPRS) yang meningkat dibandingkan tahun 2012 dengan jumlah BUS. Berdasarkan dari total aset perbankan syariah yang diambil dari laporan statistik perbankan syariah, pertumbuhan total aset terus meningkat, hal ini juga terjadi pada Bank Konvensional menunjukan per tahunnya mengalami peningkatan.
1
seperti tabel 1.1 jumlah total asset Bank Syariah dan total aset Bank Konvensional tahun 2008 hingga 2014 dalam Miliaran rupiah: Tabel 1.1 Total Aset Bank Syariah dan Bank Konvensional Tahun
Bank Syariah
Bank Konvensional
49.555 2.310.557 2008 66.090 2.534.106 2009 97.519 3.008.853 2010 145.467 3.652.832 2011 195.018 4.262.587 2012 227.711 4.954.467 2013 244.197 5.615.150 2014 Sumber: statistik perbankan Indonesia Otoritas Jasa Keuangan-Vol 12, no.13, Desember 2014
Berdasarkan data statistik perbankan Indonesia Vol 12 no 13 menunjukan bahwa perkembangan aset Bank Syariah dan Bank Konvensional dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Total aset Bank Syariah dan Bank Konvensional hingga Desember 2014 mencapai angka 244.197 Miliar dan 5.615.150 Miliar yang merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang tiga tahun terakhir. Terkait dengan hal ini, Bank Indonesia dalam outlook perbankan syariah 2014 menyatakan pertumbuhan perbankan syariah yang relatif masih cukup tinggi ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan perbankan syariah nasional mampu mempertahankan eksistensi dan perkembangannya dalam menghadapi situasi perekonomian saat ini. Namun disisi lain, pertumbuhan Bank Syariah tersebut bukan tanpa tantangan, menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam roadmap perbankan syariah Indonesia 2
2015-2019 menyatakan bahwa Bank Syariah tengah menghadapi tantangan perlambatan pertumbuhan ekonomi tahun 2013-2014 serta sampai dengan tahun 2015 dimana lingkungan ekonomi global belum menunjukan pemulihan yang signifikan akibat krisis yang terjadi di tahun 2008. Kriris yang terjadi pada tahun 2008 diakibatkan adanya kasus subprime mortgage. Menurut Sudarsono (2009) puncak kasus subprime mortgage ialah pada saat Lehman Brothers bangkrut pada September 2008, dampak dari subprime mortgage mulai menyebar termasuk Indonesia. Krisis tersebut membuat Bank Indonesia meningkatkan BI rate untuk meredam inflansi yang diakibatkan depresiasi rupiah terhadap dolar. Kenaikan BI rate ini direspon dengan kenaikan tingkat suku bunga Bank Konvensional secara masif. Kenaikan tingkat suku bunga tidak secara langsung mempengaruhi Bank Syariah. Namun, pada keuntungan yang didapatkan dari penyaluran pembiayaan dengan pembayaran margin yang didasarkan pada fixed rate yang ketetapannya didasarkan pada kontrak yang tidak bisa diubah sewaktu waktu serta dalam produk bagi hasil kenaikan tingkat suku bunga ini mempengaruhi return Bank Syariah untuk menentukan tingkat bagi hasil mengikuti keadaan pasar. Selain itu, kenaikan tingkat suku bunga akan menurunkan minat masyarakat untuk menyimpan dana di Bank Syariah karena tingkat margin yang lebih rendah dibandingkan tingkat suku bunga. Untuk mengatasi keadaan ini, maka Bank Syariah perlu suatu mengelola distribusi bagi hasil terutama dalam tingkat bagi hasil pada giro, tabungan serta deposito. Dari
3
tabel dibawah ini menunjukan tingkat suku bunga Bank Konvensional dan bagi hasil Bank Syariah. Tabel 1.2 Tingkat suku bunga Bank Konvensional dan bagi hasil Bank Syariah (dalam persen) Jenis
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
BS
BK
BS
BK
BS
BK
BS
BK
BS
BK
BS
BK
BS
BK
Giro
1,18
2,90
0,93
2,95
1,20
2,23
2,04
2,04
0,92
2,12
0,65
2,15
0,64
2,31
Tabungan
3,61
3,33
3,32
3,23
3,06
2,92
3,21
2,27
2,37
1,91
5,70
2,01
3,57
2,02
1 bulan
8,22
10,75
8,12
9,42
6,90
6,64
7,14
6,40
6,06
5,59
6,60
7,727
7,80
8,56
3 bulan
9,10
11,16
9,07
10,65
6,68
6,94
7,71
6,40
6,17
5,90
5,06
8,03
8,10
9,14
6 bulan
8,36
10,34
6,70
10,44
7,15
7,07
8,95
7,27
6,76
6,04
5,25
7,37
7,34
9,22
12 bulan
8,34
10,43
7,73
11,31
7,32
7,65
6,30
6,84
6,27
6,05
4,79
7,14
7,18
8,76
Mudharabah
19,38
15,22
19,17
14,99
17,39
12,39
16,05
11,98
14,9
11,5
14,4
12,1
20,69
12,81
Musyarakah
11,06
14,4
10,93
14
14,52
12,55
13,64
11,69
13,44
11,28
12,45
