BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat kental kehidupannya dengan seni. Salah satu seni yang cukup berkembang saat ini adalah seni teater. Perkembangan ini terlihat dari semakin banyaknya kelompok teater yang berdiri di sekolah‐sekolah, kampus, ataupun sanggar‐sanggar. Begitu juga dengan semakin banyaknya peserta dalam festival‐festival teater baik tingkat sekolah atau umum. Di Indonesia dikenal dua jenis teater, teater modern dan teater tradisional. Menurut D. Djajakusuma dalam Sumadjo (2004:17), teater tradisional dibagi dua kategori, yaitu Teater Orang dan Teater Boneka. Masing‐masing kelompok teater tersebut dibagi lagi menjadi Teater Istana dan Teater Rakyat. Sumardjo mengungkapkan bahwa : “Dasar teater tradisional Indonesia, juga jenis‐jenis kesenian tradisional yang lain adalah masyarakat agraria. Kehidupan pertanian berurusan dengan tanah, air, produksi, kesuburan, kemakmuran, hama, musim kering, itulah yang memberikan dasar‐ dasar estetika teaternya. Kehidupan yang amat erat hubungannya dengan siklus semesta ini (musim, matahari, bintang‐bintang) mengakibatkan dasar pokok estetika mereka adalah religi (2004:15).”
1
Alam dan religi menjadi bagian yang tak terpisahkan pada teater tradisional. Menurut Sumardjo (2004:18), rombongan teater rakyat di Indonesia, bermain di sembarang tempat seperti di halaman rumah, di kebun, di tanah lapang, di tepi sungai, di pinggir jalan, semuanya menunjukkan teater merupakan bagian dari kehidupan mereka. Kemudian menurut Sumardjo (2004:24) pada akhir abad ke tiga belas, teater berkembang di istana‐istana. Kesenian istana bersifat profesional dalam arti dikembangkan oleh para seniman yang seluruh hidupnya dihidupi oleh keseniannya. Teater tradisional kraton disebut juga teater klasik. Dapat disimpulkan bahwa Teater Indonesia, baik teater tradisional, teater rakyat maupun teater modern dikembangkan oleh para seniman yang menunjukan bahwa teater merupakan bagian dari kehidupan mereka. Teater merupakan seni pertunjukan, salah satunya adalah wayang orang. Wayang orang berpijak pada cerita Mahabarata dan Ramayana, dengan dialog yang dibawakan oleh para penarinya. Wayang orang adalah bentuk alternatif dari wayang kulit. Pola pertunjukkanya mengacu pada wayang kulit, hanya saja pemerannya dilakukan oleh orang, tidak memakai boneka dari kulit sebagai wayangnya.
2
Pada tahun 1910, Keraton Kasunanan Surakarta melalui R.A.A. Sasdiningrat (pepatih dalem) atas perintah Sri Suhunan Paku Buwono X, membangun Taman Hiburan Rakyat Sriwedari yang berada di tengah‐ tengah kota. Taman tersebut diisi dengan flora dan fauna, sajian hiburan kesenian klasik, film dan rumah makan. Dilihat dari fungsinya taman ini sebagai penyangga kehidupan seni budaya keraton, di desain selaras dengan konsep paru‐paru kota. Salah satu jenis hiburan yang masih bertahan di Taman Sriwedari sampai sekarang ini adalah wayang orang. Wayang orang adalah satu‐ satunya jenis hiburan yang mengacu dan berorientasi kepada kesenian yang berakar dari budaya Jawa keraton. Seni pertunjukkan ini juga satu‐ satunya jenis hiburan yang mengacu pada nilai‐nilai tradisi dan paling lama menempati Taman Sriwedari. Wayang Orang Sriwedari merupakan salah satu lokal jenius Indonesia yang sayang jika sampai punah. Seiring dengan perkembangan jaman, Menurut wawancara dengan Sudyanto, salah satu staff Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta, Wayang Orang Sriwedari telah mengalami kemunduran. Hal Ini terlihat dari jumlah penonton yang semakin menurun dari tahun ke tahun, hanya hari‐hari tertentu saja jumlah penonton meningkat, misalnya di malam minggu, acara‐acara besar atau peringatan tahunan Wayang Orang
