BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah salah satu lembaga keuangan negara yang keberadaannya sangat penting dalam perekonomian sebuah negara. Semakin majunya perbankan di sebuah negara maka akan mempengaruhi kemajuan di dalam bidang ekonomi negara tersebut. Dapat dikatakan pula bahwa bank memiliki peranan yang sangat penting dalam kemajuan sebuah negara. Peran bank saat ini dibutuhkan tidak hanya untuk menyimpan dan menyalurkan dana untuk masyarakat, tetapi bank dapat berperan sebagai identitas kemajuan perekonomian suatu negara. Oleh karena itu, pihak pemerintah bekerjasama dengan pihak perbankan guna mewujudkan perekonomian yang baik. Pada dasarnya beberapa negara di dunia memiliki berbagai jenis macam bank, yaitu bank konvensional dan bank non konvensional. Dalam kesempatan kali ini, peneliti memiliki ketertarikan membahas analisis perbandingan resiko kredit pada bank konvensional dan bank syariah di negara yang mayoritas penduduknya beragama muslim. Negara yang diteliti dalam penelitian ini yaitu, negara Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam sebagai kesatuan dari rumpun Melayu dan negara Bahrain, Kuwait, Saudi Arabia, United Arab Emirates, Qatar, Yordania, Iraq, Iran, dan Lebanon sebagai kesatuan dari rumpun Timur Tengah. Dampak perkembangan perekonomian di dunia saat ini menimbulkan beberapa jenis bank yaitu bank konvensional dan bank syariah. Tidak hanya bank konvensional yang menjadi pilihan masyarakat dalam menyimpan dan
1
2
menyalurkan dana mereka, bank syariah kini tampil dan menjadi perbincangan banyak orang saat ini. Perbankan syariah adalah salah satu segmen yang paling cepat berkembang di pasar keuangan global. Bank syariah kini berkembang cepat di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam termasuk di negara rumpun Melayu (Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam) dan negara rumpun Timur Tengah (Bahrain, Kuwait, Saudi Arabia, United Arab Emirates, Qatar, Yordania, Iraq, Iran, dan Lebanon). Pada saat krisis keuangan global tidak hanya meragukan fungsi dari bank konvensional, tetapi juga meningkatkan perhatian pada perbankan syariah, membuat beberapa pengamat melakukan pengamatan terhadap bank syariah dan konvensional selama krisis. Pada saat periode krisis peneliti menemukan bank-bank Islam dikapitalisasi lebih baik, dan memiliki aset yang lebih tinggi dari pada bank konvensional (Beck, Kunt, dan Merrouche, 2013). Secara teori, keuangan syariah berbeda secara signifikan dibandingkan dengan pembiayaan konvensional. Secara khusus, keuangan berbasis syariah tidak menggunakan pembayaran bunga (riba), keuangan berbasis syariah memiliki gagasan yaitu laba rugi atau berbagi risiko dengan mitra, dan berpendapat bahwa semua transaksi harus didukung oleh transaksi ekonomi nyata yang melibatkan aset berwujud (Beck, Kunt, dan Merrouche, 2013). Pertumbuhan yang kuat dari perbankan syariah dikombinasikan dengan persaingan yang kuat dengan bank konvensional di pasar yang sama menimbulkan beberapa kekhawatiran di kalangan regulator dan praktisi tentang stabilitas dan keberlanjutan bank syariah dalam jangka
3