11,8
13,61
12,36
Murabaha
14,92
16,4
15
16,46
15,30
13,79
14,72
13,38
13,69
13,58
13,18
13,1
15,43
13,58
Istishna
14,73
-
14,46
-
13,37
-
14,24
-
14,23
-
13,36
-
12,81
-
Ijarah
0,47
-
0,44
-
0,46
-
0,16
-
0,78
-
0,19
-
9,81
-
Qardh
3,41
-
3,48
-
3,89
-
4,31
-
5,40
-
6,94
-
3,67
-
Deposito :
Pembiayaan:
Sumber: statistik perbankan Indonesia vol 10 dan 12 Dari tabel diatas menunjukan bahwa pada masa krisis dan setelah krisis yakni 2008-2014, rata-rata tingkat margin Giro (penghimpunanan dana) pada Bank Syariah lebih rendah dibandingkan dengan margin Bank Konvensional. Namun, dalam penyaluran dana yakni Mudharabah memiliki tingkat bagi hasil yang cukup tinggi dibandingkan tingkat bunga yang diberikan Bank Konvensional. Menurut Sudarsono (2009) bagi hasil pada Bank Syariah lebih tinggi dibandingkan tingkat bunga Bank Konvensional dikarenakan adanya sejumlah faktor, salah satu faktornya ialah sebagai lembaga keuangan yang keberadaannya relatif baru membutuhkan biaya (overhead cost) yang cukup tinggi. Biaya-biaya itu dikeluarkan untuk bangunan, fasilitas kantor, penataan sistem, serta pelatihan tenaga kerja. Dengan adanya kondisi-kondisi 4
tersebut, penting agar Bank Syariah mengelola sedemikian rupa pembagian bagi hasil kepada para stakeholdernya. Proses pembagian keuntungan yakni bagi hasil atau biasa disebut nisbah antara Bank dengan nasabah di Bank Syariah ini biasa disebut juga profit distribution. Pembagian keuntungan yang nantinya akan didistribusikan kepada para pihak ketiga, dan harus dikelola dengan sedemikian rupa agar tidak terjadi kesalahan dalam memenuhi tanggung jawab manajemen Bank terhadap para pihak ketiga yang telah menaruh dana. Pengelolaan dalam mendistribusikan keuntungan atau bagi hasil inilah yang dinamakan profit distribution management. Profit distribution management merupakan suatu aktivitas wajib berdasarkan peraturan Perbankan Syariah oleh Bank Indonesia yang menyatakan bahwa distribusi bagi hasil adalah kewajiban Bank Syariah dalam pembagian keuntungan kepada nasabah berdasarkan nisbah yang telah disepakati. Hal ini dikarenakan dalam profit distribution management, Bank Syariah melakukan perhitungan pembagian usaha antara Shahibul Maal (pemberi dana) dengan Mudharib (pengelola dana) sesuai dengan nisbah yang disepakati di awal akad. Dengan kata lain, ketika akad sudah ditetapkan, ketika terjadi perubahan tingkat inflansi, BI rate yang terjadi setelah penetapan akad, Bank Syariah perlu cermat dalam melakukan perhitungan agar tidak merugikan nasabah dan Bank Syariah itu sendiri. Pada tabel 1.2 menunjukan tingkat bagi hasil yang tinggi serta tingkat margin yang rendah pada masa krisis dan setelah krisis dan memiliki perbedaan yang cukup tinggi dibandingkan tingkat margin dan tingkat bunga Bank Konvensional, 5
menunjukan bahwa Bank Syariah harus menjaga kualitas distribusi bagi hasil pada masa-masa tersebut agar tidak kehilangan nasabah yang sudah terlanjur menitipkan dana atau ingin berinvestasi pada Bank. Oleh sebab itu, perlunya Bank Syariah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi profit distribution management pada masa krisis dan setelah krisis, agar menjadi tolak ukur Bank dalam meningkatkan kualitas bagi hasil kepada deposan. Pada tahun 2012 dimana masa setelah krisis, hasil penelitian dari Farook dkk. (2012) yang meneliti profit distribution di beberapa negara, menemukan bahwa Bank-Bank Syariah di Indonesia memiliki tingkat profit distribution management yang lebih tinggi dibandingkan beberapa negara lainnya dengan variabel proporsi pembiayaan non investasi, proporsi dana pihak ketiga, penyisihan penghapusan aktiva produktif. Selain itu, beberapa penelitian dalam negeri menunjukan adanya fenomena GAP dari faktor-faktor yang mempengaruhi Bank dalam profit distribution managementnya, faktor-faktor tersebut ialah risiko pembiayaan serta efektivitas dana pihak ketiga. Berdasarkan uraian diatas, penulis untuk tertarik melakukan penelitian mengenai profit distribution management di Bank Syariah dengan judul “faktorfaktor yang mempengaruhi profit distribution management Bank Syariah: studi empiris di Indonesia”
6
1.2.