3
Sriwedari. Itu pun bangku‐bangku penonton banyak diisi oleh turis‐turis asing1. Dilihat dari segi pemain, regenerasi bisa dikatakan cukup sulit. Generasi muda yang tertarik untuk bermain dan meneruskan Wayang Orang Sriwedari hanya hitungan jari. Padahal di Kota Surakarta, terdapat Institut Seni yang jumlah lulusan tiap tahun tidak sedikit. Kemungkinan karena banyaknya jenis hiburan baru yang jauh lebih menarik dan diminati masyarakat sehingga kesenian tradisional kurang diminati sekarang ini, wawancara dengan Billy salah satu pemain Wayang Orang Sriwedari2. Kelemahan lainnya bisa juga berasal dari lemahnya kreatifitas pengelola dalam mendesain cerita yang menarik dan kurang bisa menyesuaikan dengan kekinian. Format cerita yang disajikan cenderung hanya diminati oleh kalangan orang tua sedangkan untuk kalangan anak muda cerita model seperti Mahabarata dan Ramayana hanya segelintir saja, itupun jika berhubungan dengan tugas sekolah atau kuliah. Berdasarkan pengamatan awal peneliti, beberapa hal kurang diperhatikan dan dikelola secara matang oleh dinas pariwisata sebagai pengelola Wayang Orang Sriwedari, di antaranya: 1) kurangnya 1
Wawancara dengan Sudyanto pada tanggal 3 Mei 2014 di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta 2 Wawancara dengan Billy pada tanggal 27 April 2014 di ISI Surakarta
4
perawatan gedung; 2) kurang diperhatikannya fasilitas pertunjukkan dan 3) lemahnya strategi pemasaran. Keadaan gedung pertunjukkan yang kurang terawat mengurangi minat orang untuk datang. Tidak bisa dipungkiri, kemasan luar adalah hal penting untuk diperhatikan agar dapat menarik minat masyarakat. Keberadaan Wayang Orang Sriwedari yang hanya mengandalkan pemasukan dari dinas pariwisata dan sedikit dari penjualan tiket, tentu memprihatinkan. Situasi dan kondisi yang ada akan sangat mempengaruhi semangat para senimannya untuk bertahan. Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh bagaimana manajemen produksi yang dilakukan oleh dinas pariwisata terhadap Wayang Orang Sriwedari sebagai salah satu objek wisata untuk menambah pemasukan daerah di Kota Surakarta. Berdasarkan rancangan penelitian yang telah disusun, peneliti ingin membuktikan bahwa peranan fungsi‐fungsi manajemen dalam seni pertunjukkan Wayang Orang Sriwedari sangat penting dan perlu mendapat perhatian secara khusus. Peneliti beranggapan bahwa fungsi‐ fungsi manajemen dalam pertunjukkan Wayang Orang Sriwedari adalah
5
salah satu unsur dominan yang harus dibenahi untuk melestarikan keberadaan Wayang Orang Sriwedari. Pemikiran yang dipaparkan di atas perlu dibuktikan dengan berbagai penelitian bagaimana pentingnya peranan fungsi‐fungsi manajemen Wayang Orang Sriwedari. Agar penelitian lebih fokus peneliti tertarik untuk mengungkap salah satu aktivitas yang termasuk dalam sajian Wayang Orang Sriwedari, yaitu “ Bagaimana implementasi fungsi manajemen Wayang Orang Sriwedari.” B. Rumusan Masalah Mengacu pada fokus penelitian yang diajukan yaitu Implementasi Fungsi Manajemen Wayang Orang Sriwedari Surakarta maka peneliti mengurainya ke dalam tiga pertanyaan penelitian, yaitu : 1. Bagaimana riwayat Wayang Orang Sriwedari ? 2. Bagaimana implementasi fungsi manajemen Wayang Orang Sriwedari ? 3. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap eksistensi Wayang Orang Sriwedari?