panjang (Elgari, 2003). Pada prinsipnya, dasar dari sistem perbankan konvensional adalah bunga, sedangkan bank syariah mengandalkan pada dua prinsip alternatif yaitu bagi hasil dan rugi dan pembiayaan markup (Kabir, Worthington, dan Gupta, 2015). Biasanya peminjam yang menghindari sebuah risiko dapat memilih bank syariah yang memberikan kesempatan untuk berbagi kerugian dengan bank (Hasan dan Dridi, 2010). Alasan mengapa peminjam lebih memilih bank syariah karena bank syariah memberikan kesempatan untuk berbagi kerugian dan keuntungan dengan peminjam, maka bank-bank syariah mungkin menghadapi risiko penarikan jika mereka berbagi kerugian dengan deposan (Siddiqui, 2008). Bank harus mengelola debiturnya dengan baik karena debitur merupakan faktor utama penyebab munculnya kredit bermasalah (Mahmoeddin, 2002). Dilihat dari segi ini bank syariah memiliki risiko kredit yang lebih besar dari pada bank konvensional. Kemudian (Čihák dan Hesse, 2010) menemukan bahwa bank syariah kecil dalam finansialnya cenderung lebih kuat dari bank komersial kecil, bank komersial besar dalam finansialnya cenderung lebih kuat dari bank syariah besar, dan bank syariah kecil dalam finansialnya cenderung lebih kuat dari bank syariah besar. Tetapi beberapa peneliti berpendapat bahwa praktik berbagi risiko bank syariah sangat terbatas (Chong dan Liu, 2009), bank syariah
memiliki
produk
jenis
penjualan
yang
jauh
berisiko
dari
produk-produk berbasis utang dari pada bank konvensional. Sudah terdapat beberapa peneliti yang meneliti mengenai bank syariah dan bank konvensional. Beberapa peneliti membandingkan stabilitas bank syariah dan bank konvensional dalam periode berbeda dan di negara yang
4
berbeda. Salah satunya menyimpulkan bahwa bank syariah lebih stabil tetapi tidak menemukan bukti dari perbedaan risiko kredit di seluruh sistem perbankan alternatif (Gamaginta dan Rokhim, 2011). (Beck, Kunt, dan Merrouche, 2013) melakukan penelitian di 22 negara yaitu Bahrain, Bangladesh, Cayman Islands, Egypt, Gambia, Indonesia, Jordan, Kuwait, Lebanon, Malaysia, Mauritannia, Pakistan, Qatar, Saudi Arabia, Singapore, Sudan, Syria, Tunisia, Turkey, United Arab Emirates, United Kingdom, dan Yemen. Beck, Kunt, dan Merrouche membandingkan orientasi bisnis, efisiensi, dan stabilitas antara bank syariah dan bank konvensional dengan menggunakan alat pengukuran Z-Score dan NPL menghasilkan bahwa bank syariah memiliki risiko kredit secara signifikan lebih rendah dari pada bank konvensional. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Beck, Kunt, dan Merrouche di tahun 2013 berbeda dengan yang dilakukan oleh Kabir, Worthington, dan Gupta. (Kabir, Worthington, dan Gupta, 2015) melakukan penelitian di 21 negara yaitu Bahrain, Bangladesh, Brunei, Egypt, Indonesia, Iran, Iraq, Jordan, Kuwait, Lebanon, Malaysia, Mauritannia, Pakistan, Palestine, Qatar, Saudi Arabia, Sudan, Syria, Tunisia, Turkey, United Arab Emirates, dan Yemen. Kabir, Worthington, dan Gupta membandingkan risiko kredit pada bank konvensional dan syariah menggunakan pengukuran risiko kredit berbasis informasi akuntansi yaitu NPL dan Z-Score. Hasil dari penelitian tersebut bank syariah memiliki risiko kredit lebih besar dari pada bank konvensional jika diukur dengan menggunakan NPL dan Z-Score. Dilihat dari penelitian yang telah dilakukan oleh Beck dkk dan Kabir dkk terdapat perbedaan hasil. Kabir dkk di dalam penelitiannya memiliki hasil
5
bahwa bank konvensional yang memiliki risiko kredit yang lebih rendah dibandingkan bank syariah. Tetapi disatu sisi Back dkk di dalam penelitiannya menghasilkan bahwa bank syariah yang memiliki risiko kredit yang lebih rendah dari pada bank konvensional. Perbedaan hasil penelitian ini yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ulang. Ada beberapa cara penghitunga risiko kredit. Beberapa studi telah menggunakan Z-score, berdasarkan informasi akuntansi standar yang terdiri dari return on asset (ROA), total aset dan standar deviasi dari ROA. Kemudian beberapa studi menggunakan rasio Non Performing Loan (NPL), berdasarkan informasi akuntansi standar yang terdiri