Masalah Penelitian
1.2.1
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan masalah dalam penelitian ini ialah untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi profit distribution management dari Bank Syariah di Indonesia, terkait pada masa krisis dimana Bank Syariah harus meningkatkan tingkat margin agar menarik minat deposan, tingginya tingkat bagi hasil Bank Syariah dari produk pembiayaan serta dengan adanya hasil penelitian dari Farook dkk. (2012) yang menemukan bahwa bank-Bank Syariah di Indonesia memiliki tingkat profit distribution management yang lebih tinggi dibanding beberapa negara lainnya. Faktor-faktor yang dimungkinkan mempengaruhi profit distribution management ialah proporsi pembiayaan non investasi, proporsi dana pihak ketiga, penyisihan penghapusan aktiva produktif, dan dari fenomena GAP yakni risiko pembiayaan dan efektivitas dana pihak ketiga dalam hasil penelitian dalam negeri mengenai profit distribution. 1.2.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah Proporsi Pembiayaan Non Investasi mempengaruhi profit distribution management (PDM) di Bank Syariah Indonesia? 2. Apakah Proporsi Dana Pihak Ketiga mempengaruhi profit distribution management (PDM) di Bank Syariah Indonesia?
7
3. Apakah penyisihan penghapusan aktiva produktif mempengaruhi profit distribution management (PDM) di Bank Syariah Indonesia? 4. Apakah risiko pembiayaan mempengaruhi profit distribution management (PDM) di Bank Syariah Indonesia? 5. Apakah Efektivitas Dana Pihak Ketiga mempengaruhi profit distribution management (PDM) di Bank Syariah Indonesia? 1.3
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menguji variabel Proporsi Pembiayaan Non Investasi mempengaruhi profit distribution management (PDM). 2. Menguji variabel Proporsi Dana Pihak Ketiga mempengaruhi profit distribution management (PDM). 3. Menguji variabel Penyisihan penghapusan Aktiva Produktif mempengaruhi profit distribution management (PDM). 4. Menguji
variabel
risiko
pembiayaan
mempengaruhi
profit
distribution
management (PDM). 5. Menguji variabel Efektivitas Dana Pihak Ketiga mempengaruhi profit distribution management (PDM). 1.4
Manfaat Penelitian 1.
Bagi kalangan akademis, penelitian ini sekiranya akan memberikan gambaran secara penuh mengenai proses pengelolaan distribusi 8
keuntungan atau profit distribution management (PDM) serta faktor apa saja yang mempengaruhi proses PDM dari Bank Syariah di Indonesia yang memang masih minimnya penelitian atau informasi mengenai hal tersebut. 2.
Bagi Perbankan Syariah, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi manajemen untuk menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait dengan proses distribusi keuntungan kepada deposan. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan gambaran faktor-faktor yang dengan secara langsung mempengaruhi manajemen Bank dalam aktivitas distribusi keuntungan tersebut kepada deposan sehingga dapat meningkatkan kinerja menjadi lebih baik.
1.5
Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Dalam penelitian ini memiliki ruang lingkup dan batasan penelitian agar
penelitian menjadi lebih spesifik, terarah dan dapat mengurangi tingkat kebiasan. Berikut ruang lingkup dan batasan dalam penelitian ini adalah: 1.
Bank Syariah yang tergolong dalam Bank Umum Syariah (BUS)
2.
Bank Syariah tersebut menerbitkan laporan keuangan triwulanan pada periode 2008-2014 secara konsisten yang telah dipublikasikan baik pada website resmi atau di Bank Indonesia. Dari laporan keuangan Bank Syariah tersebut memiliki data yang dibutuhkan terkait pengukuran variabel-variabel selama periode 2008-2014 yang digunakan di dalam penelitian.
9
1.6
Sistematika Penulisan Sistematika dalam penelitian ini akan dibagi dalam lima bab yang tersusun
sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab 1 berisi uraian latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitan, manfaaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab 2 berisi uraian tentang teori-teori yang relevan dan hasil penelitian terdahulu yang serupa, dan pengembangan hipotesis penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab 3 berisi penjelasan data dan sampel yang digunakan dalam penelitian, difinisi operasional, dan langkah-langkah pengujian dilakukan. BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN Bab 4 berisi uraian deskripsi data, hasil pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. BAB V SIMPULAN dan SARAN Bab 5 berisi simpulan dari hasil penelitian, implikasi, keterbatasan penelitian, dan saran bagi penelitian selanjutnya.
10