1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pada umumnya, permasalahan utama yang sering terjadi pada manajemen persediaan adalah penentuan metode dan pengendalian persediaannya. Apabila penentuan metode dan pengendalian persediaan kurang sesuai maka akan terjadi risiko yaitu berupa kelebihan, kekurangan, keterlambatan atau bahkan penyalahgunaan persediaan. Permasalahan tersebut juga menimpa persediaan obat RSUD Dr. R. Koesma Tuban yaitu kesalahan terhadap pemberian obat yang kadaluarsa kepada pasien. Hal ini disebabkan oleh banyaknya persediaan yang tersisa, selain itu karena kurangnya pengendalian terhadap persediaan obat tersebut. Oleh karena itu, instalasi farmasi perlu menerapkan metode manajemen persediaan yang baik (SeputarTuban.com, 2 Juli 2013). Terkait dengan hal tersebut, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010, dinyatakan bahwa instalasi farmasi merupakan salah satu unit rumah sakit yang berfungsi sebagai penunjang medis dan pelayanan kesehatan. Guna memenuhi fungsi tersebut, instalasi farmasi bertanggung jawab atas seluruh aktivitas farmasi mulai dari perencanaan, pemilihan, pengadaan, pengendalian, dan manajemen persediaan obat-obatan. 1
2
Persediaan obat merupakan salah satu aset rumah sakit yang sangat penting karena berpengaruh langsung terhadap pelayanan kesehatan dan keberlangsungan hidup pasiennya. Pentingnya persediaan menuntut pihak farmasi untuk menerapkan manajemen persediaan agar ketersediaannya tetap berlangsung. Manajemen persediaan yang baik dan sesuai dapat mengurangi risiko berupa kelebihan, kekurangan, keterlambatan, kesalahan distribusi atau tidak tepatnya pengalokasian biaya untuk obat sehingga efisiensi dan efektivitas biaya dapat terpenuhi. Manajemen persediaan tersebut meliputi metode pencatatan dan metode pengendalian persediaan (Rudianto, 2012 : 222). Secara umum metode pencatatan persediaan ada dua yaitu metode fisik dan metode perpetual. Kedua metode tersebut mencakup metode pencatatan secara First in First Out (FIFO), Last In First Out (LIFO), dan Rata-rata (Average). Ketiga metode pencatatan tersebut dapat dijadikan sebagai pengendali persediaan dalam hal pendistribusiannya. Penerapan metode tersebut tentu harus disesuaikan dengan karakteristik persediaan (Rudianto, 223-225). Selain metode pencatatan, persediaan juga memerlukan metode pengendalian. Persediaan obat rumah sakit yang memiliki jumlah dan jenis yang beragam perlu adanya prioritas sebagai pengendalian dalam pemenuhannya. Di dalam menyikapi kondisi tersebut diperlukan metode yang
dapat
mengklasifikasikan
persediaan
obat
sesuai
prioritas
kebutuhannya. Metode yang dapat digunakan adalah metode Pareto. Metode
3
ini didasarkan pada hukum Pareto yang memiliki prinsip 20 : 80 yang artinya 20% jumlah persediaan dapat mengakibatkan biaya sebesar 80%. Prinsip tersebut dapat diterapkan pada jenis obat yang memiliki harga murah tetapi dengan jumlah yang banyak, harga sedang dengan jumlah yang sedang pula, dan obat dengan harga mahal dan membutuhkan jumlah yang sedikit.