dari kerugian pinjaman cadangan, dan penyediaan kerugian pinjaman sebagai proxy untuk risiko kredit. Dengan menggunakan rasio NPL maka penghitungannya berbasis pada kinerja masa lalu, nilai-nilai akuntansi dan rasio yang mungkin tidak informatif dalam menilai hasil masa depan, kemudian nilai asetnya mungkin berbeda dari nilai historis aset karena metode konservatif (Altman dan Saunders, 1997). Banyaknya perdebatan yang muncul mengenai persaingan antara bank konvensional dan banyk syariah, termasuk disisi risiko kredit. Risiko kredit merupakan sumber utama ketidakstabilan keuangan di sektor perbankan. Untuk memiliki sistem manajemen risiko kredit yang tepat, bank harus benar dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko kredit. Dengan menggunakan pengukuran risiko kredit yang tepat maka dapat memantau dan mengendalikan risiko kredit. Z-Score, dan NPL merupakan cara pengukuran risiko kredit. Sebuah penelitian mengatakan bahwa cara pengukuran risiko kredit yang dipilih memiliki peran penting
6
dalam menilai risiko kredit yang sebenarnya di bank syariah dan bank konvensional. Maka dari itu para pemangku kepenting di dunia perbankan saat ini dapat berfokus pada pengukuran risiko kredit tersebut. Adanya perbedaan dari hasil perbandingan risiko kredit antara bank konvensional dan bank syariah dengan menggunakan pengukuran yang berbeda menjadi daya tarik untuk melakukan kembali penelitian tersebut di negara-negara rumpun melayu dan di negara-negara rumpun timur tengah. Menggunakan Z-score, dan NPL sebagai pengukuran dari risiko kredit dan penelitian ini akan menggunakan sampel seluruh bank konvensional dan bank syariah yang terdapat di negara rumpun melayu (Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam), dan di negara timur tengah (Bahrain, Kuwait, Saudi Arabia, United Arab Emirates, Qatar, Yordania, Iraq, Iran, dan Lebanon). Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian yang akan dilakukan berjudul Analisis Risiko Kredit pada Bank Syariah dan Bank Konvensional. B. Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan risiko kredit di bank syariah dan bank konvensional menggunakan pengukuran Z-score? 2. Apakah terdapat perbedaan risiko kredit di bank syariah dan bank konvensional menggunakan pengukuran NPL? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan risiko kredit di bank syariah dan bank konvensional menggunakan pengukuran Z-score 2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan risiko kredit di bank syariah dan bank konvensional menggunakan pengukuran NPL
7
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan ilmu pengetahuan mengenai perbandingan risiko kredit yang terdapat di bank syariah dan bank konvensional di negara rumpun melayu dan timur tengah. Penelitian ini juga sebagai sarana untuk memperluas keterampilan dalam hal menulis, membuat sebuah penelitian yang baik dan benar. Diharapkan penelitian ini mampu menambah pengetahuan untuk pembaca dan juga sebagai tambahan informasi bagi pihak lain yang ingin mempelajari perbandingan bank konvensional dengan bank syariah. Serta sebagai bahan acuan ataupun bahan perbandingan untuk membuat penelitian berikutnya dimasa yang akan datang. 2. Bagi Pelaku di Industri Perbankan Penelitian ini dapat memberikan analisis mengenai perbandingan risiko kredit yang terdapat di bank konvensional dan bank syariah di negara rumpun melayu dan timur tengah yang dapat menjadi dasar untuk menganalisa risiko kredit yang terdapat di bank. Kemudian penelitian ini dapat menjadi acuan bagi manajemen bank dan pemerintah dalam memutuskan manajemen risiko kredit yang tepat.