6
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memperoleh dan menyajikan data tentang Wayang Orang. Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1. Memperoleh gambaran informasi dan data tentang riwayat Wayang Orang Sriwedari dari awal berdiri hingga sekarang. 2. Mengetahui implementasi atau penerapan fungsi manajemen yang dilakukan Wayang Orang Sriwedari. 3. Mengetahui tanggapan masyarakat terhadap eksistensi Wayang Orang Sriwedari. Selain dari tujuan di atas, penelitian ini juga bermanfaat untuk; 1) manfaat bagi pengembangan akademis/teoritis, 2) manfaat praktis. Penelitian ini juga bermanfaat untuk peneliti dalam menambah ilmu dan pengalaman peneliti dalam mengkaji, untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat. D. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka penting sebagai pedoman penelitian dan sebagai acuan teoritis bagi permasalahan yang dihadapi, juga sebagai perbandingan dengan penelitian‐penelitian terdahulu yang terkait dengan
7
objek penelitian apa yang belum dilakukan peneliti sebelumnya, sehingga mendudukan dimana posisi penelitian yang lakukan. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini didapat dari berbagai sumber, diantaranya : 1. Sebuah skripsi mengenai wayang orang Sriwedari , yaitu skripsi dari kelompok Sutarno haryono, Joko Aswoyo, Maryono dan Sukamso dengan judul Penyutradaraan Wayang Orang Sriwedari yang disidangkan pada tahun 1997 di STSI Surakarta. Skripsi ini memberikan gambaran tentang bagaimana penyutradaraan Wayang Orang Sriwedari beserta keanggotaannya. 2. Sebuah skripsi mengenai Sriwedari, yaitu skripsi dari Heriyanto dengan judul Lakon Wayang Orang Sriwedari yang di sidangkan pada tahun 1997 di STSI Bandung. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai jalan cerita dari Wayang Orang Sriwedari dan bentuk pertunjukkannya. 3. Buku dari Prof. Dr. Sondang P. Siagian berjudul Fungsi‐Fungsi Manajerial yang diterbitkan pada tahun 1996. Buku ini menjelaskan bagaimana fungsi dan tahapan dasar yang harus di lakukan untuk membuka pintu keberhasilan suatu organisasi terletak pada kemampuan manajerialnya. Hal tersebut
8
memberikan gambaran bagaimana manajemen produksi dapat di tata secara bertahap. 4. Buku dari Sal Murgiyanto yang berjudul Manajemen Pertunjukkan, tidak diketahui diterbitkan pada tahun berapa. Buku ini hadir ketika di Indonesia mulai dirasakan kebutuhannya akan manajemen pertunjukkan sejak berdirinya sekolah menengah kesenian dan institut seni. Buku ini memberikan pemahaman yang mudah di aplikasikan terhadap manajemen produksi Wayang Orang Sriwedari. 5. Buku dari Jakob Sumardjo yang berjudul Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia, tahun 2004 memaparkan tentang asal mula dan perkembangan teater di Indonesia. Buku ini membantu menjelaskan bagaimana teater tradisional hadir dan berkembang di Indonesia yang dapat digunakan dalam meneliti Wayang Orang Sriwedari. 6. Buku dari Hersapandi yang berjudul “Wayang Wong Sriwedari Sebuah Perjalanan Dari Seni Istana Menjadi Seni Komersial 1901‐ 1991 (1991)”, banyak mengungkapkan tentang keberadaan Wayang Orang Sriwedari ketika di bawah penguasaan pihak
9
keraton Surakarta kemudian di kelola oleh pemerintah daerah kota Surakarta. 7. Buku dari empat penulis yakni, Achsan Permas, Chrysanti Hasibuan‐Sedyono, L.H. Pranoto dan Triono Saputro yang berjudul “Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan”. Buku yang menawarkan
pendekatan,
metode,
dan
teknik
untuk
memanajemeni organisasi pertunjukan di Indonesia. E. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah adalah metode deskriptif. Menurut Hadari Namawi dan Mimi Martini (1996:46) menjelaskan, “Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek pada saat sekarang, berdasarkan fakta‐fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Pusat perhatiannya terdapat pada fakta‐fakta seperti keadaanya sebenarnya, tetapi harus diberi arti yakni perlu diolah dan ditafsirkan agar memberikan bobot yang lebih tinggi. “ Sedangkan menurut Winarno (1982) dalam Supriyadi (1998, hal), metode deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti dan memecahkan masalah yang sedang terjadi berdasarkan data yang terkumpul, untuk kemudian diuraikan guna memperoleh jawaban