Sehingga
dari
teori
tersebut,
prioritas
obat-obatan
dapat
diklasifikasikan menjadi tiga golongan yaitu Golongan A, Golongan B, dan Golongan C (Ishak, 2010 : 181). Selain untuk prioritas kebutuhan, pihak farmasi juga harus menerapkan
manajemen
persediaan
untuk
memenuhi
ketersediaan
persediaan tersebut. Beberapa metode manajemen persediaan yang sering digunakan untuk pemenuhan persediaan adalah Just In Time (JIT), Material Requirement Planning (MRP), dan Economic Order Quantity (EOQ). Konsep dasar dari metode Just In Time (JIT) adalah mengadakan persediaan hanya pada waktu dan jumlah yang dibutuhkan. Metode ini mengeliminasi pemborosan dalam persediaan seperti penyimpanan persediaan sehingga hampir meniadakannya (Ishak, 2010 : 167). Sejalan dengan JIT, metode Material Requirement Planning (MRP) atau metode Perencanaan Kebutuhan Material biasanya diterapkan untuk kebutuhan yang bersifat tidak bebas. Artinya, persediaan dilakukan tergantung pada permintaan yang ada. Dengan kata lain, metode MRP juga meminimalisasi investasi persediaan (Ishak, 2010 : 166).
4
Berbeda dengan metode JIT dan MRP, metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah metode yang mengharuskan adanya persediaan. Metode EOQ adalah metode tradisional yang biasanya digunakan dalam mengendalikan barang yang permintaannya bersifat bebas. Metode ini menentukan jumlah dan waktu untuk pemesanan barang. Artinya, metode ini tetap memerhatikan adanya persediaan tetapi dalam jumlah yang ekonomis
sehingga
pemborosan
persediaan
dapat
diminimalisasi.
Berdasarkan karakteristik persediaan obat rumah sakit yang harus selalu memiliki persediaan, metode yang sesuai untuk diterapkan adalah metode Economic Order Quantity (EOQ). Penerapan metode ini bertujuan untuk memenuhi permintaan yang terjadi sewaktu-waktu dan fluktuatif (Hansen & Mowen, 2001 : 584). Metode Pareto dan EOQ adalah alat analisis perencanaan dan pengendalian persediaan terkait dengan ketepatan alokasi biaya yang harus dilakukan
pihak
manajemen
agar
pembengkakan
biaya
dapat
diminimalisasi. Selain itu, metode tersebut juga dapat menentukan persediaan dengan kuantitas ekonomis dan meminimalisasi pemborosan biaya persediaan sehingga efektivitas dan efisiensi biaya dapat dicapai (Latuconsina, 2013). Berdasarkan kasus yang terjadi terkait dengan kesalahan pemberian obat yang telah kadaluarsa kepada pasien, RSUD Dr. R. Koesma Tuban dapat menerapkan metode manajemen persediaan dalam pengendalian persediaanya, yaitu metode Pareto dan EOQ untuk mengetahui prioritas
5
dalam pengalokasian biaya persediaan obatnya, berapa dan kapan harus melakukan
pemesanan,
selain
itu
untuk
mengetahui
persediaan
pengamannya guna memenuhi permintaan yang fluktuatif. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Pareto dan EOQ sebagai Pengendalian Persediaan Obat-Obatan pada RSUD Dr. R. Koesma Tuban”.
B.
Rumusan Masalah 1.
Bagaimana pengendalian persediaan obat-obatan pada RSUD Dr. R. Koesma Tuban?
2.
Bagaimana penerapan metode perhitungan metode Pareto dan EOQ sebagai pengendalian persediaan obat-obatan pada RSUD Dr. R. Koesma Tuban?
C.
Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan pengendalian persediaan obat-obatan RSUD Dr. R. Koesma Tuban. 2. Mendeskripsikan penerapan metode perhitungan metode Pareto dan EOQ sebagai pengendalian persediaan obat-obatan pada RSUD Dr. R. Koesma Tuban.
6
D.
Manfaat Penelitian 1.
Bagi Rumah Sakit Hasil
penelitian
masukan/rekomendasi,
ini
diharapkan
pertimbangan
dan
dapat usulan
menjadi yang
akan
memberikan perbaikan dan kontribusi yang positif bagi pihak rumah sakit khususnya instalasi farmasi dalam pengendalian persediaan obatobatannya terutama dalam segi biaya sehingga dapat meningkatkan pelayanan perbekalan farmasi.
2.
Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada peneliti selanjutnya yang memerlukan bahan referensi sebagai tambahan pengetahuan untuk memperluas pandangan atau wawasan mengenai manajemen persediaan obat-obatan di rumah sakit baik secara teori maupun praktik.