10
peneliti. Kemudian menurut Surakhmad (1990, hal), data merupakan bagian yang sangat penting dalam setiap bentuk penelitian. Oleh karena itu, berbagai hal yang merupakan bagian dari keseluruhan proses pengumpulan data harus benar‐benar dipahami oleh setiap peneliti. Peneliti mengambil kesimpulan, secara singkatnya metode deskriptif yaitu melakukan pemaparan atau penjelasan objek penelitian dengan fakta‐fakta yang terdapat di dalam penelitian berdasarkan data yang didapatkan selama proses penelitian. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari berbagai macam sumber, langkah‐langkah yang dilakukan adalah : 1. Studi Kepustakaan Mengumpulkan data dengan memanfatkan berbagai bahan bacaan berupa buku‐buku, artikel‐artikel, video‐video, foto‐foto serta referensi lainnya mengenai Wayang Orang Sriwedari atau yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. 2. Studi Lapangan Teknik pengumpulan data secara langsung kepada objek penelitian, di lakukan beberapa cara yaitu : a. Observasi
11
Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian yaitu Wayang Orang Sriwedari mengenai latar belakang, dan perkembangannya yang masih bisa diamati sampai sekarang. b. Wawancara Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dan keterangan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dengan cara mengadakan tanya jawab langsung pada subjek penelitian yaitu para pemain, sutradara, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta serta para penonton. c. Apresiasi Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menonton secara langsung. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini mengacu pada panduan yang berlaku di STSI Bandung yaitu disusun ke dalam empat bab. Tiap‐tiap bab memiliki relevansi yang erat satu dengan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN
12
Merupakan latar belakang atas penelitian yang dilakukan. Bab ini membahas latar belakang, rumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan dan jadwal penelitian. BAB II SEJARAH WAYANG ORANG SRIWEDARI Berisi tentang sejarah wayang orang Sriwedari berserta perkembangannya. BAB III MANAJEMEN PRODUKSI WAYANG ORANG SRIWEDARI Merupakan uraian dan pokok pembahasan fungsi manajemen dan keorganisasian wayang orang Sriwedari beserta analisisnya. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan kesimpulan dan saran dari seluruh uraian dan pembahasan masalah. G. Jadwal Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Solo, tepatnya di Taman Sriwedari dan Dinas Pariwisata Surakarta. Hal pertama yang dilakukan adalah mencari objek penelitian, selanjutnya pengumpulan data kemudian untuk ditindak lanjuti dengan proses penelitian lapangan. Peneliti mengikuti kegiatan Wayang Orang Sriwedari secara berkala untuk mengetahui
13
bagaimana kegiatan mereka sehari‐hari. Dimulai dari proses hanya berperan sebagai penonton hingga masuk ke proses latihan, manajemen produksi dan pementasan. Dengan demikian penulis memilki pengalaman nyata dan langsung bersama dengan objek yang diteliti. Adapun tahap penelitian meliputi : 1. Persiapan Penelitian A. Menyiapkan alat kebutuhan penelitian B. Membuat kerangka penelitian C. Menyusun poin‐poin wawancara D. Mengatur jadwal dan waktu penelitian 2. Penelitian Lapangan Penelitian lapangan direncanakan memerlukan waktu 3 bulan. Hal ini sudah dilakukan sejak bulan Maret hingga Juni 2014 yang dilakukan selama seminggu hingga 10 hari tiap bulannya. Penelitian lapangan dilanjutkan kembali pada bulan Agustus hingga Oktober 2014. 3. Studi Pustaka Studi pustaka memerlukan waktu 60 hari. Pelaksanaanya sudah dilakukan sejak bulan Maret, Mei dan Juni 2014 yang masing‐
14
masing dilakukan di Bandung dan selama seminggu bersamaan dengan penelitian awal di lapangan. 4. Penyusunan Laporan Penyusunan laporan, pengetikan, dan penjilidan memerlukan waktu 6 bulan. Sehingga waktu yang diperlukan mulai dari persiapan sampai selesainya penelitian kurang lebih 6‐7 bulan